Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153465 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Santi
"Kelainan ginjal pada anak masih menjadi masalah karena berpengaruh pada proses tumbuh kembang serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit ginjal anak. Studi kolaboratif dari tujuh pusat pendidikan Ilmu Kesehatan Anak di Indonesia pada tahun 1984 hingga 1988 memperlihatkan bahwa dari 104.457 kasus yang dirawat map di rumah sakit terdapat 2892 (3%) anak mengalami penyakit ginjal atau saluran kemih. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM (IKA RSCM) pada tahun 1986 hingga 1988, dari 14.480 pasien rawat map terdapat 489 (3,3%) anak dengan penyakit ginjal dan saluran kemih. Dalam penanganan penyakit ginjal dan saluran kemih diperlukan perhatian yang memadai dan tindak lanjut yang teratur untuk mencegah berlanjutnya perkembangan penyakit
Kelainan saluran kemih dapat disertai perubahan pada ukuran ginjal yang dapat dinilai dengan berbagai metode pencitraan. Untuk menentukan adanya perubahan pada ukuran ginjal diperlukan standar ukuran ginjal normal yang dapat dipakai sebagai rujukan. Saat ini pemeriksaan ultrasonografi (USG) telah menjadi pilihan pertama dalam mengevaluasi ukuran ginjal pada anak 5.6 Berbagai penelitian yang mengamati ukuran ginjal normal dengan teknik USG pada neonatus dan anak sehat telah dipublikasikan. Ukuran ginjal yang diukur dengan USG dapat berupa panjang dan volume ginjal, sedangkan parameter ukuran tubuh yang banyak digunakan antara lain tinggi badan, berat badan dan usia kronologis.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arif Rahman
"Gagal Ginjal Kronik (GKK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Salah satu masalah yang dialami pasien GGK akibat tidak berfungsinya ginjal adalah masalah kelebihan cairan. Pengaturan pemasukan cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh di antara dua waktu hemodialisis (HD). Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai pembatasan cairan dalam mengatasi masalah kelebihan volume cairan di antara dua waktu dialisis. Metode penulisan ini adalah studi kasus dan studi literatur. Pembatasan cairan pada pasien ini terbukti optimal dalam mengurangi risiko kelebihan cairan di antara dua waktu dialisis. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan pembatasan cairan kepada pasien GGK di antara dua waktu dialisis untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan.

Chronic Kidney Disease (CKD) is one of prominent health problem in urban area. Fluid overload is one of problems in CKD. Arrangement of intake fluids will reduce fluids excess in the body inter-dialysis time. This aims to analyze evidence based practice of fluid restriction to treat fluid excess inter-dialysis time. Methode of this paper is case study and literature study The results showed that fluid restriction is optimal to reduce the risk of fluid excess inter-dialysis time. It's important for nurses to teach the patient about restriction to prevent overload/fluid excess in chronic kidney disease.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Samira
"Latar Belakang Kanker adalah penyebab kematian secara global dan merupakan penyebab utama kematian pada anak. Dampaknya besar pada anak-anak di negara berpenghasilan rendah dengan tingkat kelangsungan hidup di bawah 30% akibat diagnosis terlambat, pengobatan yang tidak memadai, dan diagnosis tidak tepat. Hingga saat ini, belum ada publikasi terkait epidemiologi kanker anak pada pasien RSCM. Metode Penelitian ini adalah studi deskriptif mengenai epidemiologi kanker pada anak di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2017 sampai dengan 2022. Penelitian ini menggunakan rekam medis dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Hasil Di RSCM, terdapat 1699 kasus kanker anak pada tahun 2017-2022. Sepuluh kasus kanker anak tertinggi adalah leukemia limfositik akut (630 kasus, 39,5%), diikuti oleh leukemia mieloid akut (311 kasus, 19,5%), retinoblastoma (221 kasus, 13,8%), tumor tulang (100 kasus, 6,3%), neuroblastoma (81 kasus, 5,1%), limfoma non-Hodgkin (73 kasus, 4,6%), rhabdomiosarcoma (70 kasus, 4,4%), leukemia mieloid kronik (54 kasus, 3,4%), hepatoblastoma (31 kasus, 2,0%), dan tumor otak (23 kasus, 1,5%). Pasien laki-laki memiliki kemungkinan 1,3 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker (971 kasus, 57,1%). Pasien dengan kategori usia 0-5 tahun mempunyai prevelansi kanker paling tinggi (881 kasus, 51,9%), dan kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta (552 kasus, 32,5%). Luaran pasien kebanyakan pada tahap loss-to-follow-up (664 kasus, 39,0%), dan 2021 adalah tahun dengan kasus terbanyak (335 kasus, 19,7%). Kesimpulan Dengan mengetahui epidemiologi kanker anak di RSCM, dapat dibuat sebuah strategi untuk prioritas penanganan kasus kanker tertinggi pada anak. Lalu, menjaga database yang terkini dengan melakukan follow-up secara berkala untuk mendapatkan data yang akurat mengenai relaps, kematian, penyembuhan, dan lost-to-follow-up dan dibutuhkan sebuah studi epidemiologi multi-senter yang mencakup prevalensi kanker anak di Indonesia untuk memperbaiki penanganan kanker anak.

Introduction Cancer is a leading global cause of death, particularly among children. Its impact is substantial in low-income countries, where survival rates are below 30% due to delayed diagnosis, inadequate treatment, and misdiagnosis. To date, there have been no publications regarding the epidemiology of childhood cancer in RSCM patients. Method This research is a descriptive study on the Epidemiology of Childhood Cancer at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from 2017 to 2022. This study utilizes medical records from the Department of Pediatrics at RSCM. Results At RSCM, there were 1699 cases of childhood cancer from 2017 to 2022. The top ten childhood cancer cases were acute lymphoblastic leukemia (630 cases, 39.5%), followed by leukemia mieloid akut(311 cases, 19.5%), retinoblastoma (221 cases, 13.8%), bone tumors (100 cases, 6.3%), neuroblastoma (81 cases, 5.1%), non-Hodgkin lymphoma (73 cases, 4.6%), rhabdomyosarcoma (70 cases, 4.4%), chronic myeloid leukemia (54 cases, 3.4%), hepatoblastoma (31 cases, 2.0%), and brain tumors (23 cases, 1.5%). Male patients have a 1,3 times higher likelihood of experiencing cancer (971 cases, 57.1%). Patients in the 0-5 age group have the highest cancer prevalence (881 cases, 51.9%), and most of them reside in Jakarta (552 cases, 32.5%). The majority of patients had an outcome classified as loss-to-follow-up (664 cases, 39.0%), and 2021 had the highest number of cases (335 cases, 19.7%). Conclusion By understanding the epidemiology of childhood cancer at RSCM, a strategy can be developed to prioritize the management of the highest cases of childhood cancer. Maintaining an up-to-date database by conducting regular follow-ups is essential to obtain accurate data on relapses, deaths, recoveries, and cases lost to follow-up. A multicenter epidemiological study that includes the prevalence of childhood cancer in Indonesia is needed to improve the management of childhood cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sidauruk, Ratno Juniarto Marulitua
"Latar Belakang: Beberapa penyakit ginjal sangat berhubungan dengan ukuran ginjal, sehingga pasien dengan masalah kronik seperti infeksi saluran kemih ISK berulang, refluks vesikoureter, atau neurogenic bladder memerlukan evaluasi pertumbuhan ginjal. Untuk menentukan adanya perubahan pada ukuran ginjal diperlukan standar ukuran ginjal normal yang dapat dipakai sebagai rujukan. Pemeriksaan ukuran ginjal pada anak dapat dilakukan dengan alat ultrasonografi.Metoda: Disain studi adalah deskriptif potong lintang. Pengukuran ginjal dilakukan dengan ultrasonografi 1,0-6,0 MHZ transduser konveks. Rerata panjang ginjal dan volume ginjal tiap kelompok usia dihitung dengan disertai standar deviasi. Korelasi panjang dan volume ginjal juga dilakukan terhadap parameter pertumbuhan antara lain usia, tinggi badan, dan berat badan.Tujuan: Studi ini bertujuan menentukan nilai panjang dan volume ginjal anak sehat usia 6 sampai

Background Some of kidney disease are correlated with the size of kidney so that patient wih chronic problems like reccurent urinary tract infections, vesicoureter reflux, or neurogenic bladder need evaluation of kidney growth. To determine changes in kidney size, it is important to have standard normal kidney size for references. Examination of children rsquo s kidney size can be done by ultrasonography.Methods A cross sectional descriptive study. The size of kidney was measured with 1,0 6,0 MHz convex transducer ultrasonography. Average length and volume of kidney at each classification of age were calculated with standard of deviation. Correlation kidney length and volume were also done with growth parameters e.g. age, height, and weight.Aim To determine kidney length and volume of healthy children age 6 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55621
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Partini Pudjiastuti
"Latar Belakang
Sarnpai saat ini batu saluran kemih (BSK) pada anak masih merupakan masalah kesehatan anak di negara yang sedang berkembang ( Aurora dkk.,1970; Remzi dkk.,1984 ). Urolitiasis atau batu saluran kemih telah dikenal sejak beberapa abad yang lampau. Ruffer (dikutip oleh Aurora dkk.,1970) melaporkan penemuan batu buli-buli di sela kerangka Predinasti Mesir; namun hingga saat kini BSK masih merupakan hal yang menarik dalam ilmu kedokteran untuk dibicarakan. Beberapa laporan dari Eropa dan Amerika yang dikutip oleh Walther dkk.(1980) menunjukkan adanya penurunan frekuensi kejadian BSK pada anak. Namun di beberapa negara Asia, penyakit ini masih bersifat endemis ( Malek, 1976; Tellaloglu dan Ander, 1984). Indonesia terletak pada kelompok negara dunia yang termasuk dalam daerah 'sabuk batu' ('stone belt').
Batu saluran kemih pada anak mempunyai frekuensi kejadian, komposisi batu dan keadaan Minis yang berbeda-beda, dari satu negara ke negara lain, dan dari masa ke masa. Bahkan di negara-negara yang penyakit ini bersifat endemis, terdapat perbedaan lokasi batu dan hubungannya dengan infeksi saluran kemih (Tellaloglu dan Ander, 1984). Penyakit ini berhubungan erat dengan faktor sosioekonomi. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dengan perbaikan status sosio-ekonomi, frekuensi kejadian BSK bagian bawah akan menurun, namun frekuensi kejadian BSK bagian atas akan meningkat (Sinno dkk., 1979). Penyakit ini juga menunjukkan adanya predisposisi dalam keluarga ( Aurora dkk.,1970; Malek,1976; Smith,1981; Noe dkk.,1983 ).
Baru saluran kemih merupakan bagian yang besar dari penyebab kunjungan ke unit gawat darurat maupun perawatan bedah di rumah sakit. Bahkan bagian terbesar dari operasi urologi adalah pengangkatan batu dari saluran kemih (Remzi,1980; Asworth dan Hill, 1988). Di Jakarta, dalam kurun waktu 1979 - 1980, Rahardjo dan Firdaoessaleh (1982), menemukan 319 kasus (20,49 %) batu saluran kemih dari 1557 kasus urologi yang dirawat.
Akibat yang ditimbulkan oleh batu saluran kemih ialah obstruksi, infeksi, rasa nyeri dan metaplasia, yang sangat merugikan penderita. Obstruksi dan infeksi yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bahkan dapat sampai ke taraf gagal ginjal. Sedang rasa nyeri yang hebat, dapat menyebabkan seorang penderita Herman dari Binjai (Sumatera Utara) pada tahun 1988, nekat mengoperasi dirinya sendiri untuk mengeluarkan batu dari dalam buli-bulinya (Tempo, 1988).
Meskipun penelitian yang ekstensif telah banyak dilakukan, namun sampai sekarang etiologi dan patogenesis pembentukan BSK masih belum jelas (Aurora dkk.,1970; Remzi, 1980 ). Penyakit batu saluran kemih sebenarnya merupakan penyakit kronik. Penyelidikan faktor penyebab terjadinya BSK pada setiap kasus perlu dilakukan untuk dapat mengatur cara pencegahan kekambuhan. Oleh karena belum semua faktor pembentukan batu dapat diterangkan dengan jelas, maka pemantauan untuk mengawasi hasil operasi dan kemungkinan kekambuhan sangat penting. Namun sangat disayangkan, pada kasus-kasus BSK , usaha yang dilakukan sering kali masih dititikberatkan pada pengangkatan batu itu sendiri, sehingga meskipun pengobatan BSK mengalami kemajuan yang pesat akhir-akhir ini, tetapi usaha pencegahan kekambuhan masih merupakan tantangan bagi para peneliti (Ohkawa dan Morimoto, 1987)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T5398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigiro, Vindina Rettha Arianingrum
"ABSTRAK
Latar belakang. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) kongenital merupakan faktor non genetik yang paling sering menjadi penyebab terjadinya ketulian sensorineural pada bayi dan anak. Infeksi CMV dapat memberikan tanda dan gejala namun dapat juga tidak memberikan gejala pada yang terinfeksi. Ketulian akibat infeksi CMV kongenital tidak memiliki konfigurasi patognomik sehingga penelitian terhadap infeksi CMV kongenital pada pendengaran masih sangat diperlukan. Pengetahuan tentang ketulian akibat infeksi CMV kongenital di negara-negara luar yang semakin berkembang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran gangguan pendengaran anak dengan infeksi CMV kongenital di Indonesia, khususnya RS Cipto Mangunkusumo. Tujuan. Mengetahui gambaran gangguan pendengaran pada anak usia 0-5 tahun yang mengalami infeksi CMV kongenital berdasarkan pemeriksaan DPOAE dan BERA click. Metode. Penelitian cross sectional ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan November 2015-Mei 2016 pada 27 subjek anak usia 0-5 tahun yang telah didiagnosa terinfeksi CMV kongenital. Hasil. Gambaran gangguan fungsi pendengaran pada subjek anak usia 0-5 tahun dengan infeksi CMV kongenital berdasarkan pemeriksaan DPOAE dan BERA click pada unit telinga adalah tuli sensorineural sebanyak 58,0%. Didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik (p = 0,002) antara keterlambatan tumbuh kembang dengan terjadinya tuli sensorineural. Keterlambatan tumbuh kembang memiliki risiko 6,57 (CI 95%; 1,88 – 22,87) kali lebih besar dibandingkan pasien dengan tumbuh kembang normal untuk mengalami gangguan pendengaran sensorineural.

ABSTRACT
Background. Congenital cytomegalovirus (CMV) infection is a non genetical factor that is most commonly found asthe etiology of sensorineural hearing loss in infants and children. CMV does not always cause signs and symptoms.Hearing loss caused by CMV infection does not have a patognomonic configuration hence further research is needed. The development on the knowledge on hearing loss caused by congenital CMV infection in foreign countriesis the reason the author decide to investigate on the profile of hearing impairment in children with congenital CMV infection in Indonesia, especially in Cipto Mangunkusumo Hospital. Purpose. To know the profile of hearing impairment in children age 0-5 years old with congenital CMV infection based on DPOAE and BERA click. Methods.This cross-sectional study was conducted in Cipto Mangunkusum Hospital since November 2015-May 2016 in 27 subjects, children age 0-5 years old with congenital CMV infection. Results.Hearing impairment in subjects children age 0-5 years old with congenital CMV inefection, based on DPOAE and BERA click on ear unitsis 58,0% with sensorineural hearing loss. There is a significant relationship (p=0,002) between developmental delay and the incidence of sensorineural hearing loss. Developmental delay has a 6,57 times (CI 95%; 1,88 – 22,87) higher the risk for subjects to experience sensorineural hearing loss compared to normal development.;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nerissa Nur Arviana
"Latar Belakang Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang terletak di bawah kartilago tiroid. Kanker tiroid merupakan keganasan yang muncul dari sel parenkim tiroid yang mana sel sel tumbuh secara tidak normal dari jaringan kelenjar tiroid juga berpotensi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Berdasarkan World Health Organization (WHO), data kanker tiroid di dunia pada tahun 2020 secara keseluruhan mencapai 586.202 kasus. Sementara, di Indonesia sendiri, kasus kanker tiroid pada tahun 2020 mencapai 13.114 dengan angka kematian mencapai 2.224 yang mana lebih banyak terjadi pada perempuan dengan jumlah 9.053 kasus. Berdasarkan penelitian, prevalensi kanker tiroid pada anak adalah 0,2-5 % dibandingkan dengan sekitar 30% pada orang dewasa. Melihat permasalahan ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kanker tiroid pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang belum ada datanya terutama berdasarkan karakteristik dan faktor risikonya. Metode Penelitian ini menggunakan metode observasional deksriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan berupa total sampling pada penderita kanker tiroid anak di RSCM periode 2016 hingga 2022.
Hasil Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi kanker tiroid pada anak di RSCM pada Tahun 2016 – 2022 sebsar 1,4%. Dengan karakteristik sosiodemografi, 95,7% berusia 11 hingga 18 tahun, 78,3% berjenis kelamin perempuan dan 21,7% berjenis kelamin laki- laki, serta 65,2% tinggal di perkotaan. Hasil lainnya menunjukkan 95,7% riwayat keluarga tidak ada dan 47,8% mempunyai BMI ideal. Hasil karakteristik klinis, 78,3% pasien dengan jenis kanker tiroid papilar, 87% pasien stadium1, 43,5% mengalami T2, 39,1% mengalami N1, dan 13% dengan M1. Terapi utamanya operasi sebanyak 86,9% dengan jenis total tiroidektomi sebesar 60%. Tidak terdapat perbedaan karakteristik antara jenis kanker tiroid papilar dan folikular.
Kesimpulan Penelitian ini memberikan angka prevalensi serta data deskriptif terkait persentase dan frekuensi masing-masing variabel yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya berupa analitik terkait prognosis dan mortalitas serta hubungan setiap variabel.

Introduction The thyroid gland is one of the largest endocrine glands which is located under the thyroid cartilage. Thyroid cancer is a malignancy that arises from thyroid parenchyma cells in which the cells grow abnormally from the thyroid gland tissue which also has the potential to spread to other parts of the body. Based on the World Health Organization (WHO), data on thyroid cancer in the world in 2020 reached 586,202 cases. Meanwhile, in Indonesia alone, cases of thyroid cancer in 2020 reached 13,114 with a death rate of 2,224 which was more common in women with a total of 9,053 cases. Based on research, the prevalence of thyroid cancer in children is 0.2 – 5% compared to about 30% in adults. Seeing this problem, this study aims to determine the prevalence of thyroid cancer in children at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for which there is no data, mainly based on the characteristics and risk factor.
Method This study used a descriptive observational method with a cross sectional approach. The sample used was total sampling in children with thyroid cancer at RSCM for the period 2016 to 2022.
Results The results of this study found that the prevalence of thyroid cancer in children at RSCM in 2016 - 2022 was 1.4%. With sociodemographic characteristics, 95.7% were aged 11 to 18 years, 78.3% were female and 21.7% were male, and 65.2% lived in urban areas. Other results showed that 95.7% had no family history and 47.8% had an ideal BMI. Results of clinical characteristics, 78.3% of patients had papillary thyroid cancer, 87% of patients had stage 1, 43.5% had T2, 39.1% had N1, and 13% had M1. The main therapy was surgery for 86.9% with total thyroidectomy at 60%. There are no differences in characteristics between papillary and follicular types of thyroid cancer.
Conclusion This research provides prevalence figures as well as descriptive data regarding the percentage and frequency of each variable which can be used as a reference for further research in the form of analytics related to prognosis and mortality as well as the relationship between each variable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>