Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Maryati
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bram Pradipta
"Tesis ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh merokok pada kesintasan penderita kanker serviks stadium lanjut di Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo. Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Hasil penelitian didapatkan tingkat merokok oleh pasien dan atau suami pasien tidak signifikan secara statistik sebagai faktor prognosis terhadap pasien kanker serviks stadium lanjut di RSCM. Kesintasan 5 tahun pasien kanker serviks stadium lanjut dalam studi kami adalah 22 bulan (4-58 bulan) dengan persentase kesintasan 22,6%. Dengan analisis multivariat didapatkan bahwa hanya ukuran tumor dan stadium kanker bermakna secara statistik terhadap kesintasan.

This thesis aims to determine the effect of smoking on the survival rate of advanced stage cervical cancer patients in the Ciptomangunkusumo General Hospital. This study is a retrospective cohort. The results showed that smoking levels by the patient or the patient's husband was not statistically significant as a prognostic factor for patients with advanced cervical cancer in RSCM. 5-year survival of patients with advanced cervical cancer in our study was 22 months (4-58 months) with a percentage of 22.6% survival rate. By multivariate analysis. it was only tumor size and stage of the cancer that statistically significant to the survival rate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Satria Utama
"Pendahuluan: Stres oksidatif selalu terjadi pada pasien kanker dan ditandai dengan kadar Malondialdehyde (MDA) serum yang tinggi dan rendahnya aktivitas antioksidan enzimatik serum katalase (CAT). Penelitian ini menganalisis kadar MDA dan aktifitas enzimatik CAT, yang mewakili status oksidan dan status antioksidan pada pasien dengan kanker serviks uteri stadium lanjut lokal dan bagaimana hubungannya dengan angiogenesis (VEGF), yang bertujuan untuk mengembangkan strategi terapi baru di berbagai kasus keganasan, terutama dalam kasus kanker serviks uteri di masa depan.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross sectional terhadap 16 pasien kanker serviks uteri stadium lanjut lokal (IIB ? IIIB) pada bulan Juli 2013 sampai dengan September 2013 yang memenuhi kriteria inklusi di departemen Radioterapi RSCM. Kadar MDA dan aktifitas enzimatik CAT diperiksa dengan mengambil sampel dari darah sebelum terapi radiasi diberikan. Pemeriksaan angiogenesis diperiksa dengan mengambil sampel biopsi dari jaringan serviks, dan dilakukan pemeriksaan ELISA untuk mendapatkan ekspresi VEGF.
Hasil: Pada studi ini didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 ? 1,36) U/mL. Ditemukan korelasi positif kuat antara kadar MDA dan ekspresi VEGF dengan koefisien korelasi r = +0.775, dan p < 0.001. Tetapi didapatkan korelasi negatif lemah antara aktivitas enzimatik katalase serum dengan VEGF dengan koefisien korelasi r = -0.310 dan p = 0,909.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress oksidatif terjadi pada pasien kanker serviks uteri stadium lanjut lokal yang ditandai dengan peningkatan kadar MDA serum yang tinggi dan aktifitas enzimatik katalase yang rendah. Terdapat korelasi positif kuat antara kadar MDA serum dengan VEGF jaringan tetapi didapatkan korelasi negatif yang lemah dan tidak signifikan antara VEGF dengan aktifitas enzim katalase.

Introduction: Oxidative stress always occurs in cancer patient, which characterized with high level of serum Malondialdehyde (MDA) dan low activity of serum catalase enzymatic antioxidant. This study analyzed the levels of malondialdehyde (MDA) and catalase (CAT), which represents the oxidant and antioxidant status in patients with locally advanced uterine cervical cancer and how it relates to angiogenesis to develop new therapeutic strategies in various malignancies, especially in the case of uterine cervical cancer in the future.
Methods: Sixteen of locally advance cervical cancer stage IIB ? IIIB from July 2013 to September 2013 who had irradiated in Radiotherapy department Cipto Mangunkusumo general hospital and eligible for this cross sectional study. MDA levels serum and catalase enzyme serum activities were examined before radiotherapy. Tissue biopsy is taking before radiotherapy, for VEGF analysis is done by ELISA to asses angiogenesis activity.
Results: In this study, mean MDA level is 7.6 + /- 1.2 nmol / mL and catalase enzyme activity median is 0.95 ( 0.8 to 1.36 ) U / mL . paired t-test shows there is a strong significant positive correlation between MDA and VEGF (r = +0.775, p < 0.001). This suggest that increasing MDA serum levels as free radicals activity in line with increasing VEGF as angiogenesis activity, in the other side there is no correlation between VEGF and catalase enzyme serum activities ( r = -0.310 and p = 0.909).
Conclusion: This study showed that oxidative stress occurs in patients with locally advanced cervical cancer, increasing MDA serum levels as free radicals activity in line with increasing VEGF as angiogenesis activity but at the other side there is no correlation between VEGF and catalase enzyme serum activities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Lufti Huswatun
"Pendahuluan : Pada proses keganasan terjadi stres oksidatif, yang ditandai dengan peningkatan kadar serum malondialdehid (MDA) dan aktivitas antioksidan enzim katalase yang rendah. Rasio MDA katalase sebelum dan setelah radiasi fraksi ke 15 dapat menjadi prediktor persentase pengecilan volume tumor 4 minggu pasca radiasi komplit pada kanker serviks lanjut lokal.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan kohort prospektif pada 30 pasien kanker serviks lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS CiptoMangunkusumo periode Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas enzim katalase dilakukan sebelum dan sesudah radiasi fraksi ke 15, menggunakan spektrofotometri. Respons terapi berdasarkan kriteria WHO dengan membandingkan persentase ukuran volume tumor sebelum radiasi dengan persentase volume tumor 4 minggu setelah radiasi komplit (radiasi eksterna 25 fraksi dan brakhiterapi 3 kali).
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan rerata serum MDA sebesar 7,6+/- 1,2 nmol/ml dan aktivitas enzim katalase 0,95 (0,8 ? 1,36) U/mL. Setelah radiasi fraksi ke 15 ditemukan peningkatan serum MDA menjadi 9,5 +/-1,9 nmol/mL (p<0,001) dan penurunan aktivitas enzim katalase menjadi 0,82 (0,71 ? 0,96) U/ml. Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio MDA katalase sebelum dan setelah radiasi fraksi ke 15 dengan persentase pengecilan volume tumor 4 minggu setelah radiasi komplit.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukan terjadi stres oksidatif pada pasien kanker serviks lanjut lokal, yang ditandai dengan peningkatan kadar serum MDA dan penurunan aktivitas enzim katalase. Rasio MDA katalase sebelum dan sesudah radiasi fraksi ke 15 dapat menjadi prediktor persentase pengecilan tumor 4 minggu pasca radiasi komplit.

Introduction : Oxidative stress always occurs in cancer patient, which characterized with high level of serum Malondialdehyde (MDA) dan low activity of serum catalase enzymatic antioxidant. To determine the ratio of MDA and catalase activity before and after the 15th radiation fractions which can be a predictor of the tumor volume reduction percentage.
Method: This is a prospective cohort study of 30 locally advanced cervical cancer patients who meet the inclusion criteria in the Radiotherapy Department of Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2013 to Sept 2013. MDA levels and catalase enzyme activities were examined before and after the 15th radiation fractions of external radiation using sphectrophotometry. The responds were assess according to WHO criteria, by comparing the size of the tumor volume before radiation and four weeks after completion of radiation ( 25 fraction of external and 3 fractions of brakhiterapi ).
Result: In this study, the mean of serum MDA level is 7.6 + / -1.2 nmol / mL and catalase enzyme activity median is 0.95 ( 0.8 to 1.36 ) U / mL . We found elevated of serum MDA levels to 9.5 + / - 1.9 nmol /mL (p<0,001) and the activity enzyme catalase significantly decrease to 0,82 (0,71 to 0,96) U/ml (p<0,001) on the 15th external radiation fraction. There is a significant relationship is found between the ratio of MDA catalase before radiation and after the fifteenth external radiation fractions with the percentage of tumor volume reduction four weeks after completion of radiation ( r = 0.689 , p = 0.001 ) ( r = 0.418 , p = 0.021 ).
Conclusion: This study showed that oxidative stress occurs in patients with locally advanced cervical cancer, which characteristized with high level of serum MDA and low activity of serum catalase. Ratio of mda catalase before radiation and after the fifteenth external radiation fractions can be a predictor of the percentage of tumor volume reduction four weeks after completion of radiation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Dian Arimbi
"Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menyerang daerah kelamin. Kanker serviks ini disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus HPV. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV yang sudah teridentifikasi, namun tidak semua tipe memiliki tingkat keganasan yang sama. Clustering dapat dilakukan dengan metode partisi atau metode hirarki. Kedua metode tersebut dapat dikombinasikan dengan metode partisi pada level pertama dan hirarki pada level kedua.
Metode ini dikenal dengan nama hybrid clustering. Fase partisi dapat dilakukan menggunakan PAM, K-means, atau Fuzzy c-means. Kami memilih PAM pada level pertama dan Divisive Analysis DIANA pada level kedua untuk memperoleh hasil cluster yang lebih spesifik. Kami memilih hasil clustering yang meminimalkan nilai IDB. Pada penelitian ini dilakukan clustering pada 1252 barisan DNA HPV yang diperoleh dari GenBank. Hasil dari hybrid clustering diperoleh 15 clusters, dan hasil clustering menunjukkan data dapat dikelompokkan berdasarkan genusnya.

Cervical cancer is a type of cancer that attacks the genital areas which may cause death. Cervical cancer is caused by Human Papillomavirus HPV which attacks uterus cells More than 100 types of HPV have been identified, but not all types have the same malignancy. One way to determine which types of HPV high risk lead to cervical cancer is by clustering or grouping data. Clustering can be achieved through partition or hierarchical method. Both clustering methods can be combined by processing partition algorithm in the first level and hierarchical in the second level.
This method is known as a hybrid clustering. The partition phase can be done by using PAM, K means, or Fuzzy c means methods. We selected Divisive Analysis DIANA algorithm for the second level in order to get more accurate clustering. We choose the clustering results which minimize the DBI value. In this work, we conduct the clustering on 1252 HPV DNA sequences data from GenBank. Results of hybrid clustering obtained 15 clusters, and the result shows that the data can be identified by genus.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitri
"Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan transfusi selama radiasi terhadap respon tumor dan kesintasan pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal (FIGO IIB-IIIB) yang menjalani terapi radiasi.
Metode : Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang memenuhi kriteria inklusi-eksklusi, yang berobat di Departemen Radioterapi RSCM periode Januari 2007 - Desember 2011, dianalisa dan dibandingkan respon tumor dan kesintasan antara kadar hemoglobin <11g/dL dengan ≥11g/dL, kadar hematokrit ≤35% dengan >35%, pasien yang ditransfusi dan tidak ditransfusi selama radiasi.
Hasil : Respon tumor komplit pada kadar Hb sebelum radiasi <11g/dL dibandingkan dengan ≥11g/dL adalah 77,1% vs 70,2% p=0,34 ; kesintasan 3 tahun 84% vs 75% p=0,42. Respon tumor komplit pada kadar Hb selama radiasi <11g/dL dibandingkan dengan ≥11g/dL adalah 81,3% vs 67,9% p= 0,049 ; kesintasan 3 tahun 82% vs 79% p=0,05. Respon tumor komplit pada kadar Ht sebelum radiasi ≤35% dibandingkan dengan >35% adalah 71,7% vs 75,8% p=0,65 ; kesintasan 3 tahun 86% vs 78% p>0,05. Respon tumor komplit pada kadar Ht selama radiasi ≤35% dibandingkan dengan >35% adalah 72,7% vs 72,7% p=1,00 ; kesintasan 3 tahun 78% vs 87% p=>0,05. Kesintasan 3 tahun pada pasien yang ditransfusi dibandingkan dengan yang tidak ditransfusi 80% vs 84% p=0,95.
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bemakna pada pengaruh kadar hemoglobin rerata selama radiasi terhadap respon tumor dan kesintasan, pengaruh kadar hematokrit sebelum dan rerata selama radiasi terhadap respon tumor dan kesintasan.

Aim : To determine the effect of hemoglobin level, hematocrit level and transfusion during radiation on tumor response and survival rate in patients with locally advanced cervical cancer (FIGO IIB-IIIB) who underwent radiation therapy.
Methods : A retrospective cohort study has done on cervical cancer patients stage IIB-IIIB who met the inclusion-exclusion criteria, which is treated in the Department of Radiotherapy RSCM period January 2007 - December 2011, were analyzed and compared to tumor response and survival rate between hemoglobin level <11g / dL with ≥11g / dL, hematocrit level ≤35% to> 35%, patients with blood transfused or not during radiation.
Results : Complete tumor response in Hb levels before radiation <11g / dL compared with ≥11g / dL was 77.1% vs. 70.2% p = 0.34; 3-year survival rate 84% vs. 75% p = 0.42. Complete tumor response in hemoglobin levels during radiation <11g / dL compared with ≥11g / dL was 81.3% vs. 67.9% p = 0.049; 3-year survival rate 82% vs. 79% p = 0.05. Complete tumor response in hematocrit levels before radiation ≤35% compared to> 35% was 71.7% vs. 75.8% p = 0.65; 3-year survival rate 86% vs. 78% p> 0.05. Complete tumor response in hematocrit levels during radiation ≤35% compared to> 35% was 72.7% vs. 72.7% p = 1.00; 3-year survival rate 78% vs. 87% p => 0.05. 3-year survival rate in patients who were not transfused transfused compared with 80% vs. 84% p = 0.95.
Conclusions : This study shows that differences in the influence of mean hemoglobin levels during radiation on tumor response and survival rate, the influence of mean hematocrit levels before and during radiation on tumor response and survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Taufika Yuhedi
"Latar Belakang : Kanker serviks stadium awal dapat ditatalaksana dengan baik, namun pada stadium lanjut lokal memiliki prognosis yang buruk. Terapi standar yang tersedia masih kurang optimal dan memiliki efek samping yang mengganggu. Pada keadaan tertentu tumor dapat mengalami metastases atau progresif, salah satunya karena adanya ikatan PD-L1 dengan sel limfosit T sehingga kanker serviks terhindar dari respon imun. Pemberian anti PD-L1 menjadi bagian yang penting dalam pengobatan imunoterapi kanker. Di Indonesia belum tersedia data empirik profil karakteristik yang berkaitan dengan ekspresi PD-L1 serta respon tumor terhadap radiasi pada kanker serviks. Metode: Penelitian ini memeriksa ekspresi PD-L1 intratumoral pada jaringan biopsi karsinoma sel skuamosa serviks pre dan paska radiasi eksterna dengan menggunakan metode ELISA dan IHK, pemeriksaan IHK menggunakan antibodi clone 28-8 dari Abcam. Pemeriksaan CT scan evaluasi sebelum radiasi dan 2 bulan setelah radiasi dipakai sebagai alat untuk menilai respon terapi radiasi. Hasil : Dari 31 pasien yang ikut serta, terdapat 29 pasien yang telah dilakukan pemeriksaan ekspresi PD-L1 sebelum dan sesudah radiasi, selanjutnya hanya 22 pasien yang telah menjalani CT scan evaluasi. Ekspresi PD-L1 ELISA paska radiasi eksterna berbeda bermakna pada tumor berukuran ≥5cm (p=0,015) dan ekspresi PD-L1 IHK berbeda bermakna pada sel tumor berkeratin (p=0,023), pada pasien dengan grade IHK yang difus (+3) resiko relatif untuk respon komplit 0,5 kali dibandingkan dengan grade IHK yang  tidak difus. Uji korelasi perbedaan selisih ekspresi (delta) dan rasio PD-L1 ELISA menunjukkan tidak ada korelasi (R2= 0,217) dan (R2= 0,194) terhadap respons, begitu juga hasil pada hasil pemeriksaan ekspresi PD-L1 IHK tidak ada perbedaan bermakna pada kategori kenaikan, tetap dan penurunan, tetapi ketika kategori dirubah menjadi penurunan dan tidak ada penurunan didapatkan nilai p yang lebih baik (p=0,161 vs p=.0,613).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi PD-L1 pre dan paska radiasi terhadap respon, akan tetapi terdapat tren penurunan kadar PD-L1 IHK berkaitan dengan respon terapi.

Correlation of Intratumoral PD-L1 Expression Before and After External Radiation to The Radiation Response in Locally Advanced Cervical Cancer.
Background: Early-stage cervical cancer can be managed properly, but at a locally advanced stage it has a poor prognosis. The standard therapy available is still suboptimal and has disturbing side effects. In certain circumstances, tumors can undergo metastases or progressives, one of which is due to the binding of PD-L1 with T lymphocyte cells so that cervical cancer is protected from the immune response. In Indonesia, there is no available empirical data on the characteristic profiles related to PD-L1 expression and tumor response to radiation in cervical cancer.
Method: This study examined intratumoral PD-L1 expression in biopsy tissue of squamous cell carcinoma of cervical cells pre and post external radiation using ELISA and IHC methods, IHC examination using antibody clone 28-8 from Abcam. CT scan evaluation before radiation and 2 months after radiation are used as a tool to assess the response of radiation therapy.
Results: Of the 31 patients who participated, there were 29 patients who had examined the expression of PD-L1 before and after radiation, then only 22 patients who had undergone a CT scan evaluation. Expression of PD-L1 ELISA after external radiation was significantly different in tumors of ≥5cm (p=0.015) and expression of PD-L1 IHC was significantly different in keratinous tumor cells (p = 0.023), in patients with diffuse IHC grade (+3) relative risk to complete response of 0.5 times compared to the grade of IHC which is not diffuse. Correlation test difference in expression difference (delta) and PD-L1 ELISA ratio showed no correlation (R2=0.217) and (R2=0,194) to the response, as well as results on the examination results of PD-L1 IHC expression there was no significant difference in the increased category, constant and decrease, but when the category is changed to decrease and there is no decrease, a better p-value is obtained (p=0.161 vs p=0.613).
Conclusion: There was no significant difference between the expression of PD-L1 pre and post-radiation to the response, but there was a trend of decreasing PD-L1 IHC levels concerning therapeutic response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Novirianthy
"Pendahuluan Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakaPendahuluan: Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakan sel normal. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif. Catalase (CAT) adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke-15 dengan menggunakan spektrofotometer. Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG.
Hasil: Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 ? 1,36) U/mL. Pasca 15 kali RE didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9,5 +/- 1,9 nmol/mL (p<0,001) dan penurunan aktivitas CAT menjadi 0,82 (0,71 ? 0,96) (p<0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar MDA dan aktivitas CAT awal serta perubahannya terhadap kejadian toksisitas akut radiasi (p>0,05).
Kesimpulan: Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa radiasi maupun kemoradiasi terbukti menyebabkan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas CAT pada kanker serviks stadium lanjut lokal, akan tetapi kadar MDA dan aktivitas CAT tidak dapat menjadi prediktor terhadap toksisitas akut radiasi.n sel normal Malondialdehyde MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif Catalase CAT adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal Metode penelitian Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013 Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke 15 dengan menggunakan spektrofotometer Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG Hasil Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7 6 1 2 nmol mL dan median aktivitas CAT sebesar 0 95 0 80 1 36 U mL Pasca 15 kali RE didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9 5 1 9 nmol mL p.

Introduction: Acute radiation toxicity was a process which caused by irradiation and initiated by normal cell damage. Malondialdehyde (MDA) is the end product of lipid peroxidation, and is usually used as a biomarker to assess oxidative stress. Catalase (CAT) is an enzymatic antioxidant that catalyzes H2O2 into water and oxygen. The purpose of this study was to determine whether the levels of MDA and CAT activity can be used as a predictor of acute radiation toxicity in locally advanced cervical cancer.
Methods: This is a prospective cohort study to 30 locally advanced cervical cancer patients who meet the inclusion criteria in the Radiotherapy Department of Cipto Mangunkusumo Hospital from July to September 2013. We measure MDA level and CAT activity before irradiation and on 15th fractions using sphectrophotometry. Degree of acute radiation toxicity assessed every week during external beam radiotherapy using RTOG criteria.
Results: The mean of serum MDA levels is 7.6 + / - 1.2 nmol /mL, and the median of CAT activity is 0.95 (0.80 to 1.36) U /mL. We found elevated of serum MDA level to 9.5 +/ - 1.9 nmol /mL (p <0.001) and CAT activity decreased to 0.82 (0.71 to 0.96) U /mL (p <0.001) on the 15th fraction of external beam irradiation. No statistically significant relationship is found between MDA level and CAT activity pre irradiation and its changes to the incidence of acute radiation toxicity.
Conclusion: This study showed that radiation or chemoradiation shown to cause an increase in MDA levels and decrease of CAT activity in locally advanced cervical cancer patients, but MDA levels and CAT activity cannot be a predictor of acute radiation toxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ariani
"Pendahuluan : Radioterapi kanker serviks uteri dalam pelaksanaannya memerlukan verifikasi geometri sebagai salah satu rantai prosedur radioterapi. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan set-up yang terdiri dari kesalahan sistematik dan acak yang nantinya digunakan untuk menentukan margin PTV yang sesuai untuk radioterapi kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap data verifikasi dengan Electronic Portal Imaging Devices (EPID) dari 9 pasien kanker serviks uteri yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM antara bulan Oktober 2013 hingga Desember 2013. Pergeseran pada lapangan radiasi yang didapatkan dari hasil verifikasi dalam tiga fraksi awal dianalisis untuk memperoleh kesalahan sistematik dan acak, yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan margin PTV.
Hasil : Sebanyak 72 data verifikasi EPID dianalisis. Didapatkan kesalahan sistematik dan kesalahan acak pada pelaksanaan radiasi (radioterapi) kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi RSCM, berturut-turut sebesar 3.8 dan 3.0mm pada sumbu laterolateral, 5.9 dan 2.6mm pada sumbu kraniokaudal, serta 4.3 dan 3.5mm pada sumbu anteroposterior. Margin PTV yang diperoleh sebesar 9.8mm, 13.5mm dan 11,0 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal, dan anteroposterior.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini mendapatkan kesalahan sistematik dan acak menggunakan verifikasi dengan EPID yang digunakan sebagai rekomendasi pemberian margin PTV sebesar 13.5mm dalam pelaksanaan radioterapi kanker serviks uteri dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM. Diperlukan alat imobilisasi khusus regio pelvis untuk meningkatkan akurasi penyinaran.

Introduction : Geometric verification is needed as a part of chain of radiotherapy procedures in cervical cancer irradiation. This procedure used to detect set-up erros contains sistematic and random errors for the next step use to formulating adequate PTV margin for cervical cancer irradiation in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods : This is a cross-sectional study using Electronic Portal Imaging Devices (EPID) verification data of 9 cervical cancer patients treated with 3DCRT/IMRT in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital between October 2013 and December 2013. Translation errors from the first three fractions were analyzed to count for systematic and random errors. These errors were then calculated to acquire PTV margin.
Results : A total of 72 EPID data were analyzed. Systematic and random errors for cervical cancer irradiation in this study were respectively 3.8mm and 3.0mm in laterolateral direction, 5.9mm and 2.6mm in craniocaudal direction, and 4.3mm and 3.5mm in anteroposterior direction. PTV margin were 9.8mm, 13.5mm and 11.0mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction, respectively.
Conclusions : The result in this study acquire systematic and random errors with verificaton by EPID gave PTV margin recommendation and showed that 13.5mm margin was adequate in planning 3DCRT/IMRT technique for cervical cancer in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital. Immobilisation devices for pelvic region might be needed to improve the accuration of radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadli Putera
"Tujuan: Kanker serviks merupakan keganasan wanita yang paling umum dan merupakan masalah kesehatan utama di Asia, khususnya Indonesia. Di Indonesia, kanker serviks sering terdeteksi pada stadium lanjut. Kemoradiasi merupakan terapi utama pada kasus kanker serviks stadium lanjut. Meskipun terapi yang diberikan memadai, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut hanya sekitar 40-70%. Lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh HPV dengan subtipe paling umum HPV 16 dan HPV 18. Infeksi dengan subtipe HPV risiko tinggi ini memperkuat kemampuan onkoprotein HPV E6 dalam menyebabkan karsinogenesis. Ekspresi onkoprotein HPV E6 yang tinggi, menyebabkan resistensi terhadap terapi, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan. Belum pernah ada penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai hubungan ekspresi onkoprotein HPV E6 dengan respon radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kadar ekspresi onkoprotein HPV E6 dengan respon radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang menjalani radiasi dan menghubungkannya dengan parameter prognostik. Metode: Kadar HPV E6 dievaluasi secara imunohistokimia dari spesimen blok parafin pra-radiasi menggunakan antibodi HPV 16 & HPV 18 E6. Respon radiasi akan dievaluasi menggunakan kriteria RECIST 1.1 minimal 2 bulan setelah penyinaran. Korelasi antara tingkat HPV dan respon radiasi akan dianalisis dengan SPSS versi 22. Hasil: Karakteristik dari 29 subjek penelitian menunjukkan sebagian besar berada pada stadium IIIC (48%), diikuti stadium IB3-IIB (28%), stadium IIIA-IIIB (14%), stadium IVA (10%). Hanya 28% subjek yang menerima kemoradiasi dan sisanya (72%) hanya menerima radiasi. Evaluasi berdasarkan RECIST 1.1 untuk respon radiasi menunjukkan bahwa 62% memiliki respon komplit, 27% respon parsial dan 11% memiliki penyakit yang stabil atau progresif. Pasien dengan kadar HPV E6 yang sedang (p=0.001) dan lemah (p=0.046), memiliki respon radiasi yang baik dibandingkan dengan kadar HPV E6 yang kuat. Kesimpulan: Kadar HPV E6 yang lemah, memiliki respon radiasi yang baik dibanding kadar HPV E6 kuat.

Objective: Cervical cancer is the most common female malignancy and is a major health problem in Asia, especially Indonesia. In Indonesia, cervical cancer is often detected at an advanced stage. Chemoradiation is the main therapy in cases of advanced cervical cancer. Despite adequate therapy, the 5-year survival rate in patients with advanced cervical cancer is only about 40-70%. High expression of HPV E6 oncoprotein, causes resistance to therapy, thus leading to treatment failure. There has never been a previous study in Indonesia regarding the relationship between HPV E6 oncoprotein expression and response. The purpose this study to explore the relationship between HPV E6 oncoprotein expression levels with radiation response in cervical cancer locally advance who underwent radiation, correlate it with prognostic parameters. Methods: HPV E6 levels were evaluated immunohistochemically from paraffin block specimens using HPV 16 & HPV 18 E6 antibodies. Radiation response will be evaluated using RECIST 1.1 criteria at least 2 months after irradiation. The correlation between HPV level and radiation response will be analyzed with SPSS version 22. Results: The characteristics of 29 subjects showed that most of them were in stage IIIC (48%), followed by stage IB3-IIB (28%), stage IIIA-IIIB (14%), stage IVA (10%). Only 28% of the subjects received chemoradiation and the rest (72%) received radiation only. Evaluation by RECIST 1.1 for radiation response showed that 62% had a complete response, 27% had a partial response and 11% had stable or progressive disease. Patients with moderate (p=0.001) and weak HPV E6 levels (p=0.046), had a good radiation response compared to those with strong HPV E6 levels. Conclusion: Compared to strong HPV E6 level, weak HPV E6 levels have a better radiation response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>