Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10853 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Portes, Suzanne
London : Penguin Books, 1995
616.7 POR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ashar Nuzulul Putra
"ABSTRAK
Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.Kata Kunci : Artritis, Disabilitas ADLLatarbelakang : Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.

ABSTRACT
Background Disability is an umbrella term for impairment, activities limitation, and participation restriction. Ageing and chronical diseases are risk factors that causes activities limitation in activities daily living or can causes ADL disability. Activities limitation in activities daily living have a negative impact on poverty and economic levels for people who experienced ADL disability. This study aimed to determine the relationship between arthritis and ADL disability in people who 40 years old in Indonesia.Methods A Cross sectional study perfomed in may 2017. The research using secondary data from Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition . Samples in this study were 8,185 respondents. In collecting data on ADL disability and Arthritis, all respondents were measured using a questionnaire that had been prepared by the organizer of Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition .Results Cox regression analysis of arthritis showed an age, obesity, occupational status were an effect modifier on the relationship between artritis and limitation for dress, bathe, get out of bed, eat without help, but have no effect modifier between arthritis and and toileting. Arthritis and control urination and defecation showed no relationship with PR 1,01.Conclusion Arthritis have a relationship with most activities in the Activity Daily Living assessment, but the effect of arthritis is that some activities in Activity Daily Living depend on age, obesity, and occupational status."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asicha
"Latar Belakang Artritis reumatoid merupakan penyakit reumatik yang sering menyebabkan gangguan fungsional dan penurunan kualitas hidup. Faktor-faktor yang berbeda telah dilaporkan mempengaruhi kualitas hidup pasien AR. Penelitian ini bertujuan mengetahui rerata kualitas hidup pasien AR dan faktor-faktor yang berperan dalam kualitas hidup pasien AR.
Metode Penelitian Sebanyak 152 subjek direkrut dari Poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Data mengenai sosiodemografi, kondisi klinis dan laboratorium yang berkaitan dengan aktivitas penyakit, status fungsional, masalah psikologis, dan jumlah komorbiditas diambil dalam penelitian ini. Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner EuroQol five demensional (EQ-5D) and EQ global health visual analogue (VAS). Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil Penelitian Sebayak 90,8% perempuan dengan rerata usia 49,41 ± 12,31 tahun dengan tingkat pendidikan menengah serta tidak bekerja. Mayoritas subjek memiliki derajat aktivitas penyakit sedang (median 3.26 (1,03 – 6,89) dan status fungsional mandiri. Median durasi penyakit penyakit 3 (0 – 34) tahun. Gangguan psikologis seperti ansietas (11,2%) dan depresi (20,4%) juga ditemukan. Median nilai indeks 0,84 (0,170 – 1,000) dan median nilai EQ VAS 70 40 – 100). Faktor-faktor yang secara independen berperan dalam nilai indeks adalah disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, dan depresi, sedangkan untuk EQ VAS disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, depresi, ansietas dan komorbiditas untuk EQ VAS.
Kesimpulan Disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, gangguan psikologis dan jumlah komorbiditas memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hidup pasien AR. Sehingga evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam standar pelayanan pasien AR dan tatalaksana yang sesuai harus dioptimalkan.

Background. Rheumatoid arthritis (RA) is a rheumatic disease that often causes functional disorders and decreased health related quality of life (HRQoL). Different factors have been reported affecting HRQoL of RA patients. This study aims to evaluate the HRQoL and related factors in patients with RA.
Methods. One hundred and fifty-two patients from Reumatology polyclinic at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta were enrolled. Data about sosiodemographic, clinical and laboratory data related to disease activity, functional status, psyological problem, and number of comorbidities were collected. HRQoL was assessed using the Indonesian EuroQol five demensional questionnaire (EQ-5D) and EQ global health visual analogue (VAS). Univariate analysis, bivariate and multivariate analysis were employed to identify factors related to HRQoL.
Results. Ninety percent were female with a mean age ± Sof 49.41 ± 12.31 years with a secondary education level and unemployed. Majority of subjects had moderate disease activity (median 3.26 (1.03 – 6.89) and independent functional status. Median duration of illness was 3 (0 – 34) years. Psychological disorders such as anxiety (11.2%) and depression (20 .4%) were also found, the median index value 0.84 (0.170 – 1,000) and the median EQ VAS 70 40 – 100). The factors that independently played a role in the index score were functional disability, disease activity, and depression, while for the EQ VAS were functional disability, disease activity, depression, anxiety, and number of comorbidities.
Conclusion. Functional disability, disease activity, psychological disorders and the number of comorbidities have a negative influence on the HRQoL of RA patients. So, the evaluation of these factors must be considered in the standard of care for RA patients and the appropriate management must be optimized
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Andriani
"Artritis reumatoid merupakan penyakit otoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Rumput mutiara sering digunakan dalam terapi inflamasi dalam praktik pengobatan herbal, tetapi belum banyak data yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% rumput mutiara diamati dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi Complete Freund's Adjuvant (CFA) serta pengaruhnya terhadap sistem imun diamati dari jumlah leukosit, limfosit serta granulosit. Penelitian ini menggunakan 36 tikus putih jantan galur Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan kontrol induksi, keduanya diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol diklofenak diberikan suspensi natrium diklofenak 1 mg/200 g bb tikus, kelompok variasi dosis diberikan ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis berturut-turut, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bb tikus. Semua kelompok diinduksi dengan 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-2 sampai 28. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke-7, 14, 21 dan 28 setelah induksi, dan penghitungan jumlah leukosit, limfosit dan granulosit dilakukan pada hari ke-14 dan 28. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis yang diberikan belum mampu menurunkan volume udem, tetapi mampu menurunkan jumlah leukosit, limfosit serta granulosit secara signifikan pada kelompok dosis 142,07 mg/200 g bb.

Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in the joints. Pearl grass are often used in inflmamation therapy in the practice of herbal medicine, but not a lot of data that support. This study aimed to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of pearl grass in terms of reduction in edema volume on rat foot induced by Complete Freund's Adjuvant (CFA) and its influence on the immune system in terms of the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes. This study used 36 male white rats Sprague-Dawley strain, were divided into 6 groups. Normal control and induction control group, both given 0.5% CMC, the diclofenac control group given a suspension of sodium diclofenac 1 mg/200 g bw, the dose variation is given by the variation of pearl grass extract consecutive doses, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bw. All the groups induced with 0,1 ml of CFA on day-1 except for the normal controls. Test material administered orally once daily on days 2 through 28. Foot-pad volume measurements performed on days 7, 14, 21 and 28 after induction, and the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes counted on day 14 and 28. The results showed that the extract of pearl grass with a given dose variations have not been able to reduce the volume of edema, but can decrease leukocytes, lymphocytes and granulocytes in a significant at 142,07 mg/200 g bw dose groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42330
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chudahman Manan
"ABSTRAK
Obat anti inflamasi non steroid sudah dipergunakan sajak lama dalam pengobatan penyakit rematik. Jenis obat yang pertama kali dikenal adalah prepafat asam asetil salisilat, yang dipergunakan oleh Felix Hofman dalam pengobatan penyakit rematik pada tahun 1893.
Penelitian yang akan kami lakukan berdasarkan bahwa pemakaian obat anti inflamasi non steroid sering disertai dengan antasid, dengan maksud untuk mengurangi atau mencegah efek samping pada gaster dan duodenum. Biasanya penilitian terhadap
efek samping berdasarkan keluhan subjektif atau objektif tidak langsung, seperti pemeriksaan darah dalam feses. Keadaan secara objektif dalam hal ini gambaran endoskopi, perlu diteliti untuk dapat dilihat secara jelas. Selain itu dengan dosis antasid yang biasa diberikan akan mempunyai daya lindung terhadap mukosa gaster atau duodenum, juga diperlukan pemeriksaan yang lebih terarah, dalam hal ini endoskopi. Di
Indonesia sepanjang yang kami ketahui penelitian ini belum pernah dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kelainan endoskopi pada gaster dan duodenum, Serta membandingkan kelainan yang didapat antara sebelum dan sesudah pengobatan, pada pemakaian obat anti inflamasi non steroid bersama antasid.
2. Membandingkan gejala subjektif dan objektif yang diketahui dengan pemeriksaan endoskopi.
3. Menentukan lokasi pada gaster dan duodenum yang sering didapatkan kelainan.
4. Menentukan jenis kelainan yang sering terjadi.
5. Menentukan secara klinis hasil pengobatan kelainan sendi.

"
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Dhairyanto
"Latar Belakang: Artritis septik merupakan inflamasi pada sendi akibat inokulasi mikroorganisme. Artritis septik dapat menimbulkan luaran buruk berupa sepsis, amputasi, hingga kematian. Namun belum ada penelitian yang meneliti faktor-faktor yang memengaruhi luaran buruk artritis septik di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil artritis septik dan luaran buruk di RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana data diperoleh dari rekam medis RSCM tahun 2017 – 2023. Luaran buruk didefinisikan sebagai kematian, sepsis, atau amputasi selama rawat inap. Hasil: Terdapat 74 subjek penelitian yang diikutkan pada analisis data.Didapatkan sebagian besar subjek penelitian (61 subjek (82,44%)) berusia <65 tahun, berjenis kelamin laki-laki (44 subjek (59,46%)), terkena di genu unilateral (51 subjek (68,92%)), memiliki hasil kultur cairan sendi steril (32 subjek (43,24%) dimana bakteri yang paling banyak ditemukan adalah S. aureus (11 subjek (14,86%)), tidak memiliki komorbiditas (36 subjek (48,65%)) dimana komorbiditas terbanyak adalah hipertensi (26 subjek (35,14%)), tidak memiliki penyakit lain sendi (55 subjek (74,33%)) dimana penyakit lain sendi terbanyak adalah gout (8 subjek (10,81%)). Didapatkan luaran buruk pada 11 subjek (14,86%) dimana semuanya mengalami sepsis dan 4 (5,41%) di antaranya meninggal dunia. Tidak didapatkan subjek yang mengalami amputasi. Kesimpulan: Sebagai kesimpulan, proporsi luaran buruk sebesar 14,86%. Sebagian besar subjek penelitian berusia <65 tahun, berjenis kelamin laki-laki, terkena di genu, memiliki hasil kultur cairan sendi steril, tidak memiliki komorbiditas dimana komorbiditas paling banyak adalah hipertensi, dan tidak memiliki penyakit lain sendi dimana penyakit lain sendi paling banyak adalah gout. Luaran buruk terbanyak adalah sepsis.

Background: Septic arthritis is inflammation of the joints due to inoculation of microorganisms. Septic arthritis can lead to various poor outcomes such as sepsis, amputation, and even death. However, there has been no research examining the factors influencing the poor outcomes of septic arthritis in Indonesia. Objective: This study aims to determine the septic arthritis profile and its poor outcomes in RSCM. Methods: This research is a descriptive study where data was obtained from RSCM medical records from 2017 to 2023. The profiles examined are age, comorbidities, microbiological profile, and prior other joint diseases. Poor outcomes were defined as death, sepsis, or amputation during hospitalization. Results: There were 74 research subjects included in the data analysis. %. Most of the research subjects (61 subjects (82.44%)) were <65 years old, male (44 subjects (59.46%)), affected in the one knee joint (51 subjects (68.92%)), had sterile synovial fluid culture (32 subjects (43.24%) in which the most common bacteria found was S. aureus (11 subjects (14.86%)), had no comorbidities (36 subjects (48.65%)) in which the most common comorbidities were hypertension (26 subjects (35.14%)), without prior other joint disease (55 subjects (74.33%)) in which the most common prior other joint diseases were gout (8 subjects (10.81%)). Poor outcome was observed in 11 subjects (14,86%) whereas all experienced sepsis, of which 4 subjects (5.41%) died. There were no subjects who had undergone amputation. Conclusion: In conclusion, the proportion of poor outcome was 14.86%. Subjects were predominantly <65 years old, male, affected in one knee joint, had no comorbidities whereas hypertension was the most common comorbidity, had a sterile synovial joint culture, and had no prior other joint diseases whereas gout was the most common prior other joint disease. Most of the poor outcome is sepsis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mubtadi Falah
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Artritis Reumatoid AR merupakan penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kuesioner Short Form 12 merupakan kuesioner kualitas hidup generik yang dapat digunakan untuk pasien AR dan telah diuji kesahihan dan keandalannya di Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner Short Form 12 Berbahasa IndonesiaMETODE: Enam puluh lima orang pasien yang telah didiagnosis AR secara klinis sebelumnya berdasarkan kriteria American College of Rheumatology/ European League Against Rheumatism, diwawancarai dengan menggunakan kuesioner Short Form 36 dan Short Form 12 versi Indonesia. Kesahihan dinilai menggunakan kesahihan konstruksi dan kesahihan eksternal dan keandalan dinilai melalui metode konsistensi internal dan tes ulang.HASIL: SF-12 berbahasa Indonesian tidak terbukti memiliki kesahihan yang baik dengan korelasi setiap pertanyaan dengan SF-36 terbukti rendah pada domain Role Emotional dan Mental Health P

ABSTRACT
BACKGROUND Rheumatoid Arthritis RA is a chronic disease requiring a long term medication affecting quality of life. Short Form 12 is a generic questionnaire to asses patients quality of life and has been validated in England. This study designed to test reliability and validity of Indonesian version of . Short Form 12 questionnaire. METHODS Sixty five patients diagnosed Rheumatoid Arthritis clinically using American College of Rheumatology European League Against Rheumatism criterion, interviewed using Short Form 36 and Short Form 12 questionnaire. Validity assesed with construct validity and external validity, while reliability tested with internal consistency and test retest method.RESULT Short Form 12 Indonesian Version did not proved having a good validity, as it have a poor correlation between Role Emotional and Mental Health domain in SF 36 and SF 12. Indonesian version of Short Form 12 have a poor internal consistency reliability Alpha Cronbach 0,561 0,754 with a good test and retest reliability intra class correlation coefficient 0,844 0,980, P"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Prihatini Noviansjah
"Latar Belakang: Rheumatoid arthritis merupakan kondisi nyeri yang menyakitkan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya, seperti fisik, psikologis, dan psikososial. Nyeri yang dialami penderita ini dapat membuatnya merasa lemah dan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari. Dampak paling buruk yang dialami oleh penderita rheumatoid arthritis ialah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidupnya.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas pemberian manajemen nyeri dengan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita rheumatoid arthritis.
Metode: Dua orang partisipan yang menderita rheumatoid arthritis diberikan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) sebanyak enam kali pertemuan. Intervensi ini terdiri dari identifikasi masalah dan sharing mengenai penyakit yang dialami, psikoedukasi, latihan relaksasi, self monitoring, dan restrukturisasi pikiran negatif. Pengukuran efektivitas dilakukan dengan metode pretest-posttest menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) untuk melihat perubahan skor intensitas nyeri yang dialami dan Rheumatoid Arthritis Quality of Life (RAQoL) untuk melihat perubahan skor kualitas hidup.
Hasil: Kedua partisipan mengalami peningkatan kualitas hidup seiring dengan menurunnya intensitas nyeri yang dirasakan setelah mengikuti manajemen nyeri dengan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) ini. Hasil penelitian secara kualitatif juga menunjukkan bahwa latihan relaksasi merupakan teknik yang paling bermanfaat bagi kedua partisipan untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Kesimpulan: Intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita rheumatoid arthritis.

Background: Rheumatoid arthritis is a painful condition which is painful and affects many aspects of life of sufferers, such as physical, psychological, and psychosocial. Pain experienced by the patient can make her feel weak and difficulties in daily activities. The worst impacts experienced by people with rheumatoid arthritis are negative effects on quality of life.
Purpose: To know the effectiveness of pain management with intervention multicomponent cognitive behavioral therapy (CBT) to improve quality of life in patients with rheumatoid arthritis.
Methods: Two patients with rheumatoid arthritis as participants given intervention multi-component of cognitive behavioral therapy (CBT) as many as six sessions. This intervention consists of identifying problems and sharing about disease experienced, psychoeducation, relaxation training, self-monitoring, and restructuring negative thoughts. Effectiveness measurement was conducted using a pretest-posttest using the Numerical Rating Scale (NRS) to see the change in pain intensity scores experienced and Rheumatoid Arthritis Quality of Life (RAQoL) to see the change in quality of life scores.
Results: Both participants experienced improved quality of life along with a decrease in the intensity of pain experienced after following pain management with multi-component intervention of cognitive behavioral therapy (CBT). Qualitative research results also show that the relaxation exercise is the most beneficial technique for both participants to reduce the perceived pain intensity.
Conclusions: Interventions multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) is effective to improve the quality of life in patients with rheumatoid arthritis.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Pitarini Utari
"ABSTRAK
Backgrounds : There was a two-fold increase in cardiovascular-related mortality in rheumatoid arthritis (RA). Postprandial triglyceride (PPTG) related to increased risk of ischemic heart disease, myocardial infarction, ischemic stroke, mortality and elevated level of adhesion molecules. Increased endothelial adhesion molecules was a sign of endothelial activation, an early process in the development of atherosclerotic lesion. There was no study evaluating the role of NTG in cardiovascular risk assessment in RA patients. Aim : This study observed the relationship between PPTG and sICAM-1 and sE-selectin, as markers of endothelial activation. Methods : This was a cross-sectional study of fifty consecutively-recruited RA patients. Lipid profiles, sICAM-1, and sE-selectin were measured postprandially. Further analysis using multiple regression was performed. Results : There was no correlation found between PPTG and sICAM-1, nor NTG and sE-selectin. Level of sICAM-1 was influenced by HDL (R2=0,087) while sE-selectin was influenced by DAS-28 (R2=0,174), body mass index (R2=0,125), and postprandial glucose (R2=0,138). Conclusion : PPTG did not correlated with sICAM-1 and sE-selectin in RA patients.

ABSTRACT
Backgrounds : There was a two-fold increase in cardiovascular-related mortality in rheumatoid arthritis (RA). Postprandial triglyceride (PPTG) related to increased risk of ischemic heart disease, myocardial infarction, ischemic stroke, mortality and elevated level of adhesion molecules. Increased endothelial adhesion molecules was a sign of endothelial activation, an early process in the development of atherosclerotic lesion. There was no study evaluating the role of NTG in cardiovascular risk assessment in RA patients. Aim : This study observed the relationship between PPTG and sICAM-1 and sE-selectin, as markers of endothelial activation. Methods : This was a cross-sectional study of fifty consecutively-recruited RA patients. Lipid profiles, sICAM-1, and sE-selectin were measured postprandially. Further analysis using multiple regression was performed. Results : There was no correlation found between PPTG and sICAM-1, nor NTG and sE-selectin. Level of sICAM-1 was influenced by HDL (R2=0,087) while sE-selectin was influenced by DAS-28 (R2=0,174), body mass index (R2=0,125), and postprandial glucose (R2=0,138). Conclusion : PPTG did not correlated with sICAM-1 and sE-selectin in RA patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Marsinta Uli
"Mortalitas penderita artritis reumatoid(AR) yang cukup tinggi disebabkan oleh penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifitas skor kalsifikasi arkus aorta di foto polos toraks berdasarkan klasifikasi Ogawa dalam mendeteksi aterosklerosis pada penderita AR. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 76 pasien AR di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas 25% dan spesifitas 91,7% pada titik potong skor Ogawa 3,125%, dengan demikian lebih baik untuk mendeteksi pasien AR tanpa aterosklerosis. Pasien AR dengan kalsifikasi arkus aorta kemungkinan memiliki aterosklerosis sebesar 3,7 kali daripada pasien AR tanpa kalsifikasi arkus aorta.

Mortality of rheumatoid arthritis (RA) patients which is quite high caused by cardiovascular disease due to atherosclerosis. This study aims to determine the sensitivity and specificity of the aortic arch calcification score on plain chest X-ray based on classification Ogawa in detecting atherosclerosis in RA patients. This study used a cross-sectional design in 76 patients at the Rheumatology Division Cipto Mangunkusumo Hospital. The results showed a sensitivity of 25% and specificity of 91.7% at the cut off point Ogawa scores 3.125%, thus it is better to detect RA patients without atherosclerosis. The possibility of arthritis rheumatoid patients with aortic arch calcification having atherosclerosis by 3.7 times than RA patients without aortic arch calcification."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>