Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penetapan aktivitas laktase usus secara langsung dilakukan dengan mengukur laktase di epitel usus halus. Cara ini merupakan cara yang invasif dan secara etis tidak dapat dilakukan pada bayi sehat. Secara tidak langsung, penetapan aktivitas laktase, yang dinyatakan sebagai rasio ekskresi dan konsumsi laktosa dan laktulosa, memerlukan waktu 30 jam observasi di rumah sakit. Tujuan penelitian ini ialah mencari metoda penetapan aktivitas laktase yang tidak invasif dan tidak memerlukan waktu observasi yang lama. Bayi diberikan laktosa dan laktulosa sekaligus setelah 2 jam puasa, kemudian kadar laktosa dan laktulosa dalam urin diukur dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas laktase dinyatakan dengan rasio ekskresi urin konsumsi laktulosa dan laktosa. Penelitian ini membuktikan bahwa cara pemberian laktosa dan laktulosa satu kali setelah puasa 2 jam dapat dipakai untuk penetapan aktivitas laktase dan bayi hanya perlu pengawasan selama 7 jam. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)

Determination of intestinal lactase activity is directly done by measuring its activity in intestinal epithelium. This is an invasive method and ethically can not be done in healthy infants. Indirectly, determination of lactase activity, stated as excretion and ingestion ratio of lactose and lactulose, needs 30 hours hospitalized infants. The aim of this study was to look for a method for determination of lactase activity which is not invasive and not necessary hospitalized. Using this method lactose and lactulose were given as a single oral load after 2 hours fasting. Urine were collected for 5 hours starting from consuming sugar solution and then lactose and lactulose concentration in the urine were measured by High Performance Liquid Chromatography. The results showed single oral load of lactose and lactulose can be used for determination of lactase activity in infant and the infants were observed only for 7 hours. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 8-12, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Veronika Yuliani
"Laktosa merupakan disakarida dengan struktur yang polihidroksi, sehingga dari laktosa dapat dibuat ester, yaitu bila direaksikan dengan asam vanilat yang memiliki gugus karboksilat. Di samping itu, asam vanilat juga memiliki gugus fenolik yang dapat bersifat sebagai antioksidan. Esterifikasi asam vanilat dengan laktosa dilakukan untuk memperbanyak gugus fenolik. Dalam penelitian ini, senyawa ester laktovanilat berhasil disintesis dari laktosa dan asam vanilat. Asam vanilat diperoleh dari oksidasi vanili dengan oksidator Ag2O yang terbentuk dari AgNO3 dengan NaOH berlebih, dengan rendemen 75,94%. Reaksi esterifikasi dilakukan dengan perbandingan mol laktosa: asam vanilat = 1:3, dibantu DCC sebagai aktivator dan DMAP sebagai katalis serta aseton sebagai pelarut. Reaksi dilakukan dalam sistem refluks pada suhu 60 ºC selama 24 jam. Dihasilkan ester laktovanilat dengan rendemen sebesar 76,82%. Asam vanilat dan ester laktovanilat di uji aktivitas antioksidannya dengan metode peredaman radikal DPPH, diperoleh nilai IC50 asam vanilat standar dan ester laktovanilat adalah 379,85 ppm dan 1314,33 ppm."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Andria Amanda
"ABSTRAK
Diare telah menjadi salah satu penyebab meningkatnya kesakitan dan kematian pada anak. Diare biasanya disebabkan oleh infeksi. Sindrom Malabsorpsi dan beberapa enteropatogen bisa menyebabkan diare. Studi ini dilaksanakan untuk mencari prevalensi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi pada pasien anak dengan diare dan mencari asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi. Studi ini menggunakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Jenis studi ini dipilih untuk mengetahui asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi. Data yang dibutuhkan akan diperoleh dari profil analisis tinja dan rekam medis pasien anak yang dirawat di RSCM. Penelitian ini menemukan prevalensi malabsorpsi laktosa di pasien anak dengan diare sebanyak 18,2 . Prevalensi malnutrisi di pasien anak dengan diare sebanyak 38 . Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat asosiasi malabsorpsi laktosa dengan status nutrisi p>0.05 . Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai asosiasi malabsorpsi laktosa dan malnutrisi dengan sampel yang lebih besar.

ABSTRACT
Diarrhea remains as a leading cause of childhood morbidity and mortality in Indonesia. Diarrhea in children is usually caused by infection . However, numerous disorders could also result in diarrhea. It includes a malabsorption syndrome and various enteropathies. The study that we conduct is aimed to determine the prevalence of lactose malabsorption and malnutrition in pediatric patients with diarrhea and the association between lactose malabsorption. and malnutrition. The research design used for this study is a cross sectional using secondary data. This study is chosen to know the association between lactose malabsorption and malnutrition. The data in this study will be obtained from stool analysis profile and the medical record of pediatric patients that are treated in Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM . This study found that the prevalence of lactose malabsorption in pediatric patients with diarrhea is 18.2 . This study also found that the prevalence of malnutrition is 38 .Moreover, the result of the study revealed that there is no association between lactose malabsorption and nutritional status P 0.05 . A further study is required to explored the association between lactose malabsorption and nutritional status with larger sample size "
2016
S70361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafruddin
"Pelah dilakukan penelitian tentang pemakaian "Croscar. Mellose
Sodium Type A" seaga3. disintegrant dengan berbagal konsentrasi dalam
formula tablet Kalsiiim laktat yang penambahannya dilakukan sect
ra internal, eksternal dan kombinasi internal dan eksternal die -
integrant.
Pada penelitian mi, penambahan bahan penghancur Ac-Di-Sol dengan
cara konibinasi internal & eketerrial, ternyata pada konsentrasi
1% internal dan 1% eksternal eudah aemberikan basil yang terbaik d
ngazi waktu hancur rata-rata 8 menit 35 detik, kecepatan melarut
K120 detik rata-rata 27%, kekerasan tablet rata-rata 5,46 kg dan k
regasan 0,40%.
Setelah dilakukan uji statistik t - test dengan satu paranie -
ter (p = 0,05) formula tablet dengan perbedaan konsentrasiO-DiSOl
dan 1% sampai dengan 5% dengan cam penambaban bahan penghancur Be
cam internal, eksternal, dan koabiriasi internal dan eksternal tennyata
menunjukkan perbedaan yang significant jika ditinjau dan aspek
waktu hancurnya, dan keôepatan melarut aediaan formula tablet
tersebut pada kenaikkan konsentrasi Ac_DiS01 1 % & ' 5 %
Baeil uji etatietik tentang cam penambahan bahan penghancur
ternyata pada penambahan bahan penghancur secara internal, eketer -
nal dan kombinas.i internal dan ekaternal pada konsentrasi Ac-Di-Sol
yang sama range 1% sampai dengan 5% menunjukkan perbedaan yang significarit.

The application of "Croscar Nellose Sodium Type A" (Ac-Di-Sol)
as disintegrant in the tablet formula Calcium lactate with various
concentration which added internally, externally and internal and
external disintegrant combination have been studied.
In this study the addition of disintegrant Ac-Di-Sol material
with internal and external combination methods, in 1% concentration
it will enough to give the bestresult with average .disintegration
time 8 minutes 35 seconds, average of dissolution rate it K120
seconds 27%, average of tablet hardness 5,46 kg , average of
Friability 0,40%.
Alter being test statically (t - test) itb one parameter
(p 0,05) tablet formula with differ Ac-Di-Sol concentration in
the range of 1% to 5% with addition of disintegration material
internally, externally and combination of internal and external
aethode, has shown the significant differences with the aspect of
time disintegration and dissolution rate of the tablet contained_,
•Ac-D5-Sol 1 % sampai dengan 5 %.
The result of statistical test of the additièn of dis -
integration material resulted with the above methods Ac-Di-Sol
concentration within the same range of 1% to 5% in significant
difference.
"
1984: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindsay, Sandie
Chichester: John Wiley & Sons, 1992
543.8 LIN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nalia Attala Ramadhieni
"Mikroalga mewakili mikroorganisme paling potensial dalam produksi karotenoid komersial dari berbagai sumber karotenoid alami. Meskipun demikian, informasi mengenai kualitas dan profil kuantitatif senyawa karotenoid pada spesies mikroalga masih kurang. Maka dari itu, determinasi karotenoid untuk mengetahui dan menganalisis kandungan astaxanthin, beta-karoten, dan fucoxanthin pada mikroalga laut dilakukan. Analisis ditentukan menggunakan HPLC dengan fase gerak metanol (MeOH) dan MTBE (1:1; v/v) pada λ 450 dan 477 nm. Hasil menunjukkan astaxanthin ditemukan pada Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (0,27 dan 0,04 ppm) dan Synechococcus moorigangaii InaCC M208 (0,37 dan 0,17 ppm), beta-karoten ditemukan pada Chlorella vulgaris InaCC M205 (0,6 dan 0,55 ppm), Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 (0,63 dan 0,61 ppm), dan Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (1,78 dan 1,7 ppm), serta fucoxanthin ditemukan pada semua sampel Chlorella vulgaris InaCC M205 (0,84 dan 0,25 ppm), Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 (0,1 ppm), Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (0,28 dan 0,11 ppm), dan Synechococcus moorigangaii InaCC M208 (0,72 dan 0,44 ppm). Perbedaan kandungan karotenoid dapat disebabkan oleh adanya perbedaan spesies, enzim yang berperan dalam sintesis karotenoid, metode ekstraksi, hingga cekaman lingkungan.

Microalgae are the most promising microorganisms for commercial carotenoid production from natural sources. However, there is currently a scarcity of data on the quality and quantitative profile of carotenoid compounds in microalgae species. Therefore, the determination of carotenoids to determine and assess the content of astaxanthin, beta-carotene, and fucoxanthin in marine microalgae was carried out. HPLC with methanol (MeOH) and MTBE (1:1; v/v) mobile phase at 450 and 477 nm was used to determine the analysis. Astaxanthin was discovered in Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (0.27 and 0.04 ppm) and Synechococcus moorigangaii InaCC M208 (0.37 and 0.17 ppm), beta-carotene was discovered in Chlorella vulgaris InaCC M205 (0.6 and 0.55 ppm), Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 (0,63 and 0,61 ppm), and Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (1,78 and 1,7 ppm). Fucoxanthin was found in all samples, Chlorella vulgaris InaCC M205 (0.84 and 0.25 ppm), Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 (0.1 ppm), Nannochloropsis oceanica InaCC M207 (0.28 and 0.11 ppm), and Synechococcus moorigangaii InaCC M208 (0.72 and 0.44 ppm). Differences in carotenoid content can be attributed to species differences, enzymes involved in carotenoid production, extraction methods, and environmental conditions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Djeanisa Firdaus
"Pada penelitian ini telah dilakukan uji ketahanan sampel urin terhadap waktu dan kondisi penyimpanan dalam penentuan kadar senyawa asam trans, trans-mukonat, asam S-fenil merkapturat, asam hippurat, asam 2-metil hippurat, asam 3-metil hippurat, serta asam 4-metil hippurat menggunakan instrument HPLC. Setelah sampel urin dan standar melalui proses ekstraksi, dilakukan uji pemisahan dan analisis dengan instrument HPLC menggunakan detektor UV. Metode yang digunakan memenuhi beberapa kriteria validasi dalam hal linearitas, presisi, batas deteksi, batas kuantifikasi, serta persen perolehan kembali. Diperoleh nilai R2 rentang 0.85 ppm 175 ppm. Nilai presisi yang dinyatakan dengan %RSD berada pada 0,331 % - 0.888 %. Batas deteksi dari lima analit berkisar antara 0,255 ppm 􀂱 6.327 ppm dan batas kuantifikasi dari lima analit berkisar antara 0.849 ppm 􀂱 21.091 ppm. Persen perolehan kembali mampu mencapai kisaran 94.37%-100.46%. Kemudian metode ini digunakan dalam menganalisis sampel urin terhadap waktu dan kondisi penyimpanan dalam penentuan kadar senyawa asam trans, trans-mukonat, asam s-fenil merkapturat, asam hippurat, asam 2-metil hippurat, asam 3-metil hippurat, dan asam 4 -metil hippurat. Didapat kondisi penyimpanan yang paling baik adalah dengan penambahan pengawet timol dan disimpan pada suhu 50C. Hasil analisis senyawa metabolit BTX pada urin dengan kondisi penyimpanan tersebut menunjukkan kadar yang stabil selama kurang lebih 30 hari.

In this research, the resistance of urine sample against storage time and condition for the determination of compounds tt-MA, SPMA, HA, 2-MHA, 3-MHA, and 4-MHA by High Performance Liquid Chromatography has been investigated. After urine samples and standards have been extracted, they were then analyzed by HPLC instrument using a UV detector. The method used had met several criteria in terms of validation of linearity, precision, detection limit, quantification limit, and percent recovery. The result showed that the value of R2 exceeded 0.996 with range of 0.85 ppm - 175 ppm. The value of precision showed by % RSD is at 0.331% - 0.888%. Limit of detection of five analytes ranged from 0.255 ppm 6.327 ppm and limit of quantification of five analytes ranged from 0.849 ppm-21.091 ppm. Percent recovery has been to reach a range of 94.37% - 100.46%. This method then used to analyze the resistance of urine sample against storage time and condition for the determination of compound trans, transmuconic acid, s-phenyl mercapturic acid, hippuric acid, 2-methylhippuric acid, 3-methylhippuric acid, and 4-methylhippuric acid. We can conclude that the best storage conditions are at 50C with addition of thymol as preservatives. The analysis results of BTX metabolites in urine with this storage conditions showed a stable amount for approximately 30 days."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabalian, Hanna Lili Natasya
"Krim pemutih sudah menjadi produk kosmetik ldquo;wajib rdquo; di kalangan wanita Indonesia. Krim pemutih merupakan salah satu jenis kosmetik yang merupakan campuran bahan kimia dan bahan lainnya dengan khasiat untuk memudarkan noda hitam pada kulit. Hidrokinon, tretinoin dan betametason merupakan zat aktif berbahaya yang sering ditemukan dalam krim pemutih. Dalam jangka panjang, ketiga zat aktif ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan jika digunakan secara berlebihan. Saat ini, penggunaannya telah dilarang di Indonesia kecuali dengan resep.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar hidrokinon, tretinoin dan betametason dalam sediaan krim pemutih menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT fase terbalik. Kondisi analisis yang optimum yaitu menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 270 nm dan 350 nm dan asetonitril ndash; metanol 90:10 v/v sebagai fase gerak yang ditambahkan sedikit asam asetat glasial untuk mencapai pH 5, serta laju alir 0,8 mL/menit.
Metode analisis telah memenuhi persyaratan validasi mencakup akurasi, presisi, linearitas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Validasi metode analisis hidrokinon, tretinoin dan betametason yang dilakukan telah memenuhi persyaratan dengan nilai koefisien korelasi r berturut-turut 0,9999; 0,9994; dan 0,9995. Terdapat tujuh sampel yang dianalisis dan hanya dua sampel yang positif mengandung hidrokinon, tretinoin dan betametason. Hasil menunjukkan kadar rata-rata hidrokinon, tretinoin dan betametason pada sampel A dan B adalah 1,78 ; 0,07 ; 0,12 dan 2,00 ; 0,07 ; 0,13.

Whitening cream has become a ldquo must have cosmetic product among Indonesian women. Whitening cream is a type of cosmetics which contains a mixture of chemicals and other ingredients with benefit to fade dark spots on the skin. Hydroquinone, tretinoin and betamethasone are harmful active substances that are often found in whitening creams. In the long run, these three active substances can lead to some health issues if used excessively. Currently, their use has been banned in Indonesia except by prescription.
The objective of this study was to obtain a selective analysis method for determination of hydroquinone, tretinoin and betamethasone levels in whitening creams using reversed phase high performance liquid chromatography HPLC. The optimum conditions of analysis were using UV detector at wavelengths of 270 nm and 350 nm and acetonitrile ndash methanol 90 10 v v as a mobile phase with slightly added glacial acetic acid to reach pH 5, and a flow rate of 0.8 mL minute.
The analytical methods have met the validation requirements including accuracy, precision, linearity, selectivity, detection limits, and quantitation limits. Validation of hydroquinone, tretinoin and betamethasone analysis methods has fulfilled the requirements with correlation coefficient r 0.9999 0.9994 and 0.9995. There were seven samples analyzed and only two samples were positive containing hydroquinone, tretinoin and betamethasone. The results showed the mean levels of hydroquinone, tretinoin and betamethasone in samples A and B were 1.78 0.07 0.12 and 2.00 0.07 0.13.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>