Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deded Chandra
"Perusahaan asuransi merupakan perusahaan penggalang dana, yang mempunyai kewajiban untuk menanggung himpunan risiko dari pesertanya. Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, perusahaan asuransi harus dapat mengelola keuangannya dengan baik, salah satunya dengan cara menginvestasikan dana peserta sebelum digunakan untuk membayar kewajiban.
Dana yang diinvestasikan oleh perusahaan asuransi diawasi dengan ketat oleh pemerintah karena menyangkut keamanan dana masyarakat. Untuk perusahaan asuransi, pengawasan keuangannya diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424 tahun 2003.
Untuk menghasilkan return yang optimal dengan meminimalkan risiko dalam melakukan investasi, diperlukan suatu proses investasi yang akurat dan tepat, sesuai dengan peraturan yang berlaku, tujuan perusahaan dalam berinvestasi dan batasan-batasan yang dihadapi perusahaan.
Proses investasi dimulai dari penetapan sasaran dan kebijakan investasi, pemilihan strategi investasi, pengalokasian dana investasi atau konstruksi portofolio hingga ke pengukuran dan evaluasi kinerja investasi tersebut.
Analisis terhadap proses investasi pada perusahaan asuransi dilakukan terhadap PT.X yang merupakan perusahaan asuransi kesehatan. Hal ini dilakukan sehubungan dengan perubahan kondisi perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Perubahan kondisi eksternal antara antara lain kondisi makro perekonomian dan politik negara yang semakin kondusif dan menuntut transparansi sedangkan kondisi internal adalah adanya perubahan keuangan perusahaan yang cukup besar, yaitu adanya iuran pemerintah terhadap biaya perneliharaan kesehatan pegawai negeri dan penugasan dari pemerintah untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia.
Hasil analisis terhadap proses investasi PT.X diharapkan dapat memberikan masukan guna penyusunan kebijakan investasi perusahaan tersebut sehingga dapat memberikan return yang optimal sesuai dengan tujuan perusahaan dan dapat memenuhi kewajiban perusahaan di masa yang akan datang, sehubungan dengan perubahan kondisi eksternal dan internal perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabunag, Maria Theresia Romeo
"Dana merupakan hal yang utama dalam rangka melaksanakan kegiatan investasi. Dana dapat berasal dari modal sendiri atau dari pinjaman. Namun dengan tersedianya dana tidak otomatis investasi dapat langsung dilakukan, karena sering ditemukan fakta bahwa investor mengalami kesulitan dalam menggunakan dana investasi yang dimilikinya atau diperolehnya dan salah satunya adalah mengenai pendistribusian dana investasi. Untuk masalah ini investor sering menghadapi dilema antara dua pilihan strategi, yaitu: Apakah pendistribusian dana tersebut lebih baik dilakukan sekaligus atau secara bertahap?
Di dalam dunia investasi, dikenal 2 strategi untuk pendistribusian dana investasi, yaitu strategi pendistribusian dana secara sekaligus yang disebut lump-sum (LS) dan strategi distribusi dana secara bertahap yang disebut dollar-cost averaging (DCA). Penerapan kedua strategi ini akan memberi dampak signifikan atas return yang akan diperoleh dan risk yang harus dihadapi. Dari kedua strategi ini sering dipertanyakan: Strategi manakah yang dapat memberikan return yang paling maksimal?
Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul berbagai studi dan penelitian yang membedah dan menyajikan perbandingan keunggulan dari penerapan kedua strategi ini. Banyak jumal ilmiah diterbitkan untuk melakukan pembuktian keunggulan salah satu dari kedua strategi ini. Beberapa karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa MMUI sebelumnya juga telah menganisis keunggulan strategi LS dan DCA atas investasi dalam reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia.
Dalam karya akhir ini penulis mencoba melakukan perbandingan antara strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Fokus penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi distribusi dana inveslasi mana yang lebih unggul jika diaplikasikan dalam melakukan pembelian saham.
2. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai untuk sasaran investasi saham yang dipilih.
3. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai dengan sasaran investasi yang memiliki kinerja portofolio terbaik.
4. Menguji rumus dari Michael S. Rozeff tentang perbandingan keunggulan antara 2 strategi distribusi (LS dan DCA) dan mengetahui apakah rumus tersebut dapat diaplikasikan untuk menghasilkan return/wealth investasi yang maksimal.
Adapun manfaat dari penulisan karya akhir adalah untuk memberikan gambaran kepada para investor mengenai penerapan strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia.
Saham yang merijadi sasaran penelitian adalah saham PT. Indosat Tbk. (ISAT) dan saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode tahun 2001-2005. Adapun data yang digunakan adalah harga penutupan harian saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari BEJ dan suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI).
Penelitian ini menggunakan berbagai tools, meliputi antara lain tools untuk pengukuran kinerja portofolio investasi (Sharpe Ratio, Treynor's Measure, Jensen's Alpha, dan Information Ratio) dan rumus penghitungan terminal wealth, variance of terminal wealth, comparison of terminal wealth and variance of terminal wealth, dan equalization of return yang diajukan oleh Michael Rozeff dalam salah satu jumal ilmiahnya yang membahas tentang keunggulan salah satu strategi distribusi investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi LS dan DCA 4 bulan unggul dalam memberikan return yang maksimal (27.85% dan 20.29% untuk saham ISAT, 73.92% dan 24.46% untuk saham TLKM, 64.45% dan 47.02% untuk portofolio 2 saham). Hal ini juga secara tidak langsung menyatakan bahwa semakin lama rentang waktu penanaman dana investasi maka imbal hasil yang diperoleh akan lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumus-rumus yang diajukan oleh Michael Rozeff ternyata tidak dapat digunakan untuk mencapai return yang maksimal antara kedua strategi, khususnya dalam penerapannya untuk investasi saham di Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut maka disarankan bahwa untuk melakukan distribusi sebaiknya menggunakan strategi LS atau DCA dengan rentang waktu investasi yang panjang, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang panjang diyakini cukup untuk mengumpulkan return selama pasar melakukan penyesuaian kondisi setelah melalui beberapa gejolak.
Penerapan salah satu strategi tetap dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Jika telah memilih satu strategi maka harus tetap digunakan selama satu investment horizon yang telah ditetapkan, misalnya 1 tahun. Juga disarankan untuk menerapkan strategi LS dan DCA 4 bulan atas saham atau portofolio saham berkinerja tinggi.
Selain itu dalam melakukan penerapan salah satu strategi tidak diperlukan melakukan penyetaraan dana investasi yang telah ditetapkan, karena basil yang kelak diperoleh tidak akan maksimal.

Fund is an important element to execute investment activities. Source of fund can be self-funded or from loan-financing. However, well-prepared fund does not automatically smoothing the investment activities. Investors often face dilemma to decide how to distribute the fund: Should it better to invest the fund all at once or gradually?
Investment fund distribution can be executed in 2 strategies, that are Lump-sum (LS) and Dollar-cost averaging (DCA). In LS investment fund is distributed all at once, while in DCA the fund is distributed gradually in fixed amount and fixed time intervals within one investment horizon. Applying one of the strategies will give significant impact in investment return, which gives the reason why they are often be the subject in lots of studies to find out which one is more superior.
This thesis tries to find out which strategy is more superior, if applied in stock equities investment in Jakarta Stock Exchange (JSX) during year 2001-2005. This thesis also wants to give another perspective in the benefit of applying investment fund distribution strategy in stock equity investment, especially in Jakarta Stock Exchange. Besides using usual tools such as risk & return portfolio analysis and investment portfolio performance analysis, a set of investment performance tools specifically generated by Michael S. Rozeff to compare superiority between both strategies is also used.
Equity stocks within the period of year 2001-2005 of PT. Indosat Tbk. (ISAT) and PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) become the subject of examination and analysis. Data used as raw material for calculation is the historical monthly closing price. Another data sources are the monthly closing price of JSX price index and Bank Indonesia monthly interest rate. All data are inputted into the calculation tools, and then results are being analyzed.
Tests and analysis results show that LS and DCA 4 months are superior in giving maximum returns (27.85% and 20.29% on ISAT, 73.92% and 24.46% on TLKM, 64.45% and 47.02% on portfolio combination of both stocks). Results also give evident proof that long time intervals within one investment horizon in investing fund will give higher return. The portfolio performance test and analysis also shows that TLKM gives the highest performance. Results also shows that the performance tool set from Rozeff cannot be applied for fund distribution strategy for equity stock in Indonesia.
Based on the conclusion, this thesis then recommends that long time intervals within one investment horizon in applying fund investment distribution strategy is suggested to achieve high return. LS and DCA 4 month strategies are recommended for equity stock that has high performance. Applying the fund investment distribution strategy needs military discipline to achieve desired return, and once a strategy is applied investor cannot move to another strategy in the middle of the investment horizon. Another recommendation is that to achieve maximum return, investment performance tools from Rozeff is not needed.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Samudra
"PT X merencanakan untuk melakukan investasi pada tambang batubara yang berlokasi di Batulicin Kalimantan Selatan. Investasi pada bidang pertambangan merupakan investasi yang padat modal yang tentunya memerlukan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Untuk itu diperlukan suatu analisis mengenai barang modal yang diperlukan, tingkat pengembalian, jumlah produksi minimum per tahun dan harga jual batubara yang berlaku. Produksi batubara umumnya dilakukan berdasarkan besarnya permintaan dari pembeli yg telah melakukan kontrak dengan perusahaan.
Pertama kali diperoleh informasi mengenai besarnya cadangan batubara yang layak untuk ditambang pada lokasi PT X, kualitas batubara, volume lapisan tanah penutup kemudian informasi tentang peralatan antara lain tentang kapasitas alat dan kebutuhan masing-masing alat. Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah investasi yang diperlukan untuk pengadaan peralatan tersebut serta biaya operasional masing-masing alat pada berbagai tingkat produksi batubara per tahun.
Berdasarkan penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa jumlah produksi minimum yang ekonomis sebesar 150.000 ton per tahun, biaya investasi seluruhnya sebesar USD 3.956.034 dengan tingkat pengembalian 59,24%. Untuk produksi 175.000 ton per tahun biaya investasi seluruhnya sebesar USD 4.473.205 dengan tingkat pengembalian 69.58%, sedangkan untuk produksi 200.000 ton per tahun investasi seluruhnya sebesar USD 4.659.619 dengan tingkat pengembalian 98,30%. Berdasarkan analisa kepekaan investasi ini masih menguntungkan pada peningkatan biaya investasi sampai dengan 60% dan peningkatan biaya produksi sampai dengan 127,30% serta penurunan harga jual sampai dengan 18,10%.

PT X plan to do conduct investment at coal-mine which is location in Batulicin South Kalimantan. The Investment at mining area represent solid investment of capital which it is of course needs high carefulness level. For that matter it is need an analysis of capital goods which need for this operation, rate of return amount of minimum production per year and coal price going into effect. Coal production is in general done as according to level of request of coal by the buyer according to the contact with company.
At first, obtained some information regarding the level of competent coal reserves to be mined at company's mining concession, the quality of its coal, overburden volume and then we need some information of equipment for example appliance capacities and requirement of each appliance. Afterwards, calculate the amount of investment which is need for the equipment, operating cost of each appliance at various annual coal production levels.
Pursuant to research, obtained the conclusion that the economical minimum production equal to 150.000 ton per year the entirely investment equal to USD 3.956.034 with rate of return 59,24%. To produce 175.000 ton per year the entirely investment equal to USD 4.473.205 with rate of return 69.58%, while to produce 2U0.000 ton per year investment entirely equal to USD 4.659.619 with rate of return 98,30%. Pursuant to analysis sensitivity of this investment still profit at make-up of the expense of investment up to 30% and make-up of production cost up to 127,30% and also degradation of selling price up to 18,10%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T7358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnelly
"Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dana masyarakat pada Bank Syariah, yaitu volatilitas tingkat bagi hasil, tingkat suku bunga SBI, selisih antara tingkat suku bunga SBI dengan tingkat bagi hasil, jumlah outlet, dan jumlah investor deposito. Model yang digunakan adalah model analisis regresi liner ganda distributed lag dan autoregressive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dana masyarakat (deposito mudaharabah) pada bank syariah adalah selisih suku bunga SBI dengan effective rate bagi hasil serta jumlah deposito periode sebelumnya (b) selisih antara return pasar (suku bunga SBI) dengan return instrumen investasi (tingkat bagi hasil deposito mudharabah) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah investasi dana masyarakat (deposito mudharabah) pada bank syariah, (c) tingkat bagi hasil deposito maupun suku bunga SBI secara sendirisendiri tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah deposito yang dapat dihimpun bank syariah, (d) jumlah outlet dan jumlah nasabah tidak berpengaruh nyata terhadap penghimpunan dana deposito bank syariah.
Implementasi hasil penelitian menyarankan (a) bank syariah perlu selalu memantau pergerakan return investasi di pasar dan menghasilkan return yang bersaing dengan return pasar, untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan dana investasi masyarakat di bank syariah, (b) variabel selisih tingkat suku bunga SBI dengan effective rate bagi hasil deposito mudharabah periode sebelumnya serta variabel jumlah deposito mudharabah periode sebelumnya, dapat dijadikan acuan dalam pengukuran risiko likuiditas di bank syariah.

Analysis On Factors Affecting Private Owned Investments On Islamic Bank (A Case Study On Bank Syariah Mandiri)The aim of this study is to analyze factors affecting private-owned investments on Islamic Bank, namely volatility of revenue sharing rate, interest rate of Central Bank of Indonesia Certificate (SBI), the different between SBI rate and revenue sharing rate, the number of outlet, and the number of time deposit investors. The model that used in this study is multiple linear regression analysis, distributed lag and auto-regressive.
The main findings of this study pointed out that (a) factors affecting private-owned investment (mudharabah time deposit) on Islamic Bank is the different between previous SBI rate and previous revenue sharing rate, and the amount of previous time deposit, (b) the different between market return (SBI rate) and return of investment instrument (revenue sharing rate of mudharabah time deposit) has a significant influence on the amount of private-owned investment (mudharabah time deposit) on Islamic Bank, (c) revenue sharing rate of mudharabah time deposit and SBI rate have not a significant influence on the amount of private-owned investment (mudharabah time deposit) individually, (d) the number of outlets and time deposit investor have not a significant influence on the amount of private-owned investment (mudharabah time deposit).
Implementation of this study suggested that (a) Islamic Bank should monitor the movement of market return and make a competitive return with market return for maintaining and increasing private-owned investments on Islamic Bank, (b) the variable different between previous SBI rate and previous revenue sharing rate of mudharabah time deposit, and the variable amount of previous time deposit, could be used as a reference for measurement of liquidity risk on Islamic Bank.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Irmawati
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh keberadaan kepemilikan saham Multiple Large Shareholders (MLS), Investment Opportunities, serta interaksi antara Multiple Large Shareholders dan Investment Opportunities terhadap investasi perusahaan. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2015 s.d. 2019. Dalam penelian ini diharapkan bahwa keberadaan Multiple Large Shareholders memberikan pengaruh positif terhadap tingkat investasi perusahaan. Selain itu, dengan adanya Investment Opportunities, perusahaan yang memiliki Multiple Large Shareholders akan lebih memaksimalkan peluang investasi yang ada dengan lebih efektif.
Dengan menggunakan 2 alternatif indikator pengukuran variabel investasi dan 4 alternatif indikator pengukuran variabel MLS, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari keberadaan Multiple Large Shareholders terhadap tingkat investasi perusahaan. Sedangkan untuk variabel Investment Opportunities dan interasi antara MLS dan investment opportunites memiliki pengaruh signifikan terhadap investasi namun tidak untuk semua indikator pengukuran.

This research discusses the influence of the existence of Multiple Large Shareholders (MLS) share ownership, Investment Opportunities, as well as the interaction between Multiple Large Shareholders and Investment Opportunities on company investment. The samples used were non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2015 to 2015. 2019. In this research, it is hoped that the existence of Multiple Large Shareholders will have a positive influence on the level of company investment. Apart from that, with the existence of Investment Opportunities, companies that have Multiple Large Shareholders will maximize existing investment opportunities more effectively.
By using 2 alternative indicators for measuring investment variables and 4 alternative indicators for measuring MLS variables, the research results show that there was no significant influence found from the existence of Multiple Large Shareholders on the level of company investment. Meanwhile, the Investment Opportunities variable and the interaction between MLS and investment opportunities have a significant influence on investment, but not for all measurement indicators.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumempouw, Decky H.B.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianto
"Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang mengalami perkembangan sangat pesat dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2004 ditandai dengan tumbuhnya Nilai Aktiva bersih atau NAB reksa dana dari Rp. 2.8 triliun pada tahun 1996 menjadi Rp. 104 triliun pada akhir tahun 2004. Tahun 2005 dapat dikatakan sebagai masa crash industri reksa dana di Indonesia dimana NAB yang dikelola merosot menjadi hanya Rp. 29.4 triliun pada akhir tahun 2005. Sebagai salah satu alternatif investasi yang ada, kestabilan pasar reksa dana akan membuat industri semakin kondusif, sehingga manajer investasi pun dapat memaksimalkan dana yang dikelolanya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja dari reksa dana pendapalan tetap - yang merupakan jenis reksa dana yang paling diminati oleh investor - dan reksa dana saham untuk di bandingkan dengan return dan kincrja dari instrumen investasi behas risiko (SBI) dan pembanding yaitu indeks harga saham gabungan dan indeks obligasi.
Periode penelitian dibagi menjadi 3 sub periode yaitu periode I tahun 2004 sebagai periode homing, periode 2 tahun 2005 sebagai periode crash dan periode 3 tahun 2005 sebagai periode recovery serta pcriode keseluruhan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah inetode Sharpe, Treynor dan Jensen. Reksa dana yang diamati terdiri dari 8 reksa dana pendapatan tetap dan 8 reksa dana saham. Data yang digunakan adalah posisi NAB mingguan. Untuk data NAB, sumber data diperoleh dari www.bapepam.go.id, sementara untuk data indeks harga saham diperoleh dari www.jsx.co.id dan untuk indeks obligasi diperoleh dari Bursa Efek Surabaya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Afriani
"Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah reaksi pasar saham terhadap pengumuman keputusan investasi perusahaan di Indonesia dipengaruhi oleh a) jenis investasi (transaksi internal atau non-internal), b) status perusahaan (konglomerasi atau non-konglomerasi), c) praktek corporate governance (CG), d) struktur kepemilikan perusahaan, khususnya cash flow rights dan cash flow leverage, dan e) interaksi cash-flow leverage dengan praktek CG. Lebih lanjut, studi juga menginvestigasi pengaruh status perusahaan, praktek CG, struktur kepemilikan dan interaksi antara praktek CG dan struktur kepemilikan terhadap jenis investasi. Praktek CG diukur dengan CGI yang dikembangkan oleh Arsjah (2005) melalui suatu survey terhadap perusahaan di BEJ dan nilai cash flow rights dan cash flow leverage diperoleh dari Kim (2006).
Studi ini merupakan suatu event study, yaitu melihat imbal basil abnormal kumulatif di sekitar hari pengumuman keputusan investasi. Melalui analisis regresi, diselidiki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil tersebut. Selanjutnya, analisis logit digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya transaksi internal.
Hasil studi menemukan bahwa pasar secara umum bereaksi positif terhadap keputusan investasi. Dengan demikian, pasar umumnya mengharapkan Net Present Value (NPV) yang positif dari keputusan investasi perusahaan di BEJ. Namun, studi ini menemukan bahwa reaksi terhadap transaksi internal lebih rendah dibandingkan transaksi non-internal. Jadi, pasar memiliki persepsi bahwa transaksi internal lebih rentan terhadap perampasan oleh pemegang saham pengendali terhadap pemegang saham minoritas.
Hasil pengujian menemukan pula bahwa reaksi pasar tidak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan. Hasil ini memperkuat Kim (2006) yang menemukan tidak adanya hubungan antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan. Kemungkinan tidak ditemukan hubungan keduanya rnenurut Kim (2006) adalah kurang akuratnya pengukuran struktur kepemilikan dan endogenitas struktur kepemilikan. Studi menemukan ada kecenderungan reaksi pasar sedikit lebih rendah untuk perusahaan dalam konglomerasi dibanding non-konglomerasi. Dalam kondisi pengawasan yang masih lemah dan kurang berfungsinya sistem hukum, perusahaan dalam suatu grup perusahaan akan lebih mudah melakukan ekspropriasi melalui tunneling tanpa perlu khawatir terdeteksi oleh regulator. Praktek CG temyata tidak mempengaruhi reaksi pasar. Ada dua kemungkinan penjelasan: pertama, praktek CG belum efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perampasan terhadap pemegang saham minoritas atau kedua, pengukuran yang digunakan tidak mencerminkan praktek CG perusahaan yang sesungguhnya pada saat pengumuman keputusan investasi dilakukan.
Selanjutnya, studi menemukan transaksi internal lebih banyak terjadi pada perusahaan konglomerasi (group) dibanding perusahaan non-konglomerasi. Dengan demikian, studi ini mendukung temuan Joh (2003); Ferris, Kim, dan Kitsabunnarat (2003) yang menyimpulkan bahwa suatu grup usaha (konglomerasi) semakin memperbesar kemungkinan terjadinya self dealing yang dapat merugikan pemegang saham minoritas melalui transaksi internal.
Studi juga menemukan bahwa semakin besar cash flow rights, semakin kecil kemungkinan terjadinya keputusan investasi yang merupakan transaksi internal. Selain itu, perusahaan dengan prospek pertumbuhan tinggi menyebabkan hubungan negatif antara cash flow rights dan transaksi internal akan lebih lemah. Bukti empiris ini mendukung Chan et al. (2003) yang menemukan bahwa ketika controlling shareholders memiliki cash flow ownership yang besar, mereka akan mendapatkan keuntungan dari basil investasi di masa mendatang akibat cash flow rights yang besar. Akibatnya, mereka cenderung tidak melakukan ekspropriasi melalui transaksi internal dan lebih memilih menginvestasikan sumber daya ke dalam proyek dengan NPV positif. Selanjutnya, pengaruh cash flow rights terhadap transaksi internal menjadi tidak relevan ketika terdapat prospek pertumbuhan tinggi.

The primary objective of this study is to investigate whether stock market reactions in response to investment announcements made by firms listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) are affected by I) type of investment (internal transaction or non-internal transaction), b) type of company (part of conglomeration or not), c) corporate governance (CG) practice, d) ownership structure, measured by cash-flow rights and cash flow leverage, and e) the interaction between cash flow leverage and CG practice_ Further, this study also investigates the influence of type of company, CG practice, ownership structure, and interaction between CG practice and ownership structure on the type investment. CG practice is measured by CG Index developed by Arsjah (2005) through a survey conducted on companies at JSX while the level of cash flow rights and cash flow leverage are taken from Kim (2006).
This study constitutes an event study, i.e., to examine cumulative abnormal returns (CAR) surrounding the date of investment announcements. Through regression analysis, the study investigates factors influencing the abnormal return. Further, logit analysis is utilized to find out factors affecting the likelihood of internal transaction.
The study finds that the market in general positively reacts to investment announcements. This result suggests that on average the market expects firms to generate positive Net Present Value (NPV) from their investment decisions. However, the study finds that the reaction (as measured by CAR) toward internal transaction is lower than that toward non-internal transaction. Therefore, the market perceives that internal transaction is more subject to expropriation by controlling shareholders to minority shareholders, and this eventually is reflected in the relatively low CAR of investment announcements related to internal transaction.
This study also finds that the stock market reaction is not influenced by ownership structure. This result confirms Kim (2006) who found no systematic relationship between ownership structure and value of the firm_ The possible reasons for this according to Kim (2006) are the shortcoming in measuring ownership structure and the endogeneity of ownership structure. The study finds (albeit weak) that the stock market reaction toward firms in group affiliation (i.e., conglomeration) is lower than that in non-group affiliation. Under the condition of inadequate supervision and ineffective law enforcement, firms in group affiliation can easily conduct expropriation through among others tunneling without being concerned to be detected by the regulator. CG practice has no impact on the stock market reaction. There are two possible explanations: First, CG practice is not effective in minimizing the possibility of expropriation toward minority shareholders; second, the measures utilized do not reflect the true CG practice prevailing during an investment announcement.
Further, this study documents that internal transaction occurs more in group-affiliated firms than other firms. Therefore, this study supports the findings of Joh (2003); Ferris, Kim, and Kitsabunnarat's (2003) conclusion that group affiliation (or conglomeration) increases the possibility of self-dealing (i.e., part of internal transaction) that may detriment minority shareholders.
This study also provides evidence that higher cash flow rights reduce the possibility of investment decisions that constitute internal transactions. The empirical result supports Chan et al.'s (2003) finding that when controlling shareholders have large cash flow ownership, they will gain a lot from investment's return. As a consequence, they tend not to expropriate through internal transaction and prefer to invest the resources into projects with positive NPV. However, this negative relation is weaker for firms with high growth prospects. Therefore, the impact of cash flow rights on internal transaction is weaker for firms with high growth prospects.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Dengan telah berjalannya desentralisasi, maka investasi merupakan salah sate upaya daerah terutama kabupatenikota dalam melakukan percepatan pembangunan. Oleh karena itu, terjadi persaingan antar propinsi dan bahkan antar daerah kabupaten kota untuk meningkatkan daya tarik investasi daerahnya Akan tetapi, pembentukan daya tarik investasi suatu daerah berlangsung secara terus menerus dan dipengaruhi oleh banyak aspek Daerah dituntut kemampuannya agar dapat menciptakan iklim dan kondisi kondusif bagi investor dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya.
Dalam rangka membuat kebijakan investasi yang tepat bagi daerah untuk masa yang akan datang, maka terlebih dahulu perlu diketahui dan dianalisis peranan dan karakteristik daya tank investasi daerah. Sahubungan dengan hal tersebut penulisan tesis ini berusaha menganalisa apakah faktor-faktor penentu daya tarik investasi daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi daerah. Kemudian jenis faktor penentu daya tarik apakah yang memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembentukan investasi daerah serta menganalisis dan membandingkan tingkat investasi dan daya tank antar daerah.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan uji regresi data panel untuk 26 propinsi selama periode 1984 -- 2002. Variabel dependen yang digunakan adalah investasi daerah sedangkan variable-variabel independennya adalah tingkat keterbukaan daerah, panjang jalan, kapasitas sambungan listrik, kapasitas sambungan telpon, kapasitas produksi air bersih, kualitas tenaga kerja, pengeluaran konsumsi pemerintah daerah, dan domestic market size.
Dari basil regresi dapat diketahui bahwa semua variabel-variabel independen dapat dikatakan signifikan secara statistik kecuali variabel kapasitas sambungan telepon. Nilai elastisitas terbesar adalah variabel pengeluaran konsumsi pemerintah dengan elastisitas sebesar 0.377446, diikuti oleh panjang jalan dengan elastisitas sebesar 0.234790, kualitas potensi tenaga kerja dengan elastisitas sebesar 0.222141, kapasitas sambungan listrik dengan elastisitas sebesar 0.207869, tingkat keterbukaan perdagangan dengan elastisitas sebesar 0.086844, tingkat domestic market size dengan elastisitas sebesar 0.071874 sedangkan kapasitas sambungan telepon mempunyai elastisitas sebesar 0.004741.
Dengan demikian, jika dilakukan prioritas pembangunan ekonomi regional maka untuk mendorong masuknya investasi perlu dikembangkan terlebih dahulu faktor kelembagaan dari pemerintah sendiri, pembangunan jalan, peningkatan kualitas potensi tenaga kerja dan pembangunan listrik. Sedangkan faktor lain yaitu tingkat keterbukaan perdagangan dan besarnya domestic market size, serta pembangunan untuk meningkatkan ketersediaan air dan sambungan telepon walaupun elastisitasnya relatif masih kecil akan tetapi perlu juga dikembangkan.
Sesuai dengan kondisi faktor-faktor penentu daya tarik daerah maka dapat disimpulkan bahwa propinsi-propinsi di Kawasan Barat Indonesia relatif lebih mempunyai daya tarik investasi lebih baik dibandingkan dengan propinsi-propinsi di Kawasan Timur Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iban Sofyan
"ABSTRAK
Adanya keputusan pengusaha untuk menggunakan pembiayaan aktiva tetap dengan leasing adalah merupakan suatu hal yang penting karena kesalahan dalam membuat keputusan akan berpengaruh luas pada intern dan ekstern perusahaan yang bersangkutan.
Atas dasar pemikiran ini adalah penting untuk mengevaluasi keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menggunakan leasing dalam pembiayaan aktiva tetapnya, dengan cara ini diharapkan dapat memberi informasi bagaimana sebaiknya jika perusahaan-perusahaan ingin menggunakan pembiayaan aktiva tetapnya dengan cara leasing agar perusahaan- perusahaan yang menggunakan leasing dapat memetik suatu keuntungan real.
Berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah pembiayaan khususnya pembiayaan dengan leasing digali dalam studi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu Apakah pembiayaan leasing yang telah diterapkan di Indonesia lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan jenis pembiayaan non leasing?; Apakah keputusan pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk memilih alternatif pembiayaan aktiva tetapnya sudah rasional menurut kriteria penilaian investasi ? Apakah dengan semakin banyaknya lembaga leasing yang menawarkan jasanya kepada pengusaha di Indonesia akan membawa pengaruh pada praktek leasing di Indonesia ?.
Untuk menjawab persoalan diatas telah dilakukan survey yang menggunakan daftar pertanyaan penelitian. Ada 30 perusahaan yang berlokasi di Jakarta dan Lampung serta instansi/lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hasil dari studi ini dapat diringkas berikut ini: Pembiayaan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dijadikan studi kasus untuk Indonesia ini secara finansial tidak rasional atau kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan pembiayaan non leasing; pembiayaan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan bukan berdasarkan pertimbangan kriteria penerimaan usulan investasi yang ada, tetapi lebih berat berdasarkan pertimbangan non finansial antara lain alternatif yang tersedia dan kemudahan; dan yang terakhir menunjukkan bahwa ada faktor dominan yang dipertimbangkan pengusaha dalam melakukan pembiayaan aktiva tetap melalui leasing yaitu aliran kas dan kemudahan.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>