Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Missiliana Riasnugrahani
"Occupational commitment adalah keterikatan individu terhadap pekerjaannya yang didasari oleh ketiga komponennya, yaitu affective commitment (keterikatan secara emosional terhadap pekerjaan), continuance commitment (pertimbangan untung rugi dalam melakukan pekerjaan) dan normative commitment (rasa kewajiban moral dalam melakukan pekerjaan). Occupational commitment memegang peran penting dalam perilaku dosen yang tampil dalam proses belajar mengajar maupun kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang lain.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul di Universitas Kristen Maranatha. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat occupational commitment dosen, dan derajat dari masing-masing komponen occupational commitment dalam diri dosen. (2) untuk mengetahui task value bagi dosen, yaitu derajat keberartian tugas bagi dosen. (3) untuk mengetahui derajat achievement motivation dari dosen. (4) untuk mengetahui adanya sumbangan yang bermakna dari achievement motivation dan task value baik secara bersama-sama maupun tersendiri terhadap occupational commitment dosen, serta besarnya sumbangan yang bermakna tersebut.
Sampel penelitian adalah dosen tetap di Universitas Kristen Maranatha yang telah memiliki masa kerja minimal satu tahun sebanyak 98 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Occupational Commitment Dosen yang dimodifikasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh LaMastro, Achievement Motivation yang dirnodifikasi dari teori Mandel dan Markus, dan Task Value Dosen yang disusun berdasarkan teori Eccles dan Wigfield. Analisis data yang digunakan adalah analisis multiple regression dengan metode stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa achievement motivation dan task value memberikan sumbangan yang bermakna secara bersama-sama terhadap occupational commitment dan affective commitment, sedangkan terhadap continuance commitment dan normative commitment, hanya achievement motivation yang memberikan sumbangan yang bermakna, yaitu bersifat negatif terhadap continuance commitment dan bersifat positif terhadap nonnative commitment. Saran yang diberikan pada universitas adalah berusaha untuk menumbuhkan iklim kerja yang dapat meningkatkan achievement motivation dan task value yaitu dengan membuat penilaian kinerja yang benar-benar mampu memberikan feedback yang objektif bagi kemajuan dosen. Pihak universitas juga harus berusaha mengenali task value yang paling dominan pada dosen, agar dapat melakukan upaya perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penelitian mengenai occupational commitment pada organisasi atau profesi lain, dengan cakupan yang lebih luas. Selain itu juga dapat diteliti variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi occupational commitment seperti kepuasan kerja, locus of control, turn over intention dan kondisi kerja, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang occupational commitment."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Suralaga
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat dan "Task Commitment" siswa berbakat dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada dua SMU unggulan (SMU Plus) di Jakarta, yaitu SMUN 70 dan SMUN 68.
Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik "Purposive Sampling" yaitu memilih anak berbakat berdasarkan data skor inteligensi (IQ ? 120) dam Tes Inteligensi Kolektif Indonesia -- Tinggi (TIKI-T) dan skor kreativitas (CQ 110) dari Tes Kreativitas Verbal (TKV- Konstruksi Utami Munandar). Dan 655 siswa kelas II, jumlah subyek yang berbakat adalah 63 orang (9,6%).
Sikap orang tua diukur dengan instrumen "Skala Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berbakat" yang disusun sendiri, sedangkan "Task Commitment" siswa diukur dengan "Skala Pengikatan Diri Anak Berbakat Terhadap Tugas" konstruksi Yaumil Achir yang dimodifikasi. Sebelum digunakan, kedua alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala sikap orang tua meliputi dimensi penerimaan terhadap keberbakatan, harapan tentang prestasi anak, perlindungan terhadap anak, pemberian tanggung jawab dan sikap pengasuhan. Skala "Task Commitment" Anak Berbakat meliputi dimensi kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan yang nyata, menetapkan "goal" di atas rata-rata, belajar dengan disiplin dan rencana, belajar secara mandiri serta ketangguhan/ keuletan.
Data prestasi belajar diambil dari nilai Rapor Catur Wulan 1, yaitu nilai rata-rata seluruh bidang studi. Diteliti pula nilai per bidang studi yang diperoleh melalui Ulangan Umum Bersama (UUB), yaitu nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan PPKN.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat pada dimensi perlindungan terhadap anak dengan prestasi belajar Bidang Studi Bahasa Inggris. Pada dimensi lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada hubungan positif antara "Task Commitment" siswa secara umum dan perdimensi dengan prestasi belajar, namun hubungan tersebut tidak signifikan.
Untuk meningkatkan mutu SMU unggulan (SMU Plus) dan pelayanan siswa berbakat disarankan agar diupayakan terns peningkatan kualitas guru dan proses belajar mengajamya. Penambahan waktu belajar hendaknya lebih diarahkan untuk membantu perkembangan dan memenuhi kebutuhan siswa secara individual, antara lain dengan mendorong siswa melakukan penelitian-penelitian, baik penelitian survai maupun eksperimental. Kepada siswa yang teridentifikasi sebagai berbakat dan orang tua mereka perlu diberikan pemahaman tentang keberbakatan dan upaya pengembangannya. Pelayanan Bimbingan Konseling juga perlu lebih ditingkatkan.
Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa calon siswa SMU yang mempunyai NEM SMP tinggi tidak selalu diikuti dengan prestasi belajar yang tinggi pula di SMU. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor situasional siswa pada saat evaluasi belajar dilaksanakan. Karena itu sistem penerimaan siswa berdasarkan NEM saja perlu dipertimbangkan kembali.
Dalam penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain : pengambilan subjek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa berbakat. Dapat pula dilakukan perbandingan antara "task commitment" siswa berbakat dengan siswa berkemampuan normal yang berprestasi tinggi.
Lebih lanjut perlu juga dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang sudah bekerja untuk melihat apakah ada hubungan antara prestasi akademis dengan prestasi kerja.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Caesara Ekhananda
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan motivasi berprestasi pada Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dengan urutan kelahiran tengah. Motivasi berprestasi adalah salah satu topik dalam dunia pendidikan. Motivasi berprestasi dilihat melalui dua aspek yaitu Hope of Success (HS) dan Fear of Failure (FF). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi perlu mengetahui konsep diri guna merealisasikannya dengan tingkah laku atau tindakan. Konsep diri merupakan salah satu hal yang dapat dilihat pada fase remaja. Urutan kelahiran yang berbeda tampak pada anak tengah sehingga menjadikannya unik dibandingkan dengan saudaranya. Responden penelitian yang mengisi alat ukur sebanyak 140 dengan rentang usia 18-24 tahun. Hasil penghitungan penelitian menggunakan pearson product moment (p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan motivasi berprestasi aspek HS dan FF pada Mahasiswa Universitas Indonesia dengan urutan kelahiran tengah.

This research conducted to know the relationship between self concept and achievement motivation in University of Indonesia Students with Middle Birth Order. Achievement motivation is one of the topics in the area of education. Achievement motivation viewed through two aspects: Hope of Success (HS) and Fear of Failure (FF). A person that have an achievement motivation needs to understand their self concept to implement to their attitude or action. Self concept is one thing that can be seen in the adolescent phase. Different birth order appears in the middle of the child so that makes it unique compared to his brother. Survey respondents who filled a total of 140 measuring instrument with an age range of 18-24 years. The results of research using the pearson product moment (p <0.05) showed that there is a significant relationship between self-concept and achievement motivation aspects of HS and FF in University of Indonesia Students with middle birth order."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Amalia
"Prestasi akademik yang tinggi merupakan suatu hasil yang ingin dicapai bagi setiap orang yang melakukan proses belajar, tidak terkecuali bagi anak-anak kurang beruntung yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan prestasi akademik anak-anak di panti asuhan. Populasi penelitian yang dipilih yaitu anak-anak asuh dari tiga panti asuhan yang berada di daerah Jakarta Selatan, yakni Panti Asuhan An-Nuriyah, Andalusia dan Desa Putera yang duduk di kelas VIII dan IX SMP. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 62 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial terhadap prestasi akademik anak-anak di panti asuhan.

High academic achievement is a result which wants to be achieved for each people who do the learning process, including for children who living in the orphanage. This research is a quantitative study that aims to see how the relationship between achievement motivation and social support to the academic achievement of children in orphanages. The population in this study are foster children from three orphanages in the area of South Jakarta. namely An-Nuriyah Orphanage, Andalusia and Desa Putera which sits in class VIII and IX Junior High School. The number of the samples in this study are 62 respondents. The result shows there is no significant relationship between achievement motivation and social support to the academic achievement of children in orphanages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jelita Widuri Yati
"Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara persaingan bersaudara dengan motivasi berprestasi pada anak kembar. Peneliti melihat bahwa kelahiran kembar yang merupakan kelahiran yang selalu dianggap istimewa, menimbulkan masalah baru. Pada kembar identik, kedua anak kembar ini selalu dianggap sama dan dituntut untuk selalu sama. Akan menjadi suatu masalah jika salah satu anak memiliki prestasi yang lebih menonjol dibandingkan saudara kembarnya padahal mereka adalah dua individu yang berbeda.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non-eksperimental. Dalam penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yaitu kuesioner sibling rivalry dan kuesioner motivasi berprestasi. Alat ukur tersebut dibagikan kepada 32 orang anak kembar yang berada pada tahap perkembangan remaja (11 tahun-22 tahun) dan sedang bersekolah ataupun kuliah. Partisipan tersebut terdiri dari 16 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Selanjutnya, dengan tehnik korelasi Pearson Product Moment, dilakukan perhitungan keterhubungan antara variabel l dengan motivasi berprestasi. Acuan dalam perhitungan tersebut adalah skor partisipan pada motivasi berprestasi dengan skor sibling rivalry, dan dari perhitungan tersebut didapatkan hasil korelasi sebesar 0.078.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan motivasi berprestasi. Teori yang dikemukakan oleh Friedrich dan Rowland (dalam Widiasari, 2006) mengatakan bahwa anak kembar akan selalu berusaha sama seperti saudara kembarnya, baik dalam bidang prestasi akademis maupun non akademis. Ini berarti seorang anak dapat termotivasi untuk berusaha lebih keras agar mencapai prestasi seperti saudara kembarnya, tetapi ini juga dapat berarti bahwa salah satu dari mereka harus menurunkan prestasinya agar tetap dapat sejajar dengan saudara kembarnya yang berkemampuan lebih rendah.

The purpose of this research is to find the correlation between sibling rivalry and achievement motivation in twins. Researcher sees that the birth of twins is a special event that brings new problems. In identical twins, both child are assumed that they are sama. They're should be the same and have to be the same. This could be a big problem if one of them have a higher achievement than others. This could make them look different despite of they are different person.
This is a quantitative research with a non-experimental research design. This research uses two questionnaires which are sibling rivalrys questionaire and achievement motivation questoinaire. These questionnaires are given to 32 adolescences (11st years old until 12nd years old) and who are still a student or college student. The participant of this research consist of 16 women and 16 men. Through Pearson Product Moment correlation technique, the correlation between two variables, sibling rivalry and achievement motivation, is found. By using the scores on the two variables, we got the coefficient correlation between that variable is 0.078.
That means there are no significant correlation between sibling rivalry and achievement motivation. The theory by Friedrich & Rowland (on Widiasari, 2006) said that twins will always want to be the same with their couple's event in academics or non academics. Unfortunately, its not always causes increasing of achievement motivation because in several cases it just make a deficiency of achievement intentionally from one of the children so that his couple doesn't have lower achievement than him.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Qudsiyah
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada remaja jalanan. Self-esteem ialah komponen evaluasi diri, penilaian afektif yang berpengaruh pada konsep diri. Motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk menampilkan sesuatu dengan baik atau berjuang untuk sukses dan dibuktikan dengan ketekunan dan usaha dalam menghadapi kesulitan. Motivasi berprestasi dapat dikatakan sebagai kombinasi dari dua variabel kepribadian yaitu kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dan kecenderungan menghindari kegagalan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg’s Self-Esteem Scale (RSES) dan pengukuran motivasi berprestasi menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Partisipan berjumlah 58 remaja jalanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan hope of success pada remaja jalanan (r=0,286; p=0,029) dan hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan fear of failure pada remaja jalanan (r=-0,437; p=0,01). Remaja jalanan yang memiliki self-esteem tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and achievement motivation in hope of success and fear of failure among street youth. Self-Esteem is self-evaluation components, affective appraisal which affects the self-concept. Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success, evidenced by persistence and effort in the face of difficulties.
This study used quantitative method. Self-esteem was measured by Rosenberg’s Self-esteem Scale (RSES) and achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 58 street youth.
The result of this study showed that there is a positive significant correlation between self-esteem and hope of success (r=0,286; p=0,029) and a negative significant correlation between self-esteem and fear of failure (r=-0,437; p=0,01). Street youth with high self-esteem will be more motivated to achieve success in life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyaningsih
"ABSTRAK
Dosen merupakan sumber daya manusia utama dalam universitas,
keberlangsungan dan keberhasilan universitas tergantung dari dosen-dosennya.
Hanya dosen yang memiliki komitmen tinggi pada universitas yang mau
melibatkan diri dalam kegiatan yang mengembangkan universitas. Komitmen
organisasi menggambarkan hubungan karyawan dengan organisasi yang
mempunyai implikasi terhadap keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau
keluar dari organisasi.
Penelitian Ali Nina (2002) menemukan bahwa komitmen organisasi
dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah iklim psikologis.
Iklim psikologis adalah persepsi karyawan terhadap situasi dan kejadian dalam
lingkungan kerja.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan yang bermakna antara iklim psikologis dengan komitmen dosen pada
universitas ?. Penelitian ini akan menggunakan Organizational Commitment
Questionnaire dari Allen dan Meyer (1990) yang terdiri dari tiga komponen
komitmen yaitu, komitmen afektif, komitmen rasional, dan komitmen normatif.
Ketiga komponen komitmen ini dapat dialami karyawan secara bersama-sama
dengan derajat yang berbeda. Untuk mengukur iklim psikologis akan digunakan
Psychological Climate Questionnaire dari James dan Selis (1981) yang terdiri dari
dimensi karakteristik peran, karakteristik pekerjaan, karakteristik manajemen, dan
karakteristik kelompok.
Responden dalam penelitian ini adalah dosen tetap pada Universitas
Pancasila yang telah bekeija minimal satu tahun. Jumlah responden dalam
penelitian ini sejumlah 101 dosen yang dipilih berdasarkan accident sampling.
Selain menyelidiki hubungan antara iklim psikologis dengan komitmen dosen
pada Universitas Pancasila, peneltian ini juga akan melihat gambaran iklim
psikologis dan gambaran komitmen dosen pada universitas. Untuk mengetahui
hubungan antara iklim psikologis dengan komitmen organisasi akan digunakan
korelasi pearson's product moment. Sebagai analisis tambahan akan diteliti
hubungan karakteristik pribadi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, status
pernikahan, tingkat pendidikan dan lama kerja dengan komitmen organisasi.
Dari hasil peneltian ditemukan bahwa iklim psikologis berhubungan
dengan komitmen dosen pada Universitas Pancasila. Semua dimensi iklim psikologis juga berhubungan dengan ketiga komponen komitmen, kecuali
karakteristk peran dan karakteristik pekerjaan tidak berhubungan dengan
komitmen rasional. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa iklim psikologis
yang dipersepsikan dosen Universitas Pancasila tergolong agak baik dan
komitmen dosen pada Universitas Pancasila tergolong sedang Pada analisis
tambahan ditemukan bahwa karakteristik pribadi yang berhubungan dengan
komitmen organisasi hanya jenis kelamin, sedangkan usia, status pernikahan,
tingkat pendidikan, dan lama bekerja tidak berhubungan dengan komitmen dosen
pada universitas.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan pada penelitian ini
adalah memperluas sampel penelitian, menambah metode wawancara,
menghubungkan komitmen organisasi dengan variabel pribadi dan lingkungan
lain. Untuk Universitas Pancasila saran yang dapat diberikan adalah
meningkatkan manajemen partisipatif, mengatur alur komunikasi dan menata
lingkungan kerja dalam universitas."
2003
S3225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima E. Delta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Prokrastinasi Akademis dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prokrastinasi akademis adalah suatu perilaku menunda untuk memulai atau menyelesaikan suatu tugas dalam konteks akademis (Ferrari, 1995). Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto field study. Prokrastinasi Akademis diukur dengan skala Prokrastinasi Akademis yang terdiri dari 20 item (a= .833). Motivasi Berprestasi diukur dengan Skala Motivasi Berprestasi yang terdiri dari 30 item (a = .833).
Hasil penelitian pada 57 orang mahasiswa (41 perempuan, 16 laki-laki) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan rentang angkatan 2003, 2004, 2005, 2006 dengan korelasi pearson menunjukkan hubungan yang signifikan secara negatif antara prokrastinasi akademis dengan motivasi berprestasi (r = - .382**,p<.01) yang berarti semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademisnya maka akan semakin rendah motivasi berprestasi. Sementara dengan menggunakan analisa regresi dengan metode stepwise, ditemukan bahwa dimensi tangguh dari motivasi berprestasi paling mempengaruhi prokrastinasi akademis (0.518, p=.000<.05).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk mengambil sampel yang lebih luas, tidak hanya di Fakultas Psikologi, namun juga di Fakultas/Jurusan lainnya. Kemudian dapat dikombinasikan dengan metode wawancara agar hasil penelitian lebih optimal.

Purpose of this study is to find out the correlation between Academic Procrastination with Achievement Motivation at Student College in Faculty Psychology University of Indonesia. Academic procrastination can define as delaying behavior to start or to finished tasks in context academic. (Ferrari, 1995). This study are constitute of ex post facto field study. Using correlation pearson and regresi analyse for statistic method. Academic Procrastination measured by Academic Procrastination scale, that consist of 20 item with (a= .833). Furthermore, Achivement motivation measure by Achivement Motivation Scale, that consist of 30 item with (a = .833).
Result of this study at 57 university student (41 women, 16 men) at Faculty of Psychology University Indonesia with distance lift 2003, 2004, 2005, 2006 . Statistical correlation pearson show significan correlation negatively between academic procrastination with achievement motivation (r = - .382**,p<.01) which mean, more and more score of academic procrastination, then so get lower the score of achievement motivation. Meanwhile, using analyse regresion with stepwise method. This study findout that dimension sturdy of achivement motivation is the most have great influence to academic procrastination (0.518, p=.000<.05).
Basic on result, suggest to take sample more widely, not only in Faculty of Psychology but at other Faculty. Also, can combine with interview methode for optimal and enrichment result.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetengean, Bobby Joshia
"Prestasi atlet tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik dan faktor teknis, tetapi juga faktor psikologis. Faktor psikologis mempunyai pengaruh yang besar terhadap pencapaian prestasi atlet tingkat internasional. Kemenangan yang diraih oleh atlet pada kejuaraan tingkat dunia terkadang ditentukan oleh beberapa faktor psikologis tertentu. Gunarsa menyatakan bahwa sedikitnya ada dua faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh atlet yaitu 1 tingkat kecemasan dasar yang dirasakan oleh atlet dan motivasi yang ditunjukkannya dalam bentuk achievement goal yang dipersepsikan oleh atlet.
Kecemasan dasar adalah kecemasan yang berhubungan dengan karakter atlet dalam menanggapi situasi kompetisi yang ketat. Semakin tinggi tingkat kecemasan dasar atlet semakin rendah prestasi yang dicapainya, sebaliknya semakin rendah tingkat kecemasan dasar atlet semakin tinggi prestasinya. Tingkat kecemasan dasar yang tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan faktor fisik dan faktor teknis yang ditampilkan oleh atlet.
Achievement goal adalah persepsi atlet mengenai tujuan pencapaian prestasinya. Ada dua bentuk umum achievement goal yaitu 1 orientasi ego (ego orientation) dan orientasi tugas (task orientation). Atlet yang memiliki kecenderungan persepsi orientasi ego akan mengembangkan tujuan prestasi yang selalu ingin menampilkan kemampuannya dihadapan lawan-lawannya. Atlet yang memiliki kecenderungan persepsi orientasi tugas akan mengembangkan tujuan prestasi yang menekankan pada usaha untuk menguasai suatu teknik bermain atau tugas tertentu. Atlet yang dominan dalam salah satu kecenderungan orientasi achievement goal akan mengembangkan persepsi yang berbeda mengenai tujuan pencapaian prestasinya.
Sehubungan dengan pengaruh yang dimiliki oleh kecemasan dasar dan achievement goal terhadap prestasi atlet, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah prestasi atlet bulutangkis Indonesia berhubungan secara signifikan dengan kecemasan dasar dan achievement goal. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui variabel yang merupakan peramal terbaik bagi prestasi atlet bulutangkis Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi kemajuan prestasi atlet bulutangkis Indonesia dan mengetahui secara spesifik masalah yang berkaitan dengan tingkat kecemasan dasar dan achievement goal yang dapat mempengaruhi kemajuan prestasi atlet. Penelitian dilakukan terhadap 40 atlet (25 putra dan 15 putri) Pelatnas bulutangkis di Cipayung, Jakarta. Teknik pengambilan subyek penelitian adalah populasi. Alat ukur yang digunakan adalah Sport Competitive Anxiety Test (SCAT) untuk mengukur kecemasan dasar, Task and Ego Orientation Sport Quesxionnaire (YEOSQ) untuk mengukur achievement goal, dan data mengenai prestasi yang diraih oleh atlet Pelatnas bulutangkis Indonesia selama satu tahun (1997) mengikuti kejuaraan nasional dan intemasional. Sebelum data diolah lebih lanjut, peneliti melakukan penyaringan (Screening) data.
Pengolahan data dengan menggunakan teknik Pearson product moment menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dasar dengan prestasi atlet bulutangkis Indonesia dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara achievement goal dengan prestasi atlet bulutangkis Indonesia. Selain itu dengan menggunakan teknik multiple regression diperoleh hasil bahwa variabel yang memberi kontribusi terbesar bagi peramalan prestasi atlet bulutangkis Indonesia adalah kecemasan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi skor kecemasan dasar atlet semakin rendah prestasi yang diraihnya, sebaliknya semakin rendah skor kecemasan dasar atlet semakin tinggi prestasi yang diraihnya. Kesimpulan lainnya adalah kecenderungan achievement goal yang dipilih atlet tidak berkaitan dengan prestasi yang diraihnya.
Hal lain yang periu disempurnakan lebih lanjut adalah proses pengujian reliabilitas dan validitas alat ukur. Peneliti menyarankan untuk rnemperbanyak item item SCAT dan TEOSQ sebelum dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas alat ukur dan menguji-cobakannya pada sampel atau popuiasi yang berbeda dengan sampel atau populasi yang diambil. Saran lainnya adalah meneliti variabel Iain yang mempunyai pengaruh terhadap peningkatan dan penurunan prestasi atlet bulutangkis Indonesia, khususnya pada atlet putri yang memiliki masalah regenerasi pemain yang tidak lancar. Di samping itu peneliti menyarankan agar atlet yang tinggi tingkat kecemasan dasarnya diberi terapi relaksasi otot untuk menurunkan tingkat kecemasannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nur Utami
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan menggunakan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan pengukuran motivasi berprestasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur motivasi berprestasi yang dibuat oleh Widyasari (2005). Partisipan pada penelitian ini adalah 266 remaja kelas 2 SMP di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, berusia 13-15 tahun, dan memiliki ayah. Hasil penghitungan Pearson Correlation menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi remaja kelas 2 SMP, sehingga semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi remaja kelas 2 SMP.

The purpose of this research is to examine the relationship between father involvement and achievement motivation in adolescents. Father involvement was measured using Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas the achievement motivation was measured using Achievement Motivation Scale (Widyasari, 2005). The participants of this research were 266 adolescents currently attending 2nd grade junior high school in East Jakarta and South Jakarta, with the age of 13-15 years old, and has a father. The Pearson Correlation obtained shows that there is a positive and significant relationship between father involvement and achievement motivation among 2nd grade junior high school adolescents. Thus, higher father involvement would indicate a higher achievement motivation among 2nd grade junior high school adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>