Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ach Hakiki
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi kupatan lebaran yang dibawa diaspora Muslim Jawa ke Malaysia. Tradisi Kupatan merupakan tradisi yang ada pada umat Islam Jawa yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak untuk proses Islamisasi kala itu. Tradisi Kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari Raya Idul Fitri, dalam bahasa Jawa ketupat atau kupat diartikan sebagai “Jharwa dhosok” yang juga berarti “ngaku Lepat” yakni seseorang harus mampu meminta maaf ketika melakukan suatu kesalahan. Dalam tradisi kupatan, ketupat menjadi hidangan utama, ketupat berbahan dasar beras, dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda dengan bentuk persegi empat. Hadirnya tradisi kupatan di Malaysia karena dibawa oleh komunitas diaspora muslim Jawa, masyarakat lokal Malaysia menerima tradisi kupatan karena mereka memiliki beberapa kesamaan dalam tradisi, seperti bahasa, budaya, dan agama, oleh karena itu tradisi kupatan diterima dengan baik dan menghasilkan nilai-nilai positif bagi masyarakat lokal Malaysia. Pada perkembangannya tradisi kupatan lebaran muslim Jawa dalam diaspora muslim Jawa mengalami akulturasi, namun tidak mengubah hal yang bersifat esensial atau makna pada tradisi tersebut, terbukti bahwa tujuan diadakannya tradisi kupatan lebaran masih sesuai dengan makna dan tujuan awal. Tradisi kupatan lebaran diaspora muslim Jawa di Malaysia menjadi sebuah identitas tersendiri bagi diaspora muslim Jawa, karena masyarakat diaspora muslim lain tidak melakukan itu, dan mempunyai ciri khas yang berbeda. Penulis mengambil studi kasus tradisi kupatan lebaran dalam diaspora muslim Jawa di Malaysia untuk mengetahui bagaimana tradisi tersebut mengalamai akulturasi dan sejauh mana tradisi tersebut menjadi identitas bagi diaspora muslim Jawa di Malaysia. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data kepustakaan. Konsep yang digunakan adalah akulturasi budaya dan identitas budaya.

This study aims to analyze the Eid kupatan tradition brought by the Javanese Muslim diaspora to Malaysia. The Kupatan tradition is a tradition that existed among Javanese Muslims which was introduced by Sunan Kalijaga during the Demak Kingdom for the Islamization process at that time. The Kupatan tradition is carried out seven days after Eid al-Fitr, in Javanese, ketupat or kupat is interpreted as "Jharwa dhosok" which also means "admit Lepat" that is, one must be able to apologize when one makes a mistake. In the kupatan tradition, ketupat is the main dish, a rice-based ketupat wrapped in janur or young coconut leaves in a rectangular shape. The presence of the kupatan tradition in Malaysia was brought about by the Javanese Muslim diaspora community, the local Malaysian community accepted the kupatan tradition because they have several similarities in tradition, such as language, culture and religion, therefore the kupatan tradition was well received and produced positive values for Malaysian local community. In its development, the Javanese Muslim Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora has acculturated, but does not change essential things or the meaning of the tradition, it is evident that the purpose of holding the Eid Kupatan tradition is still in accordance with the original meaning and purpose. The tradition of Eid kupatan for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia has become a separate identity for the Javanese Muslim diaspora, because other Muslim diaspora communities do not do that, and have different characteristics. The author takes a case study of the Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora in Malaysia to find out how this tradition has acculturated and to what extent this tradition has become an identity for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia. The author uses qualitative research methods, with library data sources. The concept used is cultural acculturation and cultural identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan DIY , 2014
069.5 MUS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan DIY , 2014
069.5 MUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schrieke, Bertram Johannes Otto
The Hague: W. Van Hoeve, 1955
309.191 SCH i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Jakarta: Penerbitan Universitas, 1963
572.795 KOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cin Hapsari Tomoidjojo
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2012
915.982 CIN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Amelinda
"Makalah ini membahas eksistensi tari Cokek sebagai warisan budaya Betawi yang juga merupakan hasil akulturasi dengan budaya masyarakat Tionghoa. Dalam penelitian ini akan dipaparkan bagaimana kebudayaan masyarakat Tionghoa memperngaruhi tari Cokek. Di samping itu, penelitian ini juga memaparkan pandangan kedua masyarakat ini terhadap tari Cokek, serta usaha-usaha pelestarian yang telah dilakukan maupun yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah agar eksistensi tari ini tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh budaya Tionghoa pada tari Cokek dan juga menjelaskan keberadaan tari Cokek dari masa awal perkembangannya oleh masyarakat Tionghoa dan masyarakat Betawi. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menumbuhkan ketertarikan pembaca untuk mengenal tari ini. Hingga kini, tari Cokek masih dapat bertahan, meskipun keberadaannya hanya sebatas pada daerah kelahirannya, yakni Tangerang.

The Existence of Cokek Dance as The Acculturation of Chinese and Betawi Culture discusses the existence of Cokek dance as one of Betawi cultural heritages and an acculturation with Tionghoa culture. This paper will explain how far Chinese culture influences this dance. In addition, this paper also explains the overview of these two communities, Betawi and Tionghoa, to Cokek dance and preservation efforts that have been done and should be done by the public and government to maintain the existence of this dance. The purposes of this research are to explain Chinese culture influences that affected Cokek dance and to explain the existence of Cokek dance from the beginning of its developments by Chinese and Betawi society. This research aims to gain readers’ interest about Cokek dance. Now, Cokek dance can still survive up, eventhough its presence merely in the area where it was developed first, Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Natasya
"Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Cina, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Pengaruh Cina kental sekali terdapat pada instrumennya sukong, tehyan dan kongahyan serta penggunaan tangga nada pada gambang kromong yang menggunakan tangga nada pentatonik Cina.

Gambang Kromong (or written gambang keromong) is similar to the gamelan orchestra that combines Chinese musical instruments, such as sukong, Tehyan, and kongahyan. The title was taken from Gambang Kromong two percussion instruments, namely the gambang and kromong. There is a strong Chinese influence on the instrument such as sukong, tehyan and kongahyan and the scales they use on gambang kromong is using Chinese pentatonic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Kusuma Sugiono
"Batik Lasem merupakan tetesan budaya masyarakat Cina peranakan yang tinggal di Lasem Jawa Tengah Keunikan batik Lasem terletak pada corak dan pewarnaannya yang memadukan budaya Cina dan Jawa Melalui batik Lasem kita dapat melihat percampuran budaya Cina dan Jawa yang berkolaborasi dengan indah Corak binatang binatang Cina yamg megah dan penuh dengan falsafah hidup khas Cina dipadukan dengan bunga bunga lokal Jawa yang cantik dan mempesona ditambah dengan warna khas Lasem yang cerah dan menawan menjadikan batik Lasem sebagai suatu karya seni bernilai tinggi Batik Lasem merupakan warisan budaya yang telah dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat Lasem selama ratusan tahun lamanya Hingga saat ini apabila kita melihat batik Lasem kita dapat menyaksikan bukti nyata percampuran budaya Cina dan Jawa yang tertoreh dalam selembar kain batik yang indah
Batik Lasem is a cultural heritage of the Peranakan Chinese whom resides in Lasem Central Java The uniqueness of Batik Lasem lies in its patterns and coloring which incorporates Chinese and Javanese culture Through Batik Lasem we are able to see a mix of Chinese and Javanese influences in unified beauty Majestic patterns of animals which epitomizes a distinct philosophy of the Chinese merged together with the allure and charm possessed only by a local Javanese flower added with the prominent and vibrant color of Lasem is what attributes to the high value of this work of art Batik Lasem is a cultural heritage that has been preserved by the people of Lasem for decades To this day whenever Batik Lasem is sighted its striking merge of Chinese and Javanese cultures is perpetually embedded on a length of batik garment "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>