Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Sortaman
"Perkembangan pesat persaingan rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan memacu setiap institusi kesehatan mencari strategi yang terbaik. Peraturan perundang undangan juga memungkinan Rumah Sakit untuk dikelola secara bisnis tanpa melupakan fungsi sosial tentunya. Kebutuhan akan kesehatan yang merupakan kebutuhan primer menjadi area bidikan para pebisnis.
Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sudah beroperasi selama 25 tahun juga mengalami hal sama, Pada 5 tahun terakhir dampak persaingan semakin terasa di Iihat dari kunjungan pasien dan sepak terjang Rumah sakit pesaing yang baru bermunculan.
Sebagai solusi untuk mengantisipasi persaingan sekaligus untuk mencapai visi dan misi RSBY, adalah menciptakan poliklinik jejaring sebagai satelit diwilayah Kota Depok. Namun pembuatan poliklinik jejaring ini sangat, membutuhkan investasi yang besar baik dari segi keuangan maupun dari segi SDM, sehingga muncul ide untuk membuat poliklinik jejaring tersebut secara waralaba yang artinya menjual merek dan sistim operasional poliklinik kepada masyarakat peminat bisnis kesehatan. RSBY mengadakan pelatihan dan pembuatan SOP kerja, sementara pembeli poliklinik (terwaralaba) tersebut membeli merek dan sistim dimaksud.
Penelitian ini mencoba mencari bentuk konsep waralaba terpilih yang lebih memungkinkan untuk diaplikasikan oleh RS Bhakti Yudha. Dengan analisis deskriptif secara kualitatif penelitian ini mencari konsep melaiui wawancara mendalam dari pihak : Pemilik RS Bhakti Yudha, Pengelola RS Bhakti Yudha, serta Calon Pembeli balk Mari Dokter, maupun dari kelompok non dokter.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa RS Bhakti Yudha sangat tepat untuk meluncurkan produk poliklinik jejaringnya secara waraiaba. Produk yang bisa dipasarkan adalah Layanan Dokter Umum, Layanan Dokter Gigi serta Iayanan Bidan. Untuk mewujudkan ide tersebut RS Bhakti Yudha harus melakukan :
1. Mematenkan merek RSBY sebagai usaha waralaba.
2. Membuat Training Center SDM
3. Membuat Buku Manual Oprarting, Standarisasi Pelayanan, Promosi, Pembiayaan serta Bentuk perjanjian yang baku.
Dengan mewujudkan waralaba poliklinik jejaring ini diharapkan RS Bhakti Yudha dapat berhasil memenangkan persaingan hingga mencapai visi dan misinya.

Big competition development on hospital as health services push every health institution to find out the best strategic. The Government regulation give a possibility to hospital organized as business oriented without forgetting social function. The need to health services as a primer need is becoming businessmen target. Bhati Yudha Hospital has been operational for 25 year and has have the same experience, for the last 5 year, the competition impact can be seen from patient visit and new hospital building appeared as well.
As solution to anticipate the competitor and to achieve mission and vision of Bhakti Yudha Hospital, is to build the polyclinic networking as satellite in Depok city. However, to build the polyclinic network as satellite needs big recourses and investments, nor finance aspect either human resources. New idea created to develop polyclinic net work as franchise, means to sell the polyclinic brand and operational system to community who are willing to business in health. Bhakti Yudha hospital conduct training and make job operational standard, meanwhile the franchisor buy those brand and system.
This research tries to find the possibility of franchise concept promptly to Bhakti Yudha Hospital to be implemented. Based on descriptive analyses qualitatively, this research finds out the concept through deep interview from: Bhakti Yudha hospital owner, operational people in hospital, and buyer candidates like : general medical doctor, specialist doctor or non doctor.
The research result is that, Bhakti Yudha hospital could be appropriately implements the franchise polyclinic network product. Products that can be sold are general health services, dental health services and midwives health services. To gain the above ideas, Bhakti Yudha hospital should do:
1. Register Bhakti Yudha hospital brand legally as franchise company
2. Build the Human Resource Training Center
3. Compile the Operational Standard Manual, Health Services Standard, Promotion, and Budgeting and fix Memorandum of Understanding shape.
By achieving franchise polyclinic network, Bhakti Yudha hospital could win the competition and gain its mission and vision."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Hannibal
"Salah satu aspek mutu di rumah sakit yang sering mendatangkan keluhan pasien adalah waktu tunggu. UGD ( Unit Gawat Darurat ) RS Bhakti Yudha yang mempunyai peranan penting bagi rumah sakit tersebut, dikeluhkan mempunyai waktu tunggu yang lama. Ada 6,1 % pasien yang pulang karena merasa terlalu lama menunggu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran waktu tunggu pasien UGD, serta faktor - faktor apa yang ada hubungannya dengan lama waktu tunggu di UGD tersebut. Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross sectional, bersifat deskriptif analitik, dimana melalui studi ini didapatkan gambaran hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Penelitian dilakukan selama seminggu dengan jumlah pasien sebanyak 339 orang, dimana ada 7 pasien ( 2,1 % ) yang pulang sebelum ditangani.
Dari hasilnya diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu di UGD adalah 12,23 menit, waktu terpendek 4 menit, terpanjang 131 menit Ada 22 % pasien yang mempunyai waktu tunggu lebih dari 15 menit. Rata-rata waktu tunggu pasien gawat darurat 5,23 menit, yang bukan gawat darurat 18,27 menit, Rata-rata waktu tunggu pasien yang langsung masuk ke UGD ( tidak melalui loket pendaftaran ) 4,97 menit, yang melalui loket 18,27 menit.
Dari 9 variabel yang ditetiti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan waktu tunggu yaitu cara masuk pasien, waktu kedatangan pasien, jenis kunjungan (lama/barunya pasien), status kegawatan pasien. Yang tidak bermakna adalah keterlambatan dokter, status kepegawaian dokter, pola penugasan dokter, keterampilan dokter serta jumlah pasien.
Kesimpulan, pasien yang pulang lebih kecil dari yang diperkirakan, waktu tunggu UGD relatif pendek, karakteristik dokter tidak berperan dalam waktu tunggu, karakteristik pasien berperan dalam waktu tunggu, waktu tunggu yang pendek saja tidak cukup untuk memuaskan pasien. Saran yang diberikan adalah, menambah loket pendaftaran pada pagi hari, mengoptimalkan waktu pencarian status lama, dan bila mungkin perlu membuat ruang tunggu UGD yang lebih memadai.

Study of Factors that is Related to the Emergency Unit Waiting Time at Bhakti Yudha Hospital, in Year 2000One aspect of the quality of service for a hospital and often makes the patients to complain is about the waiting time case. The services in the Emergency Unit of Bhakti Yudha Hospital have been regarded as the most important part in the Hospital itself, but, however its long waiting time has also been complained by the patients. There are 6,1 % of patients left the hospital without getting the treatment because they cannot stand to wait in the line too long.
The goal of this study is to get a picture regarding the matter that previously described and to also find out factors that is related to delay of services at waiting room in emergency ward. This study is a survey with cross sectional, characterized by analytical description, where the study can be use to derive the relationship between dependent variables and independent variables.
The study carried out for a week with 339 numbers of patients, whereas 7 patients ( 2,1 % ) went home without being taken care of. The result of this study showed that the average waiting time at the emergency roam is 12, 23 minutes, with shortest time is 0 minutes and the longest time 131 minutes. About 22 % of patients spent more than 15 minutes before getting their turn. The average waiting time for emergency patients is 5, 23 minutes, while the average waiting time for non emergency patients is 18, 27 minutes. The average waiting time for patients that directly went straight to the ER unit without going through the admission counter is 4,7 minutes, while those who went through the admission counter is 18, 27 minutes.
From 9 variables that is examined in this study, there are 4 variables have significant relationship to patient's waiting time at the emergency ward such as, method of admittance, time of arrival during the day, type of patient and patient's condition. Variables that insignificant are, tardiness of doctors, type of employment of doctors , position of doctors in the managerial, level of proficiency of doctors and number of patients.
As a conclusion, the number of patient that went home is lower than what was originally predicted, waiting time at emergency ward is relatively short , the characteristic of doctors is irrelevant to the problem, the characteristic of patients is significant to the problem, and short waiting in itself is not enough to please the patient. The advice that is given to improve the service is to add more admission counters in the morning shift, to decrease the time needed on searching for patients' records and if possible to built better waiting room for the ER unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Lucky Prasetya
"Menegakkan diagnosis merupakan salah satu kompetensi dokter yang utama. Tantangan dalam mendiagnosis tersebut bisa datang dari sisi pasien dan sisi layanan kesehatan. Dari sisi pasien, faktor sosiodemografis pasien telak memiliki hubungan dengan perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini sendiri berkaitan dengan penalaran klinis seorang dokter. Maka itu, faktor sosiodemografis memiliki hubungan tidak langsung dengan diagnosis.Ketika seorang dokter sulit mengidentifikasi penyakit, maka diagnosisnya adalah Penyakit Tidak Teridentifikasi (R69).
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Indonesia, melalui analisis data sekunder rekam medik pasien poliklinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010. Sampel yang digunakan berjumlah 904 (Pria: 466, Wanita: 438) dengan kriteria inklusi 18-65 tahun, dipilih dengan proportional random sampling sesuai banyaknya pasien per departemen.
Didapatkan prevalensi R69 sebesar 5,6% dengan 84,3% dari jumlah tersebut terdapat pada Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Dilakukan uji chi-square, dan didapat hasil yang menunjukkan tidak ada satu pun faktor sosiodemografis yang memiliki hubungan bermakna (p<0,05) dengan penyakit tidak teridentifikasi (Usia p=0,570 dengan RRc=0,78; Jenis Kelamin p=0,285 dengan RRc=0,73; Pekerjaan p=0,972 dengan RRc=1,02; Asuransi Pembiayaan p=0,886 dengan RRc=0,92; Tingkat Pendidikan p=0,933 dengan RRc=0,93). Pada kepustakaan, terdapat faktor lain yang mungkin mempengaruhi proporsi Penyakit Tidak Teridentifikasi (R69) seperti fasilitas diagnostik dan kompetensi dokter.

Diagnosing is the main competency of medical doctor. The challenge to diagnose could be from patient or health care provider. It is known that sociodemographical factor has association with health seeking behaviour. This behaviour is related to physician?s clinical reasoning. Therefore, sociodemographical factors had an indirect association with diagnosis, regardless the other factors contributing in clinical reasoning. In case of disease could not be identified in clinical reasoning, diagnosis would be Unidentified Disease (R69).
This research used cross-sectional method, in Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia, through secondary data analysis from medical record of polyclinic patient in Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010. Sample was 904 (Male:466, Female: 438) with inclusion criteria 18-65 year old, chosen by propotional random sampling method as amount of patient in each department. The prevalence of R69 is 5.6% and 84.3% of R69 contained in medical record of Polyclinic of Internal Medicine.
Analyzed by chi-square, and the result was no one of those factors have a significant association (p<0,05) with unidentified disease (Age p=0,570 with RRc=0,78; Gender p=0,285 with RRc=0,73; Job p=0,972 with RRc=1,02; Insurance p=0,886 with RRc=0,92; Education p=0,933 with RRc=0,93). In literature, there are another factor that may contribute to Unidentified Disease (R69) such as diagnostic facility and doctor?s competency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buyung Arief Hamzah
"Salah satu faktor yang cukup penting pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah peralatan kesehatan. Tanpa dukungan peralatan kesehatan yang baik dan aman maka pelayanan kesehatan yang berkualitas dan prima tidak akan tercapai. Penggunaan alat kesehatan dalam pelayanan kesehatan perlu dikontrol dalam sistem pemeliharaan yang baik. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di RS X Jakarta Timur, jenis penelitian yaitu kualitatif bersifat deskriptif dengan desain pendekatan case study. Penelitian dilaksanakan di RS X Jakarta Timur pada bulan September – Oktober 2023. Subjek penelitian adalah tenaga kesehatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data diperoleh dari informan dengan menggunakan analisis kualitatif kemudian ditarik kesimpulan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya kekurangan sumber daya manusia yang belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis, besaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan harian pemeliharaan alat medis masih belum mencukupi, bahan baku yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, peralatan dan fasilitas pengadaan alat medis belum memadai, kebijakan terkait pemeliharaan alat medis sudah disosialisasikan dengan baik, fungsi manajemen pemeliharaan sudah berjalan dengan baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam sistem pemeliharaan alat kesehatan di Unit Pemeliharaan Alat Kesehatan RS X Jakarta Timur yang terkait sumber daya manusia, anggaran, suku cadang dan bahan baku. Tetapi dari segi kebijakan dan dan evaluasi pemeliharaan alat kesehatan sudah berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat direkomendasikan bahwa untuk peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik perlu adanya penambahan sumber daya manusia bidang elektromedis, anggaran, bahan baku, suku cadang dan sarana prasarana lainnya.

One factor that is quite important in the provision of health services is health equipment. Without the support of good and safe health equipment, quality and excellent health services will not be achieved. The use of medical devices in health services needs to be controlled in a good maintenance system. The purpose of the study was to analyze the health equipment maintenance system at X Hospital, East Jakarta, the type of research was descriptive qualitative with a case study approach design. The research was conducted at X East Jakarta Hospital in September - October 2023. The research subjects were health workers. Data collection techniques were carried out by observation, in-depth interviews and document review. Data were obtained from informants using qualitative analysis and then research conclusions were drawn. The results showed that there was still a lack of human resources that were not in accordance with the Regulation of the Minister of Health and the Head of the State Personnel Agency Number 28 of 2013 concerning Functional Position of Electromedical Technician, the amount of funds allocated for daily activities of medical device maintenance was still insufficient, the raw materials provided were not fully in accordance with the needs, the equipment and facilities for the procurement of medical devices were inadequate, the policies related to the maintenance of medical devices had been well socialized, the management function of medical device maintenance had been well socialized, the maintenance management function has been running well. In general, it can be concluded that there are still some shortcomings in the medical device maintenance system at the Medical Device Maintenance Unit of East Jakarta X Hospital related to human resources, budget, spare parts and raw materials. But in terms of policy and and evaluation of medical device maintenance has been going well. Thus it can be recommended that to improve better health services it is necessary to increase human resources in the field of electromedicine, budget, raw materials, spare parts and other infrastructure facilities.
Keywords: excellent health services, medical device, medical device maintenance management system.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hariani
"ABSTRAK
Pelayanan kesehatan merupakan suatu kegiatan kuratlf
yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan rakyat.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui puskesmas, rumah
sakit pemerintah maupun swasta. Sesuai dengan Undang-undang
No. 9 tahun 1960 menqenai Pokok-pokok Kesehatan, ditunjang
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.22 tahun
1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil,
Pensiunan beserta anggota Keluarganya dan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 1984 tentang
Perum Husada Bhakti, maka dibuat ketentuan mengenai hak,
kewajiban dan tata cara penggunaan pelayanan kesehatan bagi
pegawai negeri sipil, pensiunan beserta anggota keluarganya.
Pada kenyataannya saat ini pelayanan kesehatan
ditingkat puskesmas masih merupakan pelayanan dengan
sarana dan obat-obatan yang sederhana. Blla dikaitkan dengan
informasi mengenai pola penyakit dan kemajuan teknologi
dalam bidang dlagnostik maupun terapi yang sudah sedemikian
maju, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota-kota besar merasakan bahwa pelayanan kesehatan di tingkat
puskesmas belum memenuhi harapan. Pola pikir mengenai upaya
pengobatan yang berubah akibat kemajuan teknologi, mendorong
mereka untuk mencari pengobatan ke sarana pengobatan
spesialistlk di rumah sakit. Selain itu tentunya banyak
faktor lain yang mempengaruhi usaha pencarian pengobatan ke
rumah sakit, yang belum diketahui.
Adanya gambaran mengenai demand peserta Perum Husada
Bhakti terhadap pelayanan rujukan puskesmas, merupakan
tujuan umum dari penelitian ini.
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui apakah faktor-
faktor kebutuhan peserta, pendidikan, pengetahuan,
kemudahan, preferensi dan persepsi terhadap pelayanan
puskesmas mempunyai pengaruh pada demand terhadap rujukan
puskesmas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross
sectional.
Hasil penelitian adalah didapatnya gambaran tentang
demand terhadap rujukan puskesmas oleh peserta Perum Husada
Bhakti, dengan faktor kebutuhan yang berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya penggunaan rujukan puskesmas.
Faktor pendidikan, pengetahuan, preferensi, kemudahan dan
persepsl terhadap pelayanan puskesmas ternyata tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya penggunaan rujukan puskesmas.
Saran yang dlberikan adalah peningkatan mutu puskesmas
baik dalam hal pelayanan, sarana fisik dan sarana obat-
obatan untuk mengurangi penggunaan rujukan yang tidak perlu. Kecuali itu juga diharapkan informasi dari tingkat pusat ke
perifer dari Departemen Kesehatan dan Perum Husada Bhakti
secara berkala, terhadap adanya peraturan baru mengenai tata
cara pelayanan dan penggunaan rujukan puskesmas agar dapat
lebih disebar luaskan kepada masyarakat.
Saran lain yang dapat diajukan adalah umpan balik dari pihak
rumah sakit terhadap puskesmas, dengan harapan dapat lebih
menyaring perlu tidaknya penggunaan rujukan ulang.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
demand terhadap rujukan puskesmas dengan kelengkapan
instrumen yang dapat menggali informasi lengkap dari peserta
Perum Husada Bhakti tentang penggunaan rujukan puskesmas."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Dian Karmana
"Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena rentan terhadap masalah kesehatan. Penjaringan kesehatan adalah salah satu program UKS/M untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan siswa, mendukung tercapainya kondisi fisik dan mental yang baik agar potensi belajar dan prestasi optimal. Pengelolaan data hasil pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD di Puskesmas I Denpasar Barat masih manual sehingga penulis berkeinginan membuat rancangan sistem informasi kegiatan penjaringan Kesehatan siswa Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat kota Denpasar. Metode penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu mendata kebutuhan pengguna, menyusun prototype, mengevaluasi prototype, membuat aplikasi serta mengevaluasi efektifitas penggunaan dan kepuasan. Hasil evaluasi penggunaan aplikasi berbasis web untuk menjaring data kesehatan anak sekolah di lingkungan Puskesmas I Denpasar Barat Kota Denpasar dinilai menggunakan kuesioner dengan hasil 100% responden setuju dengan efektifitas aplikasi serta >75% responden menyatakan puas dan sangat puas dengan aplikasi tersebut. Saran pada penelitian ini adalah Puskesmas I Denpasar Barat dapat menggunakan aplikasi pada kegiatan penjaringan siswa Sekolah Dasar. Sistem ini dapat disosialisasikan kepada instansi terkait sehingga menjadi model yang dikembangkan untuk wilayah yang lebih luas, dikembangkan untuk siswa pada jenjang yang lebih tinggi serta dapat terintegrasi dengan aplikasi sejenis untuk memperoleh data yang komprehensif.

School-aged children are a critical age group because they are vulnerable to health problems. Health screening is one of the UKS/M programs to maintain and improve student health, supporting the achievement of good physical and mental conditions for optimal learning potential and achievement. Data management of health screening examination results for elementary school students at West Denpasar Community Health Center I is still manual, so the author wishes to design an information system for health screening activities for elementary school students in the work area of West Denpasar Community Health Center I, Denpasar city. This research method consists of several stages, namely recording user needs, compiling a prototype, evaluating the prototype, creating an application, and evaluating the effectiveness of use and satisfaction. The results of the evaluation of the use of a web-based application to collect health data for school children in the West Denpasar Community Health Center in Denpasar City were assessed using a questionnaire with the results of 100% of respondents agreeing with the effectiveness of the application and >75% of respondents stating they were satisfied and very satisfied with the application. The suggestion in this research is that West Denpasar Community Health Center can use the application in elementary school student screening activities. This system can be socialized to relevant agencies so that it becomes a model developed for a wider area, developed for students at a higher level, and can be integrated with similar applications to obtain comprehensive data."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofana Pelangi
"Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara pengguna jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini pasien dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Interaksi ini merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan berhubungan dengan banyak faktor. Rumah Sakit Bhakti Yudha adalah sebuah rumah sakit umum swasta yang terletak di Kota Depok. Tingginya angka kunjungan pada poli rawat jalan kebidanan di Rumah Sakit Bhakti Yudha ternyata tidak diikuti oleh jumlah persalinan di Rumah Sakit Bhakti Yudha yang tinggi juga. Oleh karena itu hal ini sangat menarik untuk diketahui apa penyebabnya.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan desain penelitiannya adalah cross sectional. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Populasi adalah seluruh pasien poliklinik kebidanan. Sampel adalah pasien poliklinik kebidanan dengan usia kehamilan trimester tiga. Sebelum pengumpulan data dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terhadap 30 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji Kai Kuadrat, analisis multivariat dengan uji regresi logistik, yaitu tes LR.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pelayanan dokter spesialis kebidanan, lokasi rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggal, rekomendasi dokter dan sistem pembayaran dengan asuransi dengan keputusan pemilihan tempat bersalin di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. Sedangakan faktor yang paling berpengaruh adalah pelayanan dokter spesialis kebidanan dan lokasi rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggal Walaupun variabel-variabel lain secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, akan tetapi hal tersebut sangat menarik untuk ditelusuri dan perlu dicermati oleh pihak rumah sakit.

Background. Basically the utilization of health service is the result of interaction between patients and the provider of health service. The interaction is very complex and related with many factors. Bhakti Yudha Hospital is a private public hospital located at Depok city. The high number of visit of mid-wife-affairs outpatient polyclinic at Bhakti Yudha Hospital appears not followed by the number of deliveries at Bhakti Yudha Hospital which is also high. Therefore, this matter is very intersting to be recognized what the reason are.
Methode. This research is an analytical research with kuantitative approach. The research desain is cross sectional. Data collection performed with questionnaire which self assesment by respondent The population are whole outpatient customer of mid-wife-affairs polyclinic. The samples are outpatient customer of policlinic of midd-wife-affairs which has third trimerster of pregnancy. Before data collection, validity and reliability tes has been doing to 30 respondent. Data analysis are using univariate analysist, that is frecuency and distribution, bivariate analysis with Ci Square test, multivariate analysis with logistic regretion, that is LR test.
Result. Research analysis showed that significant relationship among service by obstetric doctor, hospital location near patient domicile, obstetric doctor?s recomendation, and insurance payment sistem with patient decision of mid-wifeaffairs outpatient toward selection of place of delivery at Bhakti Yudha Hospital. The most related factor are : service by obstetric doctor and hospital location near patient domicile. Eventhought other variables statistically do not show significant relation but the matter is very interesting to be traced and need to be closely observed by the management of the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28498
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Deviriyanti Agung
"Kepuasan pasien adalah indikator penting dalam menilai kualitas pelayanan kesehatan. Pasien cenderung menilai kualitas pelayanan berdasarkan pengalaman mereka, termasuk interaksi dengan tenaga medis, kemudahan akses, dan tingkat kenyamanan yang mereka rasakan. Pasien yang merasa puas dengan pelayanan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi pengobatan yang direkomendasikan dan tindakan medis yang diperlukan. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik adalah melakukan survei kepuasan masyarakat kepada pengguna layanan dengan mengukur kepuasan masyarakat pengguna layanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis hubungan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif dengan cara potong lintang (cross sectional). Subjek penelitian ini merupakan pasien Poliklinik Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring yang berusia ≥ 18 tahun yang merupakan pasien baru maupun pasien lama, namun bukan merupakan pasien rujukan dari poliklinik lain dengan jumlah sampel sebanyak 99 responden yang akan mengisi instrumen penelitian berupa kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan kualitas pelayanan pada dimensi tangible (p value sebanyak 0,000); dimensi empathy (p value sebesar 0,000); dimensi reliability (p value sebesar 0,000); dimensi responsiveness (p value sebesar 0,000); dimensi assurance (p value sebesar 0,000) terhadap kepuasan pasien.

Patient satisfaction is an important indicator in assessing the quality of health services. Patients tend to judge the quality of care based on their experiences, including interactions with medical personnel, ease of access, and the level of comfort they feel. Patients who are satisfied with services are more likely to comply with recommended treatment and necessary medical procedures. One of the efforts that must be made to improve public services is to conduct community satisfaction surveys for service users by measuring the satisfaction of service users. The purpose of this study was to analyze the relationship between service quality and patient satisfaction at the Obstetrics and Gynecology Polyclinic at Muhammadiyah Hospital Taman Puring. This research uses a descriptive observational study with a quantitative approach using a cross-sectional method. The subjects of this research were patients from the obstetrics and gynecology clinic at Muhammadiyah Taman Puring Hospital aged ≥ 18 years who were new or existing patients, but were not referred patients from other polyclinics with a sample size of 99 respondents who would fill out the research instrument in the form of a questionnaire. The result shows that there is a relationship between service quality in the dimension of tangible (p value of 0.000); empathy (p value of 0.000); reliability (p value of 0.000); responsiveness (p value of 0.000); assurance (p value of 0.000) on patient satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa Kamar bersalin merupakan suatu unit gawat darurat khusus kebidanan yang dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat untuk keselamatan ibu dan bayinya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum waktu tunggu persiapan operasi cito sectio caesarea di Kamar bersalin RSU Kota Tangerang Selatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani cito sectio caesarea.
Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan Kuantitatif. Data dan informasi mengenai proses pelayanan diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif dan telaah dokumen. Sedangkan data mengenai waktu pelayanan diperoleh melalui pencatatan waktu pelayanan mulai dari tahap penetapan operasi sampai saat dilakukan sayatan pertama di meja operasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu tunggu persiapan operasi cito Sectio Caesarea berhubungan dengan faktor kesiapan SDM kamar operasi termasuk dokter operator dan dokter anestesi, dan faktor unit penunjang laboratorium.
Untuk mempersingkat waktu pelayanan terhadap pasien yang akan menjalani operasi cito sectio caesarea, RSU Kota Tangerang Selatan perlu menetapkan kebijakan tentang penanganan pasien operasi cito sectio caesarea, menambah kamar operasi untuk operasi cito, memperbaiki manajemen SDM Kamar operasi dan menambah alat pemeriksaan laboratorium cito.
;The background of the research was the fact that Delivery Room unit is a part of emergency care unit especially obstetric which has to able to respond quickly and effectively for safety of mother and baby.
The purpose of this research was to know the general picture about the waiting time of cito operations sectio caesarea in the delivery room at South Tangerang Hospital and the factors associated with the time of service to patient who will undergo cito operation sectio caesarea.
This type of research was a case study with a qualitative and quantitative approach. Data and information regarding the service process were obtained from in depth interviews, participant observation and the document review, while data regarding the service time was gained from recording and calculating the time taken starting from the moment of surgery decision until the moment of the first incision on the operating table.
The result from the research showed that waiting time for the cito operation sectio caesarea associated with human resources in the operating room including surgeon and anaesthetist, and laboratory test.
The minimize the waiting time for cito operation sectio caesarea at South Tangerang Hospital need to establish polices regarding the handling of patients cito operation sectio caesarea, building the cito operating room, to improve human resource management and procurement of laboratory equipment., The background of the research was the fact that Delivery Room unit is a part of emergency care unit especially obstetric which has to able to respond quickly and effectively for safety of mother and baby.
The purpose of this research was to know the general picture about the waiting time of cito operations sectio caesarea in the delivery room at South Tangerang Hospital and the factors associated with the time of service to patient who will undergo cito operation sectio caesarea.
This type of research was a case study with a qualitative and quantitative approach. Data and information regarding the service process were obtained from in depth interviews, participant observation and the document review, while data regarding the service time was gained from recording and calculating the time taken starting from the moment of surgery decision until the moment of the first incision on the operating table.
The result from the research showed that waiting time for the cito operation sectio caesarea associated with human resources in the operating room including surgeon and anaesthetist, and laboratory test.
The minimize the waiting time for cito operation sectio caesarea at South Tangerang Hospital need to establish polices regarding the handling of patients cito operation sectio caesarea, building the cito operating room, to improve human resource management and procurement of laboratory equipment.]"
Universitas Indonesia, 2016
S61988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Huruswati
"Profesi perawatan kini mengalami banyak perubahan. Jika dulu hanya menjalankan perintah dokter, sekarang ingin diberi wewenang memutuskan berdasarkan ilmu keperawatan dan bekerja sama dengan dokter untuk memutuskan apa yang terbaik bagi klien. Paradigma mereka terhadap perawatan mengalami perubahan. Dikeluarkannya Undang-undang tentang praktik keperawatan, paling tidak, sudah ada pengakuan betapa pentingnya peran perawat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut ketentuan Kansas Supreme Court Amerika Serikat pada tahun 1964 disebutkan, fungsi utama seorang perawat adalah mengobservasi dan mencatat gejala dan reaksi diagnosa. Perawat tidak diperkenankan memberi kesimpulan hasil diagnosa atau perawatan penyakit pada pasien. Fungsi perawat kemudian berubah sekitar tahun 1985, dengan adanya pengakuan bahwa perawat bukan hanya menjadi petugas kesehatan yang pasif, tetapi penyedia jasa perawatan kesehatan yang desisif dan asertif. Namun perubahan pandangan tentang keperawatan di Indonesia ternyata belum terlihat jelas. Di banyak rumah sakit, perawat tampaknya masih diperlakukan dan mendapat tugas dan wewenang seperti sebelumnya, atau melakukan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Bagaimana para petugas (pelaku pelayanan) melihat paradigma kemitraan dan kemandirian dalam melaksanakan tugas kesehariannya dan bagaimana petugas pelayanan kesehatan menanggapi paradigma tersebut, menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. Setting penelitian dilakukan di Puskesmas Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran kondisi senyatanya layanan kesehatan, berikut perkembangan kebijakan yang berlaku di dalamnya. Selain itu juga menyajikan tanggapan dan pengamatan perilaku petugas pelayanan kesehatan terhadap isu paradigma baru yang menuntut kesejajaran dengan petugas medis lainnya. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah tentang kebijakan pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu layanannya. Secara metodologis, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan juga dilakukan pengamatan terhadap obyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata isu paradigma masih berada pada batas wacana dan ada pada level elit, jenjang pemerintahan yang paling atas, tidak pernah sampai pada level terbawah, yaitu pada tingkat pelaksana. Tuntutan perubahan paradigma masih jauh dari jangkauan. Jika praktik keperawatan dilihat sebagai praktik profesi, maka seharusnya ada otoritas atau kewenangan. Ada kejelasan batasan, siapa melakukan apa. Perawat diberi kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri didukung oleh pengetahuan dan pengalaman di bidang keperawatan. Sulitnya merubah paradigma tampaknya terkait dengan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, terutama kesalahan dalam menginterpretasi yang dijalani.

Nursing as a profession is now having major changes. Years ago, they worked as per doctor?s order but now they are having authority to make decision as per their profession and in coordination with the doctor for best of the patients. The nursing are having a new paradigm of their profession. As the issuance of the Act of nursing, at least, it gives acknowledgment to the importance of the role of nursing for community health services. As per Kansas Supreme Court United States of America 1964, the main function of a nurse is to observe and to record symptoms and reaction on diagnoses. A nurse is not authorized to give conclusion on the result of diagnoses or treatment of a patient. The function had been changed in 1985 with acknowledgement that a nurse is not a passive medical staff but also a medical staff who is assertive and decisive. In Indonesia, this new paradigm is not yet clear. At the hospitals, the nurses are taking the roles and work as the old version or conducting the work not related to medical services. The way the nurse perceives the partnership and independency on their daily work and the response to this new paradigm are the questions of this study as conducted in Pancoran Mas Community Health Services (Puskesmas) ? Depok City. The study describes the actual condition of the health services including the progress on the policy itself. Also, it describes responses and observation of the health services activity on this new paradigm that invites partnership with other service providers. The purpose of this study is to give inputs for the Government in the issue of community health services and the efforts to improve its quality. The study applies a qualitative approach in its methodology through in-depth interview, literature review and observation on the subject. The result indicates that the issue of this new paradigm is a discourse and only applied by the elite level or by the top level of government. It is unfortunately never been applied by the ground-level or by the health practitioners. The demand to implement the new paradigm is still something in the sky or unreachable. If the issue of nursing is implemented as a profession then it should give authority, transparent and has a clear work description on who does what. A nurse has authority to independently make a decision as per their knowledge and experience on nursing. Difficulties on changing the paradigm seem to relate with the gaps between hopes and reality, especially the interpretation on the work the nurse is doing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T22722
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>