Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"In effect to get the true-to-type"kopyor" coconut (matured coconut with broken meat particilea due to abnormal formation of endosperm) the only way is inoculate the embryo in synthetic media under in vitro condition..... "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik,
310 SKSI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Labibah `Ufarah. author
"Dalam upaya mengembalikan identitas Jakarta, Sunda Kelapa Cultural Centre menciptakan program yang menggabungkan budaya Betawi yang merepresentasikan kehidupan lama kota Jakarta dengan kondisi Sunda Kelapa dan sekitarnya pada saat ini. Program tersebut diangkat dari berbagai kegiatan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan, serta tren pada masa kini di area Sunda Kelapa sendiri, dengan harapan masyarakat di sekitar Sunda Kelapa dan para turis dapat melestarikan budaya yang berkembang di Jakarta secara berdampingan. Maka dari itu, untuk merealisasikan visi ini, Sunda Kelapa Cultural Centre didesain tidak hanya untuk mengakomodasi ruang untuk acara dan kegiatan kultural maupun kontemporer, tetapi juga menyediakan ruang publik seperti galeri mode, zona kuniler, serta taman rooftop yang menggabungkan budaya etnis dan tren sekarang untuk menarik para pengunjung.

In an effort to maintain Jakartas identity, Sunda Kelapa Cultural Centre merges the Betawi cultural programmes which represent the old lives of Jakarta with the present surroundings situation within Sunda Kelapa context, both in the aspect of the locals potential activities and also the current trends in the area, in the hope that the locals and the tourists then will be able to work side by side in preserving the culture evolving in this city. Therefore, to realize this vision, Sunda Kelapa Cultural Centre is designed not only to acommodate spaces for cultural and contemporary events, but also to provide public spaces such as fashion gallery, culinary zone, and also rooftop garden which mixes ethnical and popular culture to engage more visitors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enira Arvanda
"Indonesia sedang membangun . Begitupun dengan kota -kotanya yang berpacu untuk menjadi yang terdepan dalam pembangunannya . Wajah-wajah kota semakin berubah , dipoles oleh waktu dan globalisasi yang memicu modernisasi . Akibatnya kota-kota di Indonesia menjadi semakin mirip satu sama lain . Identitas kota menjadi semakin kabur , sejarah terbentuknya kota tidak diperdulikan dan dihargai sehingga kota-kota lama menjadi mati, kehilangan geliat dan aktivitasnya .
Jakarta, Ibukota negara Republik Indonesia, juga perlahan-lahan akan kehilangan identitasnya apabila membiarkan kawasan Sunda Kelapa , yang merupakan asal muasal terbentuknya kota ini , mati secara peilahan tapi pasti . Berbagai upaya memang telah dilakukan oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang perduli dengan upaya-upaya pelestarian kota tua ini . Dimulai pada tahun 1970-an , pada masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin , dengan idealisme serta kepedulian , langkah awal pelestarian mulai dilakukan .
Namun apabila hingga saat ini kita masih belum bisa menikmati dan menuai hasil dari pelestarian Sunda Kelapa , sepertinya ada sesuatu yang salah atau kurang pada usaha-usaha yang telah dilakukan . Berbagai konsep dan alternatif yang ditawarkan untuk merevitalisasinya belum juga terlaksana . Sehingga sampai saat ini revitalisasi Sunda Kelapa masih seperti impian yang terlaiu mahal untuk diwujudkan , Benarkah kendala yang dihadapi hanya sebatas riana ? atau hal - hal lain yang bersifat teknis? Atau mungkinkah idealisme yang pernah mendasari usaha - usaha yang dilakukan pada tahun 1970an Kini tidak lagi dimiliki ? Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut perencanaan kawasan Sunda Kelapa akan menjadi hal yang menarik untuk dianalisa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alfian Kamil
"ABSTRACT
Kelapa kopyor merupakan kelapa mutan yang nilai ekonominya sangat tinggi dipasar sehingga perlu dideteksi dan dipisah dari kelapa biasa. Cara konvensional yang dilakukan adalah dengan mengguncang dan mengetuk kelapa namun terkadang masih terjadi kesalahan deteksi yang menyebabkan kelapa biasa terdeteksi sebagai kelapa kopyor. Pada penelitian kali ini dilakukan dua metode percobaan berdasarkan impact force response masing-masing bernama energy absorption test dan force-time parameters test yang diharapkan dapat mendeteksi kelapa kopyor dari kelapa biasa. Pada energy absorption test kelapa dijatuhkan dari ketinggian 0.7 meter dan diukur tinggi pantulnya sedangkan pada force-time parameters test kelapa dijatuhkan dari ketinggian 0.7 meter terhadap force sensor untuk diukur impuls dan gaya puncak yang dialami kelapa. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya metode force-time parameters test yang berhasil memberikan indikator pembeda antara kelapa kopyor dan kelapa biasa yaitu berupa gaya puncak yang dibagi dengan massa kelapa yang bersangkutan meskipun masih terdapat sedikit kejanggalan data pada salah satu kelapa. Adapun kejanggalan tersebut disebabkan karena metode tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti bentuk dan umur kelapa sehingga metode yang diuji pada penelitian kali ini belum ada yang mampu mendeteksi kelapa kopyor secara sempurna.

ABSTRACT
Kopyor coconut are mutant coconuts which have a high economic value in market, therefore need to be detected and separated from common coconut. Conventional method currently used is by shaking and knocking the coconut, however this sometimes still results in misdetection resulting in common coconut being detected as kopyor coconut. In this research two experiment methods based on impact force response named energy absorption test and force time parameters test which we hope to be able to detect kopyor coconut from common coconut were done. In energy absorption test coconut were dropped from a height of 0.7 meters and the bounce height were measured while in force time parameters test the coconut were dropped from a height of 0.7 meters into a force sensor and the impulse and peak force experienced by the coconut were measured. The result shows that force time parameters test is the only method that can produce distinguishing indicator between kopyor coconut and common coconut despite a tiny existence of data oddity on one of the coconut. As for the data oddity, it was because the method is vulnerable to many factors such as coconut rsquo s size and age therefore non of the methods tested in this research were able to detect kopyor coconut perfectly.In this research two experiment methods based on impact force response named energy absorption test and force time parameters test were done in order to detect kopyor coconut from common coconut. The result shows that both methods can produce differentiator indicator between kopyor coconut and common coconut despite a tiny existence of data oddity on one of the coconut. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amitri Inggardiayu HP
"Kelapa kopyor adalah kelapa dengan daging buah yang membentuk gumpalan-gumpalan dan menjadi satu dengan air kelapa. Vitamin E merupakan salah satu komponen yang terkandung dalam daging buahnya, yang berkhasiat menghambat proses oksidasi dan pembentukan radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan vitamin E dalam daging buah kelapa kopyor tua secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sampel berupa santan dari daging buah kelapa kopyor tua yang disaponifikasi dengan kalium hidroksida dan asam askorbat sebagai anti oksidan kemudian diekstraksi dengann-heksana. Analisis dilakukan secara KCKT menggunakan kolom fase terbalik C18 Kromasil? (25 cm x 4,6mm) dengan fase gerak metanol dan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Hasil validasi menggunakan standar vitamin E memberikan linearitas kurva kalibrasi 0,99993 dengan batas deteksi dan kuantitasi masing-masing 0,38 μg/mL dan 1,29 μg/mL. Hasil uji keterulangan vitamin E memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2% dan hasil uji perolehan kembali vitamin E dalam matriks kelapa kopyor adalah 99,45%. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam 100 g santan dari daging buah kelapa kopyor tua mengandung vitamin E sebesar 0,0653 mg."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S32935
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Bayu
"Kelapa kopyor merupakan kelapa yang mengalami kelainan genetik sehingga daging buahnya tidak menempel pada tempurung kelapa. Hal tersebut diakibatkan oleh defisiensi enzim ?-D-galaktosidase yang menyebabkan tekstur dari daging kelapa kopyor unik. Keunikan tersebut menjadikannya memiliki banyak peminat sehingga harganya lebih tinggi, mencapai 4-5 kali lipat dari harga kelapa biasa. Dari penampakan luarnya kelapa kopyor tidak berbeda dibanding kelapa biasa. Selama ini petani maupun penjual menggunakan cara tradisional dengan mendengarkan suara guncangan dari kelapa kopyor untuk membedakannya. Sayangnya, cara tersebut sangat bergantung pada pengalaman dan keterampilan dari pemilahnya.
Maka dari itu, pada penelitian ini diajukan metode deteksi kelapa kopyor berbasis pengenalan suara menggunakan Mel Frequency Cepstrum Coefficient MFCC sebagai metode ekstraksi fitur suara dan Dynamic Time Warping DTW sebagai metode pencocokan fitur suara. Objek yang akan dideteksi adalah kelapa kopyor dan kelapa biasa yang sudah tua. Dengan menggunakan kedua metode tersebut, sebuah program telah dibuat untuk dapat mendeteksi kelapa kopyor dengan akurasi sebesar 96.4.

Kopyor coconut is a coconut that has genetic abnormalities which cause the coconut meat to not stick to the coconut shell. It is caused by deficiency of enzyme D galactosidase which causes the texture of kopyor coconut meat to become unique. Its uniqueness attracts many enthusiasts resulting in a high economic value, 4 5 times that of the ordinary coconut. From its external appearance, kopyor coconut does not differ with ordinary coconut. To date, both farmers and sellers use a traditional method by listening to the sound of whisk from kopyor coconut to detect them. Unfortunately, it relies heavily on experience and expertise of the person.
Therefore, a new detection method is proposed based on sound recognition using Mel Frequency Cepstrum Coefficient MFCC as the method for feature extraction and Dynamic Time Warping DTW as the method for feature matching. Objects that will be detected are kopyor coconuts and ordinary coconut which has grown mature. By using both methods, a program has been developed to detect kopyor coconut with an accuracy 96.4.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Handayani
"Latar Belakang: DNA bebas dalam medium kultur embrio dan kemajuan pemodelan berbasis kecerdasan buatan berpotensi menjadi modalitas uji genetik yang non-invasif. Saat ini, tidak diketahui apakah DNA tersebut dilepaskan oleh sel embrio euploid atau aneuploid, sehingga melemahkan dasar keilmuan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sel sumber embrio pelepas DNA bebas dalam medium kultur, validasi potensi klinis penggunaan DNA bebas untuk skrining status ploidi embrio pasien Fertilisasi In-Vitro (FIV), dan konstruksi model pembelajaran mendalam menggunakan gambar embrio tersegmentasi untuk deteksi status ploidi embrio.
Metode: Penelitian ini terbagi dalam dua desain penelitian yaitu eksperimental in-vitro menggunakan embrio hewan model dan observasi kohort menggunakan 28 sampel medium kultur embrio dari 21 pasien program FIV di Klinik Morula IVF Jakarta, periode September 2022–Januari 2023. Konstruksi model pembelajaran mendalam menggunakan gambar embrio pasien FIV yang menjalani program bayi tabung periode Januari 2021– Juni 2023. Deteksi sel embrio sumber pelepas DNA bebas dilakukan dengan memapar salah satu embrio (galur DDY atau C57BL) dengan reversin untuk memperoleh blastomer pembawa sel-sel aneuploid. Embrio kontrol dikultur bersamaan tanpa reversin sebagai pembawa sel-sel blastomer euploid. Agregasi membentuk embrio mosaik dilakukan antara embrio pembawa blastomer aneuploid (perlakuan) dan embrio pembawa blastomer euploid (kontrol). Polimorfisme gen GABRA2 antara galur DDY (alel wildtype) dan C57BL (alel delesi) mejadi alel target yang dikuantifikasi dengan metode qPCR. Empat jenis sampel dibuat sebagai berikut: medium kultur tanpa embrio, medium kultur embrio agregasi tanpa pemaparan reversin, rev-DDY, rev-C57BL. Embrio mosaik diwarnai dengan marka apoptosis untuk deteksi mekanisme pelepasan DNA bebas. Analisis status ploidi embrio menggunakan medium kultur embrio pasien FIV dilakukan dengan metode sekuensing. Konstruksi model pembelajaran mendalam menggunakan gambar embrio tersegmentasi yang dipotong urut selama 10 jam sebelum proses biopsi. Variabel yang diamati dalam penelitian adalah konsentrasi alel delesi dan wildtype gen GABRA2, jumlah sel terwarnai marka apoptosis, Pada sampel medium kultur embrio manusia, keberhasilan amplifikasi dan interpretasi hasil sekuensing, serta tingkat kesesuaian uji antara DNA bebas dengan biopsi trofoblas dianalisis. Kemampuan prediksi model berbasis kecerdasan buatan dinilai dengan akurasi dan loss. Analisis data penelitian dan konstruksi model pembelajaran mendalam menggunakan perangkat lunak SPPS versi 21, OpenEpi. pyhton.
Hasil: Sebanyak 0,08 ng/reaksi alel wildtype ditemukan pada embrio mosaik dengan pemaparan reversin pada blastomer embrio DDY (rev-DDY, pembawa sel-sel aneuploid) dan 0,01 ng/reaksi alel delesi ditemukan pada embrio mosaik dengan pemaparan reversin pada blastomer embrio C57BL (rev-C57BL, pembawa sel-sel aneuploid). Median jumlah sel embrio terwarnai marka apoptosis antara ketiga group embrio (agregasi kontrol, rev- DDY dan rev-C57BL) tidak berbeda bermakna (nilai p = 0,95 untuk pewarnaan late apoptosis (propidium iodide) dan p = 0,42 untuk early apoptosis (Ann-V) menandakan adanya proses koreksi sel pada kedua group embrio mosaik selama masa perkembangan pra-implantasi. Keberhasilan amplifikasi DNA bebas medium kultur embrio manusia dalah 100%, dengan nilai interpretasi 92,8% (26/28). Nilai kesesuaian DNA bebas dengan biopsi trofoblas adalah rendah sebesar 65,4% (17/26) dengan kesesuaian kromosom seks adalah 61,5% (16/26). Sepuluh dari 11 embrio XY pada biopsi trofoblas terdeteksi XX pada DNA bebas. Seluruh model pembelajaran mendalam mengalami peningkatan akurasi menggunakan gambar embrio tersegmentasi dengan algoritma InceptionV3 mencapai akurasi tertinggi sebesar 0,67 dengan nilai loss sebesar 1,4.
Kesimpulan: Sel embrio anueploid adalah sel sember pelepas DNA bebas medium kultur embrio pada embrio mosaik hewan coba mencit yang dilepaskan melalui mekanisme apoptosis. Embrio masik tersebut diperkirakan melakukan self-correction dengan mengeksklusi sel-sel aneploid untuk mempertahankan euploiditasnya. Rendahnya tingkat kesesuaian antara DNA bebas dengan biopsi trofoblas disebabbkan oleh adanya kontaminasi maternal yang ditandai dengan perubahaan koromosm seks yang signifikan. Penggunaan gambar blastosis tersegmentasi meningkatkan akurasi model prediksi pembelajaran mendalam.

Background: Cell-free DNA and advanced artificial intelligence-based modeling uphold the potential of a non-invasive approach to determining embryo ploidy status. The specific embryonic cells (whether euploid or aneuploid) that release cell-free DNA are largely unknown, causing a weak scientific basis for its use. This study aimed to identify the source of embryonic cells releasing cell-free DNA in culture media, validate the clinical potential of using cell-free DNA to screen embryo ploidy status in an in-vitro fertilization (IVF) program and develop a deep learning model using segmented embryo images to detect embryo ploidy status.
Materials and Methods: This study employed two research designs including an in-vitro experimental study using animal model embryos and an observational cohort study using 28 samples of spent embryo culture media from 21 patients undergoing IVF program at Morula IVF Clinic Jakarta (September 2022 to January 2023). A deep learning model was constructed using images of embryos from IVF patients who participated in IVF program from January 2021 to June 2023. Detection of the source embryonic cells releasing cell-free DNA was achieved by exposing embryos (DDY or C57BL strains) to reversine to induce the formation of blastomeres carrying aneuploid cells. Control embryos were cultured simultaneously without reversine to serve as the source of euploid blastomeres. Mosaic embryo aggregation was performed by combining embryos carrying aneuploid blastomeres (treatment) with those carrying euploid blastomeres (control). The GABRA2 gene polymorphism between the DDY strain (wildtype allele) and the C57BL strain (deletion allele) was the target allele quantified using qPCR. Four types of samples were prepared: culture medium without embryos, culture medium of aggregated embryos without reversine exposure, rev-DDY, and rev-C57BL. Mosaic embryos were stained with an apoptosis marker to detect the mechanism of cell-free DNA release. The ploidy status of embryos using spent embryo culture media from IVF patients was determined using sequencing methods. The deep learning model was constructed using segmented images of embryos captured over 10 hours before the biopsy process. The variables observed in the study included the concentration of deletion and wildtype alleles of the GABRA2 gene, the number of cells stained with apoptosis markers, the success rate of amplification and interpretation of sequencing results from human spent embryo culture medium samples, and the concordance rate between cell-free DNA and trophectoderm biopsy analysis. The predictive ability of the artificial intelligence-based model was evaluated using accuracy and loss metrics. Data analysis and deep learning model construction were performed using SPSS version 21, OpenEpi, and Python.
Results: A total of 0.08 ng/reaction of the wildtype allele was detected in the culture media sample of mosaic embryos exposed to reversine in DDY embryo blastomeres (rev- DDY, carrying aneuploid cells), and 0.01 ng/reaction of the deletion allele was found in the sample exposed to reversine in C57BL embryo blastomeres (rev-C57BL, carrying aneuploid cells). The median number of embryonic cells stained with apoptosis markers among the three groups of embryos (control aggregation, rev-DDY, and rev-C57BL) did not differ significantly (p = 0.95 for late apoptosis staining with propidium iodide and p = 0.42 for early apoptosis with Annexin V), indicating the presence of cell correction processes in both groups of mosaic embryos during pre-implantation development. The success rate of cell-free DNA amplification in human spent embryo culture media was 100%, with an interpretability of 92.8% (26/28). The concordance between cell-free DNA and trophectoderm biopsy was low at 65.4% (17/26), with sex chromosome concordance at 61.5% (16/26). Ten out of eleven XY embryos from the trophectoderm biopsy were detected as XX in cell-free DNA analysis. All deep learning models showed improved accuracy using segmented embryo images with the InceptionV3 algorithm, achieving the highest accuracy of 0.67 with a loss of 1.4.
Conclusion: Aneuploid embryonic cells were identified as the source releasing cell-free DNA in culture media during embryo animal model experiments, releasing DNA through an apoptotic mechanism. These mosaic embryos were expected to activate embryonic cell correction mechanisms by excluding aneuploid cells to maintain their euploidy. The low concordance rate between cell-free DNA and trophectoderm biopsy was attributed to maternal contamination, as indicated by significant changes in sex chromosomes. The use of segmented blastocyst images improved the model's accuracy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schmitz, Carl August
Frankfurt a.M. Akademische verlagsgesellschaft 1963
572 S 68 k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>