Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"In the world of industry,either in land and also in sea do not get out of the corrosion problem. By dozens expense wich must be released by industrial perpetrator in consenquence the problem
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kandla Gifari Akbar
"Pelat lambung kapal merupakan bagian konstruksi kapal yang akan mengalami kerusakan akibat serangan korosi di lingkungan air laut pertama kali. Salah satu metode pengendalian korosi pada pelat lambung kapal adalah dengan menerapkan sistem proteksi katodik, seperti menggunakan anoda korban. Akan tetapi, banyaknya pilihan anoda korban yang tersedia membuat para pemilik kapal kesulitan dalam menentukan anoda korban yang memiliki kinerja optimal untuk memproteksi struktur pelat lambung kapal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja dua produk (X dan Y) anoda korban paduan aluminium Al-Zn-In yang memiliki komposisi kimia berbeda pada pelat baja kapal AH 36 di lingkungan air laut dengan melakukan analisis pada nilai laju korosinya. Metode yang dilakukan dalam penelitian, yaitu melakukan observasi lapangan pada kapal dengan mengumpulkan data pengurangan ketebalan pelat kapal yang telah berlayar selama 2,5 tahun dan sedang menjalani pengedokan di galangan kapal. Selain itu, juga dilakukan pengujian laboratorium dengan metode weight loss dan linear polarization resistance pada spesimen uji pelat baja AH 36, dua produk anoda korban paduan aluminium Al-Zn-In yang memiliki komposisi kimia berbeda dan menggunakan elektrolit berupa air laut dengan salinitas 33,00 o/oo. Pada observasi lapangan didapati bahwa penggunaan anoda korban paduan aluminium X untuk memproteksi pelat baja lambung kapal yang telah beroperasi selama 2,5 tahun dapat menurunkan laju korosi rata-rata yang dialami pelat lambung kapal menjadi sebesar 0,108 mm/tahun. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan, diperoleh bahwa laju korosi paling rendah dialami spesimen baja yang diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium Y, dimana diperoleh nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,1265 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,0983 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Kemudian, disusul pada urutan kedua oleh spesimen baja yang diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium X, dimana didapati nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,1646 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,1982 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Untuk laju korosi yang paling tinggi dialami oleh spesimen baja Z yang tidak diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium, dimana diperoleh nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,2138 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,2551 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Sehingga, dapat diketahui bahwa anoda korban paduan aluminium Y memiliki kinerja paling optimal dalam memproteksi pelat baja kapal AH 36 dari kerusakan akibat serangan korosi di lingkungan air laut.

The hull plates are part of the construction that will be damaged by corrosion attack in the seawater environment for the first time. One way to control corrosion on ship plates is to apply a cathodic protection system, such as the use of a sacrificial anode. However, the many choices of sacrificial anodes available make it difficult for ship owners to determine which sacrificial anode has the optimal performance to protect the hull plate structure. Therefore, this study aims to evaluate the performance of two products (X and Y) of the aluminium alloy sacrificial anode Al-Zn-In with different chemical compositions on the steel plate of the AH 36 ship in a seawater environment by analyzing the corrosion rate value. The method used in this research is to conduct field observations on ships by collecting plate reduction data on ships that have been sailing for 2,5 years and are undergoing docking at the shipyard. In addition, laboratory tests were also carried out using weight loss and linear polarization resistance methods on test specimens of AH 36 steel plate, two aluminium alloy sacrificial anode products Al-Zn-In which have different chemical compositions and use electrolytes in the form of seawater with a salinity of 33, 00 o/oo. On-field observations, it was found that the use of aluminium alloy X sacrificial anode to protect the hull steel plate operating for 2,5 years can reduce the average corrosion rate experienced by the hull plate to 0,108 mm/year. Based on the results of laboratory tests, it was found that the lowest corrosion rate was experienced by steel protected with aluminium alloy sacrificial anode Y, where the average corrosion rate was 0,1265 mm/year (weight loss method) and 0,0983 mm/year (linear polarization resistance method). Then, followed in second place by steel specimens protected with aluminium alloy X sacrificial anode, where the average corrosion rate values ​​were 0,1646 mm/year (weight loss method) and 0,1982 mm/year (linear polarization resistance method). The highest corrosion rate was experienced by Z steel specimens that were not protected with an aluminium alloy sacrificial anode. The average corrosion rate was 0,2138 mm/year (weight loss method) and 0,2551 mm/year (linear polarization resistance method). Thus, it can be seen that the aluminium alloy sacrificial anode Y has the most optimal performance in protecting the steel plate of the AH 36 ship from damage due to corrosion attacks in the seawater environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Komariyah
"Pada tesis ini dipelajari pengaruh spatter terhadap degradasi material yaitu pengaruhnya terhadap laju korosi serta terhadap kegagalan struktur yang diawali dengan timbulnya retak akibat beban bending fatigue. Beberapa pengujian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan yang selanjutnya dianalisa.
Uji Vickers dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai kekerasan akibat adanya spatter. Untuk mendapatkan data tentang awal terjadinya retak dilakukan uji bending fatigue. Pengaruh spatter terhadap laju korosi diteliti dengan melakukan pengujian Cyclic Potentiodynamic Polarization.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kekerasan akibat adanya spatter lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa spatter. Awal retak akibat beban fatigue tidak terjadi pada daerah spatter, tetapi terjadi pada mikro notch pada daerah HAZ. Laju korosi pada daerah spatter lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa spatter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T40833
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Isti Karna Sari
"Pipa baja API 5L Grade B merupakan jenis pipa yang banyak dipakai pada struktur anjungan untuk minyak bumi dan gas, dan umumnya banyak digunakan sebagai pipa penyalur gas, air, dan minyak. Instalasi sistem perpipaan dengan menggunakan pipa baja API 5L Grade B terutama di zona air laut perlu mendapatkan perhatian khusus karena instalasi sistem perpipaan pada zona ini rawan terhadap masalah korosi terutama di lingkungan air laut. Kandungan terbesar pada logam paduan API 5L Grade B adalah unsur besi (Fe) sebanyak 98,06 % berat sehingga paduan ini tergolong dalam kelompok baja carbon rendah. Dan komposisi utama penyebab korosi pada paduan baja API 5L Grade B ini sangat didominasi unsur  carbon (C), oksigen (O), dan unsur chlor (Cl) yang ada di zona air laut dengan produk korosi adalah fasa FeCl2 (lawrencite), FeO2 (lepidocrosite), Fe2O3 (hematite), dan Fe3O4 (magnetite). Laju korosi tertinggi diperoleh pada sampel API 5L Grade B yang diletakkan di dalam lingkungan pantai yaitu sebesar 20.84 mpy pada saat pasang, sedangkan laju korosi tertinggi pada saat surut terjadi pada sampel API 5L Grade B yaitu sebesar 12.14 mpy yang diletakkan di lingkungan air payau. Bentuk korosi yang terjadi meliputi tiga tahapan korosi, yaitu pada awalnya terjadi korosi seragam yaitu suatu bentuk korosi elektrokimia yang terjadi dengan tingkat ekuivalen tinggi pada seluruh bagian permukaan yang diuji dan sering kali meninggalkan suatu kerak dibalik permukaan atau endapan. Kemudian dengan meningkatnya laju korosi dan factor lingkungan korosi menyerang daerah celah, sehingga terbentuk korosi celah (crevice corrosion) dibatasi hanya untuk serangan terhadap paduan-paduan yang oksidanya terpasifkan oleh ion-ion agresif seperti klorida dalam celah-celah atau daerah-daerah permukaan logam yang tersembunyi dan pada akhirnya membentuk korosi sumuran (pitting corrosion).

Steel pipe of API 5L Grade B is a type of pipe that is widely used in bridge structures for oil and gas, and generally widely used as gas, water, and oil pipelines. Installation of piping systems using steel pipe API 5L Grade B, especially in sea water zone needs special attention because of the installation of the piping system in this zone is prone to corrosion problems, especially in the marine environment. The content of the metal alloy largest API 5L Grade B is the element iron (Fe) around 98.06 wt% so that the alloy is classified in the group of low carbon steel. And the composition of the main causes of corrosion in steel alloys API 5L Grade B is dominated elements carbon (C), oxygen (O), and chlorine (Cl) in the zone of sea water with corrosion products are phases of FeCl2 (lawrencite), FeO2 (lepidocrosite), Fe2O3 (hematite) and Fe3O4 (magnetite). The highest corrosion rate was obtained on a sample of API 5L Grade B is placed in the beach environment is equal to 20.84 mpy at high tide, while the highest corrosion rate at low tide occurs in samples of API 5L Grade B is equal to 12:14 mpy placed in brackish water environments. Form of corrosion that occurs includes three stages of corrosion, the first is uniform corrosion namely a form of electrochemical corrosion that occurs with high equivalent level in all parts of the surface are tested and often leave behind a surface crust or sediment. Then by increasing the rate of corrosion and the environment factor, the corrosion attacked gap area, thus forming a crevice corrosion (crevice corrosion) which limited only to attacks on the oxide alloys by aggressive ions such as chloride in the gaps or areas of the metal surface hidden and eventually form the pitting corrosion (pitting corrosion)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T52497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syawalman
"ABSTRAK
Pipa API 5L Grade B adalah pipa yang digunakan sebagai penyalur pada industri minyak (BBM), gas dan industri kimia. Pengujian dibatasi oleh medium air hujan, air pantai dan air laut tengah di daerah Tanjung Priok. Sampel pipa diuji kekuatan mekanisnya (uji tarik) untuk mengetahui nilai tensile strength, menggunakan standar ASTM E8. Kemudian dilakukan pengujian Mikroskop Optik dan SEM untuk mengetahui struktur mikro. Analisa fasa dan struktur kristalnya dilakukan dengan pengujian XRD. Pengujian laju korosi menggunakan metode polarisasi potensiodinamik G102-99. Terhadap pipa bekas pakai yang sudah terkorosi di area tersebut, dilakukan pengujian Mikroskop Optik, XRD, SEM dan EDX untuk melihat struktur mikro dan komposisi kimia senyawa produk korosi yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya korosi merata, korosi batas butir, korosi celah dan korosi sumuran. Laju korosi paling besar terjadi di lingkungan pantai, yaitu sebesar 2.29 mpy, di laut dalam 1.96 mpy dan laju korosi paling rendah terjadi oleh air hujan, sebesar 0,45 mpy. Hal ini disebabkan karena di lingkungan pantai salinitas dan kandungan zat padat yang terlarut lebih tinggi.

ABSTRACT
The pipe API5L Grade B is the pipe used as distributors for oil industries , gas and chemical industries. The test is limited by the medium of rain water, coastal water and middle sea water in Tanjung Priok. The pipe sampling is tested for mechanism strength to get tensile strength value by using the standard of ASTM E 8. The test then continued to optical microscope test and scanning electron microscopy (SEM) to get the micro structure orientation. The phase and crystal structure analysis was carried by x-rays diffraction (XRD) test. The analysis of corrosion accelerator was carried by the metod of potentiodynamic polarization G102-99. The corroded used pipe in the area then had optical microscopy tests, XRD, SEM and EDX to get the microstructure and chemical composition of the corrosion products compound formed. The test result shows the occurance of prevalent corrosions, intergranular corrosions, crevice corrosions and pitting corrosions. The biggest corrosions accelerated in the coastal water area wich about 2.29 mpy, in the dept sea for about 1.96 mpy and the lowest is in the area of rain water with 0.45 mpy. This is due to the salinity of the coastal area and the content of dissolved solid is higher.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Tj. Sulungbudi
"Korosi merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh sistem pendingin sekunder Reaktor Serbaguna G.A. Siwabessy, di camping masalah deposit dan mikroorganisme. Mengingat fungsinya, maka dibutuhkan inhibitor korosi untuk menghambat laju korosi yang terjadi. Inhibitor yang digunakan adalah Nalco 7354 yang dicampurkan ke dalam air pendingin bersama NaOCl dan Nalco 7330 sebagai kontrol mikroorganisme. Faktor-faktor yang diteliti adalah konsentrasi inhibitor, pengaruh penambahan NaOCl dan Nalco 7330, pH dan kekasaran permukaan sampel. Selanjutnya diteliti pengaruh penggunaan inhibitor urea dan tiourea terhadap laju korosi. Laju korosi diukur dengan perangkat alat dari EG&G Princeton Applied Research Corporation, yang terdiri dari perangkat lunak M342 Softcorr, potensiostat M273 dan sel korosi. Teknik yang digunakan adalah Tahanan Polarisasi dan Potensiodinamik. Sampel berupa baja karbon DIN ST 35.8 yang dibuat kepingan lingkar berdiameter 1,5 cm. Sampel sebelum dan sesudah dioptimasi dilakukan analisis permukaan dengan SEM-EDAX. Kondisi optimum inhibitor Nalco 7354 diperoleh pada pH 7,0 dan konsentrasi Nalco 7354 50 ppm, dengan efisiensi inhibisi 32,49 %; kondisi optimum inhibitor urea diperoleh pada pH 8,0 dan konsentrasi urea 70 ppm, dengan efisiensi inhibitor 80,80 %; kondisi optimum inhibitor tiourea diperoleh pada pH 7,0 dan konsentrasi tiourea 20 ppm, dengan efisiensi inhibitor 86,80 %. Konsentrasi NaOCl dan Nalco 7330 masing-masing 1 ppm dan 50 ppm; kekasaran permukaan sampelsesuai dengan amplas nomor 800. Adanya deposit sulfur pada permukaan sampel dengan inhibitor tiourea yang memberi percepatan laju korosi sampel ditunjukkan oleh hasil analisis SEM-EDAX dan didukung oleh hasil potensiodinamik. Laju korosi dipengaruhi oleh macam inhibitor yang digunakan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S41067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli
"CO2 merupakan salah satu gas yang secara natural hadir dalam fluida pada praduksi minyak dan gas. Gas C02 yang larut di air diketahui dapat menyebabkan korosi dari pipa baja yang digunakan di lapangan produksi minyak dan gas, Kebanyakan korosi internal pada pipa baja penyalur minyak disebabkan oleh C02 Korosi C02 dalam pipa penyalur minyak dipengaruh oleh beberapa faktor seperti tekanan parsial C02, temperatur dan pH Dalam pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan parsial CO2 terhadap laju korosi pada logam baja dalam suatu media larutan yang dihasilkan dengan menggunakan polarisasi dengan perhitungan kecepatan korosi dari rumus de ward dan milhams. Pengujian ini dilakukan pada baja karbon API 3L X-42 dari pipa penyalur minyak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Patriangga
"Inhibitor merupakan suatu substansi yang ditambahkan kedalam lingkungan korosif dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat menurunkan laju korosi (corrosion rate). Penggunaan inhibitor sebagai salah satu cara perlindungan korosi telah banyak digunakan pada dunia industri terutama pada industri pengolahan minyak gas dan petrokimia. Inhibitor terdiri dari berbgai jenis yang dalam penggunaanya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta material yang hendak di proteksi. Inhibitor yang digunakan pada penelitian ini ialah katodik inhibitor PENDAWA 99-P yang memiliki kandungan utama polyphosphates. Lingkungan korosif yang menjadi fokus penelilian ialah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5 %, 2 % dan 3,5 %. ,material yang digunakan ialah baja karbon rendah karena aplikasinya yang banyak digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>