Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Developing country malnutrition on its current scale-one thord of all children,causes lost of produvtivity...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Cengkareng merupakan dua
Kecamatan yang memiliki jumlah balita gizi buruk dan keluarga miskin
terbanyak di wilayah Jakarta Barat. Di dalam penelitian ini akan dilihat
bagaimana perubahan status gizi balita di Kecamatan Kalideres dan
Kecamatan Cengkareng pada tahun 1998 dan 2004, dan juga akan dilihat
bagaimana kaitan pengaruh faktor Rasio Posyandu terhadap balita, jumlah
keluarga miskin, indeks tingkat pendidikan kepala keluarga dan jumlah
peserta KB, terhadap perubahan status gizi balita. Metodologi yang
digunakan adalah korelasi peta dan analisa statistik dengan metode Korelasi
Bivariate (Pearson Product Moment). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan status gizi balita sebagian besar mengalami peningkatan di
bagian timur daerah penelitian dan penurunan status gizi balita terjadi di
bagian barat dan utara daerah penelitian (wilayah Kecamatan Kalideres).
Daerah yang tidak mengalami perubahan status gizi balita, terdapat di bagian
barat dan selatan daerah penelitian. Faktor yang terkait dengan perubahan
status gizi balita adalah perubahan jumlah peserta KB yang berkaitan dengan
jumlah anak dan jarak kelahiran dalam suatu keluarga."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2006
S33933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malnutrisi pada balita masih merupakan permasalahan di Indonesia termasuk
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan indikator berat badan
menurut tinggi badan, 2,6% balita mengalami malnutrisi akut berat. Pada
beberapa dekade terakhir, telah terjadi pergeseran paradigma dalam
penanganan balita malnutrisi, yang sebelumnya berbasis pendekatan fasilitas
kesehatan bergeser menjadi pendekatan berbasis komunitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh program home care terhadap
peningkatan status gizi balita malnutrisi pada anak usia 6-60 bulan.
Penelitian menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pretest dan
posttest control group melalui tiga tahap pendampingan yaitu intensif,
mandiri, dan penguatan dengan pendekatan asuhan keperawatan. Sampel
adalah 56 balita malnutrisi akut di dua wilayah, yaitu 33 balita di Kota
Yogyakarta (eksperimen) dan 23 balita di Kabupaten Sleman (kontrol) dengan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Intervensi home
care diberikan selama tiga 3 bulan (Januari sampai Maret 2013). Hasil
penelitian menunjukkan setelah program home care, terjadi peningkatan
yang signifikan pada status gizi balita (p < 0,05). Pada akhir intervensi, terjadi
penurunan kejadian malnutrisi akut berat dari 100% menjadi 56,7% (p
< 0,05).
Children undernutrition is still an issue in Indonesia, including in the Special
Region of Yogyakarta. Based on weight for height indicator, 2.6% children
experience severe acute malnutrition. In the last few decades, there has
been a paradigm shift in the management of acute malnutrition from a facility-
based to community-centered approach. The purpose of this study
was to analyze the effect of home care intervention on the improvement of
nutritional status of severe acute malnutrition children aged 6-60 months.
This study was designed with quasi-experimental and pretest-posttest control
group design, conducted in three phases; intensive, strengthening and
independent with nursing approach (January until March 2013). Samples
were 56 children with severe and moderate acute malnutrition for both study
sites, 33 children in Yogyakarta city (experiment) and 23 children in Sleman
district (control), selected using purposive sampling. Home care intervention
is given for three months (January until March 2014). Results findings show
there were significant increase in nutritional status (p < 0.05) after home
care intervention. At end line evaluation, the proportion of severe acute
malnutrition in the experimental groups reduced significantly from 100% to
56,7% (p < 0.05)."
Lengkap +
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Rahmadini
"Upaya menurunkan prevalensi kurang gizi pemerintah membuat program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Cakupan Kadarzi Kota Depok tahun 2011 rendah (12,7%) dan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus berturut-turut 7,89%, 7%, 4,75%. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap status gizi balita 6 59 bulan berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Penelitian menggunakan data sekunder hasil survei Kadarzi 2011. Survei dilakukan di sebelas kecamatan Kota Depok menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 1.176 keluarga yang memiliki balita termuda umur 6 59 bulan. Variabel yang diteliti adalah status gizi balita, perilaku Kadarzi, status Kadarzi, karakteristik balita, dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita gagal tumbuh 31%. Terdapat dua variabel yang memberikan pengaruh status gizi balita secara bersama-sama yaitu penimbangan balita (nilai p = 0,003) dan pendidikan ibu (nilai p = 0,034). Uji regresi logistik ganda menunjukkan penimbangan balita sebagai faktor dominan terhadap status gizi balita. Balita yang ditimbang tidak teratur berisiko 1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur. Indeks CIAF berguna untuk mengetahui prevalensi gizi kurang secara keseluruhan dan penanggulang-annya. Diperlukan penyuluhan dan promosi yang lebih aktif kepada masyarakat mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan balita melalui posyandu dan melakukan pembinaan kader posyandu dalam pemantauan status pertumbuhan anak sebagai deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan.

Effort to reduce malnutrition governments make Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Kadarzi in Depok 2011 still low (12,7%) and the prevalence of underweight, stunting, wasting are respectively 7,89%, 7%, 4,75%. This study aimed to determine the dominant factor for nutritional status of children based on Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Status Gizi Balita Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure Children Nutritional Status Based on Composite Index of Anthropometric Failure Nurani Rahmadini, Trini Sudiarti, Diah Mulyawati Utari Research using secondary data survey Kadarzi 2011. The survey was conducted using a cross sectional study in 11 districts. Samples of 1,176 families who have children youngest aged 6 59 months. The variables studied were the nutritional status, Kadarzi behaviors, Kadarzi status, children characteristics, and family characteristics. Results showed prevalence of growth faltering (31%). There are two variables that influence nutritional status, child?s weighing (p value = 0,003) and mother?s education (p value = 0,034). Multiple logistic regression analysis show child?s weighing as a dominant factor to the nutritional status of children. Children who are weighed not regularly are more risky 1,5 to get growth faltering then children who are weighed regularly. CIAF is useful to determine prevalence of undernutrition clearly and its solution. Counseling and promotion about child?s growth monitoring are required as early detection of growth faltering."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Ayu Dewi Sartika
"Gizi merupakan faktor determinan utama yang berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak berusia kurang dari lima tahun adalah kelompok rentan untuk masalah gizi dan kesehatan. Tujuan penelitian ini mendapatkan faktor status gizi yang paling dominan anak usia dibawah lima tahun. Penelitian ini dilakukan terhadap sumber data sekunder data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis multivariat untuk menilai berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan status nutrisi. Mengunakan berat badan untuk umur, faktor risiko paling dominan adalah diare setelah dikontrol dengan sumber air minum, ketersediaan latrine, status sosioekonomi, ukuran keluarga , gender, pemanfaatan pelayanan kesehatan, penyakit saluran napas, pekerjaan ibu dan waktu pemberian air susu ibu sampai dua tahun. Menggunakan tinggi untuk tinggi badan faktor risiko dominan adalah ketersediaan latrines setelah dikendalikan oleh perilaku cuci tangan, status sosial ekonomi, sumber air minum, durasi pemberian ASI sampai dua tahun. Untuk mengatasi masalah gizi pada anak usia di bawah lima tahun dibutuhkan kebijakan yang terfokus memulihkan pertumbuhan dan status kesehatan anak usia di bawah lima tahun dengan korelasi antara program gizi dan program lain, seperti kesehatan lingkungan dan imunisasi. Selain itu, pemerintah harus mengatur peranan posyandu sebagai fasilitas yang membantu pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Nutrition is one of the major determinant factors related to human resources quality. Under-five years old children are susceptible to nutrition and health problems. The purpose of this study is to identify the most dominant factor of nutritional status of under five children using Riskesdas data in 2007. Multivariate analysis results showed that the risk factor which mostly associated with nutritional status using weight for age was a diarrheal illness after being controlled by the source of drinking water, latrine availability, socio-economic status, family size, gender, utilization of health services, respiratory diseases, maternal employment, and duration of breastfeeding up to 2 years. Using height for age was the availability of latrines after being controlled by hand-washing habits, socioe-conomic status, source of drinking water, duration of breastfeeding up to 2 years, diarrheal disease, family size and gender. Using weight for height was sex after being controlled by age, drinking water sources, distance and time to health services and respiratory disease. To overcome malnourished problem in children under five years old, it is needed to establish a policy focusing on the recovery of the growth and health status for under-five children with correlation between nutrition program and other programs, such as environmental health (clean and healthy life style) and immunization. Beside that, the government should arrange the role of the posyandu as a facility that help government to increase the health status of community."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Naturally old [people are undergoing physical,biological,mental and social decline and having much illness. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Nutritional status and morbidity are the causes of children under five child mortality in Indonesia ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardjo
Bogor Institut Pertanian Bogor 1988,
612.3 S 428 p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Primamedia Pustaka, 2006
641.302 HID (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmainah Nurmainah
"Usia remaja merupakan salah satu kelompok umur rentan terhadap
masalah gizi sebagai akibat riwayat lahir dan status gizi buruk sebelumnya
yang konsekuensinya buruk dalam daur hidup berikutnya. Penelitian ini
menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) dengan desain stu-
di longitudinal, bertujuan memperoleh model prediksi IMT remaja berdasar-
kan riwayat lahir dan status gizi anak. Sampel berjumlah 837 balita dipilih
secara multistage random sampling. Riwayat lahir diukur dari berat lahir dan
umur kehamilan. Pengukuran status gizi dilakukan mulai balita sampai re-
maja (15 _ 19 tahun). Analisis menggunakan regresi logistik multinomial.
Rata-rata berat lahir bayi perempuan 147 gram lebih rendah dibandingkan
bayi laki-laki. Terdapat 7,4% berat bayi lahir rendah, dengan prevalensi ter-
tinggi pada perempuan (9,3%). Terdapat masalah gizi ganda pada balita
yaitu 47% stunting, 29,7% underweight, 10% wasting, dan 13,9%
gemuk/obesitas. Sebesar 51,7% balita mengalami gangguan pertumbuhan
dengan stunting sebagai kontribusi terbesar. Risiko remaja gemuk/obesitas
diprediksi dari kelahiran prematur, stunting usia 8 _ 12 tahun, dan
gemuk/obesitas usia 8 _ 12 tahun. Risiko remaja kurus diprediksi dari IMT
kurus saat berusia 5 _ 9 tahun dan usia 8 _ 12 tahun. Perlu intervensi yang
diprioritaskan pada remaja perempuan untuk mencegah kelahiran prematur
dan fetal programming, serta evaluasi program Pemberian Makan
Tambahan (PMT) pada balita yang lebih memfokuskan pada penambahan
berat badan tanpa mempertimbangkan tinggi badan.
Adolescents is one of the age groups vulnerable to nutritional problems as
a result of poor birth history and nutritional status, and then have bad con-
sequences the next life cycle. Research using data Indonesia Family Life
Survey (IFLS) with longitudinal study designs to predict adolescent body
mass index based on the history of birth and child nutritional status. Sample
Model Prediksi Indeks Massa Tubuh Remaja
Berdasarkan Riwayat Lahir dan Status Gizi Anak
Prediction Model for Adolescent Body Mass Index Based on the Birth
History and Children Nutrition Status
Demsa Simbolon
consisted of 837 children selected by multistage random sampling. History
of birth measured from birth weight and gestational age. Measurement of
nutritional status was conducted from under five years children to adoles-
cence (15 _ 19 years). Analysis using multinomial logistic regression.
Average birth weight women 147 grams lower than men. There is a 7.4%
LBW, with the highest prevalence in women (9.3%). There are multiple nu-
tritional problems are 47 % stunting, 29.7% underweight, 10% wasting, and
13.9% overweight/obesity. 51.7% of children under five years of growth fal-
tering, stunting as the highest contribution. The risk of overweight/obesity
adolescent can be predicted from the premature birth, stunted aged 8 _ 12
years, and overweight/obese aged 8 _ 12 years. Risk of underweight ado-
lescents predicted from underweight aged 5 _ 9 years and 8 _ 12 years. It
should be prioritized intervention in young women to prevent preterm birth,
as well as the evaluation of the supplementary feeding programs are more
focused on weight gain without considering the height."
Lengkap +
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>