Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuning Trihadmini
"Inflasi merupakan suatu indikator yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Pemilihan kestabilan harga sebagai sasaran akhir kebijakan moneter dilatarbelakangi oleh realita bahwa inflasi yang tinggi menimbulkan dampak negatif dan ketidakstabilan bagi perekonomian. Tinjauan teoritis dan empiris menunjukkan bahwa inflasi dipengaruhi oleh variabel-variabel dalam permintaan aggregat, penawaran aggregat, faktor luar negeri, faktor ekspektasi serta jumlah uang beredar.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor apa raja yang mempengaruhi inflasi di Indonesia, selama periode tahun 1988 - 2002, dengan menggunakan model ekonomi makro struktural skala kecil. Berdasarkan determinan pokok pembentuk inflasi, maka faktor ekspektasi inflasi dan inflasi impor mempunyai pengaruh besar terhadap inflasi di Indonesia, sementara pengaruh faktor output gap relatif kecil. Faktor ekspektasi inflasi lebih ditentukan oleh inflasi inersia daripada target inflasi, serta inflasi impor lebih dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar yang menunjukkan besarnya pengaruh langsung (direct pass-through effect) dan nilai tukar ke inflasi. Secara keseluruhan signifikansi variabel-variabel moneter, seperti suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan uang beredar, dalam persamaan simultan ekonomi makro menunjukkan cukup berpengaruhnya fenomena moneter dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Indonesia.
Sehubungan dengan dominannya faktor ekspektasi inflasi dan faktor inflasi impor, maka kebijakan moneter perlu diarahkan pula pada upaya stabilisasi nilai tukar rupiah untuk meminimalkan dampak fluktuasinya, serta perluasan komunikasi target inflasi dan pencapaian target inflasi yang telah ditetapkan. Dari sisi kebijakan fiskal, perlu peningkatan alokasi pengeluaran Pemerintah untuk sektor produktif, agar dampaknya pada permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi, nyata.

Inflation is a very important indicator in economic development. Attainment of low inflation is a prerequisite to reaching other macroeconomic targets, i.e. economic growth and employment. The choice of price stability as final target of monetary policy is based on by the reality that high inflation may generate negative impact and instability toward the economy. Empirical and theoretical evidences indicate that inflation is influenced by variable of aggregate demand, aggregate supply, foreign factor, expectation and money supply.
This research aims are to identity any factors that influencing inflation in Indonesia, during the period 1988 - 2002, by using small scale structural macro model. Based on fundamental determinant of inflation, we obtain that expected inflation factor and import inflation factor contribute the most to the inflation in Indonesia, whereas output gap has a small impact. Expected inflation is more determined by the inertia inflation rather than inflation target, and imported inflation is more influenced by the exchange rate depreciation, that showing direct influence or direct pass-through effect from exchange rate to inflation. In whole, monetary variables i.e. SBI, exchange rate, and money supply are significant in macro economic stimulant equation, this shows that monetary phenomenon has enough effect in influencing economic growth and inflation in Indonesia.
Since the expected inflation and imported inflation are the dominant factors, monetary policy is important to be directed to maintain the exchange rate stabilization, for the minimize of fluctuation effect, and because the inflation target is not significant to influence inflation, extensive communications of inflation target is indeed mandatory. From fiscal policy point of view, needs to it increase the government expenditure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Yudo Wirawan
"Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) komponen angka pengganda uang di Indonesia. Skripsi ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Iljas (1997) untuk periode 1988 hingga 1997. Penelitian dilakukan menggunakan software EVIEWS4 dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian mendapatkan bahwa terjadi perubahan antara variabel determinan angka pengganda uang yang diajukan oleh penelitian sebelumnya dengan keadaan saat ini, khususnya dalam hal penggunaan definisi uang dalam perekonomian Indonesia.

The main focus of this research is to discover the determinants of the money multiplier in Indonesia. This research is developed from an earlier paper of Iljas (1997) for the period 1988 until 1997. Research is done with EVIEWS4 software program using the Two Stage Least Square method. This research discovered that there have been changes in the factors that determine the money multiplier from previous research with current conditions, especially it was discovered that there is a major shift from the use of cash and quasi money to a broader definition of money in the economy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6138
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Haryanto
"Menurut Aghevli, perkembangan perbankan dengan index jumlah kantor bank perpenduduk akan berpengaruh pada permintaan uang. Perkembangan perbankan akan berpengaruh pada monetisasi maupun pendalaman finansial. Monetisasi dimaksudkan sebagai luasnya penggunaan uang kartal, sedangkan pendalaman finansial dimaksudkan sebagai luasnya penggunaan deposit (simpanan pada bank). Makin tersebarnya kantor bank secara geografis akan makin mempopulerkan penggunaan uang kartal sebagai ganti barter ataupun pembayaran dalam bentuk barang. Pada saat bersamaan tersebarnya kantor bank mendorong individu-individu untuk mendribtusikan uang kartalnya menjadi bentuk simpanan pada perbankan (deposit) dalam portofolionya sejalan dengan menurunnya biaya opartunitas dalam memindahkan pada kedua bentuk aset tersebut. Model permintaan uang Aghevli disini diturunkan dari teori permintaan uang Boumol dimana permintaan uang dipengaruh juga oleh 'Brokerage fee'. "Brokerage fee" ini diartikan secara luas termasuk biaya-biaya pergi ke bank guna mengambil uang tunai atas deposit (simpanan) yang dimasukkan pada bank. Pemerintah Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1988 mengeluarkan serangkaian kebijakan yang berkaitan dengan bidang keuangan dan perbankan dalam rangka mobilisasi dana pada lembaga keuangan formal (perbankan). Sebelumnya semenjak tahun 1973, pertambahan jumlah kantor bank relatif dibatasi melalui peraturan pemerintah. Baru setelah kebijakan 28 Oktober 1988 membuka bank baru ataupun kantor bank makin dipermudah. Hasil pengujian ekonometri dengan menggunakan model sejalan dengan model Aghevli menunjukkan bahwa perkembangan perbankan di Indonesia secara nyata berpengaruh pada permintaan uang luas permintaan deposit dan rasio deposit dengan uang kartal pada periode se6elum maupun sesudah kebijakan 28 Oktober '88. pada periode sebelum kebijakan 28 Oktober '88 dimana jumlah kantor bank relatif sedikit elastisitas perkembangan perbankan lebih besar dibandingkan pada periode setelah kebijakan yakni pada saat jumlah bank, telah banyak. Berarti persentase penambahan jumlah kantor bank setelah kebijakan 28 Oktober 1988 (dimana jumlah kantor bank telah meningkat pesat) membawa pada persentase penambahan deposit maupun uang luas yang relatif tidak begitu besar dibanding periode sebelumnya. Dengan kata lain setelah kebijakan 28 Oktober '88 jumlah kantor bank seakan-akan menuju pada titik jenuh. Namun apabila dibandingkan dengan hasil studi Aghevli di AS tahun 1879-1914 elastisitas perkembangan perbankan di Indonesia setelah kebijakan 28 Oktober 1988 masih lebih tinggi. Artinya perkembangan perbankan mesih membawa pada peningkatan uang luas maupun deposit (simpanan pada perbankan) yang lebih besar dibandingkan di AS pada masa itu. Dengan berpedoman pada hasil studi di AS maka apabila perkembangan jumlah kantor bank bisa diimbangi tingkat kwalitas kualitasnya misalnya kesehatan perbankan, kesiapan sumber daya manusia serta pengawasan yang memadai maka kebijakan 28 Oktober 1988 yang mempermudah pembukaan kantor-kantor bank masih bisa diteruskan guna mendorong tabungan masyarakat. Namun apabila sebaliknya maka sebaiknya pemerintah lebih berkonsentrasi pada peningkatan atau paling tidak mempertahankan tingkat kwalitas perbankan seperti semula."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke W Riantoputra
"Pada intinya, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses mekanisme transmisi kebijakan moneter berjalan di Indonesia. Pendekatan yang dipakai bukan menggunakan dua pendekatan utama yang telah lama ada dalam teori moneter tetapi menggunakan model Peter J. Montiel : Keseimbangan Umum Mekanisme Transmisi. Periode penelitian dimulai dari 1970 kuartal I sampai dengan kuartal IV tahun 1977, karena spesifikasi model yang disyaratkan Montiel. Dari empat macam instrumen kebijakan moneter yang ditulis Montiel, hanya tiga yang relevan karena instrumen rrr tidak pernah berubah selama periode penelitian. Karena Montiel belum menjalankan / run modelnya, maka studi ini bersifat menguji hipotesa yang disampaikannya. Seluruh hipotesanya teruji kecuali untuk instrumen tingkat bunga yang mempunyai perilaku yang terbalik. Dugaan penyebabnya adalah terjadinya currency substitution, laju tingkat inflasi yang fluktuatif dan cenderung meningkat sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan inflation hedging, atau unsur-unsur lain seperti sifat / mental / budaya masyarakat. Untuk itu diperlukan studi lanjutan. Hasil lain adalah adanya time lag satu kuartal yang berarti baru setelah tiga bulan terlihat respon dari suatu perubahan kebijakan moneter."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S19090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridzky Prihadi Tjahyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh transaksi pembayaran non tunai berupa kartu kredit, kartu debet/ATM dan e-money terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar baik M1 maupun M2, efek pengganda uang money multiplier dan velositas uang velocity of money . Dengan menggunakan pendekatan regresi berganda dengan metode ordinary least square OLS dan Error Correction Mechanism ECM , diperoleh hasil bahwa kartu kredit dan e-money terkointegrasi dan berpengaruh positif terhadap M1, sementara untuk M2 hanya kartu kredit yang terkointegrasi dan signifikan berpengaruh positif. Terhadap faktor pengganda uang pada M1, ketiga jenis kartu berpengaruh negatif, demikian pula terhadap faktor velositas uang M1, ketiga jenis kartu berpengaruh negatif. Pengaruh kartu kredit dan e-money terhadap M1, angka pengganda dan velositas uang diduga terkait dengan kedekatannya sebagai pengganti uang kartal dalam bertransaksi dimana uang kartal merupakan komponen dari M1. Berdasarkan hasil yang positif berpengaruh terhadap peningkatan uang beredar, upaya peningkatan dan perluasan penggunaan e-money perlu terus ditingkatkan. Selain itu dimasa mendatang e-money dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam perhitungan statistik jumlah uang beredar M1 agar kebijakan operasi moneter tidak menjadi bias mengingat cepatnya angka pertumbuhan e-money yang didukung oleh Bank Indonesia, Pemerintah dan OJK.

ABSTRACT
This study aimed to identify whether any effect of electronic transactions of non cash payments in the form of credit card, debit card ATM and e money against the growth of the money supply both M1 and M2 including money multiplier effect and the velocity of money. By using a multiple regression approach with ordinary least square OLS and Error Correction Mechanism ECM , the results showed that the credit card and e money is cointegrated and has positive influence on the M1. While for M2, only e money has positive influence and cointegrated. Against the M1 money multiplier factor and the velocity of money factor, the three types of cards have negative effect. These evidences related to the function of credit cards and e money, which is probably close to as substitute of paper and coin money. Based on the analysis, using e money should be improved further and in the future might be considered to put into the statistical calculation in the money supply M1 to avoid biased on monetary policy operations given the rapid growth of e money, which is supported, by Bank Indonesia, the Government and the FSA."
2015
T46577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Isnawangsih
"ABSTRAK
Kebijaksanaan moneter
adalah langkah-langkah pengaturan
jumlah uang beredar yang diarahkan Untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan
pendapatan menjaga kestabilan harga dan neraca pernbayaran.
Interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan uang
akan menentukan kondisi pasar uang. Kondisi pasar uang
tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi sektor riil pere
konomian seperti pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja, harga-harga dan neraca pembayaran.
Untuk menunjang efektivitas pelaksanaan kebijaksanaan
moneter diperlukan suatu tatanan sistem keuangan. Sistem
keuangan Indonesia terdiri dari lembaga-lembaga di dalam dan
di luar sistem moneter. Sistem moneter terdiri dari lembaga-
lembaga yang dapat menciptakan uang kartal dan uang giral.
Kebijaksanaan Pakto 27 yang dimaksud dalam pembahasan
adalah ketentuan Pakto 27, 1988 dan ketentuan-ketentuan
lanjutannya yang mencakup kebijaksanaan di bidang keuangan,
moneter dan perbankarn. Kebijaksanaan yang mempengaruhi
pertumbuhan uang beredar adalah : kebijaksanaan di bidang
pengerahan dana masyarakat dan peningkatan efisiensi
perbankan, kebijaksanaan di bidang devisa, kebijaksanaan di
bidang perkreditan dan kebijakan penyempurnaan tata cara
Perdagangan SBI dan SBPU.
Pakto 27 mempengaruhi uang beredar terutama pada peningkatan money multiplier. Peningkatan money multiplier ini terjadi karena penurunan reserve requirement, dan penurunan ratio currency-deposit. Penurunan ratio currency-deposit merupakan akibat dari menurunnya tingkat bunga yang terjadi karena peningkatan likuiditas perekonomian, peningkatan penghimpunan dana perbankan, peningkatan tingkat monetisasi, dan peningkatan bank mindedness.
Peningkatan uang beredar terjadi terutama karena
peningkatan uang kuasi dan uang giral. Peningkatan uang kuasi
dan uang giral disebabkan karena peningkatan loanable fund
yang dimiliki perbankan. Peningkatan loanable fund ini
disebabkan karena peningkatan dana pihak ketiga yang dihimpun
perbankan, peningkatan moneterisasi dan bank mindedness,
peningkatan dana luar negeri yang dimiliki perbankan, serta
penurunan cadangan yang harus dipertahankan oleh bank-bank.
Peningkatan uang primer setelah Pakjan cenderung menurun.
Hal ini disebabkan karena berkurangnya kredit likuiditas.
Kebijaksanaan di bidang devisa cenderung meningkatkan uang
primer melalui peningkatan net foreign asset yang dimiliki
otoritas moneter antara lain sebagai akibat pengembangan
ekspor non migas dan penyempurnaan mekanisme swap. Selain itu
Peningkatan uang primer juga didorong dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin membaik. Namun demikian perkembangan uang
primer setelah pakto relatif terkendali karena bank sentral
dapat secara langsung mengendalikannya antara lain melalui
mekanisme operasi pasar terbuka.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Karmila
"Penelitian ini bertujuan mengestimasi pengaruh variabel pendapatan, suku bunga, nilai tukar Rupiah dan harga terhadap permintaan denominasi uang kartal di Indonesia.
Model yang digunakan adalah model regresi linier dengan menggunakan data runtun waktu triwulanan periode 1993.I sampai dengan 2004.IV dan model regresi linier dengan menggunakan data panel tahunan periode 1996 sampai dengan 2004 untuk enam propinsi yang mewakili enam Kantor Bank Indonesia.
Hasil regresi linier dengan menggunakan data panel lebih sesuai dengan teori karena lebih mencerminkan kondisi perekonomian masingmasing daerah. Hasil regresi linier dengan menggunakan data runtun waktu lebih menggambarkan kondisi agregat.
Hasil estimasi permintaan denominasi uang dengan menggunakan data runtun waktu menunjukan pengaruh variabel-variabel ekonomi PDB berpengaruh negatif terhadap permintaan denominasi Rp lOO.000 Rp 50.000, Rp 5.000 dan Rp l.000, serta hanya berpengaruh positif pada denominasi Rp 20.000. Variabel IHK pengaruh positif terhadap permintaan denominasi Rp 50.000, Rp 5.000 dan Rp l.000, serta hanya berpengaruh negatif terhadap : permintaan denominasi Rp lO.000 dan Rp 20.000. Variabel nilai tukar berpengaruh negati terhadap permintaan uang denominasi Rp 50.000 dan Rp l.000. Variabel suku bunga berpenagruh - positif terhadap permintaan denominasi Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp lO.000 serta berpengaruh negatif terhadap permintaan denominasi Rp lOO.000 dan Rp l.000.
Hasil estimasi permintaan denominasi uang dengan menggunakan data panel menunjukan variabel PDB berpengaruh positif terhadap denominasi Rp lOO.000, Rp 20.000, Rp 5.000 dan Rp l.000 serta hanya berpengaruh negatif terhadap permintaan uang denominasi Rp 50.000. Variabel IHK berpengaruh positif terhadap denominasi Rp 100.00, Rp 50.000, Rp 10.000 dan Rp l.000, serta hanya berpengaruh negatif terhadap permintaan denominasi Rp 20.000 dan Rp 5.000. Variabel nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan uang denominasi Rp lOO.000, Rp 50.000 dan Rp 10.000, serta berpengaruh negatif terhadap permintaan uang denominasi Rp. 20,000, Rp 5.000 dan Rp l.000. Variabel suku bunga berpengaruh positif terhadap permintaan uang denominasi Rp 20.000, Rp lO.000, Rp 5.000 dan Rp l.000, serta berpengaruh pegatif terhadap permintaan uang denominasi Rp 100.000 dan Rp 50.000.
Hasil penelitian selama periode pengamatan menunjukkan bahwa permintaan denominasi uang yang diminati masyarakat adalah denominasi Rp l.000 untuk denominasi kecil serta denominasi Rp lOO.000 dan Rp 50.000 untuk denominasi besar. Dengan demikian dalam implementasi kebijakan jika terjadi perubahan pada variabel-variabel ekonomi perlu dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap denominasi-denominasi uang yang banyak diminati masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tauhid Ahmad
"Sejak diterapkannya sistem nilai tukar floating pada Agustus 1997, gejolak nilai tukar rupiah semakin sulit diprediksi. Oleh karena itu, otoritas moneter perlu mengestimasi nilai tukar keseimbangan yang mencakup faktor-faktor fundamental perekonomian maupun non fundamental perekonomian. Nilai tukar keseimbangan diperlukan dalam rangka mengetahui misalignment nilai tukar sehingga ekspektasi nilai tukar di pasar juga dapat diketahui lebih dini. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk rnengetahui nilai tukar keseimbangan yaitu pendekatan Behavioral Equilibrium Exchange Rate (BEER) dimana variabelnya yaitu resiko (indeks country risk), perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill, asset luar negeri bersih, terms of trade, produktifitas dan harga minyak rill.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar n it berdasarkan pendekatan BEER tersebut, keseimbangan nilai tukar rill jangka pendek dan panjang serta misalignment selama periode penelitian. Metode yang digunakan yaitu aplikasi time series yang terdiri dari uji unit root untuk mengetahui suatu variabel stationer atau tidak, uji kointegrasi untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut mempunyai hubungan jangka panjang atau tidak, serta metode koreksi kesalahan (ECM) untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut mempunyai hubungan jangka pendek atau tidak. Selanjutnya, untuk mengetahui misalignment nilai tukar maka digunakan selisih antara nilai tukar rill efektif aktual dengan nilai tukar keseimbangan. Periode penelitian dilakukan pada observasi September 1992 hingga Desember 2002, observasi September 1992 - Juli 1997 maupun observasi Agustus 1997 hingga Desember 2002.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada periode observasi September 1992 hingga Desember 2002, variabel indeks country risk, perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill, terms of trade, produktifitas, asset luar negeri bersih dan harga minyak nil merupakan faktor fundamental BEER yang signifikan mempengaruhi nilai tukar riil efektif pads jangka panjang, termasuk dummy krisis. Namun pads jangka pendek, hanya variabel terms of trade yang tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rill efektif. Hasil analisis ini sejalan dengan pemecahan periode analisis pada bagian selanjutnya sehingga membuktikan adanya structural break pada periode krisis.
Pada periode September 1992-.luli 1997, variabel indeks country risk, produktifitas, asset Iuar negeri bersih dan harga minyak iii! merupakan faktor fundamental dalam pendekatan BEER. Hanya dua variabel yang tidak signifikan yaitu perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill dan terms of trade. Sedangkan pada jangka pendek hampir semua variabel siginifikan mempengaruhi nilai tukar rill rupiah, kecuali variabel terms of trade. Pada periode Agustus 1997-Desember 2002, indeks country risk, produktifitas, asset luar negeri bersih dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri signifikan mempengaruhi nilai tukar efektif pada jangka panjang, kecuali terms of trade serta perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri Pada jangka pendek, hampir semua variabel yang digunakan dalam pendekatan BEER mempengaruhi nilai tukar nil efektif, kecuali variabel terms of trade.
Dari grafik misalignment juga membuktikan bahwa secara keseluruhan, variabel-variabel fundamental dalam model BEER dapat menjelaskan keseimbangan nilai tukar riil. Kemudian, sejak dimulainya era floating, misalignment semakin mengecil yang artinya nilai tukar rill aktual semakin mendekati nilai tukar keseimbangannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Gunawan
"Peranan pengeluaran konsumsi dalam pertumbuhan PDB mengisyaratkan pentingnya pemahaman dari perilaku konsumsi bagi pemerintah dalam penerapan suatu kebijakan. Model teoretis tentang perilaku konsumsi dengan pendekatan mikroekonomi rumah tangga, mengimplikasikan bahwa perubahan dalam konsumsi seharusnya tidak dapat diprediksikan. Namun demikian, studi empiris menunjukkan adanya ekses sensitivitas dari konsumsi terhadap pendapatan sekarang yang sering diinterpretasikan sebagai adanya kendala likuiditas dari rumah tangga.
Tesis ini menelaah perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia dan juga mengkaji implikasinya dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui pengaruh dari external financing premium (EFP). Model konsumsi yang dikembangkan mencakup adanya kelompok rumah tangga yang terkendala likuiditas dengan konsumsi yang bukan hanya tergantung dari pendapatan sekarang tapi juga tergantung pada pendanaan eksternal, yang ketersediaannya tergantung dari EFP. Pengaruh dari EFP juga bervariasi sesuai dengan siklus bisnis yang terjadi.
Hasil studi menunjukkan bahwa ekses sensitivitas dari konsumsi terhadap pendapatan sekarang juga terjadi di Indonesia. Ekses sensitivitas yang cukup tinggi ini mencerminkan eksistensi dari kendala likuiditas pada perilaku konsumsi sebagian kelompok rumah tangga di Indonesia. Hal ini didukung dengan rendahnya rasio konsumsi yang disalurkan dan bukti empiris yang menunjukkan adanya pengaruh dari EFP dan variasinya sesuai dengan siklus bisnis pada perilaku konsumsi. Namun demikian, dengan rnemperhatikan pengaruh dari !crisis moneter, hasil studi menunjukkan adanya penurunan ekses sensitivitas dari konsumsi terhadap pendapatan sekarang dan pengaruh dari EFP dan variasinya sesuai dengan siklus bisnis yang tidak sesuai dengan teori."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCulloch, J. Huston
New York: Academic Press, 1982
332.42 McC m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>