Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Sujai
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang Pengaruh Paham Keagamaan Salafi terhadap Praktek Keagamaan Mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta Selatan sejak bulan April hingga Mei 2008.
Metode penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa LIPIA, sedangkan yang dijadikan sampel sebanyak 300 orang, namun yang berhasil dikumpulkan hanya 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Untuk menjaring data dari kedua variabel, digunakan instrumen skala Likert untuk Variabel X dan Variabel Y. Sebelum instrumen digunakan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas butir instrumen.
Uji validitas butir menggunakan rumus Korelasi Product Moment dan perhitungan reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha Cronbach. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Bartlett.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. berdasarkan kajian teoretis, kerangka pemikiran dan temuan penelitian yang telah dibahas pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemahaman keagamaan Salafi mahasiswa terhadap praktek keagamaannya.
Berdasarkan uji t-test diperoleh thitung (27,13) lebih besar dibanding ttabel (2,64) sebagai hasil uji perbedaan rata-rata skor Praktek Keagamaan Kelompok Mahasiswa dengan Pemahaman Salafi Tinggi (Y1) lebih tinggi dari dari rata-rata Praktek Keagamaan Kelompok Mahasiswa dengan Pemahaman Salafi Rendah (Y2).

This research aims to collect empirical data concerning the Influence of the Salafy Religious Notion towards Religious Practices of LIPIA Students of South Jakarta. This research is conducted in the LIPIA of South Jakarta branch during April to May 2008.
The research method applied is the Ex Post Facto method. The population in this research is all LIPIA students, and those taken as the sample were 300 persons. However, the questionnaires returned to the researcher was no more than 100 persons. Meanwhile the technique utilized in sampling was the Simple Random Sampling. In order to collect data from both variables, the researcher uses Likert scale instrument for X and Y variable. Before we used the instrument, we had conducted test of validity and reliability of the instrument items.
The test of validity of the item used the formula of Alpha Cronbach. Before the hypothesis was tested, the researcher applied at the first place the test of analysis requirements, that is, the normality test, by using the Liliefors testing method as well as variant homogenity test by using the Bartlett testing method.
The hypothesis test is conducted by using the t test. Based on the theoretical study, the framework of analysis and finding that have been addressed in the previous chapters, it can be concluded that there is an influence of the salafy religious notion towards the religious practice of the students.
According the t-test, we can the thitung (27.13), which is higher than ttable (2.64), as the test result of the difference of the average score of the Students with High Salafy Notion Religious Practice (Y1) is higher than the average of the Students with Lower Salafy Notion Religious Practice (Y2). The conclusion of this research indicates that the influences of the salafy religious notion on some students significantly influence their religious practices."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25000
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sabirin
"Seiring runtuhnya rezim Orde Baru dan dimulainya Era Reformasi yang ditandai dengan terbukanya kran kebebasan, proses sosialisasi, penetrasi, dan penyebaran wahabisme semakin gencar. Proses ini ditandai dengan menjamurnya pengajian-pengajian wahabi, pendirian lembaga pendidikan maupun lembaga dakwah yang berbasis dan menganut secara langsung paham wahabi, pembangunan masjid, dan merebaknya komunitas-komunitas wahabi di kampung-kampung. Penyebaran ini juga mengarus dikalangan pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan dunia bisnis. Dampak nyata dari mengarusnya ajaran wahabi ini di tengah etnik Sasak Lombok adalah munculnya eksklusivisme, keterbelahan secara sosial, dan penampakkan kekhasan identitas kelompok, seperti pakaian ?resmi?, jubah, peci putih untuk laki-laki, kerudung besar dan cadar untuk perempuan, serta pembatasan interaksi perempuan mereka dengan masyarakat sekitar menimbulkan keresahan ideologis yang cukup meluas. Sementara cara-cara dakwah yang provokatif dan konfrontatif dalam memerangi ajaran yang berseberangan dengan paham maupun praktik ritual keagamaan mereka, tidak segan-segan mereka cap sebagai ahlul bid?ah, lebih-lebih kepada mereka (masyarakat) yang telah nyaman dengan tradisi Islam a la Sasak-nya. Dan pada level tertentu cara-cara tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat yang berujung tindak kekerasan fisik berupa pengerusakan dan pengusiran seperti yang terjadi di Jembatankembar dan Sesele Lombok Barat dan di tempat-tempat lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius, seperti apa sebenarnya pandangan masyarakat Sasak terhadap wahabi? Apakah reaksi masyarakat tersebut merupakan bagian dari pemikiran tuan gurunya dalam merespon ajaran-ajaran wahabi? Pertanyaan ini berangkat dari kenyataan bahwa orang Sasak selalu patuh terhadap tuan guru. Ungkapan ?ape basen wayah? (apa pun kata tuan guru) menjadi salah satu gambaran pernyataan kepatuhan tersebut. Hal ini terjadi karena pertama, otoritas tuan guru sebagai pengawal tradisi keagamaan, kedua fungsinya sebagai penerjemah dan tempat masyarakat Sasak menyerap informasi agama yang tidak bisa mereka akses, dan yang ketiga kapasitasnya sebagai figur yang digugu dan ditiru. Ketiga alasan menjadi landasan penting untuk melihat pandangan masyarakat Sasak secara umum yang diwakili oleh respon pemikiran tuan guru terhadap penetrasi ajaran wahabi di Pulau Lombok. Dan dalam tesis ini akan diketengahkan hal tersebut, terutama respon tuan guru yang melihat penetrasi ajaran wahabi pada era reformasi.
As long as the collapse of ?Orde Baru? regime and starting of Reformation Era those marked/signed by legalization of freedom, socialization process, penetrating, and spreading of wahabism progressively. The Process marked by many recitations of wahabi, founding of education institute and also mission institute based on and embracing of wahabi, building up of mosque, spreading of wahabi communities in villages. The spreading happens also among government, social organization, and business world. The real effect of ?streaming? of wahabi?s doctrine among Sasak Ethnic is appearance of exclusivist, social disruption, and specification of group identity such as formal clothes, jubah, white cap for men, big veil and cowl for women, and also demarcation of interaction woman with people among them. Those will appear wide ideological disquiet. Whereas the ways of instruction those are provocative and contradiction against opposite way of teaching and their religious ritual, they will consider them as ahlul bid?ah, moreover to those who where felt comfortable with Sasak Islamic Tradition.. And in any certain level, the ways will arise society?s enragement that will cause physical compulsion such destroying and driving away as well as happened in Sesele and Jembatankembar West Lombok any other places. This matter generate serious question, what sort of society?s view of Sasak people to wahabi? Is the reaction of the society representing the part of idea of Tuan Guru to respond of wahabi? This question shows that Sasak community obedient to Tuan Guru is real. The Expression ?ape basen wayah? (what Tuan Guru said) become one picture of the statement. This happened because; firstly, The Tuan Guru authority as the guard of religious tradition. Secondly, his function as translator and where society absorbs religion information which they cannot access, and the third as the important base of communities view commonly that represented by the respond of idea of Tuan Guru to penetration of wahabi?s teaching in Lombok Island. This thesis will discuss it especially the respond of Tuan Guru who saw penetration of Wahabi?s doctrine in reformation era."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Puslitbang Bimas Agama Dan Layanan Keagamaan, 2021
209 DIR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"ABSTRAK
Saudi Arabia merupakan Negara Islam Monarki dengan landasan undangundang berdasarkan hukum Islam. Dengan menempatkan A1-Qur'an sebagai paradigms berpikir, Kerajaan Saudi Arabia mencoba menggagas konsep kenegaraan yang bersifat sempurna dan tanpa campur tangan pemikiran sekuler lainnya.
Paradigma konstitusional Islam yang digunakan oleh Kerajaan Saudi Arabia ini telah banyak dipengaruhi pola pikir keislaman wahabi sebagaimana yang digagas dan dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 1-1I1701 M - 1206 HI1793 M). Kemitraan Muhammad bin Abdul Wahhab berawal ketika perkenalannya dengan Muhammad bin Sa'ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia) pada tahun 1744 M yang kemudian lewat upacara sumpah menetapkan Muhammad ibn Sa'ud sebagai Amir (pemimpin) dan Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi imam. Kongsi politik ini kemudian juga diperkuat dengan prosesi pernikahan putra tertua Muhammad bin Sa'ud, Abdul Aziz bin Sa'ud dengan puff Muhammad bin Abdul Wahhab.
Peran dan pengaruh paham keagamaan wahabi ini terus berlanjut hingga sepeninggal para tokohnya itu, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Sa'ud. Banyaknya keturunan dan murid seta. Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjadi Qadi (hakim) dan pejabat pemerintah, baik pada masa Saudi I maupun Saudi II, dapat menjadi bukti bahwa roda pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia diwarnai oleh paradigma-paradigma wahabi dalam menentukan sistem dan kebijakan politiknya. Paradigma-paradigma wahabi inilah yang kemudian mengidentitaskan politik Kerajaan Saudi Arabia sebagai bagian integral dari ideologi wahabi.

ABSTRACT
Saudi Arabia is the Monarchic Islam State by the based on Islam law. By taking Al-Qur'an as paradigm of thinking, Saudi Arabia tries to concept the perfect politic without secular idea intervention.
Islamic constitutional paradigm is used by Saudi Arabia have influenced by Islamic mindset of Wahabi as well as developed by Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 W1701 M - 1206 HI1793 M). The first partnering of Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud (founder of Saudi Arabia) is 1744 M which the curse ceremony to specify Muhammad bin Sa'ud as Amir (Leader) and Muhammad bin Abdul Wahhab become the imam (Religion Leader), This political combination is strengthened with the eldest nuptials procession of Muhammad bin Sa'ud son, Abdul Ariz bin Sa'ud with Muhammad bin Abdul Wahhab girl.
The role and influences of Wahabi religious understanding is still going until that figure died, Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud. Many clan and pupil of Muhammad bin Abdul Wahhab is becoming Qadi (governmental judge) and official government, Saudi I period nor Saudi II period, can become the evidence that monarchic governance of Saudi Arabia is influenced by Wahabi paradigm in its determining system and political policy. This Wahabi paradigm is becoming political identity of Saudi Arabia as integral part of Wahabi ideology.
"
2007
T20485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizar Yamani
"Wahabi merupakan salah satu gerakan politik keagamaan Islam pada pertengahan abad 18 yang dalam perkembangannya berhasil mendirikan sebuah negara Kerajaan Arab Saudi. Sebagai aliran, Wahabi cenderung memiliki stereotip "puritan" dan "anti modernisasi".
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi, memahami dan menjelaskan (explore and explain) proses pengalaman modernisasi politik di Arab Saudi yang didominasi oleh masyarakat yang menganut aliran Wahabi tersebut.
Penelitian ini menganut paradigma klasik (classical paradigm) dengan menggunakan metode studi kasus (case study). Data sekunder dalam bentuk dokumen, naskah, dan pemyataan para elit dan masyarakat Arab Saudi selanjutnya dianalisa menurut interpretasi peneliti dalam suatu kerangka pemikiran (theoretical framework) tentang modernisasi dan gerakan politik keagamaan Wahabi.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa modernisasi politik di Arab Saudi berlangsung secara evolusi dan relatif "statis" dikarenakan kontrol yang ketat terhadap proses pemilihan kebijakan dalam bentuk ikatan-ikatan tradisi (traditional boundaries), nilai-nilai (values) dan tujuan suci (spiritual ideology) Wahabi.
Implikasi dari proses modernisasi yang demikian pada gilirannya akan melahirkan suatu bentuk masyarakat politik modern Arab Saudi yang relatif "unik" dengan ciri dan karakter yang berbeda dari masyarakat modern lainnya.

Wahhabi, one of the Islamic movements, was founded by Muhammad ibn Abdu lwahhab in the mid 18th century and reached the power when the Kingdom of Saudi Arabia declared formally in 1932. As a mainstream of Islamic movement, Wahabbi tends to have a negative stereotype and most often identified as puritan and "anti-modernization".
The purpose of this research is to understand, explore and explain the modernization process in Saudi Arabia dominated by Wahhabi society.
The research used classical paradigm with qualitative method in case study form. The secondary data required, such as documents, texts, and statements of the highest ranks of the government and the society leaders of Saudi Arabia was analyzed within the framework of political modernization theories and religious political movement of Wahhabi.
This research indicates that the political modernization process in Saudi Arabia goes on the atmosphere of ?evolution? and seems relatively "static" one. It is more caused by strong contrail in shaping policies of Wahhabi traditional boundaries, values, and spiritual ideologies.
The above political modernization process will bring Saudi Arabia as a "unique" character of modern state in difference style compared to other modern states.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soegihono Soetedjo
"Pada tahun 1881 dan 1882 sekolah dasar di Perancis dinyatakan gratis, wajib dan laique. Gratis berarti bahwa untuk bersekolah di sekolah dasar negeri tidak dikenakan biaya apapun. Wajib berarti bahwa mereka yang berusia antara 6 sampai 13 tahun wajib memasuki sekolah dasar. Sedangkan laique berarti pengajaran agama dihapuskan dari sekolah-sekolah dasar negeri. Sejalan dengan diterapkannya undang-undang ini maka praktek keagamaan di Perancis mulai menunjukkan penurunan. Skripsi ini adalah penelitian mengenai pengaruh ecole laique pada praktek keagamaan di Perancis. Tujuannya ialah untuk memperlihatkan pengaruh ecole laique terhadap praktek keagamaan di dalam masyarakat Perancis pada masa Republik III dan menunjukkan bagaimana pengaruh ecole laique terhadap praktek keagamaan di Perancis dengan dibatasi pada masa pemerintahan Republik III yaitu antara tahun 1879 sampai tahun 1939. Dengan mengadakan studi kepustakaan, data mengenai kehidupan beragama di Perancis sebelum diterapkannya ecole laique, data mengenai kehidupan beragama di Perancis setelah diterapkannya ecole laique, data mengenai penurunan kegiatan keagamaan di Perancis dikumpulkan dan dianalisis. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa penerapan ecole laique di sekolah-sekolah dasar di Perancis merupakan salah satu penyebab menurunnya praktek keagamaan di Perancis. Pengaruh ecole laique terhadap menurunnya praktek keagamaan di Perancis ternyata cuku pbesar. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan yang cukup tajam dari praktek-praktek keagamaan di kalangan masyarakat Katolik Perancis semenjak diterapkannya ecole laique."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Budidarmawan Prasodjo
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nargis
"ABSTRAK
Studi mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di In_donesia sebelum kemerdekaan telah banyak ditulis,baik oleh sarjana Indonesia maupun sarjana asing. Studi yang telah dilakukan tersebut amat bermanfaat untuk mengetahui pasang surutnya peranan Islam dalam sejarah kebudayaan bangsa Indonesia.
Sesudah kemerdekaan, studi mengenai sejarah perkembangan kerajaan Islam belum banyak diungkapkan dan ini menarik minat para peneliti.
Banyaknya bekas-bekas kerajaan Islam tersebar di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia menunjukkan bahwa untuk penelitian bidang tersebut tersedia banyak bahan.
Kita ketahui bahwa pulau Jawa adalah pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia dan mayoritasnya beragama Islam, pernah mempunyai beberapa kerajaan Islam seperti : Banten, Cire_ban, Demak, Pajang dan Mataram. Islam di pulau ini bercampur dengan budaya dan adat istiadat setempat.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh Islam terhadap pelaksanaan...

"
1986
S13340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham
"Orang Arab datang ke Manado diperkirakan pada abad ke-18. Mereka datang tidak membawa misi politik, tapi berdagang dan menyebarkan Islam melalui dakwah. Mereka menjadi pribumi dengan cara mengawini penduduk lokal. Di Manado, populasi mereka cukup banyak, mereka tersebar di berbagai kecamatan dan kelurahan, bahkan terdapat pemukiman yang mayoritas dihuni oleh orang-orang Arab, yang kemudian populer disebut Kampung Arab. Meski demikian, data dan tulisan tentang peran mereka khususnya pengembangan Pendidikan keagamaan masih sangat minim. Olehnya itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran mereka terhadap pengembangan pendidikan keagamaan di wilayah tersebut. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah warga Arab yang berada di Kelurahan Istiqlal, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Pilihan lokasi penelitian ini, selain karena lokasi ini punya nilai sejarah tentang keberadaan orang-orang Arab, juga terdapat beberapa lembaga pendidikan keagamaan, baik yang sifatnya formal maupun non formal dan dikelola secara swadaya oleh warga keturunan Arab. Lembaga Pendidikan ini sudah ada sejak zaman kolonial, meski telah berganti nama, namun keberadaannya masih bisa ditemukan hingga saat ini."
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2019
297 JPAM 32:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Veronika Rintar
"ABSTRAK
Skripsi ini mempertanyakan permasalahan: Bagaimanakah perilaku komunikasi antar mahasiswa berbeda agama Skripsi ini hendak menggambarkan bagaimana keanggotaan seseorang dalam organisasi keagamaan mempengaruhi perilaku komunikasinya dengan mahasiswa berbeda agama. Gambaran tersebut diperoleh dengan melakukan studi pada sejumlah mahasiswa Islam dan Kristen di FISIP FKG dan FE Universitas Indonesia dengan membedakan aktivis organisasi atau ke1ompok keagamaan dari nonaktivis Dari hasil penelitian, tampak bahwa pada umumnya interaksi antar mahasiswa Kristen dan Islam banyak terdorong o1eh alasan-alasan positif seperti persahabatan dan berbagai kepentingan lainnya, tetapi perbedaan ni1ai mengganggu harmoni tersebut. Para aktivis organisasi keagamaan cenderung tidak menyukai aktivis agama lain, tetapi cenderung menyukai nonaktivisnya. Para nonaktivis cenderung tidak menyukai aktivis organisasi agama lain dan cenderung menyukai nonaktivisnya. Seperti afeksi terhadap mahasiswa yang berbeda agama, komunikasi dengan aktivis organisasi cenderung kurang leluasa. Kenyataan ini mungkin disebabkan oleh sikap curiga, hati-hati dan persaingan antar aktivis. Latar belakang sejarah dan pengalaman negatif menyebabkan mahasiswa Islam cenderung bersikap hati-hati dan menghindari relasi dengan mahasiswa Kristen. Sementara itu mahasiswa Kristen nampak lebih banyak mendapatkan manfaat pergaulannya dengan mahasiswa Islam dan lebih banyak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Keakraban mahasiswa kedua agama ini paling banyak terjadi di FE, sementara di. FKG cenderung. netral dan di FISIP terdapat beberapa pertentangan. Skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan tidak menjadi aktivis organisasi keagamaan responden mempunyai lebih banyak . sikap-sikap dan mendapat pengalaman yang lebih positif dari pad a responden aktivis. Karena itu saling pengertian perlu lebih banyak diusahakan untuk menjembatani aktivis lslam dengan aktivis Kristen misalnya dengan menekan kepentingan kelompok dan mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan menambah informasi dalam relasi itu dengan mengandalkan per an pemimpin informal pada tiap organisasi atau kelompok keagamaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>