Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102365 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Roro Nur Fauziyah
"Anemia Gizi, khususnya Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan masalah terbesar gangguan defisiensi gizi di dunia saat ini. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat termasuk remaja (adolescents) karena pertumbuhan memerlukan sejumlah besar zat besi secara terus menerus untuk meningkatkan mssa tubuh. Prevalensi anemia pada kelompok usia 5 - 14 tahun cukup tinggi dibanding kelompok umur yang lain yaitu sebesar 28,3 %. Hasil beberapa penelitian didapatkan sekitar 41,4 % - 66,7 % remaja putri di Indonesia menderita anemia (WHO, 2001). Prevalensi kejadian anemia pada siswa SMP di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebesar 22% merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kriteria sedang dan belum dakukan penelitian tentang faktor determinan kejadian anemia pada siswa SMP tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan faktor determinan kejadian anemia pada siswa SMP. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari kegiatan upaya perbaikan gizi institusi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi studi adalah semua siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 133 Pulau Pramuka dan SMP Negeri 260 Pulau Harapan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Unit sampel adalah siswa yang terpilih melalui teknik pengambilan sampel Stratified Random sampling alokasi proporsional sebanyak 309 orang dan memenuhi syarat untuk uji hipotesis beda dua proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian anemia siswa SMP adalah 22%. Dari hasil analisis bivariabel didapatkan hubungan yang bermakna antara kejadian sakit, konsumsi protein, vitamin C, zat besi dengan kejadian anemia. Dori analisis multivariable didapat faktor detenninan kejadian anemia adalah konsumsi protein, vitamin C dan zat besi. Konsumsi zat besi kurang atau sama dengan 12,4838 mg merupakan faktor determinan yang paling dominan terhadap kejadian anemia dengan nilai OR 20,39 kali dibanding siswa yang konsumsi zat besi lebih dari 12,4838 mg. Perbanyak konsumsi zat besi, dengan cara menghidangkan lebih banyak daging, hati, ikan dan bahan makanan hewani lainnya, perbanyak konsumsi bahan makanan yang kaya vitamin C seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemberian tablet tambah darah kepada siswa perempuan yang telah menstruasi dan laki-laki yang menderita anemia.

Nutritional anemia, particularly iron deficiency anemia (IDA), is perhaps clinically the most widespread nutritional deficiency disorder in the world today. Anemia is a a public health problem, not only among pregnant mothers, infants and young children but also among school age children including adolescent. Growing children require large amounts of iron for continous increase in body mass and are therefore vulnerable to iron deficiency and its consequences. Prevalence of anemia at the age group of 5 - 14 years old is higher than the other age group, that is 28,3%. This research result got 41,4 - 66,7% girl students with anemia in Indonesia (WHO, 2001). Prevalence of anemia occurrence among Junior High School students in Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu is 22%. It is a health problem with medium criteria at society and there is not a conducted research yet concerning determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students.
This research purpose to get describing a determinant factor of anemia occurrence among Junior High School students. This research used a secondary data analysis of improvement effort activities in sub-province of Administrasi Kepulauan Seribu using a cross sectional design. Study population are all students at the 7th, 8th and 9th class of Junior High School 133 Pulau Pramuka and SMPN 260 Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Sample units are chosen students by Stratified Random Sampling, proportional allocation are 309 samples based on standard with the different test hypothesis of two proportions.
The research result indicated an anemia occurrence proportion among Junior High School students with anemia were 22%. From bivariable analysis result got a meaning relation between pain occurrence, protein consumption, vitamin C, iron with anemia occurrence. By a multivariable analysis found that determinant factor of anemia occurrence were protein consumption, vitamin C and iron. Less consumption of iron or 12,4838 mg is most dominant determinant factor of anemia occurrence with value of OR 2039 compared with students which their iron consumption are more than 12,4838 mg. It is important to be done a health monitoring and assessment of hemoglobin level routinely, supported by improving a health promotion concerning knowledge, nutrition consumption, personal hygiene and also giving tablet Fe for anemia patient, especially for girl students who have menstruated.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diqi Chaerulsidqy
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S26806
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nari Aditian
"Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998). Penelitian di Indonesia didapatkan 41,4 % - 66,7% remaja putri menderita anemia (WHO, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi anemia dengan kejadian anemia. Dalam penelitian ini, status anemia pada remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu merupakan data sekunder dari hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana (2008). Rancangan studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi dari penelitian ini menggunakan remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Metode sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Besar sampel sebanyak 132 orang dengan umur antara 12-16 tahun. Adapun variabel penelitian ini adalah status anemia, pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia, dianalisa dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan kejadian anemia siswi SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu adalah 39,4%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 53,8%, sikap positif sebesar 47,7%, yang selalu sarapan pagi di rumah sebesar 27,3% dan juga ada 40,2% yang selalu sarapan di sekolah. Sedangkan untuk jajan dalam 1 hari, hampir seluruh siswi di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu menyukai jajan sebesar 98,5%. Dan remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu mayoritas sudah mengalami menstruasi (92,4%).
Dari hasil uji statistik ditemukan tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan status kejadian anemia remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Saran dari penelitian ini adalah perbanyak konsumsi makanan yang lebih bervariasi agar kebutuhan zat besi tetap terpenuhi. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dan perlu diadakan kerjasama antara instansi terkait dengan pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arti Widiodari Y.
"Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Semakin tinggi prevalensi anemia pada wanita atau ibu hamil, semakin tinggi pula prevalensi anemia pada ibu menyusui, sehingga secara tidak langsung prevalensi anemia pada bayi dan anak-anak juga ikut. Oleh karena prevalensi anemia balita (52,2%) di Jawa Barat dan prevalensi anemia ibu menyusui (52%) di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhuhungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi terutama usia 2-4 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan.
Desain penelitian ini adalah krosseksional. Sampel penelitian adalah ibu yang sedang menyusui bayi usia 2-4 buian di Kabupaten Bogor. Jumlah keseluruhan sampel penelitian sebanyak 172 ibu menyusui. Analisis data menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan, persentase ibu menyusui yang mengalami anemia (kadar Hb < 12 g/dl) adalah sebesar 34,3%. Rata-rata lama pendidikan yang dimiliki ibu dan suami adalah 46 tahun atau setingkat SD. Sebagian besar (58,7%) ibu menyusui termasuk dalam kategori keluarga miskin dan hampir seluruh (93,6%) ibu menyusui berstatus sebagai ibu rumah tangga. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan suami merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia gizi besi ibu (P< 0,05).
Ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan <9 tahun berpeluang 2,5 kali (95% CI: 1,165 - 5,392) lebih besar menderita anemia gizi besi dibanding ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan > 9 tahun, setelah dikontrol variabel IMT dan asupan zat besi.
Penelitian ini menyarankan untuk mengadakan program pemberian suplementasi tablet besi kepada ibu menyusui seperti anjuran WHO tahun 2001. Selain itu, meningkatkan anjuran mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi alami, meningkatkan kegiatan penyuluhan gizi yang ditujukan kepada suami dan ibu menyusui, soda kexjasama lintas sektor instansi terkait, terutama dalam pembuatan cetakan dan penyebaran media (leaflet, poster) anemia gizi untuk ibu menyusui.

Anemia is still public health problem in the world including Indonesia. The high prevalence of anemia in pregnancy, the high prevalence of anemia in lactating mother. Un-directly, anemia prevalence in infant and children become higher too. Because of anemia prevalence of children under five years (52,2%) in West Java and anemia prevalence of lactating mother (52%) in Bogor were still high, factors related to this problems especially for lactating mother of 2- to 4 mo-old infants were needed to know.
The objective of this research was estimating the prevalence of iron deficiency anemia in lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor, years 2004, and leaming the factors related to this. Thesis design was cross-sectional. Thesis sample was lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor. All of the samples were 172 mothers. The logistic regression was used in analysis of data.
The prevalence of iron deficiency anemia (Hb < I2 g/dl) in lactating mothers of 2-to 4-mo-old infants was 34,3%. Mean of mother?s and father`s term of formal education was 4-6 years or as same as basic school. 58,7% of mother`s families were in low~income social economic. 93,6% mothers were totally wife household. Father`s education was a factor that most relate to iron deficiency anemia in lactating mother, after controlled by IMT and iron intake (P <0.05).
Logistic regression analysis revealed that lactating mother who husband has short-term of formal education (< 9 years) had an odds ratio (OR) [95% confidence interval (CI)] of 2.5 [l,165-5,3921] to have iron deficiency anemia (Hb < 12 g/dl) compared with lactating mother who husband has long-term of formal education (>9 years).
The suggestion of this thesis are giving supplementation program for lactating mothers, giving more nutrition education for lactating mother and her husband, and making inter relation teamwork for printing and publishing leaflet and poster of anemia for lactating mother."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muldiasman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pantangan makan, anjuran makan dan makan lebih banyak dengan kejadian anemia ibu hamil di provinsi Jambi tahun 2005 setelah dikontrol dengan variabel umur, umur leehamilan, fiekucnsi pemenksaan kehamilan, tenaga pemeliksa kehamilan, pengalaman hamil, pengaiaman bersalin, pengalarnan keguguran, pengetahuan tentang tablet tambah darah, minum tablet tambah darah dan lingkar lengan atas. Penelitian ini menggunakan data hasil survei cepat anemia ibu hamil di Provinsi Jambi tahun 2005. Survei dilakukan di 9 Kabupaten/Kota dengan jumlah sampel 2296 ibu hamil.
Analisis multivanat dengan analisis regresi logistik ganda. Bahan makanan yang dipantang oleh ibu selama hamil merupakan sumber protein dan zat besi berupa jangek/lcrecek (15.3%), udang (14.3%) dan ikan (l1.2%), serta beberapa bahan rnalcanan lainnya. Malcanan ini dipantang dengan alasan terbanyak adalah dipercaya dapat menyebabkan kesulitan untuk melahirkan (47_96%), kemudian dapat menycbabkan keguguran (17.35%) dan beberapa alasan lainnya. Informasi ini diperoleh dari 69 orang yang melakukan pantangan makan selama hamil.
Selama hamil ibu dianjurkan untuk makan makanan sumber protein zat besi bempa sayur (40.34%), susu (28.33%) dan buah (l'7.64%) serta beberapa makanan lain. Makanan ini dianjurkan dengan alasan ibu dan janin sehat (99.06%), tidak mual (0.38%), meningkatkan selera makan (0.19%) serta beberapa alasan Iainnya. Informasi ini diperoleh dari 322 orang yang mempunyai anjuran makan saat hamil.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan pantangan makan dengan kejadian anemia ibu hamil setelah dikonuol oleh variabel anjuran makan, makan lebih banyak, umur, umur kehamilan, pengalaman keguguran, minum tablet tambah darah, lingkar lengan atas dan interaksi antara anjuran makan dengan pengalaman keguguran. Ibu hamil yang mempunyai pantangan makan 3.28 kali lebih besar kemungkinannya untuk mengalami anemia dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai pantangan makan (OR=3.28; 95%CI = 1.65 - 6.54). Tidak ada hubungan anjuran makan dan makan lebih banyak dengan kejadian anemia ibu hamil. Variabel umur, umur kehamilan, pengalaman keguguran, minum tablet tambah darah dan lingkar lengan atas berhubungan dengan kejadian anemia ibu hamil.

The purpose of this research for studying relation of three items, avoidance of several foods, food suggestions, and eating more with anemia in pregnancy in Province ot' Jambi in 2005 after adjusted by variables, age, pregnant age, pregnant inspection frequency, pregnant inspector, pregnant frequency, parity experience, abortion experience, knowing Fe supplement, Fe supplement consumption, and arm circumference. We used data from rapid survey of anemia in province Jambi in 2005. the total sample was 2296 samples collected trom 9 sub district.
We analyzed the data using logistic regression. The avoidance foods ware source of protein and Fe foods. Those ware jangek/krecek (l5,3%), shrimps (l4,3%), fish (1 l.2%), and others. The reasons to avoid those food ware believing those will make difficulty in birth (47.9%), making abortion (17,3%) and others. We took the information from 69 pregnancy women.
The food suggestions ware source of protein and Fe foods. Those ware vegetables (40,3%), milk (28,3%), fruit (17.6%), and others. The reasons of food suggestion ware making mother and fetus be health (99.1%), no nausea (O.4%), and others. We took the information from 322 pregnancy women.
From this research we know that there is relation between avoidance of several foods with anemia in pregnancy after adjusted by variables, tbod suggestion, eating more, age, pregnant age, abortion, Fe supplement consumption, arm circumference, and interaction between food suggestion and abortion experience (OR=3.28; 95% CI =l.65-6.54). And no relation between food suggestion, and eating more with anemia in pregnancy. Variables, age, pregnant age, abortion, Fe supplement consumption, and arm circumference related with anemia in pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Ayu Ningrum
"Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia, dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah 37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP N 1 Gatak, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain study cross sectional.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi anemia pada siswi putri di SMP N 1 Gatak sebesar 32%. Berdasarkan uji statistik didapatkan ratarata kadar Hb 12,8 g/dl, pengukuran Hb menggunakan alat Hemocue kit. Pengetahuan anemia adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu, variabel pekerjaan ibu, variabel pantangan terhadap makanan dan variabel pengetahuan TTD.

Anemia is the most prevalent nutritional problem in the world, and affects more than 600 million people. The prevalence of anemia in school-age children 37%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP N 1 Gatak, District Gatak, Sukoharjo regency, Central Java Province. This research is quantitative by using a cross-sectional study design.
Results of this study declare that the prevalence of anemia in young girls at SMP N 1 Gatak is 32%. Based on statistical tests obtained an average hemoglobin level of 12.8 g / dl, HemoCue Hb measurements using the tool kit. Knowledge anemia is the most dominant variables associated with the incidence of anemia after controlled by variable maternal education, maternal employment variables, variables and variable food dietary restrictions against and TTD knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhana
"Prevalensi anemia anak di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, sebanyak 28,1%. Angka ini meningkat dari sebelumnya di tahun 2007 hanya sebesar 27,7%. Lalu meningkat lagi di tahun 2018 pada riskesdas menunjukan angka 38,5%. Hasil penelitian Zuffo et al., 2016); Prieto-Patron et al., 2018; Li et al., 2019; Woldie, Kebede and Tariku, 2015; Konstantyner, Roma Oliveira and De Aguiar Carrazedo Taddei, 2012 menunjukan bahwa kelompok yang lebih berisiko menderita anemia adalah usia 0-23 bulan. Penelitian di Bali tahun 2019 juga menunjukan hasil yang sama bahwa sebanyak 71% anak berusia dibawah dua tahun menderita anemia, sedangkan hanaya 9% anak usia diatas dua tahun yang menderita anemia. Untuk itu penelitian ini perlu dilakukan agar dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia baduta di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi kejadian anemia baduta di Indonesia dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia baduta di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 832 anak. Penelitian ini juga melakukan uji multivariat yaitu regresi logistic, untuk mengetahui faktor dominan kejadian anemia pada baduta di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa prevalensi anemia baduta mencapai 54,9%. Pada penelitian ini usia baduta 0-11 bulan [OR 1,770 (1,33-2,34)], status gizi wasting [OR 1,626 (1,03-2,55)], status gizi underweight [OR 1,556 (1,05-2,33)], pendidikan ibu rendah [OR 2,512 (1,39-4,54)], pendidikan ibu menengah [OR 1,893(1,07-3,32)], dan wilayah rumah tinggal perdesaan [OR 1,386 (1,05-1,82)] ditemukan beruhubungan signifikan dengan kejadian anemia baduta. Variabel paling dominan yang ditemukan adalah usia baduta. Oleh karena itu, disarankan bagi dinas kesehatan di Indonesia untuk menanggulangi anemia diharapkan posyandu dan puskesmas dapat sedini mungkin mendeteksi anemia pada anak, yakni pada rentang usia 3-5 bulan, atau setidaknya sesuai dengan rekomendasi skrining pertama anemia yakni, pada usia maksimal 9-12 bulan. Juga, diharapkan dapat menyediakan suplementasi yang cukup dan memadai baik untuk baduta maupun ibu hamil.

The prevalence of anemia in children in Indonesia, based on data from Indonesia Based Health Research in 2013, was 28.1%. This figure increased from the previous year in 2007 which was only 27.7%. Then it increased again in 2018 showing the figure of 38.5%. Research results Zuffo et al., 2016); Prieto-Patron et al., 2018; Li et al., 2019; Woldie, Kebede and Tariku, 2015; Konstantyner, Roma Oliveira and De Aguiar Carrazedo Taddei, 2012 showed that the group at higher risk for anemia was aged 0-23 months. Research in Bali in 2019 also showed the same results that as many as 71% of children under two years of age suffer from anemia, while only 9% of children aged over two years suffer from anemia. For this reason, this research needs to be carried out in order to know the factors associated with the incidence of anemia in under-two in Indonesia. The purpose of this study was to determine the prevalence of anemia in under-two in Indonesia and the factors associated with the incidence of anemia in under-two in Indonesia. This study uses secondary data from Indonesia Based Health Research 2018. The research design used is cross-sectional with a total of 832 children as respondents. This study also conducted a multivariate test, namely logistic regression, to determine the dominant factor in the incidence of anemia in children under two in Indonesia. Based on the results of the analysis, it is known that the prevalence of anemia in under-two reaches 54.9%. In this study, children aged 0-11 months [OR 1.770 (1.33-2.34)], nutritional status wasting [OR 1.626 (1.03-2.55)], nutritional status underweight [OR 1.556 (1.05 -2.33)], low maternal education [OR 2.512 (1.39-4.54)], secondary maternal education [OR 1.893(1.07-3.32)], and rural area of ​​residence [OR 1.386 (1.05-1.82)] was found to be significantly associated with the incidence of anemia in under-two. The most dominant variable found was the children age. Therefore, it is recommended for health offices in Indonesia to overcome anemia, it is hoped that posyandu and puskesmas can detect anemia in children as early as possible, namely in the age range of 3-5 months, or at least according to the recommendation for the first screening for anemia, namely, at a maximum age of 9-12 month. Also, it is expected to provide adequate and adequate supplementation for both children and pregnant women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Iskandar
"Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak ditemukandiseluruh dunia, terutama di negara berkembang yang mempunyai dampak besar terhadap kesehatan fisik, kesejahteraan sosial dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran hubungan antara faktor internal dan eksternal keluarga terhadap kejadian anemia pada aggregat remaja putri di SMP Negeri 1 Cimalaka Kabupaten Sumedang. Faktor internal keluarga terdiri dari besar keluarga, norma keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, tingkat penghasilan keluarga dan tingkat konsumsi zat besi. Faktor eksternal keluarga terdiri dari lingkungan sosial dan media massa. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan multistage random sampling, jumlah sampel 68 remaja putri smp. Instrumen yang digunakan adalah uji laboratorium kadar Hb dengan Sianmethemoglobin, formulir recall 2x24 jam dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kejadian anemia pada remaja putri smp dengan norma keluarga (P value=0,013), tingkat konsumsi zat besi (P value=0,035), lingkungan sosial (P value=0,047) dan media massa (P value=0,010). Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan secara bermakna adalah besar keluarga (P value= 1,00), tingkat pendidikan ibu (P value=0,726), tingkat pengetahuan ibu (P value=0,680) dan tingkat penghasilan keluarga (P value= 0,564). Berdasarkan hasil penelitian ini dalam menangani masalah anemia pada remaja putri tidak saja berfokus pada remaja itu sendiri tetapi melalui pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan memperhatikan segala aspek yang ada di dalam keluarga maupun di luar keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermita Bus Umar
"Saat ini tetjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya terus meningkat adalah penyakit diabetes. Dari beberapa survei epidemiologi didapatkan angka prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 menjadi 12,8%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2003, diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Umum di Indonesia tahun 2002, nomor tiga terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit di Indonesia tahun 2003 dan nomor lima terbanyak pada pasien rawat inap.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan faktor determinan kejadian diabetes pada orang dewasa di Indonesia, merupakan analisis data sekunder dari SKRT 2004, menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi studi adalah orang dewasa umur 25 tahun atau lebih, sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sadalah 4.860 orang. Pengambilan sampel dan variabel-variabel yang diteliti disesuaikan dengan yang ada pada SKRT 2004. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dari analisis univariabel, bivariabel dan multivariable. Analisis multivariable menggunakan analisis regresi logistik ganda, dimulai dengan identifikasi kovariat potensial.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian diabetes pada orang dewasa di Indonesia adalah 12,5%. Dari analisis multivariable didapat hubungan yang bermakna antara IMT, umur dan jenis kelamin dengan kejadian diabetes. IMT >27kg/m2 merupakan faktor detenninan yang paling dominan terhadap kejadian diabetes, dengan nilai OR 1,90; 95% Cl (1,45-2,49). Disarankan perlunya promosi tentang penyakit degeneratif. Perlunya pencegahan dan penanggulangan serta surveilans faktor risiko diabetes, Bagi orang yang berisiko perlunya pemantauan berat badan, mengubah pola hidup, pengaturan pola makan dan perilaku sehat seperti latihan jasmani yang teratur. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Viandini Rahayu
"Anemia merupakan jenis defisiensi zat gizi yang paling banyak terjadi pada ibu hamil di dunia. Prevalensi anemia yang tinggi selama kehamilan akan memberikan hasil yang merugikan bagi janin yang dilahirkan dan bagi ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kerjadian anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018. Penelitian dengan desain studi cross-sectional ini dilakukan menggunakan data Riskesdas 2018. Variabel dependen yang diteliti yaitu anemia. Sedangkan variabel independen yang diteliti yaitu pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, usia ibu hamil, paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, konsumsi makanan hewani, konsumsi buah, konsumsi sayur, konsumsi TTD, dan status gizi (KEK). Sampel pada penelitian ini (n=537) yaitu ibu hamil responden Riskesdas 2018 yang telah menjalani tes laboratorium hemoglobin dan memiliki data secara lengkap serta tidak memiliki riwayat menderita penyakit terkait dengan status anemia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018 sebesar 33,1%. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara variabel usia kehamilan (p-value = 0,001) dan KEK (p-value = 0,017) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018. Disarankan memfokuskan materi edukasi mengenai pola konsumsi makanan hewani dan TTD, yang berkaitan erat dengan usia kehamilan dan KEK, yang perlu dipersiapkan sebelum proses kehamilan, bahkan sedari remaja.

Anemia is the most common type of nutrient deficiency in pregnant women in the world. The high prevalence of anemia during pregnancy will have adverse outcomes for the fetus and for pregnant women. This study aims to determine the determinants of anemia in pregnant women in Indonesia in 2018. This research with a cross-sectional study design was using Riskesdas 2018. The dependent variable was anemia. Meanwhile, the independent variables were education, occupation, area of residence, age of pregnant women, parity, distance between pregnancies, gestational age, consumption of animal foods, consumption of fruits, consumption of vegetables, consumption of iron tablets, and nutritional status (CED). The sample in this study (n = 537) were pregnant women who were Riskesdas 2018 respondents who had a hemoglobin laboratory test and had complete data and had no history of suffering from diseases related to anemia status. The results of this study stated that the prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia in 2018 was 33.1%.. The results of the chi-square test analysis showed that there was a significant relationship between the variable gestational age (p-value = 0.001) and CED (p-value = 0.017) with the incidence of anemia in pregnant women in Indonesia in 2018. It is recommended to focus on educational materials regarding patterns of consumption of animal foods and iron supplements, which are closely related to gestational age and CED, which need to be prepared before the process of pregnancy, even as a teenager."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>