Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Wuryan Prayitno
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
617.632 SIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
Jakarta: Universitas Indonesia, 1984
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Damiyanti
"ABSTRAK
The objective of this study was to find out the relationship between prior learning and performance of final test on dental material science. A sample of 70 respondents was randomly selected from students in the Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta. The data were taken through objective (for entry learning) and essay tests. The relation among prior learning and final test on dental material science was analysed by partial correlation and multiple regression techniques. The resulting findings are as follows: there was a positive correlation between student's prior learning and performance of final test (r=0.533). This study also revealed that the mean score of students ability on prior learning and final test were higher than their theoretical mean score. It can be concluded that prior learning significantly contributed to learning achievement in dental material science."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anandhara Indriani Khumaedi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyebab infeksi kronis terbanyak pada penyandang diabetes. Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang menyerang jaringan penyanggah gigi yang disebabkan oleh organisme spesifik. Periodontitis secara klinis bermanifestasi sebagai pembentukan poket pada gingiva dan kehilangan perlekatan gingiva yang dapat memfasilitasi kebocoran mediator inflamasi dari rongga mulut. Inflamasi sistemik derajat rendah ini telah diketahui berperan dalam aterogenesis. Hubungan periodontitis dengan insiden aterosklerosis telah banyak dilaporkan dengan hasil yang konsisten. Di lain pihak hubungan periodontitis dengan aterosklerosis subklinis, khususnya kekakuan arteri, tanda awal dari aterosklerosis menunjukkan hasil yang beragam. Studi-studi sebelumnya yang menilai periodontitis dengan kekakuan arteri dilakukan pada populasi umum, hanya sedikit yang dilakukan pada populasi diabetes.Tujuan: Mengetahui korelasi derajat periodontitis dengan kekakuan arteri pada penyandang DM tipe 2.Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang terhadap 97 penyandang DM tipe 2 dewasa ddi poliklinik metabolik endokrin RSCM pada bulan April hingga Agustus 2017. Periodontitis dinilai secara klinis dengan kedalaman poket periodontal dan jarak kehilangan perlekatan gingiva. Kekakuan arteri dinilai dengan PWV karotis-femoral menggunakan SphygmoCor.Hasil penelitian: Sembilan puluh sembilan persen penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis dan 78 penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis berat sesuai dengan kriteria AAP 1999. Korelasi antara menifestasi periodontitis kedalaman poket dan kehilangan perlekatan dengan kekakuan arteri tidak terbukti pada penelitian ini karena baik kedalaman poket dan kehilangan perlekatan menunjukkan korelasi sangat lemas dan keduanya tidak menunjukkan hasil yang bermakna PD, r= 0,024 p= 0,403 CAL, r= 0,011 p=0,456 .Kesimpulan: Sebagian besar penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis berat dan tidak ada korelasi positif bermakna antara derajat periodontitis dengan kekakuan arteri pada penyandang DM tipe 2. ABSTRACT
Background Periodontitis is an inflammatory disease affecting tissue teeth supporting tissue caused by specific organism and is a major cause of chronic infection in diabetic population. Periodontitis is clinically manifested by gingival bleeding, pocket formation and attachment loss that facilitated systemic leakage of oral inflammatory mediators. These low grade systemic inflammation is known to play a role in atherogenesis. Association on periodontitis and atherosclerosis incident is established and showed consistent results in previous studies. The association of periodontitis and subclinical atherosclerosis however, showed conflicting result, specially in studies involving arterial stiffness, the early sign of atherosclerosis. These studies were conducted in general population, very few were performed in type 2 diabetes population. Objective To learn about the correlation between periodontitis and arterial stiffnes.Method This is a cross sectional study involving 97 type 2 diabetics recruited in endocrinology clinic fin ciptomangunkusumo general hospital from April to August 2017. Periodontitis were defined by clinical measures such as pocket depth and clinical attachment loss, those measures reflected disease activity and gingival destruction. Arterial stiffness were measured by carotid femoral PWV using cuff based tonometry device, SphygmoCor.Result Periodontitis is found in 99 type 2 diabetics and 78 of them had severe periodontitis. Correlation coefficient for both pocket depth and clinical attachment loss showed very weak positive result, but none of them is statistically significant PD, r 0,024 p 0,403 CAL, r 0,011 p 0,456 .Conclusion Most of type 2 diabetics has severe periodontitis and correlation between periodontitis and arterial stiffness can rsquo t be concluded in this study. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlis Rahdewati
"Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal pada pola kerusakan tulang alveolar horizontal selama ini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Terapi regenerasi memerlukan scaffold, sel punca, dan signaling molecules. Scaffold dalam terapi regenerasi salah satunya yaitu kitosan. Penambahan arginylglycylaspartic acid RGD pada kitosan membantu adhesi sel. Periodontal ligament PDL cell sheet membantu regenerasi periodontal.
Tujuan: Mengevaluasi efek kitosan, RGD, dan PDL cell sheet terhadap perlekatan jaringan periodontal klinis pada kerusakan tulang alveolar horizontal.
Metode dan Bahan: Model kerusakan tulang horizontal pada M. nemestrina dibuat dengan bur dan elastik ortodontik. Sampel dibagi empat kelompok n=8 : kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis dievaluasi setelah empat minggu.
Hasil: Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis kelompok kitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm lebih baik dibandingkan kitosan 1,75 0,707 mm dan kitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Kesimpulan: Kelompok kitosan RGD PDL cell sheet berpotensi dapat meningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis terbaik.

Background: Periodontal regeneration therapy in horizontal bone defect has not been satisfactory yet. Tissue regeneration require scaffold, stem cells, and signaling molecule. One of scaffold that use in regenerative therapy is chitosan. Combination of chitosan with arginylglycylaspartic acid RGD has the ability to improve cell adhesion. Periodontal ligament PDL cell sheet has the ability to promote periodontal regeneration.
Objectives: Evaluate attachment gaining on clinical periodontal attachment using chitosan RGD, and PDL cell sheet in horizontal bone defect.
Material and Methods: The horizontal bone defect model of M. nemestrina was made using bur and orthodontic elastic. Regenerative therapy divided into four groups n 8 chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet. Clinical periodontal attachment was evaluated after four weeks.
Results: Clinical periodontal attachment of chitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm was better than chitosan 1,75 0,707 mm and chitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Conclusion: Chitosan RGD PDL cell sheet groups has the potential to increase clinical periodontal attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
"Sejak zaman dahulu manusia telah diganggu oleh masalah gigi dan mencari berbagai macam cara untuk meringankannya. Penyembuh penyakit gigi pertama adalah seorang dokter, tetapi menjelang abad pertengahan para "barber surgeons" dari daratan Eropa telah melakukan kekhususan untuk perawatan gigi. Para praktisi belajar melalui "trial and error" dan observasi secara intensif, dan menjelang abad ke-15 mereka telah mengembangkan bidang yang baru ini lebih cepat dibandingkan dengan para dokter yang telah lama melakukan praktek ilmu kedokteran pada waktu itu. Kecepatan berkembang ini dua kali lipat pada abad ke-18 ketika Pierre Fauchard (1678-1761) melalui risalah besarnya "Le Chirurgien Dentiste" yang edisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1728 dengan tegas menyatakan bahwa bidang kedokteran gigi merupakan profesi yang murni (a true profession). Tidak lagi terperosok dalam takhyul dan tidak merupakan cabang dari ilmu kedokteran, akhirnya sejak zaman itu, bidang kedokteran gigi dikembangkan dengan dasar prinsip-prinsip keilmuan yang rasional sebagai suatu profesi.
Akhir-akhir ini terbetik issue yang mengecilkan fungsi profesi kedokteran gigi. Perkenankanlah sebagai seorang anggota profesi tersebut, secara pribadi saya menghimbau kepada masyarakat luas bahwa keragu-raguan tersebut kalau memang ada, tidaklah perlu, karena profesi ini di Indonesia dengan jatuh bangun telah dirintis oleh para anggota profesinya, semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi pada tahun 1928 (Stovit) di Surabaya. Selama hampir 65 tahun pendidikan kedokteran gigi di Indonesia telah berkembang menjadi 11 Fakultas Kedokteran Gigi pemerintah dan swasta. Ini membuktikan bagaimana kelompok profesi ini ingin berkembang, dan berkembang terus, agar dapat ikut mengembangkan dharma baktinya bagi kepentingan kemanusiaan. Di samping itu sejak tahun 1950 para dokter gigi di seluruh Indonesia telah mendirikan suatu wadah profesi yang disebut PDGI atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Demikianlah para hadirin sedikit pendahuluan sebelum saya menginjak pada kekhususan mengenai bidang Periodontologi."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Blayden, Jessica
Ames, Lowa: Wiley-Blackwell, 2013
617.058 BLA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"

Bila dilihat semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi (Stovia) di Surabaya tahun 1928 maka adanya 2 Guru Besar bidang Periodontologi akan terasa amat langka apalagi bila dibandingkan dengan jumlah dokter gigi yang ada < 10.000 dokter gigi) serta penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Selama hampir 69 tahun baru ada 2 Guru Besar, namun bila dilihat dart berkembangnya Ilmu ini, maka cabang ilmu Kedokteran Gigi ini merupakan cabang ilmu yang retatif masih baru dikembangkan yaitu sejak tahun 1960. Kelangkaan itu ditambah dengan banyaknya dokter gigi yang kurang berminat masuk di bagian ini, karena secara finanslil dianggap kurang menguntungkan. Kalau Prof. Aryatmo mengatakan bahwa ahli Blologi Kedokteran sama dengan ahli "perkodokan" maka di kalangan dokter gigi menganggap bahwa ahli di bidang Periodontologi sama dengan ahli "perjigongan" (istilah Surabaya ahli "pergudalan"). Namun dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para dokter gigi sudah menyadari akan pentingnya ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya dokter gigi yang mengambil spesialis bidang periodontologi baik dari kalangan ABRI, Depkes maupun kalangan pendidikan.

Hadirin yang saya hormati

Selama kebanyakan masyarakat hanya mengenal cabut gigi, tambal gigi, gigi palsu dan akhir-akhir ini mulai populer meratakan gigi (ortodonsi) yang oleh kebanyakan remaja sering digunakan untuk menunjukkan status sosial dari orang tuanya karena harganya yang cukup aduhai mahalnya.

Lalu apakah sebenarnya Periodontologi itu ?

Periodontologi yang berasal dad kata Per yang artinya pinggir/sekeliling, odont yang berarti gigi, logi = logos yang berarti ilmu. Jadi Periodontologi adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran gigi) yang mempelajari pengetahuan dari jaringan sekitar gigi yang.terdiri dari jaringan gusi, tulang penyangga gigi, jaringan ikat di sekitar gigi dalam keadaan sehat dan sakit, sekaligus melakukan cara pencegahan dan perawatan penyakitnya. Untuk selanjutnya penyakit ini disebut "penyakit periodontal".

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit periodontal ditandai dengan terjadinya kerusakan tulang dan dalam keadaan lanjut gigi menjadi goyang. Terjadinya kegoyangan gigi sering kurang diperhatikan oleh masyarakat karena tidak disertai rasa sakit. Kegoyangan gigi yang tidak/kurang diperhatikan maka lama-kelamaan akan lepas dengan sendirinya.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0448
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>