Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Syamsudin Buchori
"Penelitian ini berfokus pada pengaruh karakteristik demografi, sosial dan ekonomi terhadap pengetahuan, sikap interaksi dan praktek perbankan pada responden di Propinsi Sumatera Barat dan DKI Jakarta. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif dan inferensial. Model operasional penelitian menggunakan Multinomial Logit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Literasi Keuangan dan Perbankan tahun 2006 terdiri dari 446 responden untuk pengetahuan, 298 responden yang memiliki sikap interaksi dan 418 responden yang pernah atau sedang melakukan praktek perbankan. Analisis dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya dan pendapat pada peneliti di bidang literasi perbankan. Dari hasil analisis deskriptif, disimpulkan bahwa: 1) Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan, sikap interaksi dan praktek perbankan; 2) Kelompok umur 30 - 39 tahun memiliki rasa ingin tahu yang paling tinggi terhadap perbankan sedangkan kelompok umur 55-64 tahun memiliki sikap interaksi dan praktek perbankan yang paling tinggi 3) Responden dari Propinsi Sumatera Barat memiliki pengetahuan dan praktek yang rendah terhadap perbankan; 4) Responden dengan pendapatan diatas Rp 2,5 juta memiliki pengetahuan, sikap interaksi dan praktek perbankan yang paling tinggi. Analisis Inferensial menyimpulkan 1) Semakin tinggi pendidikan responden akan semakin tinggi pula pengetahuan, sikap interaksi dan praktek perbankan 2) Kelompok usia 55 - 64 tahun memiliki peluang 18,6 kali untuk memiliki sikap interaksi dari pada umur lainnya dan 32,5 kali untuk melakukan praktek perbankan yang tinggi 3) Kelompok penghasilan di atas Rp 2,5 juta memiliki peluang 11,5 kali untuk memiliki pengetahuan perbankan dari pada penghasilan dibawah Rp 2,5 juta, 5,3 kali untuk memiliki sikap interaksi dan 7,3 kali melakukan praktek perbankan. Semakin tinggi pendapatan responden akan semakin tinggi pengetahuan, sikap interaksi dan praktek perbankan yang dilakukannya Hasil penelitian menyarankan Bank Indonesia agar mendorong industri perbankan melakukan edukasi perbankan dimulai dari lembaga pendidikan SLTP kebawah dan khususnya di Sumatera Barat Sedangkan bagi Industri perbankan jangan hanya membidik market share pada tamatan perguruan tinggi berusia 30 - 64 tahun, ibu rumah tangga dan berpenghasilan di atas Rp 2,5 juta saja melainkan juga menyisihkan laba guna mendorong pertumbuhan tingkat pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24304
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Wicaksono
"Tujuan penelitian pada tesis ini adalah ingin mengetahui penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di daerah dalam rangka pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan selama periode tahun 1995 hingga tahun 2003. Selain itu penulis ingin pula mengetahui faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perbankan dalam penyaluran kredit.
Studi ini menggunakan analisis regresi panel data penawaran kredit. Analisis regresi panel data ini adalah kombinasi dari cross section dan time series, dimana dalam analisis ini menggunakan variabel kapasitas kredit dan ratio modal terhadap aset yang merupakan unsur dari penawaran kredit. Sedangkan variabel PDRB riil dan suku bunga kredit yang merupakan unsur permintaan kredit. Untuk mengetahui dampak krisis yang terjadi pada tahun 1997, maka analisis regresi panel data ini ditambahkan dummy variabel.
Analisis penyaluran kredit dilakukan dengan menggunakan model Fixed Effect Cross Section Weight, model ini digunakan karena terdapat empat perbankan pada propinsi yang berbeda. Keempat perbankan di propinsi tersebut adalah perbankan pada propinsi DKI, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Barat.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah outstanding kredit yang terjadi pada perbankan di daerah tersebut dengan penilaian berdasarkan intercept dari yang terendah sampai yang tertinggi, sehingga outstanding kredit tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perbankan di daerah, yang pada akhirnya akan merupakan masukan bagi Bank Sentral dan Pemerintah Daerah setempat.
Pola hubungan variabel lainnya yang mempengaruhi kredit sebagaimana teori pemberian kredit memiliki hubungan positif untuk kapasitas kredit, ratio modal terhadap aset, PDRB dan suku bunga kredit yang pengaruhnya lebih kuat terhadap faktor penawaran kredit, yang diharapkan sesuai dengan hipotesa.
Pengaruh kondisi perbankan dalam menyalurkan kredit dari faktor permintaan dan penawaran kredit masih cukup besar, sehingga perbankan di daerah sebagai lembaga intermediasi dapat iebih dioptimalkan kembali.
Penelitian selanjutnya guna meningkatkan fungsi intermediasi melalui penyaluran kredit disarankan dapat menggunakan data yang Iebih luas terutama pemanfaatan kredit tersebut sesuai dengan tujuannya, yaitu pemanfaatan pada sektor usaha produktif, seperti sektor-sektor ekonomi daerah yang bersangkutan sehingga dapat diketahui penyebab apa yang terjadl pada tingkat keleseuan sektor riil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Nurhardjo
"Kelompok penduduk usia 65 tahun keatas (lanjut usia) di Indonesia jumlahnya relatif masih rendah dibanding kelompok penduduk usia lainnya. Meskipun demikian jumlahnya cenderung meningkat, baik secara absolut maupun proporsinya terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Berdasar data Biro Pusat Statistik (BPS), penduduk lanjut usia di Indonesia berjumlah 2,41 juta atau 2,51 % dari seluruh penduduk pada tahun 1971, meningkat menjadi 4,77 juta (3,25 7) tahun 1980 dan di tahun 1990 menjadi 8,92 juta atau sebesar 3,77 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Dengan kata lain penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur usia penduduk yang semakin menua (ageing population).
Peningkatan jumlah maupun proporsi penduduk lanjut usia tersebut merupakan implikasi dari keberhasilan pembangunan di segala bidang, khususnya di bidang kesehatan masyarakat yang semakin membaik di samping menurunnya angka kelahiran. Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan masyarakat tampak adanya suatu peningkatan.
Disamping hal tersebut diatas, pemerintah berhasil dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Hal tersebut di atas memberikan indikasi bahwa semakin membaik derajat kesehatan masyarakat dengan penurunan angka kematian dan peningkatan angka harapan hidup serta penurunan angka kelahiran menjadikan salah satu faktor meningkatnya penduduk lanjut usia dimasa mendatang.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dimasa mendatang akan menyebabkan pola penduduk Indonesia akan berubah dari struktur usia penduduk muda (median umur dibawah 20) menjadi penduduk dewasa (intermidiate, yaitu dengan umur rata-rata 20 s/d 30 tahun), dan akhirnya akan menjadi struktur penduduk tua (median umur 30 tahun atau lebih). Proses perubahan dari penduduk muda kearah penduduk tua bersamaan dengan jumlah absolut serta prosentase penduduk lanjut usia (Agung, 1992)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harni
"Pemanfaatan penolong persalinan yang tepat merupakan mata rantai dari upaya peningkatan keamanan persalinan. Di wilayah kerja Puskesmas Pamanukansudah memiliki enam orang bidan yang memberikan pelayanan persalinan (praktek swasta), namun demikian pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan lebih banyak dari pada pemanfaatan bidan.
Tujuan penelitian ini ingin mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik sosio demografi (yang meliputi : ' umur, pendidikan, pendapatan, paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan, serta alasan-alasan apa yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode survey cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus dan observasi. Basil analisis kualitatif dipergunakan untuk mendukung /melengkapi hasil analisis kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu bulan Januari -- Juli 1993 yang pada saat pengumpulan data masih berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pamanukan. Jumlah populasi 377, jumlah sampel 198. Cara pengambilan sampel dengan sistimatis random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan. (2) Makin baik pendidikan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (3) Makin baik pendapatan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (4) Ibu yang mempunyai paritas berisiko akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (5) Makin baik pengetahuan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (6) Makin baik sikap ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa alasan responden memanfaatkan dukun sebagai penolong persalinan karena lebih percaya, tempatnya dekat, bayarannya murah, dapat memandu upacara adat istiadat dan dapat terjangkau dari segi sosial. Alasan responden memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan karena lebih percaya dan alatnya lengkap serta bidan dapat menolong bila ada kelainan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaataan penolong persalinan mempunyai tingkat keeratan yang paling kuat dibandingkan dengan pendidikan, pendapatan, paritas dan sikap. Demikian juga pemanfaatan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, kepercayaan atau kondisi sosial budaya yang telah mengakar pada masyarakat serta pengaruh dari suami dan orang tua.
Mengingat bahwa pengetahuan mempunyai keeratan hubungan yang paling kuat, disarankan untuk peningkatan pengetahuan ibuibu tentang persalinan dan penolong persalinan adalah penting, sehingga penyuluhan kesehatan berkenaan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Febriana
"Masalah tingkat literasi keuangan yang paling sering disoroti adalah variabel sosial-ekonomi dan demografi. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan variabel sosial-ekonomi dan demografi dengan tingkat literasi keuangan perempuan usia 20-39 tahun di DKI Jakarta baik secara parsial maupun simultan. Selain itu, untuk menganalisis tingkat literasi keuangan perempuan usia 20-39 tahun di DKI Jakarta. Variabel independen penelitian ini adalah variabel dari status perkawinan, pekerjaan, anggota keluarga yang menjadi tanggungan (sosial-ekonomi) dan variabel demografi yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan. Variabel dependen literasi keuangan terdiri dari tiga dimensi yaitu sikap keuangan, perilaku keuangan, dan pengetahuan keuangan yang sesuai dengan penelitian oleh Potrich, Vieira, dan Kirch pada tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan instrument kuesioner yang diisi oleh 400 responden dengan teknik penarikan quota sampling. Uji Chi-Square dan Crosstabs digunakan untuk menganalisis hubungan pada data nominal dan ordinal pada variabel yang digunakan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel sosial-ekonomi dan demografi secara simultan memiliki hubungan positif signifikan dengan tingkat literasi keuangan. Sementara, variabel sosial-ekonomi (pekerjaan) dan variabel demografi (tingkat pendidikan, tingkat pendidikan orang tua, dan pendapatan) secara parsial memiliki hubungan positif signifikan dengan tingkat literasi keuangan perempuan usia 20-39 tahun di DKI Jakarta.

The problem of the level of financial literacy that is most often highlighted is the socio-economic and demographic variables. Therefore, the aim of this study is to analyze the relationship between socio-economic and demographic variables with the level of financial literacy of women aged 20-39 years in DKI Jakarta, either partially or simultaneously. In addition, to analyze the level of financial literacy of women aged 20-39 years in DKI Jakarta. The independent variables of this study were variables of marital status, occupation, dependent family members (socio-economic) and demographic variables consisting of age, education level, parental education level, income. The dependent variable of financial literacy consists of three dimensions, namely financial attitudes, financial behavior, and financial knowledge which are in accordance with research by Potrich, Vieira, and Kirch in 2015. This research is a quantitative study using a questionnaire instrument filled with 400 respondents using withdrawal techniques. quota sampling. Chi-Square and Crosstabs tests were used to analyze the relationship between nominal and ordinal data on the variables used. The results showed that the socio-economic and demographic variables simultaneously had a significant positive relationship with the level of financial literacy. Meanwhile, socio-economic variables (occupation) and demographic variables (education level, parental education level, and income) partially have a significant positive relationship with the level of financial literacy of women aged 20-39 years in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wahyu Ramadhani
"ABSTRAK
Tingkat kemiskinan anak yang lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan penduduk menunjukkan anak lebih rentan terhadap dampak kemiskinan. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga miskin cenderung tidak dapat menikmati berbagai hak dasar dan berpotensi menghambat tumbuh kembangnya. Penelitian dengan data Susenas Provinsi DKI Jakarta memiliki dua tujuan yaitu mengukur tingkat deprivasi hak-hak dasar anak serta menguji faktor karakteristik rumah tangga yang memengaruhi status kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah dengan MODA, sementara untuk menjawab tujuan kedua adalah dengan regresi logistik. Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 22.0 menunjukkan tingkat deprivasi terbesar yang dialami oleh anak di Provinsi DKI Jakarta adalah pada dimensi kesehatan dengan 33,41%, diikuti dimensi perumahan sebesar 32,37%, dimensi makanan dan nutrisi dengan 25,92%, kemudian dimensi fasilitas dengan 24,15%, dimensi pendidikan dengan 23,33%, dan yang terendah dimensi perlindungan anak dengan 3,95%. Pengukuran kemiskinan anak dengan metode MODA menunjukkan terdapat 10,25% anak miskin yang terdeprivasi minimal pada 3 dimensi dan 3,56% anak miskin yang terdeprivasi pada minimal 4 dimensi. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor karakteristik rumah tangga yang memengaruhi status kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta adalah pendidikan kepala rumah tangga, status bekerja ibu, dan jumlah anggota rumah tangga. Kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta harus segera diatasi, diantaranya dengan memberikan prioritas terhadap dimensi yang memiliki tingkat deprivasi terparah yaitu dimensi kesehatan dan dimensi perumahan. Peningkatan angka imunsasi dasar lengkap pada anak usia balita serta memperbanyak penyediaan hunian vertikal bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dapat menjadi prioritas untuk segera dilaksanakan.

ABSTRACT
Child poverty rates that are higher than population poverty rates indicate that children are more vulnerable to the effects of poverty. Children who grow up in poor households tend to not be able to meet various basic rights and potentially inhibit their growth and development. Research with data from Susenas of DKI Jakarta Province has two objectives namely measuring the level of deprivation of basic rights of children, then testing the factors of household characteristics that influence the child poverty in DKI Jakarta Province. The analytical method used to answer the first objective is MODA, while to answer the second objective is logistic regression. The results of data processing using SPSS 22.0 showed the greatest deprivation rate experienced by children in DKI Jakarta Province was on the health dimension with 33.41%, followed by housing dimensions by 32.37%, food and nutrition dimensions with 25.92%, then dimensions facilities with 24.15%, education dimensions with 23.33%, and the lowest dimensions of child protection with 3.95%. The measurement of child poverty by the MODA method yields a rate of 10.25% of poor children who are minimally deprived of 3 dimensions and 3.56% who are deprived of at least 4 basic rights dimensions. The results of the logistic regression analysis showed that the factors of household characteristics influence the poverty status of children in DKI Jakarta Province are the education of the head of the household, the working status of mothers, and the number of household members. Child poverty in DKI Jakarta Province must be ended immediately through giving priority to dimensions that have the worst levels of deprivation. Increasing the number of complete basic immunizations for children under five years old and increasing the provision of vertical housing for people with middle to lower income can be a priority for immediate implementation.

 

"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfanny Anwar
"ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan program D III Gizi, selain memperbaiki manajemen institusi pendidikan, juga perlu diketahui hal-hal lain yang berhubungan dengan mutu, antara lain karakteristik lulusan (jenis kelamin, status mahasiswa, status perkawinan, hasil ujian masuk, umur, cara belajar, dana, tempat tinggal, NEM, minat dan persepsi lulusan terhadap proses belajar mengajar). Dalam penelitian ini dilihat hubungan antara karakteristik lulusan dengan penguasaan pengetahuan gizi standar (mutu dari aspek kognitif) berdasarkan kemampuan lulusan menjawab pertanyaan-pertanyaan pengetahuan dimana pertanyaan yang diajukan adalah hal-hal standar yang hendaknya dikuasai oleh seorang ahli gizi.
Disain penelitian merupakan survei dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian adalah di DKI Jakarta dan Jawa Barat meliputi 3 institusi DIII Gizi yang terdiri dari 2 institusi D III Gizi Negeri dan 1 institusi D III Gizi swasta, dengan total populasi 212 orang dan sampel sebanyak 150 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner pada responden sedangkan data sekunder yang diperlukan diperoleh dari masing-masing institusi dan Pusdiknakes.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa nilai rata-rata penguaaaan pengetahuan gizi lulusan adalah 59.67 (nilai mutu D), sedangkan bila dilihat berdasarkan institusi, maka lulusan DIII negeri mempunyai rata rata yang lebih baik (61.36 atau nilai mutu C) dibanding D III Gizi swasta (49.89 atau nilai mutu E).
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bemakna (p<0.05) antara penguasaan pengetahuan gizi standar dengan jenis kelamin (laki-laki 62.61, perempuan 58.21), hasil ujian masuk (calon utama 63.47, calon cadangan 52.93), cara belajar (belajar teratur sesuai sistem SKS 66.15, belajar tidak teratur 53.54), NEM (semakin tinggi NEM, semakin tinggi skor mutu lulusan dengan r = 0.688), persepsi terhadap proses belajar mengajar (semakin tinggi nilai persepsi, semakin tinggi skor mutu lulusan, dengan r = 0.642). dan status institusi (institusi negeri institusi 63.66, dan institusi swasta 49.89 )
Dari analisis multivariat terlihat adanya hubungan bermakna antara penguasaan pengetahuan gizi dengan lima variabel bebas, masing-masing ( diurut sesuai keeratan hubungan) adalah cara belajar, status institusi, hasil ujian mosaic, persepsi terhadap proses belajar mengajar , dan NEM.
Disimpulkan bahwa kelima variabel tersebut dapat menjelaskan variabilitas nilai penguasaan gizi standar sebesar 75.3 %, sehingga perlu mendapat perhatian dalam usaha menghasilkan lulusan yang bermutu Sedangkan saran untuk perbaikan diberikan pada institusi D III Gizi, Pusdiknakes DepKes RI dan peneliti lain.

Relationship Between Characteristics Of D III Gizi Graduates in DKI Jakarta and West Java 1998 and The Mastering of Basic Nutrition Knowledge
To increase the quality of D III Gizi graduates, besides improving the management of the institutions it is important to know the other problems inparticular the student characteristics. This research aims to examine the relationship between students' characteristic and the quality of graduates which is measured through the score of the mastering basic nutrition knowledge, i.e from their answers to the questions on the standard knowledge about matters that they have to know as a nutritionist.
The research design is a cross sectional survey. It is carried out in 3 institutions of DIII Gizi i_e in DKI Jakarta and West Java with the total population of 212 students and the number sampel of 150 students. The collection of primary data is conducted by distributing questionaires to the respondents, while other data are taken from the respective institutions and Pusdiknakes.
From the univariat analysis it reveals that the mean score of the mastering basic nutrition knowledge is 59.67 (D). The comparison between government and private institusion showed that the government intitusion gets higher score than the private institusion. The mean score in the government institusion is 63.66 (C) while the mean score in private institusion is 49.89 (E).
The result of bivariate analysis showed that variables which have significant relationship with the mastering basic nutrition knowledge are sex, admission test, method of study, NEM, perception of learning and teaching process, and institution status ( with the value of p < 0.05). The different mean score is caused by sex ( male students 62.61 and female students 58.21 ), admission test (prime candidate 63.47 and reserve candidate 52.93), method of study ( good method of study 66.15 and bad method of study 53.54), NEM ( r 0.633), the perception of' learning and teaching process ( r = 0.642), and institution status ( government institution 63.66 and private institution 49.89).
The multivariate analysis shows that five variables are proved to be significantly related with mastering basic nutrition knowledge. They are method of study, institution status, admission test, perception of learning and teaching process, and NEM.
It is concluded that five variabels give contribution of 75.3 % to increase the mastering basic nutrition knowledge, and have to be considered in the efforts to produce the high quality graduates. It is suggested that to improve the basic knowledge of the students of D III Gizi some measures should be taken by teaching institutions, Pusdiknakes DepKes RI and also interested researchers.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parkit Handono
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi bekerja anak dan intensitas bekerjanya, terutama dilihat dari latar belakang sosial ekonomi demografi rumah tangga. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Susenas Kor tahun 2006. Batasan usia pekerja anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 - 14 tahun. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan model regresi logistik untuk melihat determinan partisipasi bekerja anak dan analisis regresi (OLS) untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas bekerja anak yang diiihat melalui lamanya jam kerja.
Hasil analisis menunjukkan karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan, status kesehatan, lapangan usaha, status pekerjaan, umur dan jenis kelamin juga berpengamh terhadap resiko munculnya pekerja anak Status kemiskinan rumah tangga dan rasio anak dan dewasa dalam rumah tangga juga memiliki pengaruh terhadap resiko anak untuk bekerja. Selain itu daerah tempat tinggal dan jenis kelamin anak berpengaruh terhadap peluang anak untuk bekerja.
Intensitas bekerja anak dipengaruhi oleh karakteristik kepala rumah tangga yaitu: pendidikan dan status pekerjaan. Faktor kemiskinan rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas bekerja anak. Karakteristik pekerja anak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap intensitas bekerja. Menurut status pekerjaan, pekerja anak dengan status pekerjaan sebagai buruh atau pekerja bebas, bekerja 16 jam lebih lama dalam seminggu daripada anak berstatus pekerja tak dibayar. Dari karakteristik demografi anak, semakin bertambah usia anak intensitas bekerjanya semakin tinggi, sedangkan faktor jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jam kerja anak. Pekerja anak yang tinggal di perdesaan bekerja dua jam lebih pendek daripada pekerja anak yang tinggal di perkotaan.

This thesis is focused on the determinant of participation and intensity of work of child, especially from the demographic aspect of the house hold. This study uses the 2006 SUSENAS. This study uses description and inferential analysis. The inferential analysis was conducted by two models, ie. The First model uses logistic regression to ind out the determination of child work participation and the the second model uses regression analysis (OLS) to find the factors influencing work intensity of child.
Result shows that the household head characteristic such as education, health status, kind of job, job status, age and gender influences the risk of child sent to work. The child’s gender also has significant effect on the probability of going to work. The finding also shows that poverty status and child-adult ratio in the household also determine child being sent to work.
The work intensity of child is determine by househo1d’s head characteristic such as education and job status. Poverty status of household also significantly influences the work intensity of the child. Chi1d’s characteristic has strong influence to their work intensity. The older child the the higher the hours spent at work. The result shows that gender of the child doesn't significantly influence their hours spent at work. Child worker living in the rural areas are found to spend two hours less time on work than urban child worker.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33984
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bia Hedy Puspita
"ABSTRAK
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu ditandai dengan runtuhnya sektor perbankan nasional telah meningkatkan ketidakpastian bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia di jangka panjang. Dari sisi moneter, ketidakpastian ini terkait dengan beban utang luar negeri dan domestik serta lambannya proses restrukturisasi kredit yang telah mengakibatkan proses pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit dan lambat.
Dengan adanya krisis tersebut, industri perbankan Indonesia menghadapi masalah kedit macet yang mengakibatkan permodalan bank menjadi negatif. Hal ini mengharuskan Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan agar bank-bank tersebut dapat mengoperasikan usahanya kembali. Selama krisis terjadi, pertumbuhan kredit sangat kecil sehingga perkembangan sektor riil juga sangat tidak berkembang. Tidak mengalirnya kredit ke sektor riil dikarenakan perbankan masih melakukan konsolidasi. Perbankan lebih banyak menginvestasikan dananya kepada SBI dan obligasi rekap yang dikeluarkan Pemerintah untuk merekapitalisasi perbankan. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh kredit yang diberikan perbankan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs rupiah terhadap dollar, perubahan junlah uang beredar dan sebagainya. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pasar riil dalam hal ini IHSG terhadap kinerja saham perbankan
2. Pengaruh makro ekonomi (KURS, SBI, DM2) riil terhadap kinerja saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri dalam hal kredit perbankan riil terhadap kinerja saham perbankan
4. Pengaruh pasar, makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap kinerja saham perbankan (dalam nilai riil)
Pemodelan yang dipergunakan adalah model regresi linear berganda dengan menggunakan software komputer E-Views 4. Dari model tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan dengan menyertakan faktor nilai masa lalu (autoregressive) dan kesalahan nilai masa lalu (moving average) saham. Pengembangan model ini adalah untuk menemukan suatu model yang memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi secara memuaskan.
Obyek yang menjadi populasi dalam penelitan ini adalah saham-saham perbankan yang tercatat di BEJ dan sampel penelitiannya adalah saham-saham perbankan yang telah listing minimal dua tahun. Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ANKP, BABP, BBCA, BBIA, BCIC, BBNI, BBNP, BDMN, BEKS, BKSW, BNGA, BNII, BNLI, BSWD, BVIC, INPC, LPBN, MAYA, MEGA, NISP, PNBN.
Return pasar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing return saham. Secara umum, return pasar tidak berpengaruh secara signi:fikan. Penambahan variabel makro tidak mendukung sepenuhnya pemyataan bahwa variabel makro sangat mempengaruhi tingkat return saham perbankan. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa dari ketiga variabel makro yaitu KURS, SBI dan DM2, hanya KURS yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pengaruh KURS juga tidak terjadi pada semua saham, hanya empat dari 21 saham perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan moneter pemerintah tidak cukup berpengaruh terhadap tingkat return saham perbankan. Penambahan variabel karakteristik industri yaitu KREDIT sebagai variable spesifik industri perbankan juga tidak signifikan mempengaruhi tingkat return saham perbankan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>