Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renwarin, Paul Richard
"History, culture, and social life of Minahasa people"
Jakarta: Cahaya Pineleng, 2007
959.8 PAU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anny Wantania
"ABSTRAK
"Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai laut yang luas sehingga merupakan produsen ikan laut yang potensial. Salah satu wilayah produsen ikan laut yang potensial di Indonesia adalah Sulawesi Utara. Kotamadya Bitung merupakan wilayah penghasil ikan laut terbanyak dari aspek jumlah dan nilai produksi se Sulut. Salah satu potensi perikanan yang dijadikan komoditi perdagangan di Kotamadya Bitung adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dikenal sebagai Kota Cakalang. Penelitian tentang perdagangan ikan cakalang di Bitung relatif belum terjamah. Di sisi lain, penelitian tentang sejarah perekonomian Indonesia didominasi hasil perkebunan Masalah penelitian ini adalah perkembangan perdagangan ikan cakalang di Bitung, Sulawesi Mara periode tahun 1975 sampai dengan 2001. Secara lebih khusus, penelitian ini difokuskan pada dampak perubahan kebijakan pemerintah terhadap perdagangan ikan cakalang. Penentuan periodesasi itu adalah pada tahun 1975 dibentuknya Kotamadya Bitung dan 2001 adalah dua tahun epelaksanaan otonomi daerah yang menekankan pada desentralisasi pengelolaan potensLkelautan berdasarkan Undang-Undang No.22/1999. Dal= periode itu, kebijakan pemerintah dibagi dalam tiga karakteristik, yaitu kebijakan ekonomi sentralistik (1975-1982), liberalisasi ekonomi (1983-1999) dan otonomi daerah yang menekankan pada desentralisasi kelautan (1999- saat ini) Pertanyaan penelitiaan dalam disertasi ini adalah bagaimana dampak kebijakan pemerintah pada periode ekonomi sentralistik, liberalisasi ekonomi dan otonomi daerah terhadap dinamika perdagangan ikan cakalang di Kotamadya Bitung? Kebijakan perdagangan perikanan menimbulkan dampak terhadap dinamika perdagangan ikan cakalang, pada pada periode ekonomi sentralistik (1975-1982). Kebijakan merupakan intrumen pelestarian kekuasaan. Konteks periode ekonomi sentralistik yang meraup keuntungan adalah pedagang Cina, militer, dan pejabat biokrasi. PN. Perikani, sebagai contoh dikendalikan oleh aparat militer yang relevan sehingga sektor perikanan berada di bawah kontrol negara bail: secara politik maupun ekonomi. ""Ferman itu semakin mendapatkan pembenaran dengan hadirn_ya perusahaan perikanan yang dikelola oleh Puskopal Armatirn. Keterlibatan menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Dampak yang ditimbulkan cenderung menguat kepada negatif, yaitu hisnis militer menjadi semakin monopolistik dan otoritarian. Kernudian, kenyataan itu menimbulkan kesadaran baru untuk menetapkan kebijakan pembangunan yang lehih berorientasi pasar internasional. Keuntungan yang lehih besar akan diperoleh dan bisa menciptakan pemerataan hasil peinbangunan. Kebijakan liberalisasi menimbulkan dampak negatif dan positif. Liberalisasi yang diterapkan dijadikan instrumen pelestarian kekuasaan politik oleh penguasa. Kondisi itu saya nyatakan liberalisasi yang herbasis pada""
2004
D1567
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkilisan, Yuda Benharry
"Pada tanggal 31 Maret 1877 sebuah petisi dilayangkan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. Petisi itu dikirim oleh para pemimpin Minahasa. Pada dasarnya, petisi ita mengajukan keberatan terhadap besluit Residen ivienado tanggal 25 Januari 1876 no 1 Lh A. Sebenarnya besluit itu mengatur peraturan tanah negara yakni ordonansi 1875 (Staatsblad 1875 no 199a). Para pemimpin Minahasa rnemprotes pornyataan bahwa Minahasa merupakan tanah milik negara (Hindia Belanda), seper_ti bunyi salah satu butir ordonansi itu. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa hubungan Minahasa dan Belanda sejak pihak yang terakhir datang di daerah Sulawesi bagian utara diatur dengan perjanjian atau kontrak. Dasar hu_bungan itu bukan sebagai daerah taklukan dengan penakluknya, melainkan berlandaskan bentuk persekutuan. Atas pertimbangan hubungan sekutu itu, menurut para pemimpin Minahasa, seyogya nya ordonansi itu dipertimbangkan kembali. Padahal sejak menerima kembali daerah Minahasa dari tangan Inggris awal abad 19, Belanda memperlakukan Minahasa sebagai wilayah yang diperintah langsung (direct gebied), Dengan sendirinya, kebijaksanaan politik Belanda di Minahasa berlandas_kan dasar pemikiran tersebut di atas. Situasi yang berubah itu, tidak segera disadari oleh para pemimpin Minahasa. Dengan diterbitkannya ordonansi 1875 itu, kurang 1ebih setengah abad telah berlangsungnya perubahan politik, barulah mereka mafhum, dan untuk itu mereka memprotes."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S12569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yani Yuniawati Umar
"Kubur batu waruga yang diteliti terdapat di wilayah Kecamatan Tomohon (Kabupaten Minahasa) clan Kecamatan Wenang (Kodia Manado), Provinsi Sulawesi Utara. Pendukung dari kubur batu waruga di wilayah ini adalah Sub Etnis Tou'mbulu yang merupakan salah sate sub etnis yang ada di Etnis Minahasa. Kubur batu waruga merupakan salah sate unsur peninggalan megalitik yang berupa kubur peti batu. Dilihat dari konstruksinya waruga mempunyai wadah yang berbentuk empat persegi panjang serta tutup yang berbentuk prisma (menyerupai atap rumah), yang hanya terdapat di wilayah Sulawesi Utara khususnya di daerah kawasan Minahasa dan Manado. Pembahasan waruga di Sub Etnis Tou'mbulu ini difokuskan pada bagian tutupnya saja, terutama pada bagian muka dari tutup waruga. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendapatkan data sedini mungkin sebelum data-data tersebut hilang dan musnah, dengan cara demikian maka botch dikata semua waruga masih sempat didokumentasikan sebelum Benda-benda tersebut lenyap sebagai dokumen sejarah, serta mendukung atau melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya agar lebih akurat terutama dalam pendeskripsian, sehingga dapat diolah dan digolongkan secara kornprehensip, cermat dan akurat, 2) mengadakan pendeskripsian terhadap seluruh jenis peninggalan megalitik khususnya waruga di sub-ctnis Tou'mbulu, Minahasa, sehingga diketahui keragaman maupun kekhasannya, 3) mengetahui poly persebaran waruga ditinjau dari bentuk, hiasan dan Iingkungan tisiknya. Diharapkan dari pokok bahasan mengenai waruga ini, kiranya dapat digunakan sebagai salah satu pangkal tolak dalam menyusun gambaran tentang kehidupan masa lalu, sebagai Benda kebudayaan yang memperlihatkan ciri-ciri yang dapat memberikan petunjuk tentang beberapa kondisi sosial, kulturil dan kronologinya (relatif) dari para pendukung waruga tersebut. Dari has""iI penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa di Sub Etnis Tou'mbulu terdapat 39 bentuk tutup waruga bagian muka. Secara keseluruhan jenis tipe yang terbanyak adalah tipe 11I yang berbentuk trapesium (TPS), yang memiliki 17 variasi. Apabila kenyataan ini dihubungkan dengan uraian dari Deetz dan juga Sharer dan Ashmore tentang norma, maka dapat dianggap bahwa jenis tipe 111 yang berbentuk trapesium ini adalah jenis yang normatif untuk Sub Etnis Tou'mbulu. Norma yang diwakilinya adalah norma pembuatan bentuk tutup pada masyarakat di Sub Etnis Tou'mbulu., mengingat bahwa sampel tutup waruga bagian muka diambil dari seluruh situs di wilayah Sub Etnis Tou'mbulu yang tutupnya masih bisa diamati. Ada kemungkinan pula bahwa bentuk trapesium merupakan ciri atau bentuk tertua serta digemari dibanding dengan bentuk-bentuk lainnya, karena persebarannya terlihat hampir merata di daerah penelitian (lihat tabel 32-35 dan peta no. 8). Selain itu jika dilihat, bentuk trapesium menyerupai bentuk rumah adat di sub etnis ini (lihat gambar 1). Berdasarkan basil dari seriasi frekuensi yang telah dilakukan maka tampak bahwa tutup waruga yang paling digemari adalah tutup waruga dari bentuk 22 (TPS-B-b), yang kemungkinan muncul pertama kali di Situs Lansot (LS), kemudian berkembang kearah situs Kolongan B, Kakaskasen A, Woloan A, clan populer di Situs Kayuwu, kemudian tutup waruga ini mulali memudar berawal dari Situs Tara-tara menuju Kolongan A, dan berakhir di Winawanua. Dari seriasi frekuensi ini juga terlihat bahwa ada kemungkinan Situs Lansot merupakan salah satu pusat tempat munculnya bentuk-bentuk waruga, sedangkan situs Woloan merupakan pusat berkembangnya waruga. Pada sub etnis ini terlihat pula adanya konsep atau norma, bahwa didalam pembuatan kubur yang dinamakan waruga itu adalah harus terdiri dari wadah dan tutup. Bentuk wadah secara sepintas tampak sebagian atau seluruhnya tertanam, sedang tutupnya menonjol di atas...""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhatta, Jitendra Nath, 1931-
Djakarta: Kementerian Pertahanan. Direktorat Topografi Angkatan Darat, 1958
919.22 BHA ot
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Moniaga, Eveline E.
"Skripsi yang berjudul Pendidikan wanita di Minahasa : sebagai salah satu kegiatan PIKAT sejak awal berdirinya, sampai dengan tahun 1930 ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana. Yang mendorong saya mantilla tentang wanita khususnya pendidikan wanita, yaitu sekolah kepandaian putri (huishoud school) yang dikelola oleh PIKAT, adalah pertama pada umumnya masih kurangnya buku-buku atau penultsan-penu1isan yang diungkapkan tentang pendidikan wanita di Indonesia pada permulaan abad keduapuluh khususnya penddidikan wanita di Minahasa. Kedua, penulisan tentang organisasi dan perserikatan pendidikan PIKAT ini, sejauh pengetahuan penulis belum pernah ditulis dan dibukukan. Dengan adanya sekolah kepandaian putri yang didirikan oleh PIKAT pada tahun 1918, maka bertambah pengetahuan kita tentang kegiatannya, yaitu mengelola lembaga pendidikan bagi Wanita.Sekolah ini hanya terdapat di Minahasa dan mempunyai dampak terhadap masyarakat Minahasa karena menggugah ke_inginan untuk maju dari wanita Minahasa yang didukung o_leh wataknya. Pada tanggal 2 Juli 1917 di suatu pertemuan terbuka, _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Subagyo
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998/1999
302.359 WIS b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karnia Jelbrina Kawung
"Latar belakang penulisan ini adalah keinginan penulis untuk ikut serta dalam mempromosikan kebudayaan Minahasa melalui pemaknaan simbol-simbol yang terdapat dalam tarian Kabasaran. Dengan demikian tujuan penulisan ini adalah untuk mempromosikan budaya Minahasa lewat pemaknaan simbol-simbol yang terdapat dalam tarian Kabasaran Minahasa. Tarian Kabasaran merupakan salah satu dari keanekaragaman budaya Minahasa yang perlu dilestarikan dari generasi ke generasi. Tarian Kabasaran bukan hanya merupakan suatu kearifan lokal yang dijaga, tetapi juga menjadi ciri khas budaya daerah serta menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah identitas budaya, teori semiotika, dan bauran promosi (promotion mix). Dalam tarian Kabasaran selain gerakan juga memiliki perlengkapan tari seperti aksesoris, pakaian, pedang, dan tombak. Gerakan dan perlengkapan tarian ini mengandung makna simbol-simbol budaya yang memerlukan interpretasi. Simbol-simbol tersebut membawa makna dan bermanfaat bagi generasi penerus warisan budaya.

The background of this writing is the author's desire to actively participate in promoting Minahasa culture through the interpretation of symbols present in the Kabasaran dance. Therefore, the objective of this writing is to promote Minahasa culture through the interpretation of symbols found in the Kabasaran dance. The Kabasaran dance is one of the cultural diversities of Minahasa that needs to be preserved from generation to generation. The Kabasaran dance is not only a locally preserved wisdom but also a distinctive feature of regional culture and part of Indonesia's cultural heritage. The theories employed in this writing include cultural identity, semiotics theory, and promotion mix. In the Kabasaran dance, apart from movements, there are also dance accessories such as ornaments, clothing, swords, and spears. These movements and dance accessories contain meanings of cultural symbols that require interpretation. These symbols carry significance and are beneficial for the generations inheriting the cultural heritage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asya Nabila Sekar Putri
"Penelitian ini membahas pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama dalam Terbangnya Punai karya Marianne Katoppo. Keterpengaruhan budaya Minahasa terlihat melalui sifat, sikap, dan perilaku tokoh utama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya Minahasa yang memengaruhi tokoh utama dalam Terbangnnya Punai karya Marianne Katoppo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu dengan cara menguraikan fakta-fakta yang terdapat dalam Terbangnya Punai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Terbangnya Punai karya Marianne Katoppo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra, budaya mapalus, falsafah Si Tou Timou Tumou Tou, gender, dan budaya patriarki. Hasil analisis mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama, yaitu budaya mapalus, falsafah Si Tou Timou Tumou Tou, gender, dan budaya patriarki. Pengaruh budaya mapalus terhadap tokoh utama terlihat pada karakter disiplin, kerja keras, dan kesetiakawanan sosial. Pengaruh falsafah Si Tou Timou Tumou Tou terhadap tokoh utama terlihat pada karakter betumbuh, mandiri, dan memiliki rasa percaya diri. Pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama yang terakhir adalah kesetaraan gender dalam budaya Minahasa dan budaya patriarki.

This study discusses the influence of Minahasa culture on the main character in Marianne Katoppo's Terbangnya Punai. The influence of Minahasa culture is seen through the nature, attitudes and behavior of the main characters. This study aims to describe the Minahasa culture that influenced the main character in Marianne Katoppo's Terbangnya Punai. The method used in this research is the description analysis method, namely by outlining the facts contained in Terbangnya Punai. The data used in this study is Marianne Katoppo's Terbangnya Punai novel. The data collection used in this study is the literature study method. The concepts and theories used in this research are literary sociology, mapalus culture, Si Tou Timou Tumou Tou philosophy, gender, and patriarchal culture. The analysis revealed that there is an influence of Minahasa culture on the main characters, namely mapalus culture, philosophy of Si Tou Timou Tumou Tou, gender, and patriarchal culture. The influence of mapalus culture on the main character is seen in the character of discipline, hard work, and social solidarity. The influence of Si Tou Timou Tumou Tou's philosophy on the main character is seen in the character of growing, independent, and having self- confidence. The influence of the Minahasa culture on the last main character is gender equality in Minahasa culture and patriarchal culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>