Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Ayu Salianti
"Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah Pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Peranan PPAT dalam hal peralihan hak atas tanah sangatlah diperlukan terutama dalam menyelesaikan masalah di bidang pertanahan; tujuannya agar tidak ada lagi penyalahgunaan yang menyangkut masalah peralihan hak atas tanah dengan kuasa mutlak. Sebab peralihan hak atas tanah dengan kuasa mutlak dapat merugikan pihak yang bersangkutan yaitu pembeli terutama yang menyangkut perlindungan hukumnya. Oleh karenanya, perlu peranan PPAT sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah agar tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan dalam melakukan perbuatan hukum peralihan hak atas tanah, terutama pihak pembeli yang tentunya akan merasa terlindungi Serta terjamin kepastian hukumnya berkenaan dengan status kepemilikan tanahnya oleh Pemerintah. Peralihan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah yang dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut terlepas dari pemegangnya semula dan menjadi hak pihak lain. Sedangkan kuasa mutlak adalah suatu lembaga yang banyak dipergunakan untuk melakukan penyelundupan hukum dangan maksud untuk menghindari kewajiban dan larangan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, peranan PPAT dalam peralihan hak atas tanah dengan adanya kuasa mutlak merupakan masalah yang akan diteliti dalam tesis ini. Data yang dipergunakan merupakan data sekunder melalui Studi kepustakaan yang didukung dengan wawancara dengan beberapa narasumber. Dalam kenyataannya PPAT telah berperan dalam nmngatasi masalah peralihan hak atas tanah dengan adanya kuasa mutlak yaitu dengan memberikan jalan keluar yang terbaik kepada pihak yang telah melakukan perbuatan hukum tersebut bahwa peralihan hak atas tanah dengan kuasa mutlak jika dilakukan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah no. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dan kuasa mutlak itu dibuat sebelum berlakunya Instruksi Menteri Dalam Negeri no. 14 Tahun 1982 Tentang larangan Penggunaan Kuasa Mutlak sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah adalah sah. Jika perbuatan hukum peralihan hak atas tanah dengan adanya Pengikatan Jual Bali dan Kuasa itu dibuat sebelum adanya Instruksi Menteri Dalam Negeri no. 14 tahun 1982, maka peralihan hak atas tanah itu tetap dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan para pihak yang telah melakukan perbuatan hukum tersebut dapat terlindungi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Arifin
"Pemberian kuasa secara sosiologis dapat dikatakan sebagai lembaga yang terbentuk di dalam kehidupan kemasyarakatan. Pada perkembangan selanjutnya dimana kegiatan manusia semakin berkembang, pemberian kuasa merupakan perbuatan hukum yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat dalam proses hubungan hukum di mana seseorang menghendaki dirinya diwakili oleh orang lain untuk menjadi kuasanya melaksanakan segala kepentingannya. Sejak berkembang dan bertambahnya kebutuhan hukum, seseorang memanfaatkan lembaga pemberian kuasa. Pemberian kuasa pada awalnya diberikan untuk kepentingan pemberi kuasa, tapi kemudian diberikan justru untuk melindungi kepentingan pemegang kuasa (penerima kuasa). Pemberian kuasa untuk kepentingan pemegang kuasa (penerima kuasa) ternyata dalam praktek dapat dipenuhi dengan bentuk kuasa mutlak. Berkaitan dengan bidang Hukum Agraria, pemberian kuasa mutlak dibatasi oleh Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1982 tentang larangan Penggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah. Pemberian kuasa dalam perkembangannya menjadi luas, tetapi dalam penelitian ini hanya mengkaji mengenai kuasa mutlak notariil dalam pengalihan hak atas tanah.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan permasalahan mengenai pembuatan akta pengalihan hak atas tanah berdasarkan kuasa mutlak oleh notaris. Metode pendekatan yang dipergunakan adalah yuridis normatif yang menjadi data sekunder berupa hukum positif yang berkaitan dengan kuasa mutlak. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pemberian kuasa mutlak dalam pengalihan hak atas tanah dalam prakteknya dapat merugikan si pemberi kuasa karena banyak diantara penerima kuasa mutlak ini menyalahgunakan kuasa yang diterimanya untuk kepentingan yang berlainan atau untuk kepentingan pribadi semata. Sebenarnya pemberian kuasa mutlak itu, apabila benar-benar dipergunakan untuk tujuan yang semestinya dan ada dasar hukumnya, maka tidak akan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan memang dibutuhkan oleh masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T19135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Oktaviani
"Tesis ini membahas mengenai Pembuatan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)
dengan penyalahgunaan keadaan dan kuasa mutlak yang mengakibatkan berpindahnya
kepemilikan hak atas tanah tanpa diketahui oleh pihak penjual. Adapun rumusan masalah
dalam tesis ini adalah pembuatan akta PPJB 01/2010 dengan penyalahgunaan keadaan
serta Akta Kuasa Mutlak 02/2010 yang berakibat pada peralihan hak atas tanah
berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 197 PK/Pdt/2019 dan
tanggung jawab PPAT yang membuat Akta Jual Beli Nomor 02/2011 berdasarkan Akta
Kuasa Mutlak. Bentuk penelitian ini adalah yuridis normatif dan tipe penelitian ini
problem identification. Hasil analisa dari permasalahan tesis ini adalah batal demi hukum
karena PPJB 01/2010 dan Akta Kuasa melanggar Pasal 1320 KUH Perdata yaitu syarat
subyektif dan objektif. Sehingga AJB 02/2011 batal demi hukum, PPAT yang membuat
AJB 02/2011 yg berdasarkan kuasa mutlak dapat dikenakan pertanggung jawaban secara
perdata, karena menimbulkan kerugian dan melanggar hak pihak lain. Bagi pemerintah
harus segera membuat Undang-undang mengenai penggunaan kuasa mutlak untuk
pemindahan hak atas tanah, sehingga di kemudian hari tidak terjadi lagi permasalahan
yang merugikan pihak pembeli maupun penjual, dan bagi masyarakat yang ingin
melakukan perbuatan hukum harus lebih memperhatikan lagi klausul-klausul yang
terdapat dalam akta, agar tidak ada sengketa di kemudian hari. PPAT sebagai pejabat
umum pembuat akta autentik harus lebih berhati-hati dan teliti dalam membuat akta
autentik, agar tidak dijadikan turut tergugat. PPAT wajib menolak untuk membuat AJB,
apabila terdapat kuasa mutlak yang bertentangan dengan Instruksi Mendagri Nomor 14
Tahun 1982 dan Pasal 39 ayat 1 huruf d Peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 1997
tentang pendaftaran tanah, terkait larangan PPAT untuk membuatkan akta atas dasar
kuasa mutlak.

This thesis discuss about drawing up a Sale and Purchase Binding Agreement with abuse
of circumstances and utilization of the Irrevocable Power of Attorney on Attorney for
Conveyancing Land Rights Deed would causing those deed void by law. That because of
drafting a Sale and Purchase Binding Agreement should be based on the conformity and
consensus between parties while the use of Irrevocable Power of Attorney on acquittal
sale and purchase for legal protection of the buyer. The issue in this thesis is the drawing
up of Sale and Purchase Binding Agreement Number 01/2010 with the abuse of
circumstances and the Irrevocable Power of Attorney Number 02/2010 which results in
the conveyance of land rights based on the Supreme Court of Republic of Indonesia
Decision Number 197 Pk/Pdt/2019 and the responsibility of Land Deed Official related
to its jurisdiction to drafting the Sale and Purchase Deed Number 02/2011 based on the
Irrevocable Power of Attorney. This research uses normative judicial research and
problem identification type of research. The result of this research is The Sale and
Purchase Binding Agreement Number 01/2010 as well as the Irrevocable Power of
Attorney Number 02/2010 caused to void by law because they contravene Article 1320
of Civil Code which ruled about subjective and objective requirements. Because of the
Sale and Purchase Binding Agreement Number 01/2010 is void by law, the Land Deed
Official that draft the Sale and Purchase Deed Number 02/2011 with Irrevocable Power
of Attorney could be subject to civil accountability for causing losses to other parties. The
government must immediately make a law regarding the use of absolute power to transfer
land rights, so that in the future there will be no more problems that harm buyers and
sellers, and for people who want to take legal actions, they must pay more attention to the
clauses contained. in the deed, so that there are no disputes in the future. PPAT as a
general official who makes authentic deeds must be more careful and thorough in making
authentic deeds, so that they are not made a defendant. PPAT is obliged to refuse to make
AJB, if there is absolute power that contradicts the Instruction of the Minister of Home
Affairs Number 14 of 1982 and Article 39 paragraph 1 letter d Government Regulation
Number 24 of 1997 concerning land registration, related to the prohibition of PPAT from
making deeds on the basis of absolute power."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rosalina
"Kuasa adalah kewenangan yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum atas nama pemberi kuasa. Dalam realisasi pemindahan hak atas tanah melalui jual bali, banyak ditemukan pemberian kuasa penuh, luas dan mutlak, yang menyebabkan obyek jual beli tidak hanya berpindah penguasaannya, akan tetapi dapat juga berpindah kepemilikannya. Dari beberapa kasus yang terjadi sehubungan dengan kuasa mutlak ini, diambil contoh dua buah Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan ini dijadikan contoh dan dianalisis dalam penelitian ini dengan pokok permasalahan: Bagaimana kedudukan hukum kuasa mutlak yang diberikan oleh pemegang hak atas tanah dalam rangka pemindahan hak atas tanahnya melalui jual beli? Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan terhadap pihak pambeli yang melakukan peralihan hak berdasarkan kuasa mutlak apabila akan melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut dalam menyelesaikan status hak atas tanahnya?
Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan pendekatan normatif, mempergunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan penelitian bersifat deskriptif, karena ditujukan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang sifat-sifat hubungan hukum, keadaan atau gejala-gejala tertentu dalam suatu tindakan hukum.
Berdasarkan Instruksi Menteri Nomar 14 Tahun 1982, keberadaan kuasa mutlak telah dilarang, karena merupakan Salah satu bentuk penyelundupan hukum yang dibuat tanpa adanya kebebasan bertindak dan kesepakatan para pihaknya Serta dapat dipastikan mengandung itikad tidak baik. Tindakan hukum jual beli yang didasarkan atas kuasa mutlak tersebut akan menyebabkan jual beli menjadi tidak sah dan batal demi hukum. Pihak pembeli yang melakukan peralihan hak atas tanahnya melalui jual beli berdasarkan kuasa mutlak tidak akan memperoleh perlindungan hukum baik dalam perolehan maupun pendaftaran tanahnya, namun tetap harus dilakukan pengembalian uang pembayaran harga tanah oleh pihak penjual yang menjual tanah berdasarkan kuasa mutlak, hal mana diselesaikan secara tersendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Authority is the competence delegate to the receiver to perform a legal act on the giver's authorities. In the land rights removal through land trades' realization, lots of full and absolute power of authorities that cause the transfer of command and ownership of the transaction?s object could be found. From several cases happens concerning about the absolute power of authority, we can take The Sentence of The Supreme Court Republic of Indonesia as an example. It is the subject matter to the juridical analysis in this research, with main question: How is the legal status of such absolute power of authority in the land rights removal especially on a land trades? Moreover, how is the juridical protection against the parties who perform the act of land trades by this absolute power of authority?
This research has a normative approach using a secondary data obtained by literature study, and has a descriptive character, because it aims to give a specific: data about characteristic of law-connected relations, conditions or any certain indications in making an agreement. In this research, there is a case analysis about the abrogation of this absolute power of authority.
Based. on the Directive of the Secretary of the Interior, this kind of authorities have been banned because it was made to infiltrate law regulation and was made without freedom of acts and agreement by both parties, also surely made with bad intentions. This kind of act will cause the revocation of the authority given. The parties who perform the act of land trades by this absolute power of authority have no juridical protection either in the achievements or in registration of the rights removal. However, the restitution of his losses could be discussed and agreed by both parties."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T19302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rosalina
"ABSTRAK
Kuasa adalah kewenangan yang diberikan oleh pemberi
kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum
atas nama pemberi kuasa. Dalam realisasi pemindahan hak atas
tanah melalui jual beli, banyak ditemukan pemberian kuasa
penuh, luas dan mutlak, yang menyebabkan obyek jual beli
tidak hanya berpindah penguasaannya, akan tetapi dapat juga
berpindah kepemilikannya. Dari beberapa kasus yang terjadi
sehubungan dengan kuasa mutlak ini, diambil contoh dua buah
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan ini
dijadikan contoh dan dianalisis dalam penelitian ini dengan
pokok permasalahan: Bagaimana kedudukan hukum kuasa mutlak
yang diberikan oleh pemegang hak atas tanah dalam rangka
pemindahan hak atas tanahnya melalui jual beli? Bagaimana
perlindungan hukum yang diberikan terhadap pihak pembeli yang
melakukan peralihan hak berdasarkan kuasa mutlak apabila akan
melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut dalam
menyelesaikan status hak atas tanahnya? Penelitian ini
merupakan penelitian hukum dengan pendekatan normatif,
mempergunakan data sekunder yang diperoleh dari studi
kepustakaan, dan penelitian bersifat deskriptif, karena
ditujukan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
sifat-sifat hubungan hukum, keadaan atau gejala-gejala
tertentu dalam suatu tindakan hukum. Berdasarkan Instruksi
Menteri Nomor 14 Tahun 1982, keberadaan kuasa mutlak telah
dilarang, karena merupakan salah satu bentuk penyelundupan
hukum yang dibuat tanpa adanya kebebasan bertindak dan
kesepakatan para pihaknya serta dapat dipastikan mengandung
itikad tidak baik. Tindakan hukum jual beli yang didasarkan
atas kuasa mutlak tersebut akan menyebabkan jual beli menjadi
tidak sah dan batal demi hukum. Pihak pembeli yang melakukan
peralihan hak atas tanahnya melalui jual beli berdasarkan
kuasa mutlak tidak akan memperoleh perlindungan hukum baik
dalam perolehan maupun pendaftaran tanahnya, namun tetap
harus dilakukan pengembalian uang pembayaran harga tanah oleh
pihak penjual yang menjual tanah berdasarkan kuasa mutlak,
hal mana diselesaikan secara tersendiri oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.

ABSTRACT
Authority is the competence delegate to the receiver to
perform a legal act on the giver's authorities. In the land
rights removal through land trades' realization, lots of full
and absolute power of authorities that cause the transfer of
command and ownership of the transaction's object could be
found. From several cases happens concerning about the
absolute power of authority, we can take The Sentence of The
Supreme Court Republic of Indonesia as an example. It is the
subject matter to the juridical analysis in this research,
with main question: How is the legal status of such absolute
power of authority in the land rights removal especially on a
land trades? Moreover, how is the juridical protection
against the parties who perform the act of land trades by
this absolute power of authority? This research has a
normative approach using a secondary data obtained by
literature study, and has a descriptive character, because it
aims to give a specific data about characteristic of lawconnected
relations, conditions or any certain indications in
making an agreement. In this research, there is a case
analysis about the abrogation of this absolute power of
authority. Based on the Directive of the Secretary of the
Interior, this kind of authorities have been banned because
it was made to infiltrate law regulation and was made without
freedom of acts and agreement by both parties, also surely
made with bad intentions. This kind of act will cause the
revocation of the authority given. The parties who perform
the act of land trades by this absolute power of authority
have no juridical protection either in the achievements or in
registration of the rights removal. However, the restitution
of his losses could be discussed and agreed by both parties.;"
2008
T37604
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hot Martuahman
"ABSTRAK
Dalam masyarakat sering terjadi perbedaan antara yang diinginkan dengan
kenyataan. Perbedaan tersebut yang merupakan sumber sengketa. Akta Hibah
yang dibuat oleh seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah merupakan akta
otentik dan merupakan alat bukti yang sempurna dan merupakan alas hak untuk
membalik nama atau peralihan hak atas tanah. Dari ketentuan Pasal 852 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata ditetapkan bahwa anak kandung adalah ahli
waris dari Pewaris. Dalam tesis ini penulis membahas mengenai Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 15 Mei 2008 Nomor 1000/K/
Pdt/2007 mengenai Akta Hibah oleh Alm. Noto Budi Mulio terhadap istri yang
terikat dalam perkawinan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1678 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa dilarang adanya penghibahan
antara suami dan istri selama perkawinan. Dengan demikian, Akta Hibah tersebut
memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Perbuatan Melawan Hukum, yaitu
unsur kesengajaan tanpa kelalaian sehingga merupakan Perbuatan Melawan
Hukum. Kantor Pertanahan telah membuatkan peralihan hak atas tanah sehingga
menimbulkan sengketa dari para ahli waris. Berdasarkan Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia tertanggal 15 Mei 2008 Nomor 1000/K/ Pdt/2007,
Akta Hibah Nomor 117/Kelapa Gading/ 1998 dinyatakan batal demi hukum
sehingga Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 919 dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum dan harus dibatalkan dan obyek tanah tersebut merupakan buedel
warisan sehingga obyek gugatan merupakan hak bersama ahli waris. Pejabat
Pembuat Akta Tanah yang membuat Akta Hibah tersebut dalam menjalankan
fungsinya yang kurang memiliki kehati-hatian sehingga produknya tidak memiliki
kepastian hukum dan dapat dibatalkan.

ABSTRACT
Between in a society often the difference between the desired reality. The grant
deed made by a Deed Of Land Officer is an authentic act and the evidence base
and is a perfect right to reverse the name or the transfer of land right. The Book of
the provisions of Article 852 of Civil Law Act stipulated that the biological
children are heirs of the Heir. In this thesis the author discusses The Supreme
Court of the Republic of Indonesia dated May 15, 2008 No. 1000 / K/ Pdt / 2007
the Grant Deed by Alm. Noto Budi Mulia bound to a wife in a marriage. Under
the provisions of Section 1678 of Act Book of the Civil Code which provides that
prohibited the bequest between husband and wife during marriage. Thus, the Act
grants to meet the elements contained in the Deeds Against the Law, namely that
the element of intent without an act of negligence against the law. Land Offices
has made the transfer of land rights, giving rise to the dispute of the heirs. Based
on the Supreme Court of the Republic of Indonesia dated May 15, 2008 No. 1000
/ K / Pdt / 2007, Deed of Grant No. 117/Kelapa Gading/ 1998 declared null and
void so that the certificate Broking No. 919 otherwise has no legal force and
should be canceled and the land object is a legacy so that the object a lawsuit
buedel a joint right heirs. Land Deed Officer who made the Deed of Grant in
carrying out its functions with little caution so that the product does not have legal
certainty and can be canceled."
2012
T30783
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiza Pramita Swary
"ABSTRAK
Salah satu wujud eksploitasi sumber daya alam yang semakin marak saat ini adalah pertambangan pasir. Untuk melakukan pertambangan pasir tidak dapat dilakukan secara serta merta, melainkan Negara dalam hal ini adalah pemerintah telah menerapkan kebijakan-kebijakan berkaitan dengan proses pertambangan tersebut, dengan mempertimbangkan proses pencarian lahan, saat penambangan dan pasca tambang yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan beberapa regulasi lain turunannya. Sebelum melakukan pertambangan pasir, diperlukan pencarian lahan yang tepat sebagai obyek penambangan, dan untuk mendapatkan lahan tersebut berkaitan erat dengan perolehan hak atas tanah yang dapat dilakukan dengan cara peralihan hak atas kepemilikan tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif yang bersifat yuridis normatif, sedangkan tipologi yang digunakan yakni eksplanatoris dan preskriptif, untuk jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan teknik analisis data dan pengambilan kesimpulan adalah deduktif pengolahan data penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif analitis. Dalam hukum pertanahan, peralihan hak atas tanah dapat dilaksanakan oleh Camat setempat yang ditunjuk oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai PPAT Sementara dalam rangka melayani masyarakat dalam pembuatan akta Jual Beli PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Yang dimaksud dengan daerah yang belum cukup terdapat PPAT adalah daerah yang jumlah PPAT-nya belum memenuhi jumlah formasi yang ditetapkan Menteri/Kepala Badan Pertanahan Nasional sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Polemik berkembang yang tidak jarang menimbulkan sengketa berkaitan dengan akta otentik yang dibuat oleh Camat selaku PPAT Sementara, maka dalam tesis ini akan dibahas lebih mendalam tentang wewenang dan tanggung jawab Camat selaku PPAT Sementara terkait akta peralihan hak atas tanah pada lahan pertambangan pasir dengan Studi Kasus Putusan Nomor : 103/Pdt.G/2014/Pn.Jmr.

ABSTRACT
One form of exploitation of natural resources that is increasingly prevalent today is sand mining. To carry out sand mining can not be done immediately, but the State in this case is that the government has implemented policies with regard to the process of mining, taking into account the process of finding land, while mining and post-mining poured into Law Number 4 Year 2009 on Mineral and Coal Mining and some other regulation of derivatives. Before performing the mining of sand, necessary to search for appropriate land as an object of mining, and to acquire the land is closely related to the acquisition of land rights can be done by way of transfer of rights to ownership of land. The method used is research of normative juridical normative, while typology that used is explanatory and prescriptive, to the type of data used is secondary data with data analysis techniques and conclusions are deductive data processing research is qualitative with a qualitative approach produces descriptive data analysis. In the land law, land rights switchover can be implemented by the local Head appointed by the National Land Agency (BPN) as Temporary PPAT, in order to serve the public in a deed Purchase PPAT in areas that are not quite there PPAT. What is meant by areas that are PPAT is not enough number of areas that do not meet the PPAT its formation amount determined by the Minister / Head of National Land Agency as referred to in Article 14 of Government Regulation No. 37 of 1998 on Regulation of Land Deed Officer Position. The polemic develops which often lead to disputes relating to the authentic deed made by Head as Temporary PPAT, the thesis will be discussed more in depth about the authority and responsibilities of Head District as Temporary PPAT related to the deed transfer of land rights on land sand mining with Case Studies Decision Number: 103 / Pdt.G / 2014 / Pn.Jmr.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Novita
"Peranan dan pentingnya larangan penggunaan surat kuasa mutlak sebagai sarana untuk membatasi penyelundupan hukum yang sering dilakukan para pihak dalam rangka peralihan hak atas tanah tidak terbantahkan Iagi. Hal ini telah dicantumkan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 Tentang Larangan Pqnggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Dasar Peralihan Hak Atas Tanah. Dari Instruksi Menteri tersebut juga dapat disimpulkan bahwa setelah berlakunya peraturan tersebut, surat kuasa mutlak yang dibuat pasca berlakunya Instruksi Menteri ini tidak diakui lagi sebagai dasar peralihan hak atas tanah dan tidak dilindungi oleh hukum keberadaannya, kecuali untuk beberapa tindakan hukum tertentu saja.

Roles and the importances of prohibition using absolute power of attorney as means for limiting smuggling law frequently done by parties in frame of transition land rights are undeniable anymore. This is clearly mentioned in Home Affairs Ministry Instruction Number 14 Year 1982 On Prohibition Of Use Absolute Power Of Attorney As Bases Of Transition Of Land Rights. From the regulation, it's also concluded that after the implementation the rule, transition of land right beyond the rule is not recognized legally anymore, except some transactions limitedly mentioned in the rule."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27908
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Freddy Dewanata
"Perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah lazim digunakan sebagai perjanjian pendahuluan sebelum dilaksanakannya jual beli dihadapan PPAT untuk dijadikan dasar peralihan hak atas tanah. Dalam realisasinya perjanjian pendahuluan ini banyak diikuti dengan pemberian kuasa penuh, luas dan mutlak, yang menyebabkan obyek jual beli tidak hanya berpindah pengusaannya, tetapi juga dapat berpindah kepemilikannya. Skripsi ini membahas keberadaan kuasa mutlak dalam perjanjian pengikatan jual beli, diambil contoh berupa Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor 261/Pdt.G/2005/Pn.Cbn. Adapun pokok permasalahan adalah apa yang menjadi latar belakang para pihak membuat perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah serta kuasa menjual, apakah perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat oleh para pihak sudah memenuhi syarat-syarat perjanjian, apakah klausul pemberian kuasa mutlak dalam perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah tidak bertentangan dalam peraturan perundang- undangan berlaku. Metode penulisan dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang memiliki makna pencarian sebuah jawaban tentang suatu masalah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kegiatan penelitian kepustakaan dan mempelajari data sekunder. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982, keberadaan kuasa mutlak telah dilarang, karena merupakan salah satu bentuk penyelundupan hukum yang dibuat tanpa adanya kebebasan bertindak dan kesepakatan para pihak serta dapat dipastikan mengandung itikad tidak baik. Menurut hukum, peralihan hak atas tanah yang salah satunya melalui jual beli adalah merupakan obyek pajak yang mana terdapat pajak BPHTB yang harus dibayar oleh pembeli berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan serta PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang harus dibayarkan oleh penjual berdasarkan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan. Menyiasati hal ini maka dibuat Akta Kuasa Menjual, maksudnya dengan menggunakan Akta Kuasa Menjual ini maka pembeli yang disebutkan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli nantinya dapat menjual kembali berdasarkan surat kuasa tersebut dan dapat menghindari dari pembayaran pajak.
The land right trading agreement is common used as preface agreement before implementation of sales in the front of Land Deed Official (PPAT) to made base of switchover of land right. In realization preface agreement is follow with full empowering, broad and unconditional, causing sales object not only mave the domination, but also the ownership. The Mini thesis studying existence of full power in the land righ trading agreement,we take example such as decision of the court of first instance-Cibinong No, 261/ Pdt.G/2005/Pn.Cbn. the fundamental problem is become background from the Partys conduct agreement binding sales of right on land and authority to sell, whether agreement binding sales is conduct by the partys have fulfilled agreement conditions, whethet full empowering clause in agreement bundling of land right sales not be in contradiction against law and regulation going into effect. Writing method of mini thesis using research method of juridical normative that have purpose to seek an answer for a problem. Colleting data method conducts with do activity of bibliography research and study secondary data. We can concluded that pursuant to Instruction of Domestic Minister No. 14 year 1982, existence of unconditional power have been prohibited, because representing one of form of smuggling of law is made without existence of freedom act and agreement of the parties and definite contain with bad intended according to law, switchover of land right where one of them is through sales and its form of tax object which there are tax of BPHTB which must be paid by buyer pursuant to Acts No.20 Year 2000 about real property which must be paid by seller pursuant to Acts No.10 Year 1994 about payment of income tax for income from transfer of land Right and/or Building. To handle this problem made a Certificate of Authority to Sell, the purpose is by using Authority Deed to Sell buyer is mentioned in Agreement Deed Binding Sales of Rights on Land later can sell again pursuant to the letter of attorney and can avoid from tax payment."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S21497
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Gunawan
"ABSTRAK
Dalam perbuatan hukum jual-beli tanah PPAT sebagai
pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional mempunyai
peranan yang cukup penting dalam penyelenggaraan
Pendaftaran Tanah, karena akta jual-beli yang dibuat oleh
dan dihadapan PPAT merupakan sumber utama dalam rangka
pemeliharaan data Pendaftaran Tanah dan merupakan dasar
yang kuat untuk pendaftaran pemindahan hak atas tanah
pada Kantor Pertanahan, dimana dengan pendaftaran pembeli
akan tercatat sebagai pemegang hak atas tanah yang baru
dalam sertifikat, yang merupakan surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud pasal 19 UUPA yang memberikan
jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi
pemegangnya, namun kadangkala walaupun jual beli telah
dilakukan berdasarkan tatacara yang berlaku pembeli masih
mungkin menghadapi gugatan dari pihak ketiga yang merasa
berhak atas tanah itu, sesuai dengan tujuan Pendaftaran
Tanah maka sejauh mana jaminan kepastian hukum yang
diberikan oleh sertifikat pada pemegang hak atas tanah."
2003
T37695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>