Salah satu teknologi berbasis kecerdasan buatan yang kini semakin dibutuhkan adalah ASR (Automatic Speech Recognition), atau lebih sering disebut sebagai speech-to-text. Teknologi ini memiliki potensi untuk diterapkan di berbagai bidang, salah satunya adalah mentranskripsi naskah rapat atau persidangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem transkripsi otomatis Bahasa Indonesia yang dapat berjalan secara luring dan dapat memproses masukan dari beberapa mikrofon secara bersamaan.
Penelitian ini berhasil mengembangkan sistem transkripsi otomatis dengan mengkombinasikan teknologi ASR, pemrograman Python, aplikasi word editor seperti Microsoft Word, dan komputer yang terhubung dengan banyak mikrofon. Teknologi ASR pada sistem ini terdiri dari acoustic model yang dibuat menggunakan DeepSpeech dengan metode fine-tuning dan language model yang dibuat menggunakan KenLM. Sistem transkripsi otomatis dapat dijalankan pada komputer 64-bit dengan sistem operasi Windows yang di dalamnya terdapat Microsoft Word tanpa memerlukan spesifikasi hardware minimum tertentu. Hasil pengujian terhadap performa sistem menunjukkan bahwa sistem hanya bersifat CPU-intensive, dan ini hanya terjadi apabila seluruh pembicara berbicara pada mikrofon secara sekaligus, yang mengakibatkan tingginya jumlah thread yang aktif. Hasil pengujian terhadap acoustic model menunjukkan bahwa model tersebut dapat menghasilkan WER terbaik sebesar 73,33% dan CER terbaik sebesar 23,59% apabila dilatih menggunakan learning rate sebesar 0,01 dan dropout rate sebesar 0,3. Hasil pengujian terhadap language model menunjukkan bahwa model yang dibuat dengan dataset teks bertopik umum dan berukuran besar dapat membantu acoustic model menghasilkan WER dan CER yang lebih baik lagi, yaitu 28,76% dan 14,68%.Pada hari ini, Alma Mater kita, Universitas Indonesia, untuk kesekian kalinya melepas putra-putrinya yang telah menyelesaikan studinya dan telah memperoleh gelar sarjana. Bagi kita yang mengabdi kepada Alma Mater sebagai pendidik jaranglah timbul rasa kepuasan yang tak terhingga seperti pada saat ini, tatkala mereka yang hingga beberapa bulan yang lalu masih menjadi anak didik kita, kini telah duduk berjajar di depan kita sebagai sesama sarjana. Kita dapat merasakan kebanggaan para orangtua, istri, kerabat atau tunangan, yang pada pagi hari ini menyaksikan wisuda daripada buah-hati mereka. Kita dapat merasakan hal itu karena kita sendiripun sebagai bekas gurunya tergetar oleh keharuan menatap wajah-wajah muda yang cerdas yang kini berada di depan kita.
Kiranya wajar bagi orangtua yang melepas anak yang akan pergi meninggalkannya, untuk menyampaikan kata-kata perpisahan yang berisi bekal bagi perjalanan yang akan ditempuhnya. Karena itulah pada kesempatan ini, atas nama Sivitas Akademika, khususnya para dosen, saya ingin menyampaikan pesan kepada para sarjana baru yang sebentar lagi akan diwisuda.
Kita menyadari betapa besar makna daripada kualitas yang diemban oleh para sarjana baru ini di tengah-tengah masyarakat kita. Namun, kita juga menyadari, bahwa kualitas itu sedikit banyak bersifat kondisional, bahwa ia baru efektif jika didukung oleh motivasi. Padahal motivasi sedikit-banyak tergantung kepada persepsi, yakni persepsi mengenai medan pengabdian di tengah-tengah masyarakat luas.
Sehubungan dengan itu, yang ingin saya sampaikan adalah suatu wawasan mengenai kondisi medan pengabdian yang akan dimasuki oleh para. sarjana bar' kita. Dengan demikian, kita harapkan, pengabdian mereka akan dapat diberikan secara optimal.
MODERNISASI
Kiranya perlu disadari sedalam-dalamnya oleh para sarjana baru, bahwa kita hidup dalam suatu masyarakat yang sedang berkembang atau suatu masyarakat yang masih kurang berkembang. Masyarakat seperti masyarakat kita ini sering kali juga disebut masyarakat yang sedang ada dalam proses modernisasi.
Apakah gerangan yang disebut "modernisasi" itu? Salahsatu defnisi yang relevant bagi kedudukan kita sebagai orang akademik, adalah bahwa "modernisasi" merupakan proses yang mengadaptasi institusi-institusi yang berkembang dalam sejarah kepada fungsi-fungsi yang berubah dengan cepat, yang mencerminkan pertambahan pengetahuan manusia, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan gejala itu menyertai terjadinya revolusi ilmiah, khususnya di bidang ilmu-ilmu alam. Pertambahan pengetahuannya itu memberikan kepada manusia kemampuan untuk menguasi lingkungannya.
Namun, jangan sampai timbul kesan, bahwa modernisasi itu serta-merta membawa kebahagiaan bagi umat manusia. Karena ada pula gejala yang pernah disebut "the agony of modernization", azab-sengsara yang disebabkan oleh modernisasi. Yakni karena modernisasi adalah suatu proses yang berlangsung selama beberapa puluh tahun yang bagi umat manusia menimbulkan masalah-masalah yang sama jumlahnya dengan peluangpeluang.
Dengan menggunakan pendekatan komparatif, kita dapat mengenali pelbagai masalah yang ditimbulkan oleh modernisasi di pelbagai bagian dunia. Masalah utama adalah timbulnya desintegrasi daripada masyarakat-masyarakat tradisional karena unsur-unsurnya mengalami perubahan dengan kecepatan yang berbeda. Kebenaran-kebenaran abadi sebagaimana yang terkandung di dalam ajaran agama, disisihkan karena dianggap kuno, sehingga pelbagai individu hanya berpegangan kepada kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan dekat belaka.
"