Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lomi Hija
"Dalam penelitian ini, akan dibangun sebuah simulasi untuk melihat apakah model penilaian opsi call yang diberikan oleh Black dan Scholes, secara umum, wajar unruk digunakan di Bursa Efek Jakarta. Konsep ''wajar'' yang dimaksud disini adalah keadaan dimana pembeli dan penerbit opsi call, memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh keuntungan (atau kerugian). Dengan demikian model yang wajar, secara umum, akan memberikan keuntungan atau imbal hasil yang sama dengan nol bagi pentilik atau penerbit opsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara umum, model Black-Scholes wajar untuk digunakan dalam lingkungan Bursa EFek Jakarta. Secara umum model BIack-Scholes wajar untuk digunakan di Bursa Efek Jakarta selama harga exerciseenya, ditetapkan tidak lebih besar atau Iebih kecil 5'','0 dari harga saham kontraknya. Kendati demikian, pada beberapa Saham Dasar, model cenderung menjadi tidak wajar arau menunjukkan gejala "salah penetapan harga" atau sering bias. Bias penetapan harga ini membuat seorang pembeli opsi call, secara umum, memperoleh keuntungan atau kerugian terus-menerus dalam sebagian atau seluruh skenario yang dilakukan.
Bias ternyata dapat dikenali dengan menganalisis distribusi lognormal dari harga saham dasar yang dimaksud. Saham dasar yang menunjukkan gejala bias adalah saham-saham dasar yang memiliki distribusi lognormal harga saham yang menyimpang secara signifikan dari distribusi lognormal teoritisnya.
Bias penetapan harga opsi yang terjadi dapat diatasi dengan memilih model yang sesuai dengan jenis biasnya. Dalam penelitian ini, model alternatif terbukti dapat mengoreksi bias pada saham dasar yang memiliki distribusi ekor kanan yang lebih tebal dari distribusi lognormal teoritisnya. Percobaan penggunaan model alternatif lain atau penyesuaian atas model Black-Scholes belum dilakukan dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baruno
"The objective of this research is to investigate the applicability of the Black-Scholes Option Pricing Model (BSOPM) on options on market index at the Jakarta Stock Exchange (JSX). A simulation is conducted using actual JSX LQ-45 index data between January 1997 and April 1999. Each month, a simulated premium of a one-month call option is calculated based on BSOPM and then compared with its payoff at its maturity date. The results show that the average profit of the simulated long stock index call option is negative but not statistically significant. It means that the BSOPM, although not rejectable statistically, cannot be applied blindly on the valuation of JSX stock index options."
2004
JAKI-1-2-Des2004-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baruno
"Gemerlapnya pasar modal di Indonesia sedikit meredup. Instrumen-instrumen yang telah lazim diperdagangkan kurang menarik minat investor untuk mempertahankan eksistensinya. Karya Akhir ini berusaha memecahkan kebekuan tersebut dengan menampiikan alternatif instrumen baru. Alternatif baru ini merupakan bagian dari instrumen Sekuritas Derivatif, bermaksud untuk mengajak investor memperoleh sudut pandang yang berbeda.
Instrumen yang sudah terkenal di seluruh pasar modal dunia dicoba untuk diperdagangkan di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG], menjadi pilihan utama. Perangkat ini dipilih karena merupakan cerminan dari kondisi pasar modal secara umum. Dapat pula menjadi alat atau indikator perkembangan perekonomian suatu negara. Sisi lainnya berguna untuk melakukan diversifikasi investasi, penyebaran resiko dan kemungkinan untuk mendapat imbal hasil di atas rata-rata. Fokus utama adalah Indeks Saham LQ-45 [selanjutnya LQ-45]. Pemilihan ini melihat kniteiia bahwa LQ-45 mewakili 45 saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta [BEJ]. Nilai pasarnya meliputi 70% dari kapitalisasi pasar di BEJ. LQ-45 juga dirnonitor oleh suatu tim di BELT guna menjaga likuiditas dan kredibilitasnya sebagai indikator pasar modal Indonesia. Setiap tiga bulan sekali diadakan evaluasi terhadap kinerja saham-saham yang tergabung didalamnya. Setiap enam buJan sekali diadakan pergantian dengan saham-saham yang berkinerja buruk dengan yang berkinerja lebih baik.
LQ-45 selanjutnya menjadi net dasar dari instrumen option yang menjadi alternatif baru tersebut. Stock Index Option LQ-45 diharapkan menjadi alternatif baru di BEJ. Selanjutnya kontrak yang disepakati adalah kontrak Call Option. Dalam melakukan penilaian terhadap harga kontrak Call option ini, penulis menggunakan rumus terkenal untuk Option. Blacck-Scholes Option Pricing Formula [BSOPF] menjadi pilihan dan aplikasinya untuk dipergunakan dalam perhitungan indeks saham diharapkan memberikan penilalan yang sesuai. LQ-45 terkomposisi dari saham-saham berbagai sektor yang kerap memberikan dividen secara periodik, tetapi sebagian besar tidak melakukan ini dengan balk. BSOPF yang dipergunakan telah dikembangkan untuk dapat menghitung kondisi pembagian dividen yang tidak teratur tersebut.
Hasil analisis terhadap perhitungan dan penilaian atas kontrak Call option Stock Index Option LQ-45 sungguh menarik. Imbal hasil sangat besar jika dibandingkan dengan SBI terjadi pada periode LQ-45 Februari 1999 - Juli 1999. Imbal basil yang diperoleh sebesar 2657.18%, sedangkan SBI hanya memberikan 9% untuk lnvestasi selama tiga bulan mulai Februari 1999 - April 1999. Tetapi besarnya imbal hasil tersebut tidak sebanding dengan investasi yang dilakukan selama Januari 1997 hingga Januari 1999. Badai krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia juga mengambil peran cukup kuat di pasar modal. Total kerugian terbesar yang diderita sebesar 353%, sepanjang periode investasi dari Januari 1997 April 1999. Fenomena yang sungguh unik adalah pada harga patokan 5.0% dari harga aset dasamya, terjadi keuntungan sebesar 457.02% atau rata-rata 16.32% tiap bulannya. Jumlah event atau kejadian option diexercise dari total investasi yang dilakukan, terhadap berbagal harga patokan, tidak lebih dan 40% atau 39.3 kali di-exercise.
Secara matematis instrumen ini memberikan imbal hasil lebih kecil daiipada SBI. Sesuai konsep dasar dari kontrak Call option, hanya akan di-exercise pada S* > X. Kondisi ini telah terpenuhi namun c atau premi dan option itu sendiri sudah sangat besar. Tingginya barga atau premi [c] Call option dipengaruhi volatilitas sangat tinggi dan suku bunga bebas resiko juga bergejolak naik dan turun secan drastis. Kondisi yang buruk [bearish) di pasar modal ini tidak akan berlangsung lama dan sudah dapat dijadikan pelajaran untuk melakukan tindakan yang tepat di kemudian hari. Penulis mempunyai kesimpulan bahwa instrumen Stock Index Option LQ-45 dengan kontrak Call option dapat diperdagangkan di BEJ. Syarat untuk meluluskannya adalah dibuat transaksi dengan harga patokan lebih variatif lagi. Diperkenaikan juga transaksi kontrak dengan Put Option. Pencarian terhadap strategi-strategi hedging juga alcan menjadi motivator untuk diperdagangkannya instrumen Stock Index Option LQ-45 di Bursa Efek Jakarta."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Poltak H.
"Options pada saham pertama kali diperdagangkan dalam bursa perdagangan pada tahun 1973. Sejak itu terjadi pertutnbuhan yang sangat pesat alas pasar options yang hingga sekarang ini dipcrdagangkan di banyak bursa saham di dunia. Perdagangan options dalam jumlah besar juga terjadi di over the counter bank dan lembaga keuangan lainnya. Aset yang diperdagangkan meliputi saham, indikator saham, mata uang asing, instrumen hutang, komoditas, dan kontrak futures.
Ada dua jenis options. Call option memberikan pemegang hak untuk membeli suatu aset pada waktu tertentu dengan harga tertentu. Put option memberikan pemegang hak untuk menjual suatu aset tertentu pada waktu tertentu dengan harga tertentu. Harga pada kontrak options dikenal dengan exercise price atau strike price; tanggal dalam kontrak dikenal dengan expiration date, exercise dale atau maturity date. American options dapat diexercise setiap saat hingga tanggal expiration. Sedangkan European options dapat diexercise hanya pada tanggal expiration. Options yang lebih banyak diperdagangkan adalah jenis Amerika. Akan tetapi, options Eropa biasanya lebih mudah dianalisis dibanding options Amerika. dan beberapa properties options Amerika biasanya merupakan turunan dari options Eropa. Hams dipahami bahwa options memberikan pemegang hak untuk melakukan scsuatu. Pemegang tidak harus melakukan exercise atas hak ini.
Pada awal tahun 1970-an, Fischer Black dan Myron Scholes membuat gebrakan baru dengan menurunkan persamaan diferensial yang dapat dipenuhi pleb harga setiap derivatif yang tereantung pada non-dividend-paying-stock. Saharnsaham di Bursa Efek Jakarta yang dijadikan sampel diambil sebanyak 30 saham dari saham yang ada dalam LQ-45, meliputi semua jenis indutri dengan periode enam belakangan ini. Analisis akan melihar berapa harga opsi atas saham-saham tersebut. nnembandingkannva dan ineiuuajulkan opsi sahan; yang paling menguntungkan.
Options memang belum diperdagangkan di BEJ, namun hasil perhitungan ini bisa juga digunakan untuk menilai harga saham ke depan dan sebagai baton pertimbangan dalani manajemen portofolio. Dan walhasil, bisa dijadikan sebagai salah sate Kahan pertimbangan implementasi options di BEJ.

Stock options were traded for the first time in stock exchange in 1973. Since then options market is growing rapidly until now is traded in many stock exchange around the world. Options trading in a large amount also traded in over the counter, bank and other financial institutions. Underlying asset that is traded including stocks, stock indices, currency, receivables and payables, commodity products, and futures contract,
There were two types of options. Call option gives the holder right to buy underlying asset in a certain time at a certain price. Put option give the holder right to sell an underlying asset in certain time in a certain price. Price on options contract is called exercise price or strike price; date in contract is known as expiration date, exercise date or maturity date. American options can be exercised anytime before expiration date. While European options can be exercised only at the expiration date. Most options that are traded are American options, but European type is easier to be analyzed and a number of American option properties actually is a derivative from European options. One thing we have to remember that option gives the holder right to do something. The holder is not obligated to exercise the right.
In early 1970s, the tandem team Fischer Black and Myron Schnles made a breakthrough innovation by derive differential equation that can be achieved by every derivative price on non-dividend-paying-stock. 30 LQ-45's stocks in Jakarta Stock Exchange were taken as sample, covering all type of industry within the last six-year period. Analysis will explain what is the price, compare the price, and find which stock that gives the most favorable gain or loss.
Although options is not well known traded in JSX yet. but the result of the calculation and estimation in this thesis can be used to value the stock price in future and as an input in portfolio management. And eventually, can be used as one of consideration to implement and socialize stock options market in JSX.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Daniel
"Sejak diberlakukannya berbagai deregulasi dalam bidang moneter (Pakdes 1987. Pakto 1988 dan Pakdes 1988) aktivitas Bursa Efek Jakarta (BEJ) semakin meningkat, bahkan meningkat sangat cepat pada awal deregulasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat dari 200 pada awal tahun 1988 menjadi 640 pada Juni 1989. Index ini kemudian terus menurun menjadi 408 pada akhir periode penelitian (dan menjadi 250 pada saat karya akhir Ini diselesaikan). Kondisi seperti ini adalah umum untuk pasar modal yang baru berkembang dan masih dalam proses belajar.
Pasar modal sendiri mempunyai 2 fungsi, yaitu sebagal sumber dalam mendapatkan dana bagi emiten dan sebagai sarana investasi untuk pemodal. Saham sebagai salah satu alternatif investasi di pasar modal inerupakan investasi yang mempunyai resiko paling besar dibandingkafl dengan investasi lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu proses penilalari oleh pemodal untuk sampai pada keputusan untuk membeli saham.
Analisa harga saham berdasarkan pendekatan dividen (dividend approach) memberikan hasil bahwa harga?harga saham yang berlaku di pasar adalah lebih tinggi dan nilai saham sesungguhnya (over valued). Ini terjadi terutama pada saham-saham yang tercatat di BEJ setelah deregulasi. Hasil ini menunjukkan bahwa harga saham di pasar perdana atau pun pasar sekunder telah terlalu tinggi jika dlbandingkan dengan besarnya dividen yang dibagikan oleh emiten.
Keawaman investor di pasar modal telah membentuk permintaan yang begitu tinggi sehingga harga saham cenderung semakin tinggi SeteIah dividen dibagikan dan investor menyadari bahwa dividen itu begitu kecilnya banyak investor melepas saham saham mereka, harga saham cenderung menurun, seperti yang dialami BEJ saat ini, dan penurunan akan terus terjadi sampai ke tingkat dimana dengan dividen yang dibagikan investasi dalam saham masih memberikan imbalan (return) yang baik. Penurunan harga ini merupakan saIah satu gejala dan koreksi pasar pada sebuah pasar modal. Bagaimanapun pendekatan dividen dalam analisa saham adalah pendekatan yang cukup konservative.
Dengan "Cross Sectional Regression Model", dari 20n saham industry manufaktur yang dianalisa didapat 6 saham dengan harga normal, 8 saham ?overvalued? dan 6 saham ?undervalued?. ?Coeficient of determination (R2 = 0,16) yang diperoleh adalah sangat rendah yang berarti bahwa tingkat significancy dari model ini rendah pula. Penyebab yang mungkin adalah terlalu sedikitnya ?sample? yang dipergunakan sehingga tidak mewakili industry manufaktur secara keseluruhan.
Dengan mempergunakan seluruh saham yang ada pada Industri farmasi model ini memberikan hasil yang signifikan (R2 = 0,99). Dan model ini, ternyata besarnya PER sebuah saham paling dominan ditentukan oleh "payout ratio" dan beta. Hubungan antara PER dengan kedua variabel tersebut adalah positip. Berarti semakin besar resiko sebuah saham, semakin besar PER saham tersebut, demikian pula jika dividen yang dibagikan semakin besar. Gejala ini memberikan indikasi bahwa harga saham yang terbentuk sangat sedikit didasarkan pada kondisi fundamental perusahaan yang sebenarnya dan lebih ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran sarta psikologi pasar.
Obligasi konversi sebagai suatu alternatif Investasi memiliki 2 karakteristik, yaitu dapat bersifat sebagai saham dan dapat juga bersifat sebagai obligasi. Dalam kondisi bursa efek yang lesu (bearish), obligasi ini lebih menyerupai obligasi blasa dengan tingkat bunga tertentu yang biasanya lebìh rendah dan bunga obligasj biasa. Sedangkan pada kondjsi bursa yang "bearish", obligasi konversi lebih menyerupaj saham dan membenikan kesempatan untuk mendapatkan "capital gain".
Pada saat ini baru satu perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi di BEJ, yaitu PT. Astra Internasional. Obligasi Astra tersebut memberjkan bunga (kupon) sebesar 11% per tahun, dapat dilunasi pada tahun ketiga dengan memberikan "yield" sebesar 17 % per tahun. Setelah ulang tahun ketiga pemiliknya dapat juga mengkonverslkan ke saham (put option) dengan "conversion price" sebesar Rp. 25.000. Apabila harga saham melebihi Rp. 35.000 berturut?turut selama 20 han, maka Astra dapat melaksanakan "call option". Tingkat imbalan (return) yang dihasilkan bagi investor dengan harga konversi tersebut adalah sebesar 21,81 % per tahun. Tentu saja "return" ini dapat lebih tinggi bila harga saham jauh lebih tinggi dan harga konversi sebelum omiten dapat melaksanakan "call option".
Melihat sifatnya, penerbitan obligasi ini sangat baik pada kondisi pasar yang lagi lesu karena berbeda dengan saham obligasi ini memberikan ?downside protection? terhadap pemodal dan juga kesernpatan untuk mendapatkan "capital gain" pada waktu pasar membaik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Novrianty, Author
"Pada tanggal 6 Oktober 2004, Bursa Efek Jakarta telah mulai memperdagangkan instrumen bam dengan nama Kontrak Opsi Saham (KOS). KOS merupakan instrument derivatif karena mengacu pada harga aset yang mendasarinya. KOS yang diperdagangkan di BEJ relatif berbeda dengan KOS yang diperdagangkan di Bursa lainnya, karena ada pembatasan pada tingkat keuntungan yaitu sebesar 10 persen dari harga exercise suatu KOS. Dengan model yang berbeda tersebut, investor di Indonesia belum banyak yang memahami teknik melakukan valuasi terhadap KOS dan manfaat serta resiko dari instrumen tersebut.
Penelitian ini mencoba memberikan pemahaman tentang teknik melakukan valuasi terhadap Kontrak Opsi Saham (KOS) di Bursa Efek Jakarta dan memberikan pemahaman tentang manfaat dan kerugian dari perdagangan KOS. Penelitian ini dibatasi pada valuasi KOS jenis call dan put yang tersedia pada tanggl 6 Oktober 2004. Valuasi dilakukan dengan menggunakan metode Binomial, karena relatif mudah dipahami.
Dalam melakukan valuasi, ada sejurnlah penyesuaian dari metode standar yang terkait dengan kemungkinan exercise sebelum maturity (tipe Amerika). Penyesuaian lain juga dilakukan terkait dengan pembatasan keuntungan sebesar 10 persen dari harga exercise serta kemungkinan terjadinya autoexercise sebelum maturity.
Valuasi harga kontrak opsi dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2004, bertepatan dengan dimulainya perdagangan instrumen tersebut. Pada tanggal tersebut, jumlah opsi mencapai 105 kontrak masing-masing untuk call dan put, yang merupakan kontrak opsi yang dimiliki oleh lima saham acuan yang relatif likuid dan berkapitalisasi besar yaitu ASII, BBCA, HMSP, INDF dan TLKM. Namun KOS yang akan divaluasi tidak semuanya, melainkan terbatas pada 6 seri KOS untuk setiap saham pada maturity yang sama (semuanya menjadi 90 kontrak seri KOS). Tiga KOS pertama merupakan jenis call yang mewakili call yang in the money, at the money dan out of the money. Sedangkan tiga KOS lainnya mewakili jenis put.
Pembentukan tree dari KOS BEJ sama halnya dengan pembentukan tree dari KOS standar. Penentuan kemungkinan harga saham (naik dan turun) sampai dengan masa berakhimya kontrak persis sama dengan Kontrak Opsi Saham standar. Namun, perbedaannya hanya pada penentuan nilai (value) dari KOS pada setiap node dari tree Binomial. Karena ada pembatasan keuntungan, maka nilai (value) yang lebih dari batasan tersebut harus disesuaikan atau diturunkan sehingga sama dengan batasan tersebut.
Dari hasil valuasi, untuk semua Jems KOS, harga call relatif lebih tinggi daripada harga put, ketika harga exercise (X) lebih rendah atau sama dengan harga saham awal (So), sementara ketika harga saham awal lebih tinggi dibanding harga call, maka harga call relatif lebih rendah daripada harga put. Selain itu, semakin panjang maturity dari KOS, harga KOS baik jenis call maupun put sama-sama semakin tinggi (berbanding lurus). Berdasarkan analisis berdasarkan harga exercise, semakin tinggi harga exercise maka harga call semakin rendah (berbanding terbalik), akan tetapi harga put justru semakin tinggi (berbanding lurus).
Dari hasil simulasi, instrumen KOS yang diperdagangkan di BEJ sangat efektif untuk melakukan hedging terhadap saham individual atau portfolio, terutama melalui strategi protective put. Dengan membeli put yang mampu meng-hedge portfolio, maka resiko penurunan nilai portfolio dibatasi maksimal 10 persen dari harga exercise, meskipun harga saham dalam portfolio semuanya mengalami penurunan yang sangat besar.
Instrumen KOS yang diperdagangkan di BEJ relatif kurang optimal untuk melakukan spekulasi. Misalnya pada strategi straddle, dimana investor berharap ada perubahan yang besar terhadap harga saham, potensi keuntungan yang diperoleh dibatasi hanya 10 persen dari harga exercise. Dalam simulasi yang dilakukan, imbal hasil yang diperoleh investor maksimal hanya 40 persen. Padahal, pada KOS standar, imbal hasil yang mungkin diperoleh investor masih jauh lebih tinggi lagi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedy Fardiansyah
"ABSTRAK
Sekuritas derivative adalah sekuritas yang nilainya ditentukan oleh nilai dari suatu aset dasar Contoh dari sekuritas derivative adalah option (opsi). kontrak berjangka (forward)future contract) dan swaps. Dan aset dasar dan derivative dapat berupa sabam, kurs mata uang, dan komoditi.
Pasar derivative telah berkembang dengan pesat dan telah banyak digunakan oleh investor yang profesional maupun oleh individu-individu di seluruh dunia.
Di negara kita. Indonesia tercinta ini, penggunaaan derivative sebagai sarana untuk melakukan investasi belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan belum diketahuinya secara jelas oleh masyarakat kita apa yang dimaksud dengan sekuritas derivative dan apakah dapat digunakan sebagai alat investasi yang akan membenikan keuntungan bagi investor. Disamping itu juga disebabkan belum adanya wadah/pasar perdagangan derivative yang terorganisasi seperti perdagangan saham dan obligasi yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Jakarta.
Karya akhir ini membahas mengenai option yang aset dasarnya adalah saham-saham yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta. Dan secara khusus melakukan estimasi nilai ?call option? yang perode waktu jatuh temponya adalah 1 bulan, yang aset dasarnya adalah saham PT. HM Sampoema, PT. Astra International Indonesia, PT. Bakrie & Brothers, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corporation dan PT. Lippo Banic Estimasi nilai (harga) call option dilakukan pada 30 titik sampel dalam periode Februari 1994 ? JuIl 1996, dan dilakukan dengan menggunakan 4 harga patokan (strike price) yaitu, +5%, -5%, +2,5% dan ?2,5% dari harga saham pada setiap tanggal titik sampel dalam periode tersebut. Estimasi misi call option pada saham-saham tersebut dilakukan dengan mengunakan ?Black-Scholes Option Pricing Model? yang telah mengantarkan Fisher Black dan Myron Scholes meraih hadiah Nobel.
Berikut ini adalah formula Black-Scholes tersebut : C = S. N (d1) ? X.e-n(t-1)N (d2). C adalah nilai dari call option dengan aset dasar (saham) berharga S, periode waktu jatuh tempo T. Sementara X adalah harga patokan (strike ptice) dan N (.) adalah fungsi distribusi normal kumulatif. Selanjutnya d1 dan d2 adalah variabel yang nilainya tergantung dan S, X, T, dan volatility harga aset dasar (saham).
Setelah mendapatkan nilai call option 1-bulan pada 30 titik sampel perhitungan, dilakukan analisa keuntungan/kerugian yang didapatkan seorang investor yang melakukan investasi dengan membeli 1 kontrak call option 1-bulan pada masing-masing saham pada setiap titik sampel tersebut di saat call option jatuh tempo. Selanjutnya dilakukan analisa total keuntungan/kerugian yang diperoleh investor tersebut yang melakukan investasi dengan membeli 1 kontrak call option 1-bulan secara simultan pada 5 saham yang telah disebutkan di atas, selajutnya disebut dengan portfolio call option 1-bulan.
Hasil analisa memperlihatkan bahwa investasi yang dilakukan seorang investor dengan membeli 30 (tiga puluh) portfolio call option 1-bulan yang aset dasamya adalah 5 (lima) saham (HMSP. ASII, BNBR, INKP, LPBN) pada 4 barga patokan dalani periode Maret ?94 - Agustus ?96 adalah menguntungkan.
Keuntungan yang diperoleh investor tersebut yang lebih besar dari pada yang diperoleh jika investor tersebut menabungkan uangnya pada suku bunga bebas risiko. Jadi, dapat dikatakan investasi pada call option 1-bulan akan menarik minat seorang investor daripada menabungkan uangnya untuk mendapatkan hasil sebesar suku bunga bebas risiko.
Hasil tersebut di atas, memberikan implikasi bagi Bursa Efek Jakarta untuk mulai mempertimbangkan dan merencanakan untuk dibukanya suatu perdagangan option yang terorganisasi di Indonesia, yang sudah tentu harus dipersiapkan dengan seksama. Karya akhir ini sudah tentu belum sempurna dan agar lebih realistis, diperlukan usaha untuk menutupi kelemahan-kelemahan dari Model Black-Scholes sehubungan dengan asumsi asumsi yang mendasari model ini, yaitu:
a) Call option adalah call option gaya Eropa, yang hanya dapat diexercise ketika jatuh tempo.
b) Volatility pergerakan harga saham adalah konstan selama periode option.
c) Suku bunga bebas risiko adalah konstan selama periode option
d) Tidak adanya biaya perdagangan option dan perdagangan saham.
e) Tidak adanya perhitungan pajak dan proses jual bell option.
f) Tidak adanya akuisisi atau penstiwa lain yang membuat umur option menjadi Iebih pendek.
Dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan di atas kiranya dapatlah dilakukan suatu penelitian yang lebih baik yang diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan kelemahan kelemahan tersebut di atas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Agustina
"Pada keputusan pelaksanaan investasi, Investor akan memperhatikan tingkat return yang akan diperoleh berdasarkan tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan ha! tersebut, investasi yang menarik adalah investasi yang menghasilkan return yang tinggi pada tingkat risiko tertentu, atau menghasilkan return tertentu pada tingkat risiko yang minimum. Upaya yang diiakukan investor untuk memperoleh return yang baik berdasarkan risiko yang ada adalah membentuk portofolio. Pembentukan portofolio dart sejumlart aaham yang dipefdagangkan df BEJ dapat diiakukan dengan mempergunakan model "Single Index". Berdasarkan model tersebut saham-saham yang dianatisis dapat ditentukan urutannya sehingga dapat dipilih saham-saham yang akan dijadikan sebagai saham kandidat dalam pembentukan portofolio.
Pada penelitian ini, populasi saham yang diambil adalah saham-saham yang tereatat sebagai 20 saham yang memiliki volume perdagangan terbesar pada periode Nopember 1994 sampai dengan Desember 1995, yang jumlahnya mencapai 85 saham. Sampel dari populasi tersebut ada 21 saham. Berdasarkan teori, semua Asset dapat dibentuk "Derivatif-nya sebagai upaya lainnya dalam usaha memperoleh return yang baik dari kondisi risiko yang dihadapi, disamping sebagai usaha untuk melakukan "Hedging" (lindung nilai). Salah satunya adalah "Option".
Pada penelitian ini, dari 21 sampel saham, teriebih dahulu diiakukan penyusunan urutan untuk menentukan saham-saham yang termasuk pada ranking atas, yaitu untuk menunjukkan saham-saham yang dapat dijadikan sebagai saham kandidat dalam pembentukan portofolio. Dan urutan saham-saham yang berada pada ranking bawah, 4 untuk menunjukkan saham-saham yang akan dikeluarkan dari pembentukan portofolio.
Berdasarkan hal tersebut, ditentukan 3 saham yang menduduki ranking atas, yaitu saham JPFA (JAFFA), HMSP (Hanjaya Mandala sampoerna ), BNBR (Bakrie Brothers). Dan 3 saham yang menduduki ranking bawah yartu saham DILD (Dhaarmala Intiland), DART (Duta Anggada Realty) serta INTP (Indocement Tunggal Perkasa). Pembentukan nilai estimasi "Call Otion" untuk ke-enam saham tersebut dilakukan berdasarkan fomnula "Black-Scholes", dengan mempergunakan estimasi harga patokan 5% di atas (harga patokan tinggi) dan di bawah (harga patokan rendah) dari harga "Current" saham yang bersangkutan.
Imbal Hasil rata-rata perbulan yang diperoleh dari estimasi nilai "Call Option" pada saham-saham tersebut sebagai berikut: saham JPFA menghasilkan-0,33% pada penentukan harga patokan tinggi, dan -1,39% pada penentuan harga patokan rendah. Saham HMSP menghasilkan 1,12% pada harga patokan tinggi, dan 0,21% pada harga patokan rendah. Saham BNBR menghasilkan 3,17% pada harga patokan tinggi, dan 2,19% pada harga patokan rendah. Saham DILD menghasilkan -0,25% pada harga patokan tinggi, dan 0,82% pada harga patokan rendah. Saham DART menghasilkan -0,98% pada harga patokan tinggi, dan -1,86% pada harga patokan rendah. Saham INTP menghasilkan 4,09% pada harga patokan tinggi dan 0,27% pada harga patokan rendah.
Pada estimasi "Call Option" saham-saham ranking atas menunjukkan bahwa penentuan harga patokan tinggi imbal hasilnya lebih tinggi dari pada imba! hasil dari harga patokan rendah. Dengan demikian investor pada posisi "Short" tentunya akan memilih "Call Option" berdasarkan harga patokan tinggi, sedangkan investor pada posisi "Long" akan memilih "Call Option" pada harga patokan rendah. Sedangkan pada estimasi "Call Option" saham-saham ranking bawah menunjukkan adanya keragaman, sehingga dipertukan ketelitian yang tebih baik untuk pemilihannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabar Warsini
"Penelitian ini merupakan studi tentang penilaian harga pasar saham dengan menggunakan pendekatan price earning ratio (PER). Model yang digunakan adalah model persamaan PER yang memperhatikan faktor-faktor fundamental yang disebut PER model ekonometrika. Penelitian dilakukan pada saham yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan mengambil sample 90 emiten atau sebesar 52 % dari jumlah emiten yang go public sampai dengan tahun 1993.
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk melihat dan mengetahui apakah harga pasar saham di bursa telah menunjukkan harga yang wajar berdasarkan analisis PER serta untuk mengetahui bagaimana arah dan besarnya pengaruh faktor fundamental terhadap tinggi rendahnya PER.
Yang pertama--tama adalah dilakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten, terutama laporan neraca dan laporan rugi-laba untuk mengetahui beberapa faktor fundamental seperti laba emiten beserta tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun, besarnya earning per share dan porsi yang dibagikan sebagai dividen serta resiko yang menyertai perusahaan yang bersangkutan. Kemudian diadakan analisis regresi berganda dengan menggunakan PER rata-rata sebagai variabel terikat serta tiga variabel babas yaitu: tingkat pertumbuhan laba rata-rata, dividen payout ratio rata-rata serta standar penyimpangan pertumbuhan laba rata--rata. Variabel tingkat pertumbuhan laba dan dividen payout ratio dimaksudkan sebagai cermin dari prospek perusahaan, sedangkan standar penyimpangan pertumbuhan laba sebagai pengukur resiko perusahaan.
Hasil analisis mengungkapkan bahwa persamaan regresi linear berganda PER yang diperoleh adalah PER = 12,9609 + 8,8503g + 6,7264DP0 - 2,5581Q. Hal ini menyiratkan bahwa rata-rata PER di BEJ sebesar 12,9609 apabila tidak ada pertumbuhan laba, tidak ada pembayaran dividen serta tidak ada standar penyimpangan pertumbuhan laba. Uji t statistik terhadap koefisien regresi masing-masing variabel bebas menunjukkan bahwa hanya variabel DPO yang tidak signifikan dengan probabilitas kesalahan yang cukup rendah yaitu 28 %, sedangkan koefisien variabel g dan a sangat signifikan dengan probabilitas kesalahan mendekati 0. Namun demikian dari uji P statistik terungkap bahwa secara bersama-sama pengaruh ketiga variabel babas terhadap variabel terikat adalah sangat signifikan.
Hasil lain yang terungkap dari studi ini adalah persamaan regresi linear berganda PER tersebut telah memenuhi asumsi dasar klasik ordinary Least Square (OLS) sehingga model ini dapat dipergunakan dan estimator tidak akan bias, tetap konsisten serta efisien. Meskipun secara keseluruhan model hanyamampu menjelaskan 38,44 % (R2 adjusted). Setelah model diterapkan pada variabel bebas nyata pada tahun 1993 yaitu tingkat pertumbuhan laba riil , DPO rill dan a rill maka diperoleh PER calculated. Dengan membandingkan PER calculated dengan PER sesungguhnya pada tahun 1993 diperoleh hasil 5,5 % emiten mempunyai harga wajar, 24,4 % emiten telah overpriced dan sisanya 70,1 % emiten masih underpriced.
Kajian lain yang bisa diberikan berdasarkan hasil studi ini adalah bahwa kebijaksanaan pemerintah dalam hal ini Bapepam yang mengajurkan PER perdana tidak lebih dari angka 15 bukanlah merupakan kebijaksanaan yang sangat ketat, sehingga tidak menjadi alasan bagi calon emiten sebagai halangan untuk go public."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldin Renata Dinta
"ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan Pasar Modal dan Industri Keuangan di Indonesia pada umumnya, Bursa Efek Jakarta berupaya untuk membangun pasar efek yang lebih menarik sehingga diharapkan dapat menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Sesuai dengan visi dan misi Bursa Efek Jakarta tahun 1999 - 2003, yaitu "menjadi bursa emerging market kelas dunia yang kompetitif', dalam
salah satu misinya yaitu "agar dapat menjadi emerging market yang menarik, BEJ akan selalu menyediakan produk-produk yang kompetitif dengan biaya e:fisien dan inovatif. Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya suatu langkah nyata dengan mengembangkan perdagangan derivatif sebagai salah satu usaha inovatif dalam meningkatkan daya tarik investor untuk berinvestasi. Pasar derivatif merupakan
bagian integral dari sistem keuangan negara. Pasar derivatif mencakup futures, kontrak forward, swaps, dan options. Pembahasan tulisan ini menitikberatkan pada instrumen options, sebagai instnunen yang akan dikembangkan oleh pihak otoritas bursa. Instrumen tersebut diperkenalkan dengan nama KOS (Kontrak Opsi Saham).
Untuk mengetahui apakah KOS dapat digunakan sebagai salah satu instrument derivatif yang akan memberikan keuntungan bagi para investor, penulis melakukan pengujian menggunakan salah satu metode penilaian options yaitu Binomial Model. Model ini menggunakan data deskrit dan kemungkinan perubahan nilai underlying asset ada dua, yaitu: Naik atau tunm. Secara umum formula ini lebih cocok digunakan untuk menilai options dengan tipe Amerika seperti yang akan diperdagangkan di bursa, selain itu juga untuk memperoleh altcrnatif hasil penilaian atas penelitian sejenis yang telah dilakukan. Rumusan Binomial Model dipakai mengikuti urutan dan langkah-langkah secara sistematis. Semua variabel yang
diperlukan, diolah dan dilakukan perhitungannya menggunakan software Deriva Gem 1.50 merupakan bagian dari buku Options, Futures and Other Derivatives 5 th karangan John C Hull. Pemanfaatan metode penilaian option dengan Binomial Model untuk melakukan penilaian KOS yang akan diperdagangkan di BEJ sangat sesuai mengingat instrumen KOS yang akan diperdagangkan adalah option dengan tipe
Amerika. Penggunaan software Deriva Gem 1.5 memberikan kemudahan dan kebebasan dalam melakukan perhitungan. Kebebasan tersebut berupa kemudahan dalam memasukan data variabel-variabel yang telah ditentukan.
Keseluruhan langkah-langkah perhitungan nilai call options, meliputi : Penentuan data saham yang akan dihitung yaitu PT Astra International, Tbk (ASH), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM); Penentuan titik sampel, yang meliputi : penentuan tanggal jatuh tempo, jangka waktu kontrak, tanggal kontrak opsi, penentuan jumlah titik sampel dan penelitian adanya dividend; Penentuan harga exercise; Penentuan suku bunga bebas risiko (risk free rate); Penentuan volatilitas harga saham dasar; Pengolahan data dan penggunaan aplikasi Deriva Gem 1.50; Perhitungan untung/rugi; dan Analisa basil perhitungan.
Sesuai dengan konsep Call Option tipe Amerika bahwa option dapat diexercise sewaktu-waktu selama periode kontrak sepanjang harga underlying asset lebih tinggi dari penjumlahan harga exercise (X) dan nilai option (c) itu sendiri (STX>c). Khusus untuk instrumen KOS ini, penulis memberikan tambahan syarat bahwa kontrak opsi tersebut akan di-exercise pada akhir periode kontrak selama harga
underlying asset dikurangi dengan penjumlahan harga exercise dan nilai option lebib besar daripada minus nilai option itu sendiri (ST-(X+c)>-c), hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang timbul. Dari basil pengujian menunjukkan bahwa > 75% dari seluruh seti KOS untuk semua saham dilakukan exercise, dengan tingkat exercise secara rata-rata > dati 60% pada masing-masing serinya. Bagi investor angka tersebut merupakan harapan yang baik.
Dari ketiga saham terpilih yang dilakukan pengujian, untuk keseluruhan periode observasi hanya saham ASII dan BBCA yang mampu memberikan keuntungan pada seri yang berbeda. Saham TLKM untuk pengujian seluruh periode observasi, untuk semua seri KOS seluruhnya menghasilkan kerugian. Pada KOS ASIJ keuntungan tertinggi terjadi pada posisi in the money seri pc+f dengan tingkat return
per bulan mencapai 1 ,08%. Sedangkan pada KOS BBCA terjadi pada posisi out of the money seri pc-3f sebesar 0,27% per btilan. Dari hasil pengujian untuk masing-masing transaksi temyata semua saham mampu menghasilkan keuntungan dengan tingkat return jauh di atas tingkat suku bunga SBI yang hanya mencapai rata-rata 1 ,26 % per bulan. KOS ASII mencatat keuntungan tertinggi dengan tingkat return sebesar 21,48% sebulan, KOS BBCA keuntungan tertinggi sebesar 7,75 % sebulan, sedangkan KOS TLKM menghasilkan keuntungan sebesar 12,37 % sebulan. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa transaksi KOS mampu memberikan harapan untuk memperoleh keuntungan yang signifikan sepanjang investor memperhatikan timing investasinya, dengan tidak berinvestasi di instrumen ini secara tents menerus.
Membaiknya kondisi pasar modal Indonesia belakangan ini seharusnya bisa menjadi momentum yang tepat untuk segera memperdagaugkan instrumen KOS ini. Seperti kita ketahui bahwa selama tahun 2004 ini akan ada dua peristiwa politik besar di negeri ini yaitu pemilihan umum dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, sehingga dikhawatirkan akan mempengamhi situasi ekonomi secara nasional termasuk bursa yang sangat rentan dengan isu-isu politik.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>