Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viella Cecilia Wijaya
"Kami melakukan penelitian tentang efek pemberian minuman berkarbohidrat pada dua jam pra induksi anestesia terhadap pengurangan ketidaknyamanan prabedah untuk pasien operasi elektif. Tiga puluh sembilan pasien dewasa dengan status fisik ASA 1 dan 2 diikutsertakan dalam penelitian ini yang diacak dengan penyamaran tunggal untuk mendapatkan 300 mL minuman yang mengandung glukosa 5% atau air putih pada waktu dua jam pra induksi anestesia. Seharusnya penelitian dilakukan terhadap 68 pasien namun akibat kesalahan terhadap penghitungan jumlah sampel di awal penelitian kami dan keterbatasan waktu maka penelitian hanya dilakukan terhadap 39 pasien. Digunakan VAS sebagai metode pengukuran ketidaknyamanan prabedah yang ingin dinilai yaitu kecemasan, rasa lapar dan rasa haus. Tidak terjadi efek samping aspirasi pare pada semua subyek penelitian. Terjadi penurunan nilai VAS yang bermakna pada kedua kelompok perlakuan (p<0.05) terhadap variabel kecemasan dan rasa haus pada pengukuran di menit ke-90 dan 120 setelah pemberian minuman. Sedangkan pada variabel rasa lapar hanya terjadi penurunan nilai VAS yang bermakna pada kelompok yang mendapat minuman glukosa 5% di menit ke-90. Perbandingan nilai mean dan SD untuk penurunan VAS kecemasan, rasa lapar dan rasa haus diantara kedua kelompok hasilnya tidak bermakna (p>0.05). Kesimpulannya adalah pemberian air putih saja cukup efektif untuk menurunkan ketidaknyamanan prabedah yang berupa kecemasan dan rasa haus, namun tidak efektif untuk mengurangi rasa lapar.

We studied the effects of carbohydrate drink given two hours pre-induction of anesthesia in reducing preoperative discomforts for elective surgery patients. Thirty-nine adult patients with physical status ASA 1 and 2 were included in the study and randomized double blinded to preparation with 300mL of glucose 5% drink or plain water. The sample size was supposed to be 68 but we miscalculated it a1 the beginning of the study and also because of the lack of time, we only look 39 patients as our sample. Visual Analog Score (VAS) was used as a method of scoring the preoperative discomfort variables, which were anxiety, hunger and thirst. There were no adverse effects such as pulmonary aspiration occurred in the study. VAS was measured before, 90 and 120 minutes after the drink was given. It happened to be that both of the drinks were very effective in reducing VAS of anxiety and thirst but there were no difference between the two groups (p>0.05). Both of the drink was less effective in reducing hunger preoperatively. In conclusion, plain water is as effective as glucose 5% drink in reducing anxiety and thirst preoperative if given two hours pre induction of anesthesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Britto, J.A.
Jakarta: EGC, 2005
617 BRI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Rayendra Saleh
"Surgical site infection is a harmful problem both for the operator or the patient. Commonly, antibiotics is used irrationally to prevent surgical site infection. In the other hand, irrational use of antibiotics might lead to microbial resistency. Plastic reconstructive surgeryof the ears and nose is classified into clean or clean contaminated surgery which only requires prophylactic antibiotics. The aim of this study is to acquire supporting data for a rational use of antibiotics in plastic reconstructive surgery in ENT-HNS Department FMUI - CMH. This study is a pilot study with negative trial design which includes 12 subjects. Subjects are randomly divided into prophylaxis antibiotic only and combination of prophylaxis antibiotic and post operative antibiotic. This study found 1 subject form the prophylaxis antibiotic only group with surgical site infection. There was no surgical site infection in the control group. There is no significant difference between the two groups. The use of post surgery antibiotic is not neccesary in plastic reconstructive surgery to prevent surgical site infection. Further study is required to support findings of this study.

Infeksi luka operasi adalah suatu masalah yang sangat merugikan baik bagi operator maupun pasien. Seringkali antibiotika digunakan secara tidak rasional untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi. Di lain pihak, penggunaan antibiotika secara tidak rasional dapat meningkatkan resistensi mikroba. Operasi plastik rekonstruksi telinga dan hidung adalah operasi bersih atau bersih terkontaminasi yang hanya membutuhkan antibiotika profilaksis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dukung ilmiah untuk penggunaan antibiotika yang rasional dalam tatalaksana operasi rekonstruksi telinga dan hidung di Departemen THT-KL FKUI - RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini merupakan suatu penelitian pendahuluan dengan desain uji klinis negatif dengan melibatkan 12 subyek. Subyek penelitian dibagi secara acak menjadi kelompok antibiotika profilaksis saja dan kombinasi antibiotika profilaksis - pasca operasi. Terdapat 1 subyek pada kelompok antibiotika profilaksis yang mengalami infeksi luka operasi. Pada kelompok kombinasi antibiotika profilaksis - pasca operasi tidak terdapat infeksi luka operasi. Tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi angka kejadian infeksi luka operasi pada kedua kelompok. Pemberian antibiotika pasca operasi tidak diperlukan dalam operasi plastik rekonstruksi telinga dan hidung untuk mencegah infeksi luka operasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung hubungan yang tidak bermakna antara kedua kelompok."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Dwiyanti
"Penelitian mengenai budaya konsumen dan permasalahan jati diri kaum perempuan Jepang dalam masyarakat kontemporer, dengan latar belakang gejala maraknya pemanfaatan praktek bedah kosmetik. Penelitian difokuskan kepada kaum perempuan (tanpa pembedaan usia) yang tinggal di perkotaan di Jepang, dengan latar belakang kurun waktu tahun 1990-an hingga tahun 2003. Konsep dan teori dalam penelitian ini mengacu pada paham posmodern. Tujuannya untuk melihat latar belakang maraknya bisnis bedah kosmetik dilihat dari konsep budaya konsumen serta hubungannya dengan pandangan mengenai jati diri yang berlaku dalam masyarakat di kota-kota besar di Jepang dan pengaruhnya terhadap kaum perempuan.Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan. Data empiris yang digunakan berupa artikel-artikel dan ikian-iklan dari majalah Jepang tahun 2000-2003 mengenai bisnis bedah kosmetik.
Kesimpulan yang didapat adalah bahwa maraknya bisnis bedah kosmetik terbukti didukung oleh budaya konsumen, melalui sikap konsumsi perempuan Jepang di perkotaan yang memiliki kebebasan dalam memilih produk, memiliki gaya hidup konsumtif, dan memiliki kekuatan mikro ekonomi. Faktor pendukung yang lain adalah komodifikasi bedah kosmetik yang dengan gencar menjadikan bedah kosmetik sebagai suatu komoditas yang begitu mudah dijangkau dan dapat diperoleh dengan biaya relatif terjangkau. Pandangan masyarakat kontemporer Jepang mengenai pentingnya penampilan menyebabkan adanya segmentasi kelompok sosial berdasarkan penampilan fisik. Akibatnya muncul hasrat dari sebagian kaum wanita Jepang yang merasa kurang dalam penampilan fisiknya untuk mengubah bentuk tubuh mereka melalui bedah kosmetik, agar mereka dapat memperoleh kepercayaan diri untuk memasuki kelompok sosial yang mereka inginkan.
Berdasarkan konsep jati diri dan presentasi tubuh dalam posmodernisme, cara mengkonsumsi bedah kosmetik dengan tujuan memenuhi kepuasan batin dan mendapatkan kedudukan sosial yang mereka inginkan merupakan suatu ekspresi diri menuju proses penemuan jati diri. Dengan dimulai dengan memperbaiki bentuk tubuh, harapan yang ada adalah bahwa hal itu juga dapat memperbaiki pandangan akan karakter mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace, Pierce A.
"Surgery at a Glance provides a concise and accessible introduction and revision aid for medical students undertaking their surgical attachment. The easy-to-use At a Glance format presents each topic as a double-page spread. The key facts are accompanied by clear diagrams encapsulating all that students need to know." "Surgery at a Glance is the book for surgical finals. This new edition: now includes colour to enhance understanding; focuses on the core principles and the important diseases appropriate to the current curriculum; is divided into clinical presentations followed by major surgical conditions; and features a new tinted box for the cancer chapters that provides the 2-week-wait referral criteria."--BOOK JACKET"
Jakarta: Erlangga, 2007
617.9 GRA st (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Sipahutar
"Summary
A retrospective study of 13 Equinus feet of 10 patients of
Cerebral Palsy that we were able to collect and review, between
December 1985 and November 1988, has been done.
Tendoachilles lengthening by the closed method for 5 feet of 3
patients and open method for 8 feet of 7 cases in those patients
has been performed. The result in both methods are comparable.
Although the number of cases of these· two methods were too small
for statistical analysis the results find to inaicate that closed ·1
method of Achil les Tendon Lengthening is a good procedure in children
with Cerebral Palsy.
Achilles Tendon lengthening for Equi nus has been performed since
Ancient times using either an open or closed method.
This is usually performed by an open Z or fractional lengthening of
the tendon proper. In 1943, Whi te (5.7 ) was one of the first
proponents of · closed method. Nowadays, most of the surgeons have
found and consider the · sliding method of lengthening either by the
White method or the Hoke method ( 1954} ··more controlled and very
satisfactory. However closed method is not a widely used method for
treatment of Equinus Contracture in Cerebral Pa1sy.
This study reviews patients with C.P. who had closed or open
method of Achi11es Tendon Lengthening in National University Hospital
between Cecember 1965 and November 1988.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryandhito Widhi Nugroho
"LATAR BELAKANG: Waktu tunggu menuju operasi pengangkatan tumor intrakranial elektif di Indonesia masih belum diketahui. Penulis bertujuan mengetahui waktu tunggu menuju operasi pengangkatan tumor intrakranial elektif di Departemen Bedah Saraf FKUI/RSUPNCM dan menganalisis hubungannya dengan luaran fungsional 3 bulan pascaoperasi menurut skala performa Karnofsky. METODE: Penelitian retrospektif ini didasarkan pada data rekam medis dan register pasien neuroonkologi yang menjalani operasi pengangkatan tumor intrakranial elektif pada tahun 2016. Analisis regresi logistik multivariabel dipakai
untuk mengetahui kemaknaan statistik dari hubungan antara waktu tunggu menuju operasi pengangkatan tumor intrakranial elektif dengan luaran fungsional dependen, ditandai oleh skor KPS 0-70 3 bulan pascaoperasi, dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, skor KPS praoperasi, volume tumor pradan pascaoperasi, persentase pengangkatan tumor, patologi dan grading tumor.
HASIL: Median (min-maks) waktu tunggu secara umum adalah 35 (0-529) hari. Tampak hubungan bermakna antara waktu tunggu menuju operasi pengangkatan tumor intrakranial elektif dengan luaran fungsional pada analisis univariabel (OR [95%CI]: 1,004 [1,001-1,007], tetapi tidak pada analisis multivariabel. Nilai kolinearitas volume tumor pra-operasi, pascaoperasi dan persentase pengangkatan tumor dengan waktu tunggu masing-masing adalah sebesar 5,92, 5,69, dan 3,2. SIMPULAN: Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara waktu tunggu menuju operasi pengangkatan tumor elektif dengan skor KPS 3 bulan pascaoperasi. Terdapat korelasi kuat antara waktu tunggu dengan volume tumor pra- dan pascaoperasi serta persentase pengangkatan tumor.

BACKGROUND: The waiting time to elective intracranial tumor removal surgery in Indonesia is unknown. The author aimed to identify the waiting time to elective intracranial tumor removal surgery in the Department of Neurosurgery FMUI/RSUPNCM, and to analyze its association with functional outcome 3, defined by Karnofsky Performance Scale (KPS), in 3 months after surgery.
METHODS: This retrospective study was based on medical record and the registry of neuro-oncology patient who underwent elective intracranial tumor removal surgery in 2016. Multivariable logistic regression analyses were utilized to
investigate statistical significance of waiting time to elective intracranial tumor removal surgery and poor functional outcome, defined by 3-months follow-up KPS of 0-70, adjusting for age, sex, pre-operative KPS score, pre and post-operative
tumor volume, percentage of tumor removal, tumor histopathology and grading. RESULTS: Overall median (min-max) of waiting time to elective intracranial tumor removal surgery was 35 (0-529) days. Significant statistical association between waiting time to elective intracranial tumor removal surgery and poor functional outcome was identified in univariable analysis (OR [95%CI]: 1,004 [1,001- 1,007]), but not in multivariable analysis. The collinearity value of pre- and postoperative tumor volume, percentage of tumor removal with waiting time were,
respectively, 5,92, 5,69, and 3,2. CONCLUSION: There was no significant statistical association identified between
waiting time to elective intracranial tumor removal surgery and KPS 3 months after surgery. Strong correlations were identified between pre- and post-operative tumor volume, percentage of tumor removal and waiting time to elective intracranial tumor removal surgery
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This practical reference is a comprehensive guide to the anesthetic and perioperative management of patients before and during all procedures performed by general and subspecialist surgeons requiring anesthetic management. The book explains each procedure from both the surgeon and anesthesiologist perspectives, presents details on anesthetic technique, and guides the anesthesiologist and surgeon through the decisions that must be made before, during, and after surgery. Emphasis is on factors that impact the anesthesiologist, including patient positioning, duration of surgery, and complications."
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2015
617.96 ANE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Bintang Abadi
"Keberhasilan penanganan pasien-pasien emergensi ke rumah sakit berkaitan erat dengan "waktu penanganan" yaitu waktu antara kedatangan pasien dengan waktu tindakan yang seharusnya dilakukan, dalam hal ini tindakan pembedahan. Makin lama waktu respon penanganan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang akan dialami pasien tersebut di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (UGD RSCM) yang khusus menangani pasien-pasien gawat darurat/emergensi telah ditetapkan stiatu indikator kinerja sebagai acuan keberhasilan penanganan yaitu dengan dibedakannya kasus Sangat Gawat Darurat (SGD) dan kasus Gawat Darurat (GD). Kasus Sangat Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang rnembutuhkan tindakan pembedahan secepatnya karena adanya ancaman kehilangan nyawa. Hal ini dihubungkan dengan adanya gangguan jalan nafas, kemampuan bernafas atau gangguan sirkulasi. Sedangkan kasus Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang memerlukan tindakan pembedahan dalam waktu 8 jam pertama (misalnya : hernia strangulata, apendisitis, trauma pembuluh darah, trombosis pembuluh darah). Dalam hal keterlambatan penanganan akan meningkatkan morbiditas yang pada akhirnya akan meningkatkan mortalitas.
Sejak saat kedatangan di UGD, pasien pada umumnya harus melewati beberapa pemeriksaan, diantaranya anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tindakan-tindakan prabedah. Selain itu juga dilakukan konsultasi antar departemen jika diperlukan dan persetujuan pasien atau keluarganya atas tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Bila pasien yang datang disebabkan trauma akan dilakukan Primary Survey dengan segala penanganannya dan dilanjutkan dengan Secoudary survey.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lamanya waktu penanganan prabedah pada pasien-pasien kasus SGD dan GD UGD RSCM yang akan dilakukan pembedahan beserta faktor-faktor 1 alasan yang mempengaruhinya.
Parameter yang digunakan adalah waktu yang dilalui pasien sejak kedatangan sampai dilakukan tindakan bedah dikaitkan dengan waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan-pemeriksaan dan tindakan-tindakan prabedah lainnya (persiapan prabedah)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Informasi pra bedah pada klien yang pertama kali akan dilakukan operasi besar merupakan kebutuhan klien untuk mengatasi kecemasan dan mencegah/meminimalkan komplikasi selama dan sesudah pembedahan. Kebutuhan informasi pra bedah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan klien. Melalui penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap kebutuhan informasi pra bedah pada klien yang pertama kali akan dilakukan operasi besar. Hipotesa penelitian yang diajukan yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kebutuhan informasi pra bedah pada klien yang pertama kali akan dilakukan operasi besar. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif inferensial. Tempat penelitian di Ruang Bedah IRNA A Rumah Sakit Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo dengan 30 responden yang bisa membaca dan menulis serta bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Untuk mengumpulkan data hubungan tingkat pendidikan terhadap kebutuhan informasi pra bedah tersebut peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk diagram dan dianalisa dengan menggunakan perhitungan statistik hipotesis selisih mean. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kebutuhan informasi pra bedah pada klien yang pertama kali
dilakukan Operasi besar yaitu dengan tingkat kemaknaan t = 2,20. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kebutuhan informasi pra bedah pada klien yang pertama kali dilakukan operasi besar. Peneliti merekomendasikan pada perawat untuk lebih aktif dalam memberikan informasi pra bedah pada klien yang pertama kali dilakukan operasi besar sesuai dengan tingkat perldidikan dan pemahaman klien. Untuk peneiitian selanjutnya agar menambah jumlah responden, mengembangkan variabel lebih spesifik sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan dapat digeneralisasikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5094
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>