Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Youngson, Robert
London: Sheldon Press, 1995
616.202 YOU c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sawitri Dhewi
"Latar belakang: Rinitis alergi (RA) merupakan penyakit respiratori kronik utama dengan prevalens yang semakin meningkat di seluruh dunia. Pada anak, masalah health-related quality of life (HRQL) antara lain gangguan belajar, ketidakmampuan bergaul dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. Penting untuk mengenali dan menatalaksana RA pada anak sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan: (1) Mendapatkan karakteristik pasien RA di RSCM. (2) Mengetahui kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan pada pasien RA.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 92 anak RA usia 6-17 tahun yang datang ke Klinik Alergi Imunologi Departemen IKA dan THT-KL RSCM, sejak bulan Mei hingga Agustus 2015. Penelitian menggunakan Pediatric Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (PRQLQ) dan Adolescent Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (ARQLQ) untuk menilai HRQL.
Hasil: Proporsi pasien rinitis alergi di RSCM pada anak (6-11 tahun) sebesar 45,7% dan remaja (12-17 tahun) sebesar 54,3% dengan jenis terbanyak pada kedua kelompok tersebut adalah rinitis alergi persisten sedang-berat (39,1%). Rerata skor total kualitas hidup RA anak 1,5 (SB 1,16) dan RA remaja 1,9 (SB 1,28). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah gejala klinis (p = 0,031 pada anak; dan 0,014 pada remaja) dan respons klinis (p = 0,000). Pada analisis multivariat, faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah respons klinis (p = 0,000).
Simpulan: Proporsi pasien rinitis alergi di RSCM pada anak lebih sedikit dibanding remaja, dengan jenis terbanyak adalah rinitis alergi persisten sedangberat. Kualitas hidup pada pasien rinitis alergi usia anak lebih baik dibanding remaja dan faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup pasien adalah respons klinis.

Background: Allergic rhinitis is a major chronic respiratory disease in children, its prevalence is increasing in the world. In children, health-related quality of life (HRQL) issues include learning impairment, inability to integrate with peers, anxiety, and family dysfunction. It is important to recognize and treat AR in children to enhance quality of life.
Objectives: (1) To identify the characteristics of AR in children patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. (2) To measure quality of life in children with AR and to assess the correlation of contributing factors.
Methods: A cross-sectional study was performed among 92 children with AR age 6-to-17-year-old visiting Allergy Immunology Outpatient Clinic Departement of Pediatric and ENT at Cipto Mangunkusumo Hospital from May to August 2015. The Pediatric Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (PRQLQ) and Adolescent Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (ARQLQ) was used to assess HRQL.
Results: The proportion of allergic rhinitis in CM Hospital in children (6-to-12-year-old) and 54.3% in adolescents (12-to-17-year-old) with the most type was the moderate-severe persistent group (39,1%). The mean quality of life score was 1.5 (SD 1.16) in children and 1.9 (SD 1.28) in adolescents. The correlated factors were clinical symptom (p = 0.031 in children; and 0.014 in adolescents) and clinical response (p = 0.000). A multivariate study, the most correlated factor was clinical response (p = 0.000).
Conclusions: The proportion of allergic rhinitis in CM Hospital in children was less than that in adolescents with the most type was the moderate-severe persistent group. Quality of life in children with allergic rhinitis was better than adolescents and the most correlated factors was clinical response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brostoff, Jonatham
London: Bloomsbury pubishing Limited, 1993
616.202 BRO h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidza Silta
"Rinitis alergi (RA) merupakan penyakit kronis paling umum pada anak dan remaja. RA seringkali muncul bersamaan dengan entitas alergi lain berupa asma dan/atau eskim dapat menyebabkan multimorbiditas alergi. RA dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang berdampak pada performa belajar dan sosial anak. Perlu diketahui lebih lanjut kualitas hidup remaja dengan RA dan hubungan multimorbiditas alergi terhadap kualitas hidup remaja dengan RA. Penelitian potong lintang dilakukan pada 104 pelajar SMPN 9 Kendari. Penelitian ini menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) untuk menilai entitas alergi dan Mini Rhinoconjuctivitis Quality of Life Questionnaire (MiniRQLQ) untuk menilai kualitas hidup. RA ditemukan pada 30.6% pelajar dengan proporsi laki-laki dan perempuan sebesar 35.6% dan 64.4%. Multimorbiditas alergi terdapat pada 62.5% subjek. Median skor total kualitas hidup untuk remaja RA pada penelitian ini yaitu 3 (1–6). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara multimorbiditas alergi dan kualitas hidup remaja RA (p=0.286). Proporsi perempuan dengan RA lebih banyak dibanding laki-laki. Sebagian besar subjek penelitian merasa cukup terganggu dengan kondisi RA dan tidak terdapat hubungan antara multimorbiditas alergi dengan kualitas hidup remaja.

Allergic rhinitis (AR) is a common chronic condition in children and adolescents, often coexisting with asthma and/or eczema and leading to allergic multimorbidity. AR affects quality of life, potentially decreasing academic and social performance. Understanding the impact of AR and allergic multimorbidity on adolescents' quality of life is crucial. A cross-sectional study was conducted with 104 students at SMPN 9 Kendari. The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) questionnaire assessed allergic conditions, and the Mini Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (MiniRQLQ) measured quality of life. AR was found in 30.6% of students, with a gender distribution of 35.6% males and 64.4% females. Allergic multimorbidity was present in 62.5% of participants. The median total quality of life score for adolescents with AR was 3 (1–6). No significant association was found between allergic multimorbidity and quality of life (p=0.286). Females had a higher prevalence of AR than males. Most participants reported moderate disruption from their AR symptoms. No significant relationship was found between allergic multimorbidity and quality of life in adolescents with AR. Keywords: adolescents, allergic multimorbidity, allergic rhinitis, quality of life. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Cetirizine HCl sebagai obat untuk terapi alergi memiliki tanggal kedaluwarsa pada kemasan sediaan, namun data mengenai beyond use date (BUD) dari cetirizine HCl masih terbatas. Oleh karena itu, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh BUD dari sediaan sirup cetirizine HCl berdasarkan kadar zat aktif dengan KCKT detektor UV-Vis. Metode ini dilakukan menggunakan fase gerak asetonitril-dapar fosfat pH 3 (50:50 v/v), laju alir 1 ml/menit dengan elusi isokratik dan dianalisis pada panjang gelombang 232 nm. Metode yang digunakan selektif dan spesifik. Hasil linearitas menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998 pada rentang konsentrasi 4-32 µg/ml. Nilai LOD dan LOQ sebesar 0,5 µg/ml dan 1,7 µg/ml berturut-turut. Metode ini memenuhi persyaratan akurasi, presisi, uji kekuatan, dan ketangguhan. Penetapan kadar dilakukan selama 5 minggu dan BUD dari sampel sediaan cetirizine HCl adalah 25 hari. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Cetirizine HCl as a drug for allergy therapy has an expiration date on it’s packaging, but for the data regarding beyond use date (BUD) of cetirizine HCl is still limited. Therefore, the purpose of this study is to obtain the BUD of cetirizine HCl syrup based on its active substance concentration using HPLC with UV-Vis detector. This method was carried out using mobile phase acetonitrile-phosphate buffer pH 3 (50:50 v/v), flow rate 1 ml/min with isocratic elution and analyzed at a wavelength of 232 nm. This method is selective and specific. The linearity results show the correlation coefficient (r) of 0.9998 in the concentration range of 4-32 g/ml. The LOD and LOQ values were 0.5 g/ml and 1.7 g/ml, respectively. This method satisfies accuracy, precision, robustness and ruggedness criteria. Concentration determination was carried out within 5 weeks and the BUD of cetirizine HCl syrup sample was 25 days. Further research needs to be done to obtain better results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Oraganization , 1986
614.588 52 DEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Cahyaningrum
"ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan yang umum dialami oleh anak adalah demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan manajemen demam anak di rumah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan cross sectional di RSUD Cibinong pada bulan Mei-Juni 2014. Alat penelitian yang gunakan yaitu kuesioner.. Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Fihser’s Exact. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian adalah 56 orang, 77% diantaranya jenis kelamin perempuan, 91% kategori dewasa awal, 57% memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK dan 64%-nya tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT). Tingkat pengetahuan tentang demam yang diperoleh pada penelitian ini adalah 0% kategori baik, 50% kategori cukup dan 50% kategori kurang. Sebanyak 86% tidak mampu melakukan manajemen demam di rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan manajemen demam anak di rumah (p=0,0022). Oleh sebab itu diperlukan usaha peningkatan tingkat pengetahuan orang tua mengenai demam, sehingga kemampuan manajemen demam juga akan ikut meningkat.

ABSTRACT
One of the common diseases sufferred by children is fever. This research aims at finding out the relationship of the knowledge of parents about fever and children’s fever management at home. This research was conducted with the descriptive-coorelative research design with the cross sectional in RSUD Cibinong on May-June 2014. The tools of this research was questionnaire. The hypothesis examination done for this research was Fisher’s Exact test. The number of respondents involved in this research were 56 parents, with 77% female respondents, 91% were categorized as early adults, 57% with Senior High School/ Vocational School education, and 64% were unemployed/ housewives. The data for the knowledge of these parents about fever that was collected in this research were 0% for good category, 50% for sufficient category, and 50% for insufficient. There were 86% of parents could not do the fever management at home. This result showed that there was a meaningful relationship between the parents’ knowledge about fever and the children fever management at home (p=0,0022). Therefore efforts to improve the level of knowledge of parents about fever until fever management capability will also follow up."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erliyanti
"Penyalkit demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin Iuas distribusinya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Seluruh wilayah Indonwia mempunyai resiko untuk kejangkitan penyakit DBD, dikarenakan memiliki koudisi lingkungan yang sama sebagai kesatuan wilayah ekologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian demam berdarah dengan lingkungan fisik mmah meliputi lingkungan dalam rumah, linglcungan luar mmah. Suhu, pencahayaan, kelembaban dan keberadaan jentik sedangkan karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, perilaku , pengctahuan.
Rancangan penelitian ini adalalah kasus kontrol dengan menggunakan analitik. Sebagai rcspondennya adalah orang yang terkena penyakit DBD yang telah di diagnosis doktcr dan uji laboratolium IgG dan IgM , sorta kontrol adalah tetanga penderita di wilayah Kota metro, dcngan jumlah 100 kasus dan 100 kontrol. Data di ambil dengau wawancara, obscrvasi dan melakukan pengukuran. Data-data yang terkumpul di olah dengan tahapan editing data, coding data, entry data, cleaning data. Selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dengan uji kai kudrat, dan multivamiat dengan regresi logistik.
Di dapatkan hasil akhir ada hubungan yang bcrmakna antara kejadian DBD dengan keheradaan jentik, kejadian DBD dcngan umur, kejadian DBD dengan kelembaban dan kejadian DBD dengan pendidikan. Faktor yang dominan terhadap kejadian DBD adalah faktor jentik.
Dari hasil yang di dapat disarankan pada pemerintah daerah untuk dapat melihat kcberadaan jentik melalui Angka bebas jentik, indeks house dan kontainer serta melaksanakan trias UKS pada anak sckolah yaim pendidikan kesehatan, pelayanan keschatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat scrta mcmbuat prioritas program pada daerah endemik, pendidikan rcndah Serta daerah yang banyak anak-anak. Sedangkan pada Dinas Kesehatan dan Puskesmas diharapkan ada kerjasama dengan BMG, melaksanakan pendidikan kesehatan melalui kader dan melaksanakan 3 M secara intensif, dan untuk peneliti diharaikan ada penelitian lebih lanjut.

Dengue Fever is one of public health problems in Indonesia, its distribution tends to wider due to the increasing of mobility and population density. All of Indonesian’s area is having risk of dengue fever infection, because it has similar environmental condition as united of ecological zone.
The research aimed to know the relation between dengue fever case with housing environment covers internal house environment (indoor), extemal house environment (outdoor), temperature, lighting, humidity and mosquito larva existence while respondent characteristic covers age, education, behavior, and knowledge.
The research methodology is analytical case control. People who have been diagnose having dengue fever by the doctor and IgG and IgM laboratory test as respondents I case, while control is the neighbor of the patient at Metro City, there is 100 case and 100 control. Data collected by interview, observation and measurement. The collected data processed with several steps: data editing, data coding, data entry, and data cleaning. Furthermore it analyzed with univariate analysis and bivariate with chi square and multivariate with logistic regression.
The research final result show that there is a significant relation between; dengue fever case with mosquito larva existence, dengue fever case with age, dengue fever case with humidity, and dengue fever case with education. The most dominant factor toward dengue fever case is the mosquito larva.
From the obtained result its suggest to the government to observe the mosquito larva trough the mosquito larva level, housing index and container and held the Trias UKS at school; health services, health education, and the founding of school environmental and make priority programs at endemic area, low education, and children areas. While the Health Department and Public Health Center expected to cooperate with BMG, to held health education trough forming of cadre and conduct 3M intensively and to conduct further research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34295
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Fauziah
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan penanganannya. Disain penelitian ini adalah deskriptif kategorik dengan pendekatan cross-sectional . Sampel yang dgunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 3 bulan sampai 5 tahun dengan keluhan demam yang berjumlah 110 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukan responden yang terlibat dalam penelitian ini 90,9% adalah kelompok usia dewasa awal, 91% responden berpendidikan tinggi, 73,9% responden adalah ibu bekerja dan 84,7% responden memiliki tingkat peghasilan yang tinggi. Untuk tingkat pengetahuan responden hasil penelitian menggambarkan 107 orang (97,3 %) memiliki pengetahuan yang tinggi tentang demam, dan sebanyak 3 orang (2,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang demam dan penanganannya.
Penelitian ini merekomendasikan agar rumah sakit setempat hendaknya menjadwalkan secara berkelanjutan pendidikan kesehatan bagi pasien di rumah sakit dan bagi pengunjung rumah sakit.

This study aimed to identify the level of knowledge of parents about fever and handling. The design of this study is descriptive categorical with cross-sectional. The sample used in this study were parents of children aged 3 months to 5 years with complaints of fever, amounting to 110 respondents. Sampling technique using consecutive sampling technique.
The results showed that the respondents involved in this study was 90.9% early adult age group, 91% of respondents are highly educated, 73.9% of respondents were working mothers and 84.7% of respondents had a high level of income. To level of knowledge respondents the results of research describe 107 person (97.3%) has a knowledge which is high about the fever, and as many as 3 people (2.7%) have a level of knowledge which enough about fever and its handling.
This study recommends For local hospital should schedule a sustainable health education for patients in hospitals and for hospital visitors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Andreas Hasoloan Oscar Putra
"Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dengan gejala berupa demam, lemas, batuk ringan, sembelit, ketidaknyamanan perut, sakit kepala, dan muntah.Kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur menjadi yang tertinggi dari 6 kabupaten/kota yang berada di Provinsi DKI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan (jamban sehat), faktor invidu (usia), faktor iklim (curah hujan), dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk) dengan proporsi kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur pada tahun 2020-2023.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan uji korelasi.
Hasil: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur memmpunyai persebaran yang fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2021 dan peningkatan pada tahun 2023. Proporsi demam tifoid pada kota Jakarta Timur memiliki nilai total sebesar 2,34 % dan lebih tinggi proporsi demam tifoid di DKI Jakarta sebesar 0,2 % dengan proporsi tertinggi terdapat pada Kecamatan Pasar Rebo sebesar 0.17 %, dan proporsi demam tifoid terendah terdapat pada Kecamatan Jatinegara dan Cakung sebesar 0,02 %. Pada penelitian ini, faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid meliputi variabel usia (p = 0.000) dan curah hujan (p = 0.003).
Kesimpulan: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur Tahun 2020-2023 mencapai 2,34 % dan lebih tinggi dari proporsi demam tifoid di DKI Jakarta. Faktor resiko demam tifoid yang terjadi di Kota Jakarta Timur,
Saran: Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk meningkatkan higiene dan sanitasi makanan di perumahan dan lingkungan sekolah

Background: Typhoid fever is a disease caused by the bacterium Salmonella typhi, with symptoms including fever, weakness, mild cough, constipation, abdominal discomfort, headache, and vomiting. The incidence of typhoid fever in East Jakarta is the highest among the six districts/cities in the DKI Jakarta Province. Objective: This study aims to analyze the relationship between environmental factors (sanitary latrines), individual factors (age), climate factors (rainfall), and demographic factors (population density) with the proportion of typhoid fever cases in East Jakarta from 2020 to 2023.
Methods: This study uses an ecological study with correlation tests.
Results: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City has shown a fluctuating distribution, with a decrease in 2021 and an increase in 2023. The proportion of typhoid fever in East Jakarta City is 2.34%, which is higher than the proportion in DKI Jakarta at 0.2%. The highest proportion of typhoid fever is in the Pasar Rebo District at 0.17%, while the lowest proportions are in the Jatinegara and Cakung Districts at 0.02%. In this study, risk factors related to typhoid fever incidence include age (p = 0.000) and rainfall (p = 0.003).
Conclusion: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City from 2020 to 2023 reached 2.34%, which is higher than the proportion of typhoid fever in DKI Jakarta. The risk factors for typhoid fever in East Jakarta City include rainfall and age.
Recommendations: The government and the community can collaborate to improve food hygiene and sanitation in residential and school areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>