Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Sen Wangi, 2003
791.53 WAY
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Naskah ini berisi gambar-gambar wayang dengan judul wayang di bagian bawah gambar. Tiap halaman terdiri atas satu gambar. Jumlah keseluruhan ada 17 halaman gambar. Gambar-gambar tersebut kemudian difotocopy dan dijilid dalam satu bundel."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.22-KS 99
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jogjakarta: Antareja Search, 1928
899.222 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti W. Walujo
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
791.5 KAN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi tulisan tentang daftar wayang yang tersimpan di Mangkunagaran. 1. wayang madya, karya M.N. IV di Surakarta; 2. wayang purwa (Kyai Sebet I) karya M.N. IV; 3. wayang purwa (Kyai Sebet II) karya M.N. VII; 4. pratelan nama wayang, nama negara, gunung, sungai, hingga senjatanya; 5. wayang dupara dan wayang dobel; 6. nama wayang klithik atau krucil dan wayang madya; 7. daftar nama wayang klitik kayu; 8. wayang Kyai Sebet yang berciri tanda tangan PB X; 9. wayang jaman Kartasura; 10. bab mripatan wayang (mengenai mata wayang)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.10-KS 39a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Dewaki Kramadibrata
"Berdasarkan penelitian Henri Chambert-Loir, pada abad ke-19 ada seorang pengarang/penyalin naskah dalam kesusastraaan Melayu Lama. Pengarang/penyalin itu dikenal dengan nama Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli dan tinggal di Kampung Pecenongan Gang Langgar Tinggi, Betawi. Muhammad Bakir itu sangat produktif, naskah yang disalin atau dikarangnya sendiri banyak jumlahnya. Ia memiliki semacam perpustakaan ("taman bacaan rakyat") dan menyewakan. naskah-naskah kepada pembacanya. Menurut Chambert-Loir, tercatat 70 judul naskah yang merupakan koleksi yang ada dalam taman bacaannya. Dari ke-70 judul itu, 28 naskah merupakan hasil tulisan Bakir (Chambert-, Lair, 1986:3--4). Dari ke-28 naskah tulisan Bakir, ada beberapa naskah yang berupa cerita wayang. la mengarang cerita wayang dengan mengambil sumber dari Mahabharata. Nama tokoh cerita wayangnya diambil dari keluarga Pandawa dan Kurawa, tetapi jalan cerita dibuat menyimpang dari cerita pokoknya.
Koleksi naskah yang berasal dari taman bacaan Muhammad Bakir terbagi atas beberapa kelompok, yaitu:
1. hikayat yang khas Islam, misalnya Hikayat Muhammad al Samman, Hikayat Nabi Bercukur;
2. cerita yang lazim dikategorikan sebagai hikayat "zaman peralihan" (hikayat yang mencerminkan pengaruh corak Hindu dan Islam sekaligus), misalnya Hikayat Nakhodu Asyik, Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak;
3. lakon wayang, misalnya Hikayat Agung Sakti, Wayang Arjuna;
4. syair, misalnya Syair Buah-buahan, Syair Sang Kupu-kupu dengan Kumbang dan Balang (Chambert-Loir 1987:145-146); dan
5. cerita Panji, misalnya Hikayat Panji Semirang.
Semua naskah koleksi Muhammad Bakir tertulis dalam huruf Arab-Melayu dan biasanya disertai dengan tanggal dan tahun penyelesaian penulisan naskahnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefany Tasma
"Skripsi ini mendeskripsikan kehidupan anak wayang (wayang cokèk) sebagai pelaku seni dalam pertunjukan gambang kromong. Gambang kromong yang dimaksud merupakan seni tradisi yang hidup di tengah orang Cina Benteng di Tangerang. Kehadiran mereka dapat dengan mudah kita temui di berbagai pesta orang Cina Benteng di daerah Mekarsari. Bagi sejumlah perempuan, profesi anak wayang masih memiliki daya tarik tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik. Sementara itu, mereka harus menjalani kehidupan yang hampir serupa dengan perempuan seni tradisi lain yang menghadapi dua lingkungan yang berbeda, di atas panggung dan hidup keseharian. Keberadaan mereka hingga saat ini tidak lepas dari berbagai bentuk apresiasi yang datang dari penduduk Mekarsari, baik positif maupun negatif, yang juga turut memengaruhi perkembangan kesenian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan indepth interview di tengah penduduk Mekarsari dan kelompok anak wayang Shintanara.

This undergraduate thesis describes the life of anak wayang (wayang cokèk) as an artist who performs gambang kromong show. By gambang kromong, I mean the traditional art that exists within the life of Cina Benteng people in Tangerang. Their existence can be seen in various celebration of Cina Benteng people in the region of Mekarsari. For some women, the profession of anak wayang has a special attraction in order to get a better living. Meanwhile, they have to live their lives similar to other traditional female artists who have to face two different environments, the life on the stage an the life in reality. Their presence until today can not be separated from the appreciation of Mekarsari people that support either in positive or negative aspect that influence the development of this art. The research is held by an observation and indepth interviews to Mekarsari people and anak wayang Shintanara group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Aditama Nugroho
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang peranan kesenian wayang, terutama wayang kulit sebagai alat dalam membawa pesan-pesan Orde Baru pada tahun 1969-1984. Pada masa Orde Baru, sektor-sektor penting seperti pertanian dan sosial menduduki prioritas yang tinggi. Dalam hal ini, Soeharto sebagai Presiden dan manusia jawa melihat satu kesempatan yaitu kesenian wayang yang dapat dijadikan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah. Sifat kesenian wayang yang pragmatis dan peran dalang sendiri yang sudah dianggap sebagai tokoh di masyarakat membuat kesenian ini sebagai satu objek yang menjanjikan dalam menyampaikan program-program pembangunan. Di bawah Departemen Penerangan, kesenian wayang mendapatkan pengawasan sekaligus bantuan atas perintah langsung dari Soeharto. Dimulai dari REPELITA I hingga Repelita III mendapat peran besar dalam menyampaikan program-program pemerintah seperti Keluarga Berencana, P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Pembangunan Ekonomi, Pertanian, Bersih Desa, dan lain sebagainya. Bagian isi Skripsi ini dibagi kedalam dua bab. Pertama, menjelaskan mengapa kesenian wayang digunakan sebagai salah satu media penyampaian pesan-pesan Orde Baru. Kedua, menjelaskan penggunaan dan pelaksanaan digunakannya kesenian wayang sebagai media/alat pembawa pesan-pesan Orde Baru. Penyampaian pesan-pesan dilakukan dalam lakon dan adegan tertentu, tergantung dari ki dalang sendiri dalam sebagai katalisator. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah dan kaidah penulisan ilmiah dengan sumber-sumber primer dokumen sejarah, surat kabar, wawancara, dll. serta sumber sekunder buku, jurnal, majalah, dll.

ABSTRACT
This thesis discusses about the role of wayang art, especially wayang kulit as a tool in bringing the New Order messages from 1969 to 1984. During the New Order period, important sectors such as agriculture and social have high priority. In this case, Suharto as President and Javanese man saw an opportunity that is puppet art that can be used as an extension of the government. The pragmatic nature of puppet art and the role of puppeteer himself who has been regarded as a figure in society makes this art as a promising object in conveying development programs. Under the Ministry of Information, puppet art received both oversight and assistance on the direct orders of Suharto. Starting from REPELITA Five Year Plan I to REPELITA III, it has a big role in delivering government programs such as Family Planning KB, P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Economy Development, Agriculture, Clean Village, and so forth. The content of this thesis is divided into two chapters. First, explains why wayang art is used as one of the mediums of delivering New Order messages. Second, explains the use and implementation of the art of wayang as a medium messenger of New Order messages. Submission of messages is done in certain plays and scenes, depending on the master 39 s dalang own mastermind as a catalyst. This thesis uses historical research methods and scientific writing rules with primary sources historical documents, newspapers, interviews, etc. as well as secondary sources books, journals, magazines, etc. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>