Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Penelitian ini adalah kegiatan arkeologi baik kegiatan lapangan maupun non-lapangan. Fokus penelitian ini adalah mengetahui bentuk, penataan, dan fungsi ruang dan/atau bangunan khususnya struktur bangunan bagian bawah yang masih tampak di dalam keraton Surosowan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode ekskavasi, studi kepustakaan, analisis artefak dan fitur, analisis khusus, serta rekonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peta kuna, keraton Surosowan paling sedikit telah mengalami lima tahap pembangunan. Dari data pengupasan dan penggalian keraton sekarang ini hanya dapat memperlihatkan adanya dua fase pembangunan. Berdasarkan sisa ubin dalam tiap ruang, diperoleh rekonstruksi ukuran dan pola pasang ubin pada tiap ruang di kompleks keraton. Diperoleh pula data untuk merekonstruksi pola pasangan bata dinding bangunan dan pondasi pada bangunan di kompleks keraton. Sementara itu, fungsi bangunan yang diketahui adalah tempat tinggal sultan dan keluarga, bangsal terima tamu, kolam Roro Denok, dan pemandian Pancuran Mas.

This research intrinsically is about activity of field and non-field archaeology. Focus of this research is to know form, settlement, and room function and/or building specially undercarriage building structure which still can be seen in Surosowan keraton. Methods used for the research are excavation, bibliography study, artifact and feature analysis, special analysis, and reconstruction. The result may indicate that, according to ancient map analysis, Surosowan keraton at least have experienced of five development phase. Excavation can only show the existence of is biphase of development pursuant to building structure indication which is overlap. According to tiling remains in every room, this research can reconstruct measure and pattern of tiling installation at every room in complex of keraton. The Research also obtain data to reconstruct building wall brick couple pattern and foundation at building in complex of keraton. Meanwhile, according to field observation is also obtained an assumption for some building function which have been shown, like sultan?s residence, audience hall, garden pool of Roro Denok, and bath of Pancuran Mas. "
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Penelitian ini adalah kegiatan arkeologi baik kegiatan lapangan maupun non-lapangan. Fokus penelitian ini adalah mengetahui bentuk, penataan, dan fungsi ruang dan/atau bangunan khususnya struktur bangunan bagian bawah yang masih tampak di dalam keraton Surosowan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode ekskavasi, studi kepustakaan, analisis artefak dan fitur, analisis khusus, serta rekonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peta kuna, keraton Surosowan paling sedikit telah mengalami lima tahap pembangunan. Dari data pengupasan dan penggalian keraton sekarang ini hanya dapat memperlihatkan adanya dua fase pembangunan. Berdasarkan sisa ubin dalam tiap ruang, diperoleh rekonstruksi ukuran dan pola pasang ubin pada tiap ruang di kompleks keraton. Diperoleh pula data untuk merekonstruksi pola pasangan bata dinding bangunan dan pondasi pada bangunan di kompleks keraton. Sementara itu, fungsi bangunan yang diketahui adalah tempat tinggal sultan dan keluarga, bangsal terima tamu, kolam Roro Denok, dan pemandian Pancuran Mas.

This research intrinsically is about activity of field and non-field archaeology. Focus of this research is to know form, settlement, and room function and/or building specially undercarriage building structure which still can be seen in Surosowan keraton. Methods used for the research are excavation, bibliography study, artifact and feature analysis, special analysis, and reconstruction. The result may indicate that, according to ancient map analysis, Surosowan keraton at least have experienced of five development phase. Excavation can only show the existence of is biphase of development pursuant to building structure indication which is overlap. According to tiling remains in every room, this research can reconstruct measure and pattern of tiling installation at every room in complex of keraton. The Research also obtain data to reconstruct building wall brick couple pattern and foundation at building in complex of keraton. Meanwhile, according to field observation is also obtained an assumption for some building function which have been shown, like sultan?s residence, audience hall, garden pool of Roro Denok, and bath of Pancuran Mas."
Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Keraton merupakan bangunan yang memegang peranan sangat
pcnting bagi sebuah kerajaan. Selain sebagai pusat pemerintahan, keraton
juga berfungsi sebagai tempat tinggal raja/sultan dan keluarganya beserta
perangkat kerajaan laixmya. Sering pula, keraton memiliki nilai dan makna
simbolis religius-magis.. Salah satu keraton yang terkenal di Indonesia
adalah keraton Surosowan + Banten. Keraton Surosowan merupakan
peninggalan dari kerajaan Banten yang terletak di provinsi Banten sekarang
yang didirikan pada abad ke-I6 dan dihancurkan terakhir kali pada abad
kc-I9.
Sebagai salah satu peninggalan kerajaan Islam terbesar di tanah air
tercinta ini, keraton Surosowan banyak menyimpan misteri terutama dari
dari segi bentuk dan tata Ietaknya. Walaupun sudah banyak penelitian
yang dilakukan atas bangunan ini, namun aspek bentuk keraton ini masih
memerlukan kajian lebih mendalam. Penelitian ini berusaha mengkaji
bentuk keraton Surosowan berdasarkan data yang diperoleh dari peta atau
gambar kurva yang berasal dari abad ke-I 6 hingga abad ke-19.
Bcrdasarkan analisis peta atau gambar diketahui bahwa tidak
satupun data yang mcmberikan penjelasan rinci mengenai bentuk dan lata
letak keraton Surosowan. Kenyutaan scrupa juga dijumpai pada naskah
kuna dan catatan asing.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LAPEN 03 Per k
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Prio Widiyono
"Dari sekian banyak masalah arkeologi di Indonesia yang belum diusahakan pemecahannya secara khusus dan sistematis ialah masalah yang berkaitan dengan mata uang logam, yang merupakan bagian dari sistem pembayaran dalam perdagangan. Lebih besar lagi mata uang logam sebagai bagian dari sistem moneter. Hu-bungan perdagangan yang terjadi itu mula-mula diper_kirakan berupa hubungan dagang yang dilakukan antara dua pihak atau lebih.
Secara umum istilah perdagangan (trade) diguna_kan untuk menjelaskan jaringan hubungan timbal balik yang dilakukan paling tidak antara dua pihak sebagai suatu usaha untuk memperoleh barang melalui pertu_karan (exchange) dengan lebih menekankan aspek kebu_tuhan daripada aspek sosial (Rowland 1973:589; Sonny Wibisono 1983:1). Pada dasarnya mekanisme perdagang_an didorong oleh kebutuhan akan barang atau bahan baku yang tidak dapat diperoleh dan tidak ekonomis dibuat di suatu tempat, sementara itu di tempat lain..."
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S11601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Keraton Surosowan memliki peranan yang sangat besar bagi kerajaan Banten pada kurun mulai akhir XVI hingga awal abad XIX. Dalam rentang waktu yang sangat panjang itu keraton Surosowan mengalami pasang surut pembangunanya berdasarkan kajian kepustakaan diketahui bahwa keraton Surosowan telah mengalami bebrapa kali pembangunan. Hal ini terutama jelas terlihat pada gambaran keraton Surosowan dari peta Banten 1726. Perubahan yang sangat mencolok terlihat pada peta 1739, 1825, hingga 1900. Tiga peta terahkir menggambarkan keraton Surosowan berbentuk empar persegi panjang bestion di keempat sudutnya (mirip dengan gambaran keraton sekarang), sedangkan pada peta-peta sebelumnya digambarkan berupa bangunan berundak-undak atap makin ke atas makin meruncing dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan, Dari kajian lapangan, paling tidak terdapat dua tahap pembangunan, Hal ini diketahui dari sisa-sisa struktur bangunan beberapa tempat di dalam keraton yang menunjukkan adanya struktur lantai yang dua lapis dan struktur yang tmpang tindih "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LAPEN 03 Fer f
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"The Sorosuwan palace played a major role the kingdom of Banten in the priod between the 16th century and the 19th century. In such a long period of time, the Sorosuwan palace experienced ups and downa in its development. Based on a libarary research, it is known that the Sorosuwan palace was renovated several times. This is most clearly seen in the differences found in the representations of the ...."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"ABSTRAK
Situs yang menjadi objek dalam kajian ini adalah situs Banten Lama, yang terdiri dari Situs Kompleks Mesjid Agung, Situs Keraton Surosowan, Situs Keraton Kaibon, Situs Jembatan Rante, Situs Tasik Ardi dan Pengidelan, Situs Benteng Speelwijk, Situs Vihara Avalokiteswara, Situs Pelabuhan Karangantu
dan sebuah Meriam Ki Amok. Situs kawasan ini merupakan sumberdaya arkeologi yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, posisi tawar menawar (bargaining position), menyebabkan teijadinya tarik-menarik antara beberapa faktor kepentingan. Permasalahan yang dihadapi dalam kajian ini adalah bagaimana pemanfaatan sumberdaya arkeologi situs Banten Lama dilihat dari sudut pandang masyarakat Banten lama, Pemda Banten dan dari Manajemen Sumberdaya Budaya.
Kajian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang bersifat terapan (applied research) dan melihat juga undang-undang serta aturan-aturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. bertujuan mengetahuai potensi sumberdaya budaya arkeologi, lansekap budaya dan kehidupan masyarakat Banten Lama serta menemukan cara yang arif, bijaksana, tepat dalam Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya budaya arkeologi disitus Banten Lama.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa situs Banten Lama dapat dimanfaatkan untuk kepentingan untuk agama, sosial, kepariwisataan, pendidikan, penelitian dan ilmu pengetahuan. Pengelolaan Situs Banten Lama harus melibatkan empat komponen yang berkepentingan
terhadap situs Banten Lama keempat komponen adalah Keluarga Kesultanan Banten, Pemda Tk I dan Tk II, Bapeda Serang, Tokoh Masyarakat dan kepemudaan, Suaka dan dinas kepariwisataan seranglpropinsi. Keseimbangan pertimbangan kepentingan antara terhadap beberapa faktor kepentingan yang ada, maka akan ditemukan suatu sistem pengelolaan sumberdaya arkeologi yang baik di situs ini. Situs ini juga telah didukung oleh museum situs sebagai tern pat penampungan dan penyelamatan hasil penelitian dan penyajian kepada masyarakat. Sehingga keberadaan sumberdaya arkeologi ini diharapkan tidak
hanya dapat mengaktualisasikan suatu nilai yang memiliki sejarah yang panjang, tetapi dapat pula ikut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa yang ditekankan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korompis, Edmund
"Penelitian mengenai pipa tembakau Gouda di Situs Keraton Surosowan, Banten Lama sejauh ini belum diteliti secara khusus. Artefak ini sebenarnya cukup menarik untuk diteliti sebab jumlahnya yang cukup banyak dan diharapkan dapat menggambarkan aspek kehidupan masa lalu di Banten Lama. Sasaran Pokok penelitian ini adalah mengenali secara rinci bentuk-bentuk pipa tembakau Gouda, untuk mengetahui fungsi dan peranan pipa tersebut di dalam masyarakat. Penelitian ini diawali dengan tahap identifikasi semua atau sebagian ciri yang terdapat pada temuan pipa Gouda, antara lain bentuk wadah, ukuran, hiasan, cap, dan atribut-atribut lain. Selanjutnya, setelah mengenali berbagai bentuk wadah, ukurannya, hiasan, cap, serta atribut-atribut lainnya, maka penanganan data utama dirangkaikan dengan pengelompokan taksonomis. Pengamatan terhadap pipa tembakau Gouda di Situs Keraton Surosowan, menghasilkan 2 tipe bentuk pipa dan berhasil pula mengelompokkan 84 cap ke dalam 5 tipe cap."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S11847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Keraton Surosowan memiliki peranan yang sangat besar bagi kerajaan Banten pada kurun mulai akhir abad XVI hingga awal abad XIX. Dalam rentang waktu yang sangat panjang itu, keraton Surosowan mengalami pasang suzut pembangunannya. Berdasarkan kajian kepustakaan diketahui bahwa keraton Surosowan telah mengalami beberapa kali pembangunan. Hal ini terutama jelas terlihat pada gambaran keraton Surosowan dari peta Banten 1596 berbeda dari peta 1624, dan berbeda pula dengan pcm 1726. Perubahan yang sangat mencolok terlihat mulai terlihat pada peta 1739, 1825, hingga 1900. Tiga peta terakhir menggambarkan keraton Surosowan berbentuk empat persegi panjang dengan bastion di keempat sudutnya (mirip dengan gambaran keraton sekarang), sedangkan pada peta~peta sebelumnya digambaskan berupa bangunan berundak-undak, atap makin ke atas makin meruncing, dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan. Dari kajian lapangan, paling tidak terdapat dua tahap pembangunan. Hal ini diketahui dari sisa-sisa struktur bangunan beberapa tempat di dalam keraton yang menunjukkan adanya struktur Iantai yang dua lapis lantai dan struktur yang tumpang tindih."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"Situs yang menjadi objek dalam kajian ini adalah situs Banten Lama, yang terdiri dari Situs Kompleks Mesjid Agung, Situs Keraton Surosowan, Situs Keraton Kaibon, Situs Jembatan Rante, Situs Tasik Ardi dan Pengidelan, Situs Benteng Speelwijk, Situs Vihara Avalokiteswara, Situs Pelabuhan Karangantu dan sebnah Meriam Ki Amuk. Situs kawasan ini merupakan sumberdaya arkeologi yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, posisi tawar¬menawar (bargaining position), menyebabkan terjadinya tarik-menarik antara beberapa faktor kepentingan.
Permasalahan yang dihadapi dalam kajian ini adalah bagaimana pemanfaatan sumberdaya arkeologi situs Banten Lama dilihat dari sudut pandang masyarakat Banten lama, Pemda Banton dan dad Manajemen Sumberdaya Budaya. Kajian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang bersifat terapan (applied research) dan melihat juga undang-undang serta aturan-aturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam menjawab permasalahan yang dihadapi bertujuan mengetahui potensi sumberdaya arkeologi, lanskap budaya dan kehidupan masyarakat Banten Lama serta menemukan cara yang arif. bijaksana , tepat dalam Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya budaya arkeologi disitus Banten Lama.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa situs Banten Lama dapat dimanfaatkan untuk kepentingan untuk agama, sosial, kepariwisataan, pendidikan, penelitian dan ilmu pengetahuan. Pengelolaan Situs Banten Lama harus melibatkan empat komponen yang berkepentingan terhadap situs Banten Laman keempat komponen adalah Keluarga Kesultanan Banten, Pemda Tk I dan Tk II, Bapeda Serang, Tokoh Masyarakat dan kepemudaan , Suaka dan dinas kepariwisaraan serang/propinsi. Keseimbangan pertimbangan kepentingan antara terhadap beberapa faktor kepentingan yang baik di situs ini. Situs ini juga telah didukung oleh museum situs sebagai tempat penampungan dan penyelamatan hasil penelitian dan penyajian kepada masyarakat. Sehingga keberadaan sumberdaya arkeologi ini diharapakan tidak hanya dapat mengaktualisasikan suatu nilai yang memiliki sejarah yang panjang, tetapi dapat pula ikut berpatisipasi dalam pembangunan bangsa yang ditekankan pada peningkatan taraf hidup masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>