Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harun
"Mutu pelayanan kesehatan puskesmas se Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan sebagian besar masih kurang baik. Ini dapat diketahui dari hasil survei Dinas Kesehatan tahun 2005 terhadap pasien rawat jalan maupun rawat inap di puskesmas, Data Dinas Kesehatan, dan hasil survei petugas yang ada di puskesmas se Kabupaten Musi Rawas tahun 2005. Hal ini disebabkan karena dampak dari kepuasan kerja petugas kesehatan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan kepuasan kerja petugas kesehatan di Puskesmas se Kabupaten Musi Rawas. Rancangan penelitian yang digunakan cross sectional, dengan data primer dari 232 sampel yang diambil di 22 puskesmas yang ada, dan dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2006. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji "Chi Square", dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik Banda. Dari hasil analisis didapatkan lebih dari setengah jumlah responden merasa tidak puas terhadap kepuasan kerja. Pada uji bivariat adanya hubungan yang bermakna antara umur, tanggungan, masa kerja, dan pangkat/golongan dengan faktor kepuasan ekstrinsik. Adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan faktor kepuasan instrinsik, dan adanya hubungan yang bermakna antara umur, tanggungan, masa kerja, dan pangkat/golongan dengan dengan kepuasan kerja. Karakteristik individu yang paling berhubungan dengan faktor kepuasan ekstrinsik adalah masa kerja responden, dan dengan faktor kepuasan instrinsik adalah umur responden, sedangkan dengan kepuasan kerja adalah pangkat/golongan responden. Faktor-faktor kepuasan ekstrinsik yang paling berhubungan terhadap faktor kepuasan ekstrinsik adalah supervisi, dan faktor-faktor kepuasan instrinsik yang paling berhubungan terhadap faktor kepuasan instrinsik adalah pengakuan. Sedangkan faktor kepuasan kerja yang paling berhubungan pada analisis ini adalah faktor kepuasan ekstrinsik. Diketahuinya tingkat kepuasan kerja responden lebih dari setengah jumlah responden merasa tidak puas terhadap kepuasan kerja, dan karakteristik individu yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pangkat/golongan sedangkan faktor-faktor kepuasan kerja yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor kepuasan ekstrinsik. Dinas Kesehatan dan pimpinan puskesmas dalam perencanaan tenaga kesehatan di puskesmas perlu dipertimbangkan variasi dari karakteristik individu dan faktor-faktor kepuasan kerja yang diperkirakan akan mempengaruhi kepuasan kerja petugas.

Health service quality in Puskesmas of Musi Rawas district, South Sumatera Province mostly is not good enough, reflection of this condition can see from Health district survey result for outpatient and inpatient in Puskesmas, based on Health office of Musi Rawas district data and based on available survey result in Puskesmas in 2005. Those all things happened due to decreasing job satisfaction of health staff. The research aim was known relationship between individual characteristics and job satisfaction staff in Puskesmas of Musi Rawas district. Research design used cross sectional survey, using primer data sample 232 that took from whole 22 Puskesmas and executing during January until March 2006. Univariat analysis used for data analysis, bivariat analysis used Chi Square test and multivariat analysis used Logistic Regression. Analysis result can get more than 50% respondent feel unsatisfied for the job satisfaction. Bivariat test shows relationship value between age, life burden, working period and level/rank with extrinsic satisfaction factor. Relationship value also can see between age and intrinsic satisfaction factor, also can see relationship value between age, life burden, working period and level rank with job satisfaction. Respondent working period is dominant individual characteristic that having relationship with extrinsic satisfaction factor and for intrinsic satisfaction factor is respondent age then for job satisfaction is respondent level/rank. A dominant extrinsic satisfaction factor of extrinsic satisfaction factor is supervision, and dominant intrinsic factor for intrinsic satisfaction factor is recognizer. Then extrinsic satisfaction factor is dominant factor for job satisfaction. The knowing of job satisfaction level respondent is 50% more feel unsatisfied and individual characteristics that influence job satisfaction is level/rank then job satisfaction factors that influence job satisfaction is extrinsic satisfaction factor. Health district and puskesmas director in charge person necessary to consider variation of individual character and job satisfaction factors that influence staff job satisfaction when make health man power plan.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Widya Primadhani
"atar belakang : Salah satu faktor penyebab waktu tunggu pasien rawat jalan melebihi 60 menit adalah keterlambatan waktu kedatangan dokter spesialis. Selain waktu tunggu, kepatuhan visite dokter spesialis merupakan indikator disiplin kerja yang dapat memengaruhi length of stay (LOS) pasien rawat inap.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu, kepuasan kerja terhadap disiplin kerja dokter spesialis di RSUD Cileungsi.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan mix method kuantitatif dan kualitatif pendekatan cross sectional untuk menilai karakteristik individu, gambaran kepuasan kerja melalui kuisioner Job Satisfaction Survey Spector  dan disiplin kerja melalui rekam absensi kepatuhan poli, visite dan kelengkapan administratif rekam medis dokter spesialis di RSUD Cileungsi.
Hasil : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja dokter spesialis di RSUD Cileungsi. Berdasarkan penelitian kualitatif, didapatkan faktor yang mempengaruhi disiplin waktu khususnya kepatuhan poli adalah faktor individu, rekam medik yang belum tersedia, laboratorium yang belum ada hasil, dokter spesialis cenderung melakukan kegiatan lain seperti rapat, tindakan atau visite terlebih dahulu sebelum praktik poli.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa selain kepuasan kerja terdapat faktor lain yang memengaruhi disiplin kerja seperti waktu kedatangan dan jumlah tempat praktek.

Introduction: One of the factor causing outpatients' waiting time is the delay in the specialist doctor's arrival time. In addition, adherence to doctors visit indicates work discipline that can affect the length of stay (LOS) of inpatients.
Purpose: This study aims to determine the effect of individual characteristics and job satisfaction on the work discipline of specialists at RSUD Cileungsi.
Methods: This research was conducted using a mix of methods (quantitative and qualitative analysis) with a cross-sectional design to assess individual characteristics, job satisfaction descriptions through the Job Satisfaction Survey Spector questionnaire, and work discipline through the records of compliance in visiting both outpatient and inpatient wards, and the completion of the medical record as an administrative form of work discipline.
Results: There is no significant effect between job satisfaction and the work discipline of specialist doctors at Cileungsi Hospital. The qualitative research found that the factors that influence time discipline among specialist are individual factors, medical records and laboratory result test that are not yet available, and they prioritizing the other activities.
Conclusion: This study concluded that there were another factors that affect work discipline beyond job statisfaction, such as travel time, the amount of practice places.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Gloria Lengkong
"Pendahuluan: Pandemi COVID-19 menyebabkan tantangan tersendiri bagi Rumah Sakit (RS) Meilia yaitu tingginya angka pasien pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) karena mencari second opinion ke RS lain sebesar 22%, rendahnya kepatuhan visit dokter spesialis < pukul 14.00 (50,56% dari target >80%), rendahnya kepatuhan asesmen medis rawat inap <24 jam (75% dari target >80%), dan tingginya turnover dokter spesialis yaitu 22%, serta belum adanya standar penilaian kinerja dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di instalasi rawat inap RS Meilia selama pandemic COVID-19 tahun 2021. 
Metode: desain penelitian cross sectional dengan metode kuantitatif. Penelitian berlokasi di RS Meilia pada bulan Juni-Juli 2022. Untuk variabel kepuasan kerja menggunakan instrumen kuesioner kepuasan kerja yang cara penilaiannya mengadaptasi kuesioner Job Satisfaction Survey, namun dengan indikator yang disesuaikan dengan pandemi COVID-19. Penilaian kinerja dokter dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis secara retrospektif menilai kinerja dokter di instalasi rawat inap pada tahun 2021, berdasarkan indikator waktu, efek, dan reaksi pada dokter umum yang bekerja di instalasi rawat inap RS Meilia dan dokter spesialis yang pernah menjadi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). 
Hasil penelitian: terdapat hubungan antara pendidikan terakhir (p-value = 0,02) dan status kepegawaian (p-value = 0,03) terhadap kepuasan kerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia, terdapat hubungan antara kepuasan kerja, keadaan lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan, dan gaji terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia selama Pandemi COVID-19 (p=0,04; p=0,03; p=0,03; p=0,04; secara berurutan), sedangkan indikator kepuasan kerja yang lain dan variabel individu tidak berhubungan terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia. 
Kesimpulan: terdapat hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia Selama Pandemi COVID-19. Baik komite medis maupun manajemen rumah sakit diharapkan dapat membuat indikator kinerja yang baku sehingga ada evaluasi kinerja bagi dokter di RS Meilia. Dengan adanya evaluasi kinerja, pemberian gaji maupun jasa medis dapat sesuai dengan penilaian kinerjanya.

Introduction: The COVID-19 pandemic has caused its own challenges for the Meilia Hospital, namely the high number of patients going home on their own request (APS) to seek second opinion from another hospital of 22%, the low compliance of specialist doctor visits < 14.00 (50.56% of the target > 80%), low compliance with inpatient medical assessments <24 hours (75% of the target >80%), and high turnover of specialists at 22%, and the absence of standards for assessing physician performance. This study aims to determine the relationship between job satisfaction and the performance of doctors in the inpatient installation of Meilia Hospital during the COVID-19 pandemic in 2021. 
Methods: cross sectional research design with quantitative methods. The research is located at Meilia Hospital in June-July 2022. For the job satisfaction variable, the job satisfaction questionnaire instrument is used, the assessment method is based on the Job Satisfaction Survey questionnaire, with indicators adapting COVID-19 situation. The doctor's performance assessment is carried out using secondary medical record data retrospectively assessing the performance of doctors in inpatient unit in 2021, based on performance indicators of time, effects, and reactions of general practitioners who work in inpatient installations at Meilia Hospital and specialist doctors who have been the Incharge Doctor. 
Results: there is a relationship between the latest education (p-value = 0.02) and employment status (p-value = 0.03) on the job satisfaction of doctors at the Inpatient Unit of Meilia Hospital, there is a relationship between job satisfaction, job resources, job demands, and salaries on the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Unit during the COVID-19 Pandemic (p=0.04; p=0.03; p=0.03; p=0.04; respectively), while the other indicators of job satisfaction and individual variables are not related to the performance of doctors in the Inpatient Unit of Meilia Hospital. 
Conclusion: there is a relationship between job satisfaction and the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Installation during the COVID-19 Pandemic. Both the medical committee and hospital management are expected to be able to make standard performance indicators so that there is a performance evaluation for doctors at Meilia Hospital. With the performance evaluation, the provision of salaries and medical services can be in accordance with the performance appraisal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus S. Widodo
"Pada era kompetisi yang semakin meningkat, meningkatkan produktivitas, komitmen terhadap organisasi dan kepuasan kerja karyawan merupakan masalah kritis bagi para pengelola, terutama dalam organisasi pelayanan kesehatan. Sebagai usaha untuk mendapatkan kejelasan tentang masalah ini di RSUD Lubuklinggau diadakan penelitian tentang kepuasan kerja karyawan karena belum pernah dilakukan sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kerja karyawan RSUD Lubuklinggau. Tujuan khusus meliputi ; (1) Diketahuinya kepuasan kerja karyawan; (2) Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu, faktor penunjang dan faktor motivasi dengan kepuasan kerja; (3) Diketahuinya faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode cross sectional dan dilaksanakan satu bulan dari tanggal 15 April 2003 sampai dengan 15 Mei 2003. Jumlah responden sebanyak 184 orang, semuanya pegawai negeri sipil rumah sakit. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis regresi.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu rata-rata kepuasan kerja karyawan RSUD Lubuklinggau masih rendah yaitu 51%. Faktor lama kerja, pengawasan, kondisi kerja, kelompok kerja, penghargaan dan kesempatan berkembang mempunyai hubungan bermakna dengan kepuasan kerja. Faktor pengawasan, kondisi kerja, penghargaan dan kesempatan berkembang merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Model penentu kepuasan adalah model tanpa interaksi.
Kepada RSUD Lubuklinggau disarankan untuk meningkatkan kemampuan pengawas dengan mengikuti pelatihan kepemimpinan, memperbaiki kondisi kerja diantaranya mengganti peralatan medis dan penunjang medis yang telah usang, menentukan kriteria pemberian penghargaan serta jenis dan jumlahnya yang dapat memuaskan karyawan dan memberikan kesempatan berkembang dengan menyediakan dana dan mempermudah perizinan.
Daftar bacaan : 25 (1991- 2002)

Employee Job Satisfaction Analysis Of Lubuklinggau District General Hospital, Musi Rawas Sumatera Selatan, 2003 In an era of increasing competition, maximizing employees productivity, commitment to the organization, and job satisfaction is a critical issue for administrators, especially in healthcare organization. For that reason, this research was conducted in Lubuklinggau District General Hospital because it has never been done before.
The purpose of this research was to get information about job satisfaction of the employee of Lubuklinggau District General Hospital, Musi Rawas. Specific purposes include :(1) to get a description of employees job satisfaction ;(2) to know the relationship between personal characteristics, supporting factors, motivation factors and job satisfaction; (3) to know the dominant factors that determine job satisfaction.
This quantitative research used the cross sectional method and was conducted over a period of one month from 15th April 2003 until 15'h May 2003,
The respondents were 184 , all government employees of the hospital. The data were obtained by administering questionnaire . The analysis techniques include univariate, bivariate and regression analysis.
The result of the research has shown the average job satisfaction of the employee of Lubuklinggau District General Hospital, Musi Rawas was low only 51%. The number of years of working, supervision, working condition, work group, reward and career opportunity factors had significant relationship with job satisfaction. Supervision, working condition, reward and career opportunity factors are dominant factors that determine job satisfaction. Determinant model of the job satisfaction is the model without interaction.
To Lubuklinggau District General Hospital, it is recommended to improve supervisor capability by leadership training, to improve work condition such as modernizing the old medical and supporting medical instrument, determine the criteria, variety and sum of reward that will satisfy the employee and give an opportunity to develop to the employee by preparing fund and facilitating allowance.
Reading : 25 (1991 - 2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 11210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irina Auruma
"Diantara tahun 2002 - 2005, terjadi konflik/unjuk rasa staf di 7 Puskesmas di wilayah Kabupaten Bekasi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis untuk membuktikan dugaan penyebab terjadinya konflik, ternyata tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas masih rendah, yaitu hanya 56,17%, serta adanya hubungan yang positif antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Survei yang sejenis belum pernah dilakukan di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya hubungan kepemimpinan transfomasional, transaksional dan laissez faire terhadap tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas di 34 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi.
Desain penelitian merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Bekasi. Data dikumpulkan dari seluruh Staf Puskesmas yang berjumlah 681 orang dan 33 Kepala Puskesmas pada tahun 2006. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan uji korelasi sedehana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja Staf Puskesmas sebesar 2,9% (dengan cut-off point 80%) dan 49,6%(dengan cut-off point nilai tengah). Peralatan kerja Puskesmas merupakan faktor kepuasan kerja Staf yang mempunyai nilai terendah. Mayoritas Kepala Puskesmas menampilkan kepemimpinan transformasional yang dikombinasikan dengan kepemimpinan transaksional. Ada hubungan yang bermakna antara dimensi attributed charissmatik dari kepemimpinan transformsional dengan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Staf Puskesmas yang mempersepsikan dimensi attributed charismatic Kepala Puskesmasnya "kuat" mempunyai peluang untuk merasa lebih puas dalam bekerja. Hubungan ini mungkin masih dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang profesi Staf Puskesmas, serta besamya insentif dan tunjangan hari raya yang diterima.
Dimensi attributed charismatik dari kepemimpinan transformasional mampu meningkatkan kepuasan kerja Staf Puskesmas. Perlunya pengenalan tipe kepemimpinan ini kepada para Kepala Puskesmas. Hal ini dapat digunakan dalam seleksi calon Kepala Puskesmas dan pelatihan-pelatihan kepemimpinan bagi orang¬-orang yang akan dipromosikan menjadi pimpinan dalam organisasai kerjanya. Peralatan kerja Puskesmas yang mempunyai skor kepuasan terendah, perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait.

By the years of 2002 - 2005 there were conflicts/demonstrations in 7 Public Health Centers in Bekasi district. Based on preliminary survey conducted by the author to proved that the assumption of conflict caused, the level of job satisfaction among Public Health Center staffs was low, i.e. only 56,17%, and there was positive correlation between leadership and job satisfaction of Public Health Center staffs. A similar survey has not been conducted yet in Bekasi district. This survey attempts to prove the existence of the correlation between transformational, transactional and laissez faire leadership to the level of job satisfaction in 34 Public Health Centers in Bekasi district.
The Research design was a descriptive-analytic research with cross-sectional approach, which carried out to all Public Health Centers in Bekasi district. Data were collected from all 681 staffs and 33 Public Health Center heads in 2006. These were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Chi Square and simple corelation test.
The study proved that respondents with job's satisfaction only 2,9% (with cut-off point 80%) and 49,6% (with mid-value cut-off point). The instrument of Public Health Center was a job-satisfaction factor with the lowest value. The majority of Public Health Center heads performed a transformational leadership combined with transactional one. There was an important correlation between attributted charismatic dimension of transformational leadership with employee job-satisfaction. Public Health Center staffs which have a perception about their Public Health Center head's attributed charismatic dimension as strong, have a chance to feel more satisfied in their job. This perhaps was influenced by the factors of age, sex, education and profession background of Public Health Center staff, and the amount of incentives and THR.
Attributed charismatic dimension of transformational leadership tends to increase the employee's job-satisfaction. It is necessary to introduce this type of leadership to the head Public Health Centers. This can be applied in the selection of the Public Health Center head candidates, and leadership training for those that will be promoted to be a leader in their work organization. It is necessary for all related sides to pay attention to the instrument of Public Health Center that has the lowest value in job-satisfaction score.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Triani
"Tesis ini membahas tentang hubungan kepuasan kerja dengan persepsi perilaku caring perawat pelaksana. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan kepuasan kerja dengan persepsi perilaku caring di ruang rawat inap Rumah Sakit Kanker Darmais Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitiaan deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 149 perawat pelaksana yang bekerja di 8 ruang rawat inap di RS Kanker Darmais Jakarta. Jumlah sampel pada penelitian berjumlah 118 perawat pelaksana yang diambil secara total populasi. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian ini menyimpulkan ada hubungan bermakna antara kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri (p=0.042), usia (p=0.027) dan status pernikahan (p=0.040) dengan persepsi perlaku caring perawat pelaksana. Penelitian ini merekomendasikan penataan struktur dan proses dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan design ulang pekerjaan perawat pelaksana sehingga mendapatkan uraian pekerjaan yang efektif, memberikan pelatihan (in house training) bagi perawat pelaksana dan kepala ruangan untuk memberikan pemahaman tentang konsep dan penerapan perilaku caring, melakukan evaluasi terhadap perilaku caring perawat dengan melibatkan kepala ruangan, sesama perawat dan pasien secara tertulis atau observasi serta bagi perawat pelaksana agar lebih meningkatkan pekerjaan dari dalam diri individu melalui memperkaya pekerjaan dengan berkreasi dan variasi dari tugas, meningkatkan pengetahuan, tanggung jawab dan kompleksitas pekerjaan sehingga asuhan yang diberikan kepada pasien dirasakan menjadi suatu hal yang menyenangkan.
This Thesis discuss about the relationship between job satisfaction and caring behaviour perception among staf nurse. This research aims to get the description of relationship between job satisfaction and caring behaviour perception in ward room of Dharmais Cancer Hospital Jakarta. This research uses correlation description research model by using cross sectional approach. Research population are 149 staf nurses who works at 8 wards in Dharmais Cancer Hospital Jakarta. The number of samples are 118 staf nurses who are taken from total research population. Data analysis are done with univariate, bivariate, and multivariate. Result of this research conclude that there in significant relationship between job relationship itself (p=0.042), age (p=0.027) and marital status (p=0.040) and caring behaviour perception among staf nurse. This research recommends structure and process setup in applying nursing care by redesigning staf nurses’ duties so that it gives more effective job descriptions. This research also recommends hospital to conduct in house training for staf nurse and Head Nurse in order to improve the understanding of concept and caring behaviour implementation, re-evaluation to nurses caring behaviour by involving Head Nurse, staf nurses itself and patient in written or through observation. Nonetheless,this research recommends all staf nurses to improve their work that comes from individual willing to enriched work by having creativity and variation of work itself, improve the knowledge, responsibility as well as the complexity of work so that the care in which given to the patient becomes some pleasant experience."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salfida Mariani
"Puskesmas merupakan satuan unit terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat ternasuk masyarakat miskin. Dalam era globalisasi ini setiap organisasi dituntut untuk dapat berkompetisi dan mempunyaj daya saing sehingga organisasi tersebut dapat mempertahankan keberadaannya. Pelayanan yang dihasilkan dari organisasi puskesmas merupakan kerjasama antara pimpinan puskesmas dan staf puskesmas, dari basil kerjasama yang baik akan menghasilkan pelayanan yang bennutu. Peran pimpinan puskesmas terhadap kemajuan organisasi sangat utama dan pimpinan harus mampu rnemberikan kepuasan kerja terhadap staf dalam organisasi, kepuasan kerja staf dalam organisasi akan menciptakan suatu pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas dalam melaksanakan Program Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Serang Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif terhadap 144 staf puskesmas dari 38 puskesman di Kabupaten Serang.
Analisis yang digunakan adalah univariat, bivadat dan multivariat dengan uji statistik Chi square dan Regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kepuasan kerja (total) staf puskesmas menggunakan cut of point mean sebesar 50,9o/a, kepuasan kerja tertinggi pada dimensl kepuasan kelja 1erhadap gaji (60,5%) dan terendah pada dimensi kepuasan ketja terhadap pembagian jasa medis (35)1%). Mayoritas kepala puskesmas menampilkan gaya kepemimpinan transaksional (55,3%) dikoinbinasikan dengan gaya kepemimpinan transformasional (52.6%).
Dari hasil uji bivariat diperoleh ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpioan transformasional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P=0,02). Ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P= 0 04) Dimensi kepemimpinan yang mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan keija staf adalah dimensi attributed charismatik (P= 0,001), dimensi idealized influence (P= 0,024), dirnensi intelectual stimulation (P= 0,025), dimensi individualized consideronce (P= 0,008), dimensi Cl)nfingen reward (P= 0,020), dimensi laissez faire (P= 0,038). Foktor konfonding tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan kerja staf puskesmas.
Hasil uji statistik multivariat didapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi hubungan kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas adalah kepemimpinan transfonnasional dengan dinlensinya attributed charismatik. Persepsi gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja staf disarankan kepada kepala puskesmas agar meningkalkan gaya kepemimpinan transformasional terutama dimensi attributed charismatik, perlu memperkenalkan gaya ini kepada para calon kepala puskesmas melalui pelatihan kepemimpinan. Para kepala puskesmas agar lebih memperhatikan pembagian jasa medis kepada stafnya dan disesuaikan dengan beban kerja yang diemban para staf, sehingga kepuasan kerja staf dapat meningkat, tetap menjaga dan meningkatkan hubungan antar staf yang sudah baik.

Central public health as a leading unit which give health care services to the whole society including the impecunious. in globalization era, every organization have to be able to compete and also have the competitive ability so that the organizations are able to maintain the existance. The service that produced by central public health organization a cooperation between heed central public health and staff; the result from this cooperation will produce a service quality. The role of the head puskesmas to organization progress is very important which he gave the work satisfaction to staff and mixed the individual target to be improve a part organization target, therefore work satisfaction of staff on organization will improve the service quality to society.
The aim of this research are to get picture and the relation between head to puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff to execute the JPKMM program in Serang district in 2007. This research uses cross sectional desaign with quantitative approach for 144 puskesmas staf from 38 puskesmas in Serang district. Analysis type that used are univariat, bivariate and multivariate with Chi square and double logistics regresi statistic test.
The resu1t of this research indicates that percentage of work satisfaction (totalize} staff puskesmas staf use 50.9% cut off point mean the highest work satisfaction at dimension of work satisfaction to salary (60,5%) and lowest at dimension of work satisfaction to share of medical service fee (35,1%). Majority of head puskesmas presents transactional style leadership (55,3%) combined with transformational style leadership (52,6%).
The result from bivariate test obtained that there is significant relationship between transformational style leadership to work satisfaction of puskesmas staff (P= 0,02). Significant relationship also found has a transaktional leadership style to work satisfaction of puskesmas (P= 0,04) Leadership dimension which have significant relationship to work satisfaction of puskesmas staff is attributed charismatik dimension (P= 0,001), idealized influence dimension (P= 0,024), intellectual stimulation dimension (P= 0,025), individualized considerance dimension (P= 0,008), contingen reward dimension (P= 0,020), laissez faire dimension (P= 0,038). Confounding factor has no significant relationship to work satisfaction ] puskesmas of staff.
The result from multivariate statistic test obtained that the most dominant factor influence the relation between head puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff is transformational leadership with its attributed cbarismatik dimension. Leadership styles Perception have influence to work satisfaction of puskesmas staff, it is suggested to head puskesmas to improve transformational styles leadership especially attributed charismatic dimension, this leadership styles must introduced was to head puskesmas candidate through a leadership training. Heads puskesmas have to concerned more to share of about medical service fee to its staff raised up and also have to maintain and improve the relation among that has been good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11538
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarcisia Widjajastuti, exeminer
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguji hubungan antara kompensasi, iklim organisasi dan kepuasan kerja karyawan di Pelayanan Kesehatan St. Carolus (selanjutnya akan disebut PK St. Carolus) Jakarta. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PK St. Carolus bidang kesehatan (perawat) dan bidang non kesehatan (bukan perawat) yang berlatar belakang pendidikan setingkat SLTA, D III dan S I yang berjumlah 1274 orang. Sampel ditetapkan menurut tabel Krejcie sebanyak 297 orang yang diambil dengan cara cluster proportionate random sampling, sehingga semua strata terwakili.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan sosio-demografi sebanyak 9 pertanyaan. Bagian ke-dua pertanyaan yang berkaitan dengan kompensasi (X1), yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial, masing-masing terdiri dari 16 butir pertanyaan. Bagian ke-tiga adalah pertanyaan yang berkaitan dengan iklim organisasi (X2) terdiri dari 20 butir pertanyaan. Akhirnya bagian ke-empat adalah pertanyaan tentang kepuasan kerja (Y), terdiri dari 20 butir pertanyaan.
Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Untuk mengetahui kecenderungan beberapa variabel sosio demografi dengan kepuasan kerja, digunakan tabulasi silang (Crosstab), sedangkan untuk menguji hubungan antara kompensasi, iklim organisasi dengan kepuasan kerja digunakan korelasi Pearson. Untuk menentukan faktor penentu kepuasan kerja digunakan regresi linear ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kompensasi (X1) dengan kepuasan kerja (Y) diperoleh nilai r = 0, 533 pada α 0,000 dan R2 = 0,285; maka Ho ditolak. Tingkat hubungan sedang dan pengaruh kompensasi pada kepuasan kerja sebesar 28,5%. Untuk hubungan antara iklim organisasi (X2) dengan kepuasan kerja (Y) diperoleh r = 0,631 pada α 0,000 dan R2 = 0,399; maka Ho ditolak. Tingkat hubungan kuat dan pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 39,9%. Untuk hubungan antara kompensasi (X1), iklim organisasi (X2) dengan kepuasan kerja (Y) digunakan teknik regresi ganda, hasilnya untuk kompensasi r = 0,662 pada α 0,000 dan R2 = 0,039 pada α 0,000; dan iklim organisasi hasilnya r = 0,631 pada α 0,000 dan R2 = 0,399 pada α 0,000. Maka Ho ditolak, tingkat hubungan kuat dan pengaruh kompensasi dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kepuasan sebesar 43,4%.
Selanjutnya hasil uji beda untuk membedakan kepuasan kerja antara perawat dengan bukan perawat dengan teknik uji beda t-test independent sampel karena jumlah sampel antara perawat dan bukan perawat tidak sama. Diperoleh hasil t hitung - 0,679 pada α 0,642; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari aspek bidang kesehatan (perawat) dan aspek bidang non kesehatan (bukan perawat). Hal ini juga didukung oleh hasil tabulasi silang antara variabel sosio-demografi lainnya yaitu: lama bekerja (masa kerja), agama dan pelatihan, masing-masing dengan kepuasan kerja. Hasilnya semua menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap kepuasan kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyoto
"Kemangkiran dan keterlambatan adalah perilaku kerja yang dapat menyebabkan inefisiensi, merusak moral staf, dan menurunkan pencapaian kerja. Upaya menurunkan perilaku ini telah dilakukan, tetapi perilaku ini masih banyak ditemukan. Faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya perilaku kerja ini penting diidentifikasi. Diantaranya adalah karakteristik individu dan kepuasan kerja. Penelitian dilakukan di RSUD. DM. Sampit pada bulan April 2003. Desain penelitian adalah cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, sebanyak 72 perawat pelaksana.
Pengumpulan data menggunakan tiga jenis instrumen yang telah diuji coba, terdiri dari isian data karakteristik responden (DKR), kuesioner kepuasan kerja (KKK), dan kuesioner penilaian perilaku kerja (KPPK). Penelitian ini menemukan bahwa kepuasan kerja berbeda secara bermakna diantara perawat yang berpendidikan SPK/Bidan dan DIII/DIV. (p<0,05). Perawat berpendidikan SPKIBidan merasa lebih puas terhadap Gaji/lnsentif, Kebijakan organisasi, tuntutan tugas, dan status profesional dibanding DIII/DIV (p<0,05). Usia berkorelasi positif dengan perilaku kerja (r5 0,244,p<0,05). Kepuasan kerja berkorelasi negatif dengan perilaku kerja (rs -0,295,p<0,05). Penelitian ini menghasilkan model perilaku kerja yang merupakan fungsi dari variabel kebijakan organisasi (Beta=-0,11), Otonomi (Beta=-0,112), dan Usia (Beta=4,176) + konstanta (32,237). Implikasi dari temuan ini adalah pentingnya meningkatkan otonomi perawat dengan melakukan restrukturisasi metode penugasan, memperjelas accozmtabilily untuk setiap strata pendidikan, memperbaiki kebijakan pengembangan karier, dan pengendalian kemangkiran dan keterlambatan.
Daftar pustaka 72 (1984 -- 2003)

Analysis of Relationship between Characteristic and Job Satisfaction with Job Behavior (Absenteeism and Lateness) Nurses in General District Hospital Dr. Murjani Sampit 2003Absenteeism and lateness are job behaviors that could cause inefficiency, demoralization of staff and decrease job achievement. Many efforts have been done to decrease these behaviors, but in reality it is still found. The contributing factors to these job behaviors are individual characteristics and job satisfaction important to identify. Research has been done in General District Hospital Dr. Murjani Sampit on April 2003. Research design used cross sectional. Simple random sampling has been used as a sampling method to 72 staff nurses.
Data collection used three instruments which have been testified, includes questionnaire of respondents' characteristic, job satisfaction and evaluation of job behavior. This research revealed that job satisfaction is significant different among nurses with educational background of SPK/Midwifery, D III/DIV (p'<0,05). Satisfaction to the salary/incentive, organizational policy and professional status are felt more satisfied by nurses who have educational background of SPKIMidwifery compare to D III/D IV (p<0.05). The age of respondent have a positive correlation with job behavior Vs =0,244; p<0,05). The Job satisfaction have a negative correlation with job behavior (rs 0,295; p<0,05). This research produces a job behavior model as a function of organizational policy variable (Beta= -0,11), autonomy (Beta= -0,112), and age (Beta= 0,176). + constant (32,237). The implication of this model is the important of increasing the nurses' autonomy by restructure of nursing care delivery method; clarify the accountability of every nursing educational level; revise career development policy; and control absenteeism and lateness.
References 72 (1984 - 2003)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 10883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Samy
"Kepuasan kerja merupakan salah satu determinan kinerja karyawan, yang merupakan suatu tingkat respon emosional karyawan (pelanggan internal) terhadap pekerjaannya. Peninjauan terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dari aspek-aspek yang membentuknya atau dapat pula berupa respon umum terhadap pekerjaannya itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang Tahun 2006 serta hubungan faktor usia, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja, tingkat pendidikan, locus pengendalian diri, keyakinan diri, sifat pekerjaan, upahlinsentif, promosi karier, kondisi kerja dan rekan kerja dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang tahun 2006.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel merupakan populasi penelitian, yaitu 57 karyawan di BBLK Palembang. Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner. Uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik Kai Kuadrat.
Penelitian ini menunjukkan 72,2 % karyawan di BBLK Palembang merasa puas dengan pekerjaannya pada tahun 2006. Variabel tingkat pendidikan, sifat pekerjaan, kondisi kerja dan rekan kerja masing-masing mempunyai hubungan bermakna dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di BBLK Palembang tahun 2006. Variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja, locus pengendalian diri, keyakinan diri, insentif dan promosi karier masing-masing tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di BBLK Palembang tahun 2006.
Disarankan untuk menumbuhkan motivasi dan menggunakan kesempatan mengikuti program pendidikan formal dan non formal sesuai dengan jenjang pendidikan, keahlian, serta spesifikasi pekerjaannya, meningkatkan minat kerja, merniliki target atas keberhasilan pekerjaan, serta sadar akan pentingnya pekerjaan bagi rekan kerja dan organisasinya, harus tetap dipertahankan dan diperhatikan masalah cara pemakaian yang benar, pemeliharaan/ perawatan fasilitas dan ruangan serta alat/ peralatan laboratorium, terus berinovasi, mengembangkan rasa saling percaya antara sesama karyawan dan dengan atasan sehingga tetap terjaga suasana kerja yang kondusif serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang dengan variabel yang lebih luas.

Job satisfaction is one of employee performance determinant, which is a kind of worker emotional respond level (internal costumer) toward their job. Supervision toward employee's job satisfaction acquired from aspects that shape it or general respond to the job.
This research aimed to identify description about employee's job satisfaction at Palembang Health Laboratory Hall Year 2006 also correlations. among factors like age, gender, marital status, work experience, educational background, self-control place, self-assure, job characteristic, incentive/payment, carrier promotion, working condition and work colleague with worker job satisfaction level at Palembang Health Laboratory Hall Year 2006.
This research is a descriptive research with cross sectional approach. Sample is research population, which are 57 employees at Palembang BBLK. Data collected by questionnaire filling. Hypothesis tested by using Chi-Square statistic test.
This research shows that more than half of employees at Palembang BBLK feels satisfy with their job at year 2006. Each variable like educational level, job characteristic, working condition and work colleague has consequential relation with employee's job satisfaction level at Palembang BBLK year 2006. Moreover, each variable like age, gender, marital status, work experience, educational background, self-control place, self-assure, incentive and carrier promotion did not have consequential relation with employee's job satisfaction level at Palembang BBLK year 2006.
Suggested to develop motivation and using opportunity in participating formal and non-formal educational program appropriate with educational background, ability and job specification, increase work interest, having target in job successfulness, and to realize the importance of working partner and his organization, enduring and paying attention to the right way of use, maintaining facility and room and laboratory tools, continuing innovation, developing inter-employee's trust and employer therefore conducive working environment also need further research toward employee's job satisfaction in Health Laboratory Big Hall Palembang with wider variable."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>