Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193748 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mantik, Joyce M.
"Gagal jantung dimana jantung gagal memompa darah dalam jumlah yang cukup ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, merupakan suatu kelainan kardiovaskular yang berdasarkan prevalensi kelainan kardiovaskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukkan bahwa jenis kelainan kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal jantung dan penyakit jantung reumatik) telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian.
Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% pada wanita. Sedangkan berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta pasien gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang.
Gagal jantung kronik digambarkan berdasarkan adanya ketidakmampuan jantung untuk melakukan kerja melampaui mekanisme kompensasi yaitu: mekanisme Frank-Starling, hipertrofi ventrikel dan aktivasi neurohumeral (hubungannya dengan aktivasi renin angiotensin dan adrenergik), sehingga mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dari penurunan perfusi perifer yang pada akhirnya terjadi kerusakan fungsi endotel. Gejala yang sering timbul adalah sesak dan cepat lelah, sehingga berakibat pada keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga kualitas hidup pasien menurun.
Penatalaksanaan gagal jantung kronik ditujukan termasuk untuk mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan, memperkuat kontraktilitas miokard sehingga mekanisme kompensasi dapat kembali dimaksimalkan. Selain itu bertujuan untuk pencegahan progresifitas agar kualitas hidup pasien dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Adapun tata laksananya melalui medikamentosalfarmakologis termasuk obat-obat vasodilator, digitalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rampengan, Starry Homenta
"Latar belakang: Gagal jantung kronik merupakan penyakit progresif lambat dengan morbiditas serta mortalitas yang tinggi. Penggunaan obat-obatan seringkali tidak berhasil, sehingga Enhanced External Counterpulsation (EECP) yang bersifat non-invasif dapat menjadi alternatif terapi dalam penanganan gagal jantung.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinik terkontrol secara randomisasi terbuka terhadap kelompok yang menjalani terapi EECP dan yang tidak menjalani terapi (non-EECP). Masing-masing kelompok terdiri dari 33 pasien. Pada semua pasien dilakukan pemeriksaan mieloperoksidase (MPO) sebagai penanda inflamasi pada awal dan setelah 6 bulan pengamatan untuk dinilai kelompok mana yang lebih banyak mengalami kejadian kardiovaskular.
Hasil: Pengukuran kadar MPO awal (743,4 ± 232,9 pM) dan setelah 6 bulan pengamatan (534,8 ± 191,3 pM) pada kelompok EECP mengalami penurunan bermakna secara statistik (p < 0,001) tetapi pada kelompok non-EECP (679,4 ± 332,3 pM menjadi 517,6 ± 189,7 pM) secara statistik tidak bermakna (p = 0,110). Penurunan kadar MPO sangat bermakna secara statistik pada semua pasien kelompok EECP dibandingkan kelompok non-EECP (13 pasien). Hasil perhitungan risiko relatif (RR) menyatakan bahwa risiko penurunan MPO pada kelompok EECP 2,08 kali lebih baik daripada kelompok non-EECP. Pengamatan kejadian kardiovaskular setelah 6 bulan penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p = 0,037). Kejadian kardiovaskular kelompok non-EECP ditemukan 15 pasien (45,5 %) sedangkan pada kelompok EECP hanya ditemukan 7 pasien (21,2 %).
Kesimpulan: Terapi EECP menurunkan kadar MPO pasien GJK dan dapat menurunkan kejadian kardiovaskular dalam 6 bulan pengamatan. Makin tinggi kadar MPO berkorelasi dengan makin tingginya insiden kejadian kardiovaskular.

Background: Chronic heart failure (CHF) is a slowly progressive disease with high morbidity and mortality; the management using pharmacological treatments frequently fail. Therefore, Enhanced External Counterpulsation (EECP), a non-invasive treatment, may serve as alternative treatment for heart failure.
Methods: Our study was an open randomized controlled clinical trial. All subjects were categorized into two groups, i.e. the group who had EECP therapy and those who did not have EECP (non-EECP group). Each group consisted of 33 patients. Myeloperoxidase (MPO) as inflammatory marker was examined in all subjects at baseline and after 6 months of observation to assess which group had more cardiovascular events.
Results: Baseline MPO measurement (743.4 ± 232.9 pM) and after 6 months (534.8 ± 191.3 pM) in 32 patients in EECP group showed statistically significant reduction (p < 0.001); however in the non-EECP group, mean reduction value of MPO from 679.4 ± 332.3 pM to 517.6 ± 189.7 pM was not statistically significant (p = 0.110). MPO level reduction was statistically significant in all subjects of EECP group compared to non-EECP group (13 patients). Measured relative risk (RR) demonstrated that there was 2.08 fold risk of reduced MPO in EECP group compared to non-EECP group. Cardiovascular events observed after 6 months study showed that there was a significant difference between groups (p = 0.037).
Conclusion: EECP therapy can reduce MPO level in CHF patients. It may lower cardiovascular events in 6 months observation. Higher MPO level are associated with higher incidence of cardiovascular events.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristoforus Hendra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan seringkali diasosiasikan dengan tingginya frekuensi perawatan di rumah sakit dan lama rawat yang panjang. Sayangnya, hingga saat ini belum ada satupun penelitian yang menggambarkan lama rawat serta profil pasien gagal jantung di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran lama rawat dan mendeskripsikan karakteristik demografis serta karakteristik klinis dari pasien-pasien gagal jantung yang dirawat di RSUPN-CM pada tahun 2012
Metode: Dilakukan suatu studi dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien gagal jantung di RSUPN-CM selama tahun 2012. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara deskriptif untuk kemudian ditampilkan.
Hasil: Terkumpul data 331 pasien gagal jantung yang dirawat selama tahun 2012. Median usia adalah 58 tahun, 62,2% di antaranya adalah pria, dan 42,9% menggunakan jaminan sosial Askes/In-Health. Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMU dan sederajat sebanyak 23,9%. Median lama rawat 8 hari didapat dari perhitungan yang dilakukan terhadap semua pasien (NYHA I – IV), namun pada mereka yang dirawat dengan kelas fungsional NYHA III – IV saja, median lama rawatnya 9 hari. Pada awal perawatan, median tekanan darah sistolik 124 mmHg, denyut nadi 90 kali permenit, edema perifer terdapat pada 36,9% pasien, hipertensi 57,1%, diabetes mellitus 33,2%, penyakit jantung iskemik 74,9%, gangguan fungsi ginjal pada 46,2%, penyakit saluran pernafasan akut pada 45,9%, dan skor CCI terbanyak adalah 3.
Kesimpulan: Median lama rawat pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 8 – 9 hari. Sebagian besar pasien adalah pria, berpendidikan SMU, dan menggunakan jaminan Askes/In-Health dengan median usia 58 tahun.

ABSTRACT
Introduction: Heart failure has become global health issue worldwide, as it has been associated with high rate of readmissions and prolonged hospitalizations. Indonesia has never had any publication describing the profile and length of hospital stay of their heart failure patients. Hence, the aim of this study is to obtain the length of hospital stay and describe the demographic characteristic as well as clinical characteristic of heart failure patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital hospitalized in the year of 2012.
Methods: A cross sectional study was designed using secondary data from heart failure patients’ medical records in Cipto Mangunkusumo General Hospital admitted during 2012. Furthermore, data were calculated and presented thereafter.
Results: Based on the medical records of the year 2012, 331 heart failure patients were included in the study. Median age was 58 years old, 62,2% were men, 42,9% used Askes/In-Health as their social insurance payor, and as many as 23,9% had graduated from senior high school level. Median length of stay was 8 days for all patients, while for patients admitted with NYHA functional class III – IV, the median length of stay was 9 days. When patients were admitted to hospital, median systolic blood pressure was 124 mmHg, pulse 90 beats per minute, peripheral edema was shown in 36,9% of patients, hypertension in 57,1%, diabetes mellitus in 33,2%, ischemic heart disease in 74,9%, renal impairment in 46,2%, acute respiratory conditions in 45,9% of patients, and the most frequent CCI score was 3.
Conclusions: Median length of stay for heart failure patients in Cipto Mangunkusumo GH is 8 – 9 days. Most patients were men, senior high school graduate, and used Askes/In-Health as their social insurance, with median age 58 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idrus Alwi
Jakarta: PIPInterna, 2018
616.12 IDR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman H. Makmun
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0205
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Yugo Hermanto
"[Latar belakang. Durasi AV delay (DAVD) pada pasien dengan pacu jantung dual chamber menentukan derajat sinkroni atrioventrikular (AV). Pengaturan DAVD yang optimal pada pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperbaiki parameter hemodinamik jika dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan optimalisasi . Namun optimalisasi DAVD merupakan prosedur yang memakan waktu dan biaya. Perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai DAVD yang optimal.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Evaluasi dilakukan pada 35 pasien blok AV total dengan pacu jantung permanen dual chamber yang datang ke poliklinik RS Jantung Nasional Harapan Kita periode bulan Oktober sampai dengan pertengahan November 2014. Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi terhadap parameter fungsi diastolik pada saat DAVD awal (DAVD pabrikan), lalu dicari DAVD optimal menggunakan VTI-LVOT terbesar.
Hasil. Terdapat korelasi lemah antara paramater fungsi diastolik rasio E/A dan nilai DAVD optimal (r - 0,356 dengan p 0,036). Analisa regresi linear antara rasio E/A dengan nilai DAVD optimal (adjusted analysis sesuai usia, fraksi ejeksi, dan DAVD pabrikan) menunjukan nilai koefisien -0.477 dengan nilai p 0,007 (IK 95% - 84.4 s.d. -14.1). Analisa regresi linear antara nilai e' medial dengan DAVD optimal menunjukkan tingkat kemaknaan dengan nilai koefisien -0.390 dan nilai p 0.026 (IK 95% -16.3 s.d. -1.1). Terdapat perbedaan rerata DAVD optimal, 173.46 ±42.23 ms untuk pasien dengan rasio E/A ≥ 1, dan 128.89 ± 42.5 ms untuk rasio E/A <1 (p:0.01).
Kesimpulan. Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara parameter fungsi diastolik (E/A dan e' medial) dengan DAVD optimal pada pasien dengan pacu jantung permanen dual chamber.;Background. AV Delay Duration (AVD) in patient with dual chamber pacemaker defines atrioventricular synchrony. Optimazation of AVD could improve quality of life and hemodynamic parameters compared to factory setting. Despite that, AVD optimization is a time consuming procedure and not cost effective. factors that influence the optimal AVD should be sought.
Methods. This is a cross sectional study on 35 total AV block patients that came to National Cardiovascular Center Harapan Kita from October to November 2014. Echocardiography on left ventricle diastolic indices was performed in factory setting AVD. The AVD that gives to the biggest LVOT VTI was set as the optimal AVD. Statistical analysis was done to correlate between diastolic indices and optial AVD.
Results. Weak correlation was noted between diastolic indices (E/A ratio) and optimal AVD (r: - 0,356; p: 0,036). Linear regression analysis showed a negative correlation between E/A ratio {coefficient -0.477; p: 0,007 (CI 95% - 84.4 to -14.1)} and medial e' {coefficient -0.390; p: 0.026 (CI 95% -16.3 to -1.1)} with optimal AVD (adjusted with age, ejection fraction, and factory setting AVD). Different E/A ratio showed a different optimal AVD mean, 173.46 ±42.23 ms for E/A ≥ 1 vs. 128.89 ± 42.5 ms for E/A <1 (p:0.01).
Conclusion. This paper shows a negative correlation between echocardiographic diastolic function indices (E/A ratio and medial e') with optimal AVD., Background. AV Delay Duration (AVD) in patient with dual chamber pacemaker defines atrioventricular synchrony. Optimazation of AVD could improve quality of life and hemodynamic parameters compared to factory setting. Despite that, AVD optimization is a time consuming procedure and not cost effective. factors that influence the optimal AVD should be sought.
Methods. This is a cross sectional study on 35 total AV block patients that came to National Cardiovascular Center Harapan Kita from October to November 2014. Echocardiography on left ventricle diastolic indices was performed in factory setting AVD. The AVD that gives to the biggest LVOT VTI was set as the optimal AVD. Statistical analysis was done to correlate between diastolic indices and optial AVD.
Results. Weak correlation was noted between diastolic indices (E/A ratio) and optimal AVD (r: - 0,356; p: 0,036). Linear regression analysis showed a negative correlation between E/A ratio {coefficient -0.477; p: 0,007 (CI 95% - 84.4 to -14.1)} and medial e' {coefficient -0.390; p: 0.026 (CI 95% -16.3 to -1.1)} with optimal AVD (adjusted with age, ejection fraction, and factory setting AVD). Different E/A ratio showed a different optimal AVD mean, 173.46 ±42.23 ms for E/A ≥ 1 vs. 128.89 ± 42.5 ms for E/A <1 (p:0.01).
Conclusion. This paper shows a negative correlation between echocardiographic diastolic function indices (E/A ratio and medial e') with optimal AVD.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syari Maisyarah Rahman
"Latar Belakang : Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di dunia. Penyakit jantung koroner sebagai akibat aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama penyakit kardiovaskuler baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Penting untuk melakukan segala upaya deteksi dini hal-hal terkait peningkatan risiko demi mencegah penyakit ini. CT scan kardiak mampu menilai proses aterosklerosis melalui evaluasi remodelling pada lumen pembuluh darah koroner sebagai informasi untuk tata laksana pasien penyakit jantung koroner.
Tujuan : Mendapatkan arah hubungan risiko kardiovaskuler tinggi berdasarkan skor kalsium arteri koroner terhadap indeks remodelling pada pasien penyakit jantung koroner yang menjalani CT scan kardiak.
Metode : penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 63 pasien penyakit jantung koroner yang telah menjalani pemeriksaan CT scan kardiak di Departemen Radiologi RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Juli 2013 hingga Februari 2019. Penelitian dilakukan sejak Desember 2018 hingga April 2019. Penilaian total skor kalsium arteri koroner dan penilaian indeks remodelling dilakukan oleh peneliti dan dilakukan pengecekan kembali oleh pembimbing Radiologi.
Hasil : Dilakukan Uji Mann-Whitney U, pada total indeks remodelling positif didapatkan nilai median 134,6 dengan range 3,2 sampai 3862,4 dan pada total indeks remodelling negatif didapatkan nilai median 7 dengan range 1,4 sampai 356,5. Terdapat perbedaan signifikan diantara keduanya (p<0,05). Dilakukan penentuan titik potong total skor kalsium arteri koroner sebesar 54,8 dengan nilai sensitivitas 76 % dan spesifisitas 76,9 %.
Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara total skor kalsium arteri koroner dengan indeks remodelling arteri koroner melalui CT scan kardiak pada pasien penyakit jantung koroner.

Background : Cardiovascular disease is the leading cause of death in the world. Coronary heart disease as a result of atherosclerosis is the leading cause of death for cardiovascular disease both in the United States and in Indonesia. It is important to make every effort to detect things related to increasing risk to prevent this disease. Cardiac CT scan is able to assess the process of atherosclerosis through evaluation of remodeling of the lumen of the coronary arteries as information for the management of patients with coronary heart disease.
Purpose : Obtain direction of the relationship of high cardiovascular risk based on coronary artery calcium score to index remodeling in coronary heart disease patients undergoing cardiac CT scans.
Method : this study uses cross-sectional design with consecutive sampling method. The study sample consisted of 63 coronary heart disease patients who had undergone cardiac CT scan in the Radiology Department of Cipto Mangunkusumo Hospital in the period July 2013 to February 2019. The study was conducted from December 2018 to April 2019. Evaluation of total coronary artery calcium scores and remodeling index assessment was carried out by researchers and is checked again by the Radiology supervisor.
Results : The Mann-Whitney U Test was carried out, on the total positive remodeling index obtained a median 134.6 with a range of 3.2 to 3862.4 and the total negative remodeling index obtained a median 7 with a range of 1.4 to 356.5. There were significant differences between the two (p <0.001). Determination of the total coronary artery calcium score cut was 54.8 with a sensitivity 76% and a specificity of 76.9%
Conclusion : There is a positive relationship between the total coronary artery calcium score and the index of coronary artery remodeling through cardiac CT scan in coronary heart disease patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octo Tumbur
"Latar belakang : Pasien gagal jantung kronik memerlukan evaluasi pemeriksaan ekokardiografi. Berbagai metode pemeriksaan digunakan dalam pemeriksaan ekokardiografi, diantaranya pemeriksaan LAEF, LAVI, dan LVEF yang terkait dengan penelitian ini. Metode pemeriksaan LAEF dan LAVI memiliki peran dalam menilai remodelling atrium kiri, sedang LVEF terkait dengan fungsi sistolik ventrikel kiri.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menilai korelasi nilai LAEF dan LAVI dengan nilai LVEF pada < 40% dan ≥ 40%.
Metode : Studi potong lintang pada 150 pasien gagal jantung kronik yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi trans-torakal di eko-lab PJT RSCM.Pemeriksaan ekokardiografi metode LAEF dengan metode area length (2 dimensi) pada minimal 2 view eko, sedangkan LAVI dengan metode 2 dimensi. Pemeriksaan LVEF dengan metode Simpson.
Hasil : Pada penelitian didapatkan 150 subjek dengan nilai median LAVI 30,9mL/m2 (RIK 22,08-40,80), nilai median LVEF 55,75 % (RIK 40,75-61,85), nilai LAEF median 31,8 % (RIK 23,98-38,30). Korelasi nilai LAEF dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r = 0,614; p <0,001), pada LVEF ≥ 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r =0,580 ; p < 0,001). Korelasi nilai LAVI dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah dan tidak bermakna (r = -0,093; p = 0,722), sedangkan pada LVEF ≥ 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah bermakna (r = -0,299; p < 0,001). Dilakukan sub-analisis pada LVEF 40-50%, didapatkan nilai LAEF dan nilai LVEF berkorelasi positif lemah bermakna (r = 0,492; p <0,001). Lalu sub-analisis pada LVEF ≥ 50%, didapatkan korelasi nilai LAEF dan nilai LVEF positif lemah tidak bermakna (r = 0,205; p = 0,063).
Kesimpulan : Terdapat korelasi positif nilai LAEF dengan nilai LVEF pada pasien gagal jantung kronik baik pada HFrEF (LVEF < 40%) dan LVEF ≥ 40%, sehingga nilai LAEF pada cut-off nilai LVEF 40% dapat menjadi salah satu marker menilai proses remodelling atrium kiri. Sedangkan nilai LAVI dengan LVEF pada pasien gagal jantung kronik ditemukan korelasi lemah atau tidak adanya korelasi.

Background : Patients with chronic heart failure require echocardiographic evaluation. Various examination methods were used in echocardiographic examinations, including LAEF, LAVI, and LVEF examinations related to this study. LAEF and LAVI examination methods have a role in assessing left atrial remodeling, while LVEF is related to left ventricular systolic function.
Objective : This study aims to assess the correlation between LAEF and LAVI values with LVEF values at LVEF < 40% and LVEF 40%.
Methods : A cross-sectional study of 150 patients with chronic heart failure who underwent transthoracic echocardiography at the RSCM PJT eco-lab. Echocardiographic examination using the LAEF method with the area length method (2 dimensions), in at least 2 eco views, while the LAVI using the 2-dimensional method. LVEF examination by the Simpson method.
Results : The study found 150 subjects with a median LAVI value of 30.9 mL/m2 (IQR 22.08-40.80), a median LVEF value of 55.75% (IQR 40.75-61.85), a median LAEF value of 31 ,8% (IQR 23.98-38.30). The correlation between the LAEF value and the LVEF value at LVEF < 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.614; p < 0.001), while at LVEF ≥ 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.580 ; p < 0.001). The correlation between the LAVI value and the LVEF value at LVEF < 40% has a weak and insignificant negative correlation (r = -0.093; p = 0.722), while at LVEF ≥ 40% has a weak negative significant correlation (r = -0.299; p < 0.001). Sub-analysis was performed on LVEF 40-50%, and the LAEF value and LVEF value were positively and significantly correlated (r = 0.492; p < 0.001). Then the sub-analysis at LVEF > 50%, it was found that the correlation between the LAEF value and LVEF value were weak positive and not significant correlated (r = 0.205; p = 0.063).
Conclusion : There is a positive correlation between LAEF values and LVEF values in chronic heart failure patients both at HFrEF (LVEF < 40%) and LVEF ≥ 40%, so that the LAEF value at the cut-off LVEF 40% can be one of the markers to assess the left atrial remodeling process. While the value of LAVI with LVEF in patients with chronic heart failure found a weak correlation or no correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suzanna Immanuel
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0204
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>