Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistyoweni Widanarko
"Sebagian besar bangunan prasarana sipil menggunakan tulangan beton untuk memperkuat konsruksi betonnya. Tulangan betontersebut sangat rentan terhadap pengaruh unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi. Korosi terjadi akibat adanya unsur kimia di lingkungan asam. Unsur-unsur kimia yang mempunyai sifat korosif diantaranya sulfat, khlorida dan nitrat. Banyak lahan di wilayah Indonesia berupa rawa. Air rawa umumnya mempunyai kadar asam tinggi, dan mengandung unsur sulfat, khlorida dan nitrat yang melebihi kondisi normal air tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh unsur-unsur kimia korosif di dalam air rawa terhadap laju korosi tulangan beton. Ada dua perlakuan yang dilakukan yaitu : (1) merendam tulangan beton dari dua jenis mutu (ST 37 dan ST 60) selama 60 hari ke dalam air rawa tercemar, (2) ST 37 digerakkan naik turun secara periodik dalam rendaman air rawa tercemar. Air rawa dibuat dalam tiga variasi yaitu dengan memperbesar konsentrasi unsur korosif 1x, 5x, dan 10 x. Pengukuran laju korosi menggunakan metoda immersi.
Hasil uji immersi menunjukkan bahwa unsur khlorida memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses korosi ST 37 maupun ST 60 dan dengan diikuti dengan unsur sulfat dan nitrat. Besarnya laju korosi ST 37 adalah 24.29 mpy sedangkan ST 60 adalah 22.76 mpy. Untuk tulangan beton ST 37 yang digerakkan naik turun, besarnya laju korosi adalah 37,59 mpy, di mana unsur khlorida paling besar pengaruhnya dalam proses korosi, dan diikuti dengan sulfat kemudian nitrat.

Most of infrastructures using steel concrete to reinforce the strength of concrete. Steel concrete is so vulnerable to chemical compounds that can cause corrosion. It can happen due to the presence of chemical compounds in acid environment in low pH level. These chemical compounds are SO4 2-, Cl-, NO3 -. There are many swamp area in Indonesia. The acid contents and the concentration of ion sulphate, chlorides, and nitrate are higher in the swamp water than in the ground water.
The objective of this research was to find out the influence of corrosive chemicals in the swamp water to the steel concrete corrosion rate. There were two treatment used: (1) emerging ST 37 and ST 60 within 60 days in the "polluted" swamp water, (2) moving the ST 37 up and down periodically in the "polluted" swamp water. Three variation of "polluted" swamp water were made by increasing the concentration of corrosive chemical up to 1X, 5X and 10X respectively. The corrosion rate was measured by using an Immersion Method.
The result of Immersion test showed that chloride had the greatest influence to corrosion rate of ST 37 and ST 60 and followed by sulphate and Nitrate. Corrosion rate value for ST 37 is 24.29 mpy and for ST 60 is 22.76 mpy. By moving the sample up and down, the corrosion rate of ST 37 increase up to 37.59 mpy, and chloride still having the greatest influence, followed by sulphate and nitrate."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Henki Wibowo Ashadi
"Lingkungan yang tercemar dapat mempengaruhi umur konstruksi bangunan. Beton bertulang merupakan salah satu pilihan material bangunan dan di dalamnya terdapat tulangan beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh unsur kimia korosif dalam lumpur rawa terhadap laju korosi tulangan beton. Korosi pada tulangan beton umumnya terjadi akibat adanya reaksi kimia tulangan tersebut dengan lingkungan yang bersifat asam serta mengandung unsur-unsur kimia yang mempunyai sifat korosif seperti ion-ion SO4 2- , Cl- , dan NO3 -.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan merendam tulangan beton dari dua jenis mutu (ST 37 dan ST 60) selama 60 hari ke dalam lumpur rawa tercemar. Lumpur rawa dibuat dalam tiga variasi yaitu dengan memperbesar konsentrasi unsur korosif 1x, 5x, dan 10 x. Pengukuran laju korosi menggunakan metoda imersi. Hasil uji immersi menunjukkan bahwa unsur sulfat memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses korosi ST 37 maupun ST 60 iikuti dengan unsur chlorida dan nitrat. Besarnya laju korosi ST 37 adalah 17.58 mpy sedangkan ST 60 adalah 12.47 mpy.

A polluted environment will influence the building age. The objective of this research was to find out the influence of corrosive chemicals within the sludge swamp area with the corrosion rate of steel concrete. Corrosion in steel concrete usually occur in acid area which contain of SO4 2-, Cl- and NO3-.
The research treatment used by emerging ST 37 and ST 60 within 60 days in ?polluted? sludge swamp area. Three variation of ?polluted? swamp sludge were made by increasing the concentration a corrosive unsure up to 1X, 5X and 10X. The corrosion rate measured by using an Immersion Method. The result of Immersion test showed that sulphate had a greatest influence to corrosion rate of ST 37 and ST 60 and followed by chloride and nitrate. Corrosion rate value for ST 37 was 17.58 mpy and for ST 60 was 12.47 mpy.
"
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Krishnadi Wicaksono
"Kebutuhan hidup manusia semakin lama semakin berkembang dan semakin kompleks. Salah satu kebutuhan yang semakin berkembang itu adalah kebutuhan akan bangunan prasarana sipil. Bangunan prasarana sipil tersebut tidak hanya dibutuhkan di kota-kota besar, namun juga sampai ke daerah-daerah pelosok. Bangunan-bangunan prasarana sipil tersebut sebagian besar menggunakan konstruksi beton bertulang. Tulangan beton digunakan dalam konstruksi beton bertulang sebagai perkuatan beton. Namun tulangan beton sangat rentan terhadap pengaruh unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi sehingga mengurangi kekuatan struktur beton bertulang. Korosi pada tulangan beton terjadi akibat adanya unsur kimia di lingkungan yang bersifat asam dengan kadar pH yang rendah. Unsur-unsur kimia yang mempunyai sifat korosif tersebut diantaranya adalah SO42, Cl-, NO2-. Derajat kerusakan dari tulangan beton terhadap proses korosi ditentukan dengan satuan mpy dan mm/year. Semakin tinggi derajat kerusakan maka nilai laku korosi tersebut akan semakin besar. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, pada umumnya menyelidiki korosi tulangan beton pada senyawa yang mengandung unsur kimia yang mengandung unsur korosi seperti air yang tercemar, air rawa dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa tulangan yang berada di dalam air rawa memiliki laju korosi yang cukup besar. Oleh sebab itu untuk mengetahui besarnyapengaruh unsur-unsur kimia SO42, Cl-, NO2- terhadap tulangan beton, akan dilakukan penelitian menggunakan masing-masing unsur tersebut dengan tingkat perbandingan tertentu yang ditambahkan ke dalam air rawa tercemar. Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Proses korosi yang terjadi pada material yang terbuat dari logam disebabkan karena adanya proses pelepasan electron pada logam (anoda) menuju logam lain (katoda). Proses tersebut terjadi apabila ada zat yang bersifat sebagai elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mengambil sampel air rawa yang relatif belum tercemar yaitu air rawa Cengkareng. Sampel air rawa kemudian diperiksa kualitas airnya dan dibandingkan dengan kualitas air tanah di Depok. Baja tulangan yang diteliti adalah ST37 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan cara Immersion dengan air rendaman berupa air rawa yang telah ditambah unsur-unsur korosif dan air bersih (air tanah Depok) sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur. Dari hasil uji Immersion didapatkan angka laju korosi di dalam air rawa Cengkareng murni untuk ST37 : 5,098 mpy; ST60 : 5,047 mpy (dinaikturunkan) 14,467 mpy. Sedangkan angka laju korosi air tanah Depok untuk ST37 : 6,235 mpy; ST60 : 5,437 mpy; ST37 (dinaikturunkan) : 6,395 mpy. Rata-rata laju korosi baha tulangan mutu ST37 dan rata-rata laju korosi tulangan mutu ST60 dalam medium rendaman air rawa murni (kondisi dinaikturunkan maupun tidak), air tanah (kondisi dinaikturunkan maupun tidak) dan di dalam air rawa yang telah ditambahkan dengan unsur korosif (kondisi tidak dinaikturunkan) berada di dalam rentang 5 - 20 mpy, pada kategori baik (good)[Fontana, 1986, halaman 172], sedangkan untuk perendaman di dalam medium air rawa yang telah ditambahkan dengan unsur-unsur korosif dengan kondisi dinaikturunkan berada di dalam rentang 20 - 50 mpy, pada kategori sedang (fair) [Fontana, 1986, halaman 172]. Unsur-unsur dominan yang mempengaruhi laju korosi secara berurutan adalah unsur klorida (CL-) unsur sulfat (SO42-) dan unsur nitrat (NO2-). Selain itu factor yang mempengaruhi laju korosi berdasarkan uji Immersion ini adalah semakin rendah mutu tulangan angka laju korosi akan semakin tinggi, semakin tinggi konsentrasi unsur-unsur korosif di dalam air rawa yang ditandai dengan semakin rendahnya angka pH maka angka laju korosinya akan semakin tinggi dan seringnya material logam kontrk dengan oksigen (O2) akan mempercepat reaksi reaksi sehingga akan meningkatkan angka laju korosi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan, konsentrasi unsur-unsur korosif, angka pH, kontak dengan oksigen akan mempengaruhi tinggi rendahnya angka laku korosi. Selain itu semakin baik mutu dan tebal selimut beton akan semakin terlindung dari korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henki Wibowo Ashadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan akan bangunan prasarana sipil atau infrastruktur meningkat amat pesat tidak hanya di kota-kota besar, namun juga sampai ke daerah-daerah pelosok. Namun peningkatan ini tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan yang memadai. Sehingga bangunan-bangunan prasarana sipil tersebut yang sebagian besar menggunakan konstruksi beton bertulang dibangun di atas lahan yang tidak layak, misalnya rawa yang tercemar. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan adanya kerusakan struktur beton bertulang, dimana hal ini disebabkan oleh korosi akibat proses reaksi kimia beton bertulang tersebut dengan unsur-unsur kimia yang ada dalam rawa. Korosi pada tulangan beton umumnya terjadi akibat adanya reaksi kimia tulangan tersebut dengan lingkungan yang bersifat asam dengan kadar pH yang rendah, nilao DO dan DHL yang tinggi serta kandungan unsur-unsur kimia yang mempunyai sifat korosif seperti ion-ion SO42, Cl-, dan NO2-. Secara kasat mata proses korosi pada tulangan ini terlihat dengan adanya karat yang berwarna hitam kecoklatan serta tulangan yang keropos, yang dapat menyebabkan keretakan pada beton itu sendiri. Proses penelitian ini menitikberatkan pada pemeriksaan kandungan-kandungan lumpur rawa yang diyakini akan menjadi pemicu reaksi korosi pada baja tulangan beton ST 37 dan ST 60. Pengaruh kandungan tersebut dilihat terhadap nilai laju korosi tulangan beton yang dapa dianalogikan dengan umur suatu bangunan. Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa tulangan yang berada di dalam air rawa memiliki laju korosi yang cukup besar. Oleh sebab itu untuk mengetahui besarnya pengaruh unsur-unsur kimia SO42, Cl-, dan NO2- terhadap tulangan beton, maka akan dilakukan penelitian menggunakan masing-masing unsur tersebut dengan perbandingan volume tertentu yang ditambahkan ke dalam air rawa dan lumpur rawa. Pengukuran laju korosi menggunakan cara Immersi dengan media perendam berupa air dan lumpur rawa yang telah ditambah unsur-unsur kimia korosif. Hasil uji Immersi menunjukkan bahwa laju korosi tulangan beton ST 37 dan ST 60 yang direndam air tanah Depok, air rawa dan lumpur rawa Cengkareng tidak berbeda jauh, yaitu berkisar 5 Mpy (mile per year), sedangkan untuk penambahan konsentrasi unsur-unsur SO42, Cl-, dan NO2- ke dalam lumpur rawa sebesar 1000% ke dalam lumpur rawa mempercepat laju korosi tulangan beton ST 37 hingga labih dari 300%, dan tulangan beton ST 60 lebih dari 200%. Laju korosi terbesar yaitu pada penambahan SO42- yang meningkatkan laju korosi menjadi 17,56 Mpy. Angka di atas lebih rendah dari laju korosi tulangan ST 37 dan ST 60 yang direndam dalam air rawa dengan jumlah penambahan konsentrasi yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan yang tinggi akan memperlambat laju korosi, sedangkan mutu tulangan yang rendah akan meningkatkan laku korosi. Tingginya konsentrasi unsur-unsur korosif, daya hantar listrik dan kontrak dengan oksigen akan meningkatkan laju korosi, begitu pula sebaliknya. Sedangkan semakin rendah nilai pH (di bawah pH 13), maka laju korosi akan meningkat dan pada nilai pH 4 laju korosi akan meningkat secara eksponensial."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ikhwan Buzar
"Untuk menunjang kesejahteraan hidup manusia maka diperlukan prasarana sipil untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hal tersebut. Parasarana sipil ini sebagian besar terbuat dari beton bertulang. Tetapi akibat terbatasnya lahan, maka banyak bangunan sipil yang dibangun di atas tanah-tanah kosong yang dulunya merupakan sebuah rawa atau dengan cara menguruk rawa yang sudah ada. Rawa ini mempunyai kemungkinan besar merupakan rawa yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut.
Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung ini dapat berupa kadar pH yang rendah banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan beberapa faktor lingkungan dan faktor diri beton itu sendiri apakah itu mutu tulangan yang digunakan ataupun mutu dan tebal selimut betonnya. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year.
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL untuk mencari lokasi rawa tercemar dan dipilih rawa Pedongkelan, Jakarta Timur. Kemudian mengambil sampel air untuk dperiksa kualitas airnya. Baja tulangan yang diteliti adalah ST41 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan 2 cara yaitu Elektrokimia dan cara Emmersion dengan air rendaman air rawa tercemar dan air bersih sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur.
Hasil yang didapat adalah berdasarkan uji EK, untuk air rawa nilai laju korosi tulangan ST 41 = 9.65 mpy, 0.245 mm/year dan tulangan ST 60 = 4.04 mpy, 0.102 mm/year, sedangkan untuk air bersih nilai laju korosi tulangan ST 41= 3.521 mpy, 0.079 mm/year nilai laju korosi tulangan ST 60= 1.2251 mpy, 0.0311 mm/year. Untuk metode EMMERSION baja tulangan ST41 pada air rawa CR = 5.624 mpy, pada air bersih CR = 7.278 mpy. Baja tulangan ST 60 pada air rawa CR = 4.218, pada air bersih CR = 7.03 mpy. Hal ini disebabkan pada uji Emmersion kurang mensimulasikan keadaan sebenarnya, oleh sebab itu disarankan untuk melakukan percobaan ini kembali secara in situ.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan mempengaruhi laju korosi, semakin tinggi mutunya semakin sulit ia terkorosi. Dan semakin baik mutu dan tebal selimut beton maka semakin terlindung baja tulangan dari proses korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan. Sedangkan ketebalan yang cukup akan memberikan hambatan berupa jarak yang harus dilalui oleh air rawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Degradasi beton bertulang akibat reaksi beton dengan lingkungan merupakan
masalah yang paling banyak ditemui. Rusaknya lapisan pasif antara muka baja-beton
akibat hadirnya ion-ion agresif seperti klorida yang berasal dari air Iaut atau zat
aditif menyebabkan mudahnya terjadi korosi baja tulangan. Salah satu usaha untuk
mengatasi terjadinya korosi adalah menambah zat yang dapat mengurangi Iaju
korosi baja tulangan yang dikenal dengan istilah inhibitor.
Migrating Corrosion Inhibitors (A/fCI.s) merupakan inhibitor alternatif selain
kalsium nitrit dan natrium nitrit. MCIS dapat digunakan sebagai campuran atau
dapat juga digunakan melalui proses penyerapan permukaan struktur beton. Dengan
penyerapan permukaan, perpindahan difusi MCIs dapat mencapai lapisan paling
dalam beton, sehingga lebih efektif jika digunakan pada saat perbaikan struktur
beton.
Pengukuran laju korosi dengan menggunakan metode tahanan polarisasi
linier dilakukan pada beton dengan penambahan inhibitor MCIS sebesar GJ; 0,01
dan 0,001 % saat pengadukan serta pada beton tanpa penambahan MCIs.
Pengukuran dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4 selama curing seria minggu ke-5
sampai ke-9 (setelah curing), setelah beton direndam dalam larutan NaCl 35 gp!
dengan memberikan overporemial sebesar 1- 60 ml/ dan scanrate 6 mV’menif.
Pengujian terhadap kekuatan beton juga dilakukan setelah waktu curing.
Selama rentang waktu pengukuran tersebut, penambahan inhibitor MCIS
menghasilkan nilai rapat arus korosi yang rata-rom mendekati nilai rapat arus korosi
tanpa penambahan inhibitor dan potensial korosi antara -385 sampai -486 mV (vs
SCE). Sedangkan kekuatan beton sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap
penambahan inhibitor MCIS."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runtulalu, Sony C.
"Air sungai yang tercemar adalah air sungai yang kondisinya terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air sungai tersebut. Air sungai yang tercemar ini diperkirakan mengandung unsur-unsur yang berpotensi menyebabkan korosi pada tulangan beton tersebut sehingga dimensi tulangan mengecil dan akibatnya kekuatan beton bertulang itu berkurang. Penelitian ini bermaksud untuk mencari karakteristik-karakteristik apa saja yang terdapat dan dominan dalam air sungai dengan laju korosi pada tulangan dan fenomena korosi pada beton bertulang dan mencari hubungan kekuatan tarik (mutu) tulangan dengan ketahanannya terhadap korosi.
Korosi didefinisikan sebagai kerusakan atau kemerosotan material logam karena bereaksi dengan lingkungannya melalui reaksi kimia. Air sungai tercemar merupakan salah satu lingkungan penyebab korosi. Adapun sifat-sifat air sungai yang bisa menyebabkan korosi adalah pH, temperatur, suspended solids, daya hantar listrik, dissolved oxygen, sulfat klorida, angka permanganat dan sebagainya. Lingkungan ini baru bisa menyebabkan korosi pada tulangan beton apabila lapisan pasif pelindung tulangan itu dirusak. Pada beton, lapisan selimut beton membentuk lapisan pasif yang melindungi tulangan dari proses korosi. Pada waktu lapisan beton ini rusak akibat karbonasi maka proses korosi dimulai. Lama waktu proses terjadinya kerusakan pada lapisan pasif biasa disebut dengan istilah periode inisiasi. Korosi pada tulangan ini terutama disebabkan oleh ion klorida. Korosi merupakan suatu reaksi elektrokimia, ada dua reaksi yaitu reaksi anodik yang melepaskan elektron dan reaksi katodik yang menangkap elektron.
Penelitian meliputi pemeriksaan kualitas air sungai tercemar dengan standar AWWA, terutama parameter yang mempengaruhi terjadinya korosi pada logam (baja); mengukur laju korosi pada tulangan baja denan cara elektrokimia dan tes celup (ASTM). Sedangkan pada tulangan berlapis beton dilakukan kajian secara teoritis.
Dari hasil penelitian terkait diuraikan bahwa dalam medium air sungai tercemar beton akan lebih cepat rusak (tingkat kerusakan 12,04%) daripada dalam medium air bersih (tingkat kerusakan 0%) dan dapat diperkirakan pula bahwa angka permeabilitas beton dalam air sungai tercemar lebih besar dari angka permeabilitas beton dalam air bersih (3,331 _m/detik). Makin cepat beton rusak dan makin tinggi angka permeabilitas dalam air sungai tercemar, makin cepat pula periode inisiasi. Pendeknya waktu periode inisiasi beton dalam air sungai tercemar ini disebabkan karena agresifitas lingkungan yaitu kadar sulfat tinggi dan suspended solids rendah.
Pemeriksaan kualitas air sungai tercemar menunjukkan bahwa dalam air sungai tercemar terdapat unsur-unsur yang bisa menyebabkan korosi pada baja tulangan. Unsur yang dominan adalah klorida (1028,99% lebih besar dari air bersih), sulfat (337,32% lebih besar dari air bersih), dan angka permanganat (338,64% lebih besar dari air bersih). Di samping itu diperoleh bahwa: laju korosi baja tulangan dalam medium air sungai tercemar (4,63 mpy untuk mutu ST41 dan 4,36 mpy untuk mutu ST60) lebih tinggi dibandingkan dengan laju korosi baja tulangan pada medium air bersih (3,605 mpy untuk mutu ST41 dan 0,63 mpy untuk mutu ST60) baik pada mutu baja ST41 (1,28 kali) maupun pada mutu ST60 (6,92 kali) dan laju korosi baja tulangan mutu ST41 (4,63 mpy dalam air sungai tercemar dan 3,605 mpy dalam air bersih) lebih tinggi dibanding dengan laju korosi baja tulangan mutu ST60 (4,36 mpy dalam air sungai tercemar dan 0,63 mpy dalam air bersih) baik dalam medium air sungai tercemat (1,06 kali) maupun dalam medium air bersih (5,72 kali)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi Bahalwan
"Pencemaran lingkungan adalah kondisi lingkungan fisik (air, tanah, udara) yang terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Sumber pencemar dapat berasal dari limbah kegiatan manusia, dapat pula berasal dari kondisi alam. Saat ini pencemaran terhadap air ditemui pada banyak lokasi terutama di tempat di mana banyak kegiatan manusia, antara lain di sekitar industri, pemukiman, air sungai yang tercemar mengandung bahan organik yang tinggi dan mineral. akibat pencemaran udara, air hujan tercemar sehingga air menjadi asam. Air hujan ini kemungkinan besar merupakan air hujan yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat, dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut. Demikian pula air tanah yang terintrusi air laut mengandung chlorida tinggi yang berakibat pH menjadi rendah atau air bersifat asam.
Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air baik dengan air hujan, air tanah, air sungai, air laut. Salah satu hal yang menyebabkan penurunan kekuatan beton bertulang ini adalah apabila terjadi korosi. Korosi adalah proses terjadinya oksidasi logam yang menyebabkan rusaknya struktur logam yang biasanya diikuti dengan berkurangnya logam masuk dalam cairan. Apabila air masuk ke dalam suatu struktur beton bertulang dimana air berfungsi sebagai elektrolit dan berkontak dengan besi tulangan maka proses korosi akan terjadi dan akibatnya kekuatan beton bertulang tersebut berkurang. Masuknya air ke dalam beton bertulang tergantung dari tingkat permeabilitas beton tersebut. Makin tinggi permeabilitas beton makin rendah mutu beton.
Penelitian ini dimulai dengan mencari air hujan yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL dan dipilih air hujan daerah jalan tol Cikampek. Sampel air hujan tersebut diperiksa kualitas airnya dan tulangan baja yang diteliti adalah ST.41 dan ST.60 serta diukur laju korosinya dengan 2 cara yaitu elektrokimia dan immersion test dengan air rendaman air hujan tercemar dan air bersih sebagai pengontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur.
Hasil laju korosi berdasarkan uji elektrokimia adalah, untuk air hujan nilai laju korosi tulangan S.T 41=0,926mpy(0,05mm/year) dan tulangan S.T = 60=0,558mpy(0,215mm/year), sedangkan air bersih laku korosi tulangan S.T 41=3.2934mpy(0,215mm/year), nilailaku korosi tulangan S.T 60=0,882mpy(0,0224mm/year). Untuk metode immersion test air bersih mempunyai nilai laju korosi 7,176mpy(0,182mm/year). Angka ini lebih dapat diterima karena proses percobaannya mendekati kondisi lapangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah semakin rendah mutu beton, semakin besar kemungkinan terjadinya korosi. Makin tercemar air yang berada di sekitar beton bertulang, makin cepat korosi terjadi. Pembuktian terhadaphipotesis ini diwujudkan dengan melakukan percobaan di laboratorium dengan menentukan angka permeabilitas beton bertulang pada berbagai jenis air yang tercemar tersebut, kemudian mengukur laju korosi tulangan tanpa lapis beton dan tulangan berlapis beton secara teoritis, serta mengidentifikasi kualitas air sungai, air laut, air rawa, dan air hujan. Manfaat penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang korosi beton bertulang, dan dapat digunakan untuk mencari alternatif pemecah masalah korosi tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>