Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanto Febriady Anwar
"Ketatnya persaingan di dunia asuransi akan mempengaruhi pendapatan hasil underwriting dari premi polis - polis yang diterbitkan. Dana premi yang diperoleh seharusnya dapat dimaksimumkan agar pendapatan dari investasi meningkat. Namun dengan pembatasan investasi dari peraturan yang ada untuk tetap menjaga kesehatan perusahaan asuransi dengan minimal Risk Based Capital. maka diragukan kinerja invcstasi PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) lebih baik dibanding kinerja investasi Pasar saat ini dan juga diragukan bahwa portfolio investasi Jasindo alas masing-masing trading securities tidak optimal.
Untuk itu diperlukan suatu perangkat analisis untuk mengetahui kinerja investasi Jasindo dan mencari alternatif investasi yang lebih baik. Pengukuran kinerja investasi yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia akan dianalisis berdasarkan return dan Indeks Sharpe atas trading securities saham, reksadana dan obligasi yang selanjutnya dilakukan perhitungan optimal portfolio.
Pengukuran kincrja investasi Jasindo mcnggunakan perbandingan Return dan Indeks Sharpe terhadap kincrja Pasar. Perhitungan parameter tersebut diuji secara statistik mcnggunakan t-Test dan Analysis of Variance (Anova). Sedangkan optimalisasi portfolio dan pembuatan efficient frontier menggunakan Metode Markowitz.
Kinerja Investasi Jasindo bcrdasarkan return lebih baik dibanding Pasar, terutama untuk kinerja Saham selama tahun 2003. 2004 dan 2005 dimana return bulanan Saham Jasindo sebesar 4.57% scdangkan return saham Pasar hanya sebesar 2.99%. Namun untuk rata-rasa return Obligasi dan Rcksadana Pasar lebih baik dibanding Jasindo yaitu 2.099% (Obligasi) dan 0.660% (Rcksadana) dimana return Jasindo sebesar 0.916%. dan 0.453%.
Kinerja investasi Asuransi Jasindo berdasarkan indeks Sharpe lebih baik dibanding kinerja Pasar kecuali untuk Reksadana dimana Kinerja Pasar lebih baik Selama tahun 2003, 2004 dan 2005. Indeks Sharpe Jasindo untuk Saham Reksadana dan Obligasi secara berturut-lurut sebesar 0.550. -0.1 16 dan 1.047. Sedangkan Pasar mcmpunyai indeksnya sebesar 0.396, -0.105 dan 0,459. Seluruh Portfolio investasi Jasindo untuk Saham. Reksadana dan Obligasi tahun 2003, 2004 dan 2005 tidak optimal. Hal dapat terlihat di Gambar efficient frontier yang disajikan, portfolio Jasindo tidak berada dalam efficient frontier.

Highly competition in insurance industry in Indonesia would have an impact to their revenue from insurance premium. The fund collected from their clients should be invested and earned enough profit. However, the restriction for investment in insurance industry would bring a constraint to earn bigger return on investments. Based on the above constraints, the prediction on the investment performance would lead a pessimistic result for each trading securities i.e. stocks, mutual funds and bonds. Some prediction would also lead to an opinion that the return of trading securities invested by PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) is lower than the return earned by capital market. In terms of portfolio analysis, Jasindo's portfolios would not be reach optimal portfolio. Tools for analyzing the Jasindo's investment performance is needed to find a better result for return and optimal portfolios for Jasindo. The performance analysis is done by comparing return and Sharpe index between Jasindo's and Capital Market. Next analysis is done by computing the optimal portfolio and building an efficient frontier. The calculations arc tested statistically by t-Test and Analysis of Variance (Anova). The calculation for Optimum Portfolio building efficient frontier use Markowitz method.
Jasindo's investment performance based on comparing return is better than return earned by Market. Especially for Stocks performance on year 2003, 2004 and 2005 which the monthly return of Jasindo's stock is 4.57% and the monthly return for Market's stock performance is only 2.99%. However, Market's Bond and Mutual fund performance are higher than Jasindo's which are 2.01)9% (Bond) and [1.660`%, (Mutual Fund) whereas Jasindo's returns are 0.916% and 0.453%.
Jasindo's investment performance based on comparing Sharpe index is also better than market's perlormance except for Mutual Fund's performance. During year 2003, 2004 and 2005, Jasindo's Sharpe index for Stocks, Mutual Fund and Bond in sequential are 0.550, -0.116 and 1.047. Whereas, market's Sharpe index are 0.396, -0.105 and 0.459.
All of Jasindo's portfolios for each bonds, stocks and mutual funds on year 2003, 2004 and 2005 are not optimum. These would be seen on the efficient frontier, which Jasindo's portfolios were none in the efficient lines."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Sri Redjeki
"ABSTRAK
KPEI merupakan suatu lembaga nirlaba yang menjalankan fungsi sebagai Central Counterparty di lingkungan pasar modal Indonesia. Peranan yang dimiliki KPEI antara lain adalah sebagai fasilitalor untuk jasa penjaminan dan penyelesaian transaksi bursa. Terkait dengan fungsi tersebut, KPEI melakukan aktivitas pemantauan dan pengendalian risiko yang terjadi akibat adanya transaksi bursa. Pemantauan dan pengendalian risiko yang dilakukan oleh KPEI bertujuan untuk memantau risiko KPEI atas aktivitas perdagangan yang dilaksanakan Anggota Kliring di Bursa dan mengantisipasi kemungkinan risiko yang akan timbul. KPEI dapat melakukan antisipasi terhaiap risiko dengan cara melakukan penghitungan berkala terhadap agunan dan akan meminta tambahan agunan jika sudah tidak mencukupi. Untuk dapat memenuhi prasyarat di atas, KPEI memerlukan agunan dari Anggota Kliring ke KPEI. Salah satunya adalah agunan dalam bentuk saham. Manfaat agunan yang diterima KPEI antara lain adalah sebagai alat penanggulangan kegagalan pemenuhan kewajiban penyelesaian Transaksi Anggota Kliring, apabila : Anggota Kliring yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada KPEI secara permanen (Bankruptcy risk) dan Mengatasi risiko fluktuasi harga (Market Risk/LiquidityRisk) pada kondisi Anggota Kliring mengalami kebangkrutan (pailit).
Penentuan haircut atas agunan saham sudah dilaksanakan dan diimplementasikan oleh KPEI. Penulisan karya akhir ini bertujuan memberikan alternatif lain dalam metode penghitungan haircut saham di KPEI. Dalam penulisan karya akhir ini, berdasarkan perhitungan dengan pendekatan standar deviasi normal dan pendekatan ARCHIGARCH, terdapat tiga saham yang berpotensi risiko kenaikan atau penurunan nilai agunan yang besar pada periode 2004-2005 adalah BNBR (haircut 6%), BUMI (haircut 2%) dan BNII (haircut 3%). Untuk periode 2006-2007, saham-saham yang berpotensi risiko kenaikan atau penurunan nilai agunan adalah PGAS (haircut 4%), KIJA (haircut 5%) and BUMI (haircut 3%).
Hasil uji validasi dengan penuujian backtesting yang dilakukan terhadap masingmasing return harga-harga saham sampel yang dijadikan agunan KPEI dengan metode Kupiec Test, diperoleh hasil bahwa perhitungan haircut dengan menggunakan rnetode peramalan standar deviasi dapat diimplementasikan karena.jumlah penyimpangan antara nilai return hasil estimasi model dengan nilai return actual masih berada dalam batas toleransi. Upaya-upaya mitigasi risiko akibat pergerakan harga saham di pasar yang perlu dilakukan KPEI antara lain adalah dengan melakukan review nilai haircut secara periodik (dalam hal ini bulanan) dan pembatasan volume saham yang diterima KPEI.

ABSTRACT
As a central counterparty in Indonesian capital market, one of the roles of KPEI is to facilitate the guarantee and settlement transaction by monitoring and controlling the risk associated with the market transaction. This monitoring and controlling function is to counter the risk that might happen due to transaction activity performed by the Clearing Members. To perform this function, KPEI executes some periodical calculations to the collateral and recalculates them when insufficient, by collecting the collaterals from the Clearing Member in a form of stocks. KPEI uses these collaterals as a recovery tool when one of the members failed to fulfill the obligation of market transaction that is when Clearing Member unable to return the payment due to bankruptcy risk and market risk/liquidity risk. KPEI uses and implements the haircut calculation since 2004.
This paper tries to give an alternative to the calculation of the haircut by using the normal standard deviation and the approach of ARCH/GARCH. The top three stocks that potentially have a high increase/decrease risk of the collateral are: BNBR (haircut 6%), BUMI (haircut 2%) and BNII (haircut 3%) in the period of 2004-2005, and PGAS (haircut 4%), KIJA (haircut 5%) and BUMI (haircut 3%) for 2006-2007.
The back testing result from each sample returns of stock price collateral) by KPEI using Kupiec Test, shows standard deviation method forecast can be implemented since the deviation or estimated model is still within tolerance when compared to the actual return. However, KPEI needs to review the haircut value on periodic basis (monthly) and limit the stock volume that might posses risk mitigation associated with stock activity.
"
2007
T19682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi A. Lukito
"Seiring dengan perkembangan perekonomian dan persaingan yang semakin ketat, kelangsungan hidup maupun kesempatan berkembangnya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana serta akses terhadap sumber dana yang tersedia. Alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan umumnya berasal dari modal sendiri atau hutang. Pinjaman dari bank merupakan salah satu sumber pendanaan utama bagi sebagian besar perusahaan di Indonesia. Deregulasi Pakto '88 memberi kemudahan persyaratan pendirian bank, sehingga mengakibatkan munculnya sejumlah bank-bank baru.
Menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan dalam kondisi keterbatasan modal, maka pendanaan melalui hutang kepada bank merupakan cara yang relatif cepat bagi perusahaan untuk dapat merealisasi peluang-peluang yang ada. Selanjutnya terjadi ekspansi kredit yang tak terkendali dan peningkatan jumlah kredit macet yang cukup berarti. Tetapi penggunaan pinjaman bank yang berlebihan justru akin berpengaruh negatif pada cash flow perusahaan. Apalagi saat ini kondisi perbankan nasional sedang mengalami keguncangan karena krisis moneter.
Sumber pendanaan lain yang layak untuk dipertimbangkan adalah sumber dana yang memberikan biaya lebih murah dibanding pinjaman bank. Penerbitan saham atau pendanaan melalui pasar modal adalah alternatif selain hutang bank pada saat suku bunga bank tinggi. Selain memperoleh sumber pendanaan, perusahaan juga mendapat keuntungan lain. Sebagian dana yang diperoleh dapat digunakan untuk membayar hutang bank, dengan demikian beban bunga dan cicilan menjadi ringan. Struktur modal menjadi lebih baik dengan turunnya rasio debt to equity.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T18847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Renita Fatma, Author
"Reksadana adalah salah satu bentuk investasi di pasar modal yang telah dan masih terus berkembang pesat. Setelah sempat ikut terpuruk pada masa krisis moneter pada tahun 1997, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di awal tahun 2000, bisnis reksadanapun menggeliat kembali.
Jenis reksadana yang paling berkembang pesat adalah reksadana pendapatan tetap, sedangkan reksadana dengan pertumbuhan yang paling kecil adalah reksadana saham. Begitupun dengan jumlah penelitian terhadap kinerja reksadana, kinerja yang selama ini paling banyak diteliti adalah kiner:ja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini ingin melihat gambaran kinerja reksadana saham yang dikelola oleh manajer investasi di Indonesia selama tahun 2002-2004, sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor bahwa kinerja reksadana saham juga relatif bisa diandalkan sebagai tempat investasi.
Dalam karya akhir ini, pengukuran reksadana saham dibatasi hanya menggunakan metode Sharpe Measure, karena dalam metode ini risiko yang diukur telah mencakup risiko sistematis dan tidak sistematis. Setelah ukuran kinerja diperoleh, maka untuk menentukan apakah kinerja tersebut baik atau tidak akan dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu kinerja pasamya, dalam hal ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga telah diukur kinerjanya menggunakan metode yang sama. Jika outperformed terhadap pasar berarti kinerja reksadana baik, sedangkan sebaliknya jika underperformed berarti buruk. Terakhir dilakukan pengujian ada tidaknya hubungan antara kinerja reksadana saham dengan umur reksadana.
Hasil yang didapat penulis, temyata sejak talmn 2002 hingga tahun 2004, kinerja reksadana saham yang dikelola oleh Manajer lnvestasi di Indonesia berdasarkan metode Sharpe, cukup baik tetapi tidak stabil. Pada tahun 2002 dan 2004, diatas 70% reksadana saham outperformed terhadap kenerja pasar, tetapi pada tengah periode yang diteliti yaitu pada tahun 2003 justru terjadi sebaliknya dimana hanya 23,5% yang outperformed terhadap kinerja pasar. Reksadana yang memiliki kinerja positif dan melebihi kinerja pasar serta selama tiga tahun berutut-turut berada di peringkat 10 teratas adalah Schroder Dana Prestasi Plus, Bahana Dana Prima, Rencana Cerdas, Citi Reksadana Ekuitas dan Reksa Dana Mawar.
Adapun dari hubungan antara umur reksadana dengan kinerja reksadana, ternyata tidak terdapat korelasi yang signifikan dengan tingkat keyakinan 95%.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedya Zuraida, Author
"Pasar obligasi Indonesia bergairah ditandai dengan perkembangan instrumen investasi obligasi pemerintah akhir-akhir ini. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya penerbitan obligasi oleh pemerintah serta meningkatnya nilai obligasi pemerintah yang diperdagangkan. Sehingga tidak mengherankan saat ini obligasi pemerintah dijadikan salah satu alternatif investasi bagi investor terutama investor institusi. Besarnya kelebihan permintaan (oversubcription) pada setiap lelang obligasi pemerintah menjadi bukti banyaknya peminat obligasi pemerintah.
Lain halnya dengan pasar obligasi korporasi, tahun 2004 kemarin pasar obligasi korporasi cenderung mengalami penurunan dibanding tahun 2003, terlihat dari sampai dengan bulan Agustus, issuer obligasi baru sekitar 24 emiten dengan nilai emisi sebesar Rp. 10,4 triliun. Padahal, tahun lalu jumlah emiten yang menerbitkan obligasi sebanyak 54 perusahaan dengan nilai emisi mencapai Rp. 25 triliun. Walaupun demikian, dari sisi permintaan kebutuhan obligasi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan yang cepat dari reksadana, dana pensiun serta asuransi Pada penelitian ini perhitungan diawali dengan menghitung return masing-masing jenis obligasi baik obligasi korporasi maupun obligasi negara yang beredar di tahun 2004 sampai dengan tahun 2005, selanjutnya melalui metode statistik dengan memanfaatkan bantuan software solver diperoleh berbagai kombinasi portfolio yangefisien yang membentuk efficient frontier sebagai alternatif untuk memilih portofolio yang optimal.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa secara individual, proporsi investasi pada obligasi korporasi adalah terdiri dari 8 obligasi sebagai berikut: Adira Dinamika sebesar 1,16%; Excelcom I sebesar 49,55%; Jasa Marga X sebesar 13,13%; Matahari Putra Prima sebesar 16,23%; Perum Pegadaian IX sebesar 7,88%, Perum Pegadaian X sebesar 5,37%, Telkom I sebesar 1,73% dan lndosiar I sebesar 4,95%. Return dan deviasi standar yang dihasilkan adalah 1,55% dan 0,55185%.
Dan untuk obligasi pemerintah terdiri dari 6 obligasi sebagai berikut: FR0013 sebesar 27,5%; FR0015 sebesar 9,53%; FR0018 sebesar 26,05%; FR0020 sebesar 13,2%; VR0014 sebesar 21,52% dan VR0015 sebesar 2,2%. Return dan deviasi standar yang dihasilkan adalah 1,2% dan 1,1232%.
Sedangkan proporsi portfolio optimal investasi gabungan antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah adalah terdiri dari 61,46% pada obligasi korporasi dan 38,54% pada obligasi negara dengan return 1,415% dan 0,772%. Adapun rincian investasi portfolio optimal tersebut adalah obligasi Adira Dinamika sebesar 0, 71 %; Excelcom I sebesar 30,45%; Jasa Marga X sebesar 8,07%; Matahari Putra Prima sebesar 9,98%; Perum Pegadaian IX sebesar 4,84%, Perum Pegadaian X sebesar 3,3%, Telkom I sebesar 1,06%, Indosiar I sebesar 3,04%, FR0013 sebesar 10,6%, FR0015 sebesar 3,67%, FR0018 sebesar 10,04%, FR0020 sebesar 5,09%, VR0014 sebesar 8,29% dan VR0015 sebesar 0,85%.
Kombinasi portfolio optimal yang dihasilkan dari analisis ini hendaknya dapat digunakan investor sebagai salah satu masukan dalam proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada portfolio obligasi sehingga portfolio investasi bisa memberikan return yang seoptimal mungkin dan realistis. Walaupun tidak pemah menjadi jaminan obligasi yang memiliki kineija baik di masa lalu akan memberikan hasil yang sama dimasa depan, tetapi paling tidak konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupakan salahsatu petunjuk atas instrumen investasi tersebut di masa depan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Pratiwi
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan keseimbangan jangan panjang dan dinamika pergerakan jangka pendek variabel pull factors dan push factors terhadap investasi portofolio asing di Indonesia (FPI) melalui pendekatan model kointegrasi dan error correction mechanism (ECM) sehingga dapat diketahui pergerakan tiap-tiap variabel untuk dapat dijadikan indikator bulanan dalam memperkirakan perubahan FPI serta untuk mengetahui pengaruh dari pergerakan variabel-variabel tersebut terhadap FPI dalam jangka panjang dan jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel pull factors dan push factors memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang terhadap investasi portofolio asing di Indonesia. Sedangkan dalam jangka pendek hanya terdapat tiga variabel pull factors (Depresiasi Rupiah terhadap Dolar, Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Openness Indonesia) serta satu variabel push factor (LIBOR Rate) yang perubahannya memiliki pengaruh signifikan dalam proses penyesuain FPI menuju titik keseimbangannya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kondisi fundamental perekonomian menjadi faktor kunci yang dapat menarik aliran masuk investasi portofolio asing di Indonesia.

ABSTRACT
This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia.;This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia.;This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia.;This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia.;This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia., This research was intended to know and analyze the long run equlibrium relationship and the short run dynamic fluctuation between pull factors and push factors variables to foreign portfolio investments in Indonesia by using cointgeration and error correction mechanism (ECM) models as an indicator to estimate foreign portfolio investment fluctuation. According to the research, all of the variables have the long run equibrium relationship with foreign portfolio investments, but in the short run there are only three pull factors variables and one push factor variable that have effect on foreign portfolio investments. The findings suggest that economic performance is the major factor in attracting FPI to Indonesia.]"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boncau Fakkari Maza
"Sebagai salah satu pilihan investasi, reksa dana pada umumnya memiliki tingkat return di atas instrumen investasi perbankan, seperti tabungan dan deposito. Hal ini dikarenakan para pengelola reksa dana sesuai dengan peraturan pemerintah diberi keleluasaan yang lebih lugs dalam mengelola dana nasabahnya dibandingkan dengan para pengelola dana di perbankan. Ditambah lagi sampai saat ini laba bersih yang diterima oleh pemegang unit penyertaan bukan merupakan obyek pajak penghasilan, tidak seperti tabungan dan deposito.
Reksa dana saham adalah reksa dana yang pada 80% portofolionya menempatkan dana pada saham. Adanya indikasi bahwa saham memberikan tingkat pengembalian tertinggi bila dibanding instrumen pasar modal lainnya membuat reksa dana saham menjadi pilihan investasi yang sangat menarik. Karena itulah penulis ingin mengkaji kinerja reksa dana saham di Indonesia.
Reksa dana pada dasarnya merupakan suatu portofolio sehingga untuk mengukur kinerjanya dapat digunakan metode pengukuran portofolio. Ada tiga metode yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, yaitu: Sharpe, Traynor, dan Jensen. Reksa dana yang menjadi obyek penelitian ini adalah reksa dana saham, yaitu reksa dana yang menempatkan invcstasitiya minimal 80% pada saham.
Dalam mengukur kinerja reksa dana, penelitian hanya pada pengukuran kinerja berdasarkan data keuntungan historis, sehingga tingkat keuntungan rnasing-masing reksa dana dapat dibandingkan antara sate dengan lainnya, serta dengan tingkat keuntungan pasar dan deposito. Pengukuran kinerja reksa dana saham dilakukan dengan membandingkan tingkat risiko dan tingkat keuntungannya. Reksadana saham tersebut kemudian dibandingkan dengan LQ45 dan deposito.
Reksa dana saham pada umumnya memiliki kinerja yang lebih baik dari kinerja pasar saham karena reksa dana saham merupakan portofolio dari saham-saham yang dikelola dengan baik dan profesional. Sebagai portofolio yang sudah diracik sedemikian rupa, maka risiko reksa dana saham menjadi lebih kecil karena hanya mencakup risiko yang bersifat sistematik, dengan kata lain resikoyang bersifat nonsistematik dapat diminimalisir. Return reksa dana saham juga diharapkan lebih tinggi karena tujuan dari pembentukan portofolio reksa dana saham adalah untuk mengoptimalkan return.

As one of the investment preference, in general managed-fund owns extent return on banking investment instrument such as deposit and giro. It is caused by managers of managed-fund have been provided the wide opportunity in managing their customer's fund compared with other fund's manager in the banking. In addition that up to present, the net return received by unit shareholder does not constitute object of income tax both like deposit and savings.
The stock of Reksadana is managed-fund which about 80% of its portfolio place the fund on the stock. There is indication that stock provides extent of high return compared with instrument of other capital market results in managed-fund of stock becomes interesting investment, and so that the researcher would like to observe the performance of managed-fund of stock in Indonesia.
Reksadana, basically is a portfolio and in order to measure its performance might be needed a method of portfolio measurement. There are three main methods used to measure the performance of portfolio, such as Sharpe, Treynor, and Jansen. Reksadana that become object of this study is stock managed-fund that is managed-fund placing its investment at least 80% of its stock.
In measuring the performance of managed-fund, the researcher only measure the performance based on historical advantage, till the extent of advantage of each managed-fund might be compared with one another, and the extent of savings and deposit. The measurement of stock managed-fund is performed by comparing risk extent and extent of its advantage. Reksadana then is compared with LQ45 and deposit.
In general, the stock Reksadana owns better performance than performance of stock market due to stock managed-fund is portfolio of stocks that managed well and professional. As portfolio that has been formalized as such, so risk of managed-fund becomes smaller because only covers the systematic risk. In other word, the non-systematic risk is minimally.,The managed-hind return is also expected to be higher because the objective of managed-fund stock portfolio is to get optimum return.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Dhita Permata
"Fenomena yang diambil dari Bursa Efek Indonesia pada periode krisis pandemi Covid-19, dimana kondisi ekonomi mengalami perlambatan namun kinerja Pasar Modal Indonesia mencatatkan kemajuan yang positif dengan nilai IHSG all-time high, nilai transaksi yang meningkat signifikan dan juga bertambahnya jumlah investor. Beberapa kebijakan diambil oleh Pemerintah guna menjaga stabilisasi Pasar Modal di Indonesia, yang berimbas kepada pengimplementasian kebijakan pemendekan jam perdagangan di yang efektif pada 30 Maret 2020.  Penelitian terdahulu yang menganalisis reaksi pasar terhadap kebijakan yang dibuat selama periode pandemi menghasilkan bahwa terdapat penurunan return dan abnormal return pada saham dan sektor tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak atas kebijakan pemendekan jam perdagangan dengan menggunakan 10 indeks yang dijadikan basis investasi dengan menggunakan metode event study, penelitian ini mengambil event window 20 hari dan 10 hari sebelum dan setelah implementasi pemendekan jam perdagangan serta normalisasi jam perdagangan dan menganalisis cumulative abnormal return (CAR) yang dihasilkan dari masing-masing indeks pada periode pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat inkonsistensi perbedaan CAR pada tiap event window sehingga hubungan antara pemendekan jam perdagangan dengan CAR indeks sampel tidak permanen. Dari 10 indeks sampel, JII merupakan indeks yang masih mengalami pertumbuhan pada periode pengamatan.

During the period of Pandemic Covid-19, which is regarded as a period of global crisis, the Indonesia Capital Market experienced phenomenal growth, which strengthened the Indonesian economy. The Jakarta Composite Index (JCI) has reached an all-time high, and both transaction volume and the number of investors are growing significantly. The Indonesian government implemented a new policy in response to the stabilization of the economy, which impacted the capital market. IDX instituted shortened trading hours on March 30, 2020. During a pandemic, not only Indonesia but also several other exchanges employ a shortened trading hours policy. Previous research using the event study method examined market reactions during the pandemic period and discovered that return and abnormal return on specific sectors plummeted. The purpose of this study was to examine the impact of shortened trading hours implementation on 10 investment indices using event study and a 20-day and 10-day event window before and after the implementation of shortened trading hours and normalization trading hour, so that investors may consider whether this shortening of trading hours has a permanent or transient effect on the abnormal returns of the JCI and Investment Index when making investment decisions. This study will examine the cumulative abnormal return (CAR) from each sample indices and its relationship to the shortened trading hours policy. As a result, since the policy was implemented during the early stages of the pandemic, there is no significane difference and correlation between shortened trading hours and CAR. Furthermore, JII is one of the indices that is growing during the event window. Adding knowledge of trading hours policy effect to achieve higher market performance during the global crisis period, so that investors know which indices to use for investment and consider employing shortened trading hours policy after pandemic."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nuraini Tahir
"Investor ritel di Indonesia mengalami kenaikan jumlah yang pesat selama 2020-2022, yang salah satunya diakibatkan oleh kemajuan teknologi dimana investasi ritel dapat diakses dengan mudah melalui berbagai aplikasi. Riset sebelumnya di negara berkembang seperti Indonesia, India dan Pakistan mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh bias persepsi dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan adanya fitur pada aplikasi seperti penyajian data historis, idealnya investor ritel dapat mengambil keputusan investasi yang lebih rasional. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menganalisis pengaruh bias perilaku overconfidence, representativeness dan loss aversion dalam pengambilan keputusan investasi yang rasional, dengan fitur aplikasi data historis harga saham/reksadana sebagai variabel yang memoderasi hubungan di antaranya. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa bias perilaku overconfidence mempengaruhi pengambilan keputusan investasi rasional secara signifikan, sedangkan representativeness dan fitur aplikasi data historis tidak berpengaruh secara signifikan. Fitur aplikasi data historis tidak signifikan dalam memoderasi hubungan di antaranya.

Retail investors in Indonesia have experienced a rapid increase during 2020-2022, one of which is due to advances in technology where retail investments can be accessed easily through various applications. Previous research in developing countries such as Indonesia, India and Pakistan indicated that there is influence of perception biases in investment decision making. However, with present investment application features such as presenting price historical data of stocks/mutual funds, ideally retail investors are able to make more rational investment decision. This study applies Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) to analyze the influence of perception biases in making rational investment decisions. Price historical data as application feature acts as a variable that moderates the relationship between them. The result of this study indicates that overconfidence significantly influences rational investment decision making, while representativeness and historical data application features do not have a significant effect. Price historical data as application feature is also not significant in moderating the relationship between them."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina
"

Penanaman modal asing (PMA) dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, bahkan di negara-negara berkembang. PMA dapat menyediakan sumber daya keuangan, transfer teknologi, meningkatkan praktik dan keterampilan organisasi dan manajerial, dan memberikan akses ke pasar internasional. Pemerintah Indonesia telah menyadari bahwa PMA dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi negara. Tesis ini bertujuan untuk mengukur kepentingan relatif dari berbagai jenis aglomerasi untuk penentuan lokasi PMA di sektor manufaktur di Indonesia. Data ini dianalisis dengan model multinomial logit di mana variabel dependen adalah pilihan lokasi. Tesis ini meneliti faktor-faktor penentu PMA baru (greenfield) di sektor manufaktur di Pulau Jawa, Indonesia. Penelitian ini menggunakan data tingkat mikro dari izin prinsip yang tidak dipublikasikan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM). Penelitian ini menguji dari 23 kabupaten di Pulau Jawa yang menerima PMA di sektor manufaktur dalam lima tahun terakhir. Hasil dari temuan ekonomi agglomerasi (baik milik asing dan perusahaan domestik) menunjukkan dampak yang signifikan dan positif namun kecil. Variabel-variabel lain, termasuk fasilitas, dan kondisi pasar tenaga kerja—secara anomali dengan upah minimum yang lebih tinggi— menunjukan hasil yang lebih penting dibandingkan aglomerasi. Karena efek aglomerasi yang kecil, hal ini berarti bahwa ekonomi aglomerasi bukanlah faktor penentu dalam menarik PMA. Investor asing yang baru tidak hanya mencari kabupaten di mana pabrik asing atau domestik telah berada tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain seperti kepadatan jalan dan ketersediaan tenaga kerja.

 


Foreign direct investment (FDI) may precipitate remarkable economic growth, even in developing countries. FDI can provide financial resources, transfer technology, improve organizational and managerial practices and skills, and afford access to international markets. This paper aims to measure the relative importance of the different types of agglomeration for location decision of FDI in the manufacturing sector in Indonesia. These data are analyzed with a multinomial logit model where the dependent variable is the choice of location. It examines the determinant factors of new (greenfield) foreign direct investment in the manufacturing sector in Java Island, Indonesia. This study used unpublished micro-level data of principle licenses from the Indonesia Investment Coordinating Board (IICB), which examine23 counties of Java Island that received manufacturing FDI in the last five years. The finding is agglomeration economies in production (both foreign-owned and domestic firms) show a significant and positive but small impact. Other variables, including facilities, and labor market conditions—anomalously in that a higher minimum wage—matter as much or more than an agglomeration of production. Because the agglomeration effect is small, it means that agglomeration economies are not the detemining factor in attracting FDI. The new foreign investors not only seek counties in which foreign or domestic plants have already located but also consider other things such as the density of roads and the availability of labor.

 

"
2019
T55276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>