Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"By developing a long-run macro structural model,the structural cointegrating vector autoregression (VAR),the optimality principle of monetary policy response in Indonesia is formulated...."
BEMP 10:4 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam permasalahan ekonomi sering ditemukan fenoma bahwa variabel-variabel ekonomi memiliki hubungan dua arah yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Hubungan seperti ini disebut sebagai hubungan simultan. Namun, model simultan memiliki beberapa kendala dalam penentuan variabel endogen dan variabel eksogen. Vector Autoregression (VAR) merupakan metode yang dapat menjawab permasalahan pada model simultan karena seluruh variebel dianggap sebagai variabel endogen. Selain itu, VAR juga merupakan metode yang sangat berguna dalam memahami adanya interrelationship (hubungan timbal balik) antar variabel dalam analisis. Tugas akhir ini secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat interrelationship (hubungan timbal balik) antara pertumbuhan PDB dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk periode 1977?2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja mempengaruhi pertumbuhan PDB, sedangkan pertumbuhan PDB tidak mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja. Maka disimpulkan bahwa tidak terdapat interrelationship antara pertumbuhan PDB dan pertumbuhan kesempatan kerja. "
Universitas Indonesia, 2007
S27734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantoto
"Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh negara manapun. Salah satu dampak globalisasi adalah resesi perekonomian di suatu negara dapat mempengaruhi perekonomian negara lain. Indonesia, sebagai mitra dagang Amerika Serikat, tidak dapat menghindari dampak yang ditimbulkan oleh adanya resesi perekonomian di Amerika Serikat. Ekspor Indonesia akan menurun karena menurunnya daya beli di negara tujuan ekspor. Dampak selanjutnya adalah turunnya produk domestik bruto riil di Indonesia. Masalah makroekonomi seperti ini seharusnya dapat diprediksi sebelumnya. Sehingga Pemerintah Indonesia dapat mengambil kebijakan yang dapat meminimalisir dampak buruknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pemodelan prediksi yang sebaiknya diimplementasikan dalam memprediksi makroekonomi. Pemodelan prediksi yang digunakan adalah Vector Auto Regression (VAR) dan General-to-Specific (GetS) Modelling. Pemodelan ini akan diterapkan pada Model Broda dengan empat variabel, yaitu: terms-of-trade, nilai tukar riil, indeks harga konsumen, dan produk domestik bruto riil. Berdasarkan periode yang diestimasi, prediksi akan dipecah menjadi ex post forecast dan ex ante forecast. Pemodelan terbaik ditentukan berdasarkan tiga kriteria, yaitu: nilai adjusted R2, nilai Akaike Information Criterion (AIC), dan nilai Schwarz Inforamtion Criterion (SIC).
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan utama. Pertama, GetS Modelling lebih baik daripada VAR untuk ex post forecast. Kedua, GetS Modelling juga lebih baik daripada VAR untuk ex ante forecast. Yang terakhir, penambahan periode estimasi dapat memperbaiki model prediksi pada GetS Modelling dan VAR.

Globalization is one thing cannot be avoided by any countries. One of its impact is economic recession in one country might impact other country. Indonesia, as a trade colleague of USA, cannot avoid from impact caused by economic recession in USA. Indonesia export will decrease since its destination countries have low purchasing power. It will result to decreasing in real gross domestic product of Indonesia. These macroeconomic problems should be predicted earlier. Thus, Indonesia Government can take any policies which can minimize its bad impact.
This research investigate predictive modelling that should be implemented in macroeconomic forecasting. Predictive modelling used are Vector Auto Regression (VAR) and General-to-Specific (GetS) Modelling. These modelling will be implemented to Broda Model which consists of four variables, they are: terms-of-trade, real exchange rate, consumer price index, and real gross domestic product. Based on period to be estimated, prediction will be divided into ex post forecast and ex ante forecast. The best modelling will be decided based on three criteria, they are: adjusted R2 value, Akaike Information Criterion (AIC) value, and Schwarz Information Criterion (SIC) value.
There are three main results from this research. First, GetS Modelling is better than VAR in ex post forecast. Secondly, GetS Modelling also better than VAR in ex ante forecast. Finally, additional period to be estimated will improve predictive model of VAR and GetS Modelling."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Julia Rani Fransiska
"Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan kointegrasi jangka panjang antara pasar modal selama 23 tahun di 5 negara ASEAN, pola hubungan integrasi pasar modal sebelum dan setelah krisis tahun 1997 di antara 5 negara ASEAN, dan besarnya volatilitas co-movement Indonesia diantara pasar modal negara ASEAN. Metode yang digunakan adalah metode VAR, GARCH, dan Granger Causality. Penelitian ini menunjukan bahwa untuk hubungan kointegrasi antara tahun 1988-2012, Output Johansen Cointegration menunjukan ada regresi kointegrasi yaiu kelima indeks negara Asean bergerak bersamaan dalam jangka panjang. Berdasarkan olah data menggunakan granger causality, hubungan antar pasar saham memiliki hubungan satu arah kecuali hubungan antara IHSG dan PHSC, IHSG dan STI, STI dan KLCI dimana memiliki hubungan dua arah atau saling mempengaruhi. Untuk hubungan kointegrasi antara tahun 1988-1997, Output Johansen Cointegration menunjukan ada regresi kointegrasi yaitu kelima indeks negara Asean bergerak bersamaan dalam jangka panjang. Berdasarkan olah data menggunakan granger causality, hubungan antar pasar saham memiliki hubungan dua arah atau saling mempengaruhi kecuali hubungan antara SET dan PHSC dimana memiliki hubungan satu arah. Untuk hubungan kointegrasi antara tahun 1997-2012, Output johansen cointegration menunjukan ada regresi kointegrasi yaitu kelima indeks negara Asean bergerak bersamaan dalam jangka panjang. Berdasarkan olah data menggunakan granger causality, hubungan antar pasar saham memiliki hubungan satu arah kecuali hubungan antara IHSG dan STI, STI dan KLCI dimana memiliki hubungan dua arah atau saling mempengaruhi.

This study aims to analyze the long-term cointegration relationship between capital market for 23 years in five ASEAN countries; patterns of relationship capital market integration before and after the 1997 crisis in the ASEAN 5 countries, and the magnitude of volatility co-movement between the Indonesian capital markets of ASEAN countries and uses method VAR, GARCH, and Ganger Causality. This study shows that for a cointegration relationship between years 1988-2012, Output Johansen Cointegration regression showed no cointegration means the five Asean countries indices move together in the long run. Based on the data if using granger causality, the relationship between the stock market has a 1-way relationship unless the relationship between IHSG and PHSC, IHSG and STI, STI and KLCI which has a 2-way relationship or mutual influence. For cointegration relationship between years 1988-1997, Output Johansen Cointegration regression showed no cointegration means the five Asean countries indices move together in the long run. Based on the data if using granger causality, the relationship between the stock market has a 2-way relationship unless the relationship or interplay between SET and PHSC which has a 1-way relationship. For cointegration relationship between years 1997-2012, Output johansen cointegration regression showed no cointegration means the five Asean countries indices move together in the long run. Based on the data if using granger causality, the relationship between the stock market has a 1-way relationship unless the relationship between IHSG and STI, STI and KLCI which has a 2-way relationship or interplay.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S53431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenathan Adnin
"Penelitian ini mencoba untuk menguji model yang dikembangkan oleh Guender (2002) dalam menentukan optimal rules bagi instrumen kebijakan moneter di Indonesia. Pengujian model dilakukan dengan cara melakukan estimasi terhadap parameter persamaan IS relation dan Forward Looking Phillips Curve. Hasil dari penelitian ini adalah suatu rules untuk menentukan nilai suku bunga optimal yang dipengaruhi oleh besarnya gap antara inflasi aktual dengan target inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia dan pemerintah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam era inflation targeting, penetapan suku bunga sebagai instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia belum sepenuhnya fokus pada stabilitas inflasi dibandingkan stabilitas output. Pada akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa penetapan suku bunga acuan, yaitu BI rate, belum optimal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zenathan Adnin
"This study aims to test model developed by Guender (2002) in determining optimal rules for monetary policy instrument in Indonesia. The test is conducted by estimating parameters of IS equation and Forward Looking Phillips Curve. The result expected is rules for determining the optimal interest rate which is influenced by the gap between actual and targeted inflation. The result shows that in the era of inflation targeting the interest rate setting policy as monetary policy instrument has focus on output stability rather than inflation stability. Finally, the study concludes that the interest rate targeting as BI rate has not being optimal."
2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani Indrawati
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
332 SRI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Solikin
"Perubahan struktural perekonomian Indonesia, terutama pada periode pasca-krisis ekonomi 1997, yang dibarengi oleh fluktuasi dan keterkaitan yang kurang stabil antara beberapa indikator makro utama, serta perkembangan yang tidak sejalan antara sektor keuangan dan sektor riil, menyebabkan upaya pencarian pijakan baru dalam manajemen pengendalian moneter di Indonesia menjadi sesuatu yang sangat penting. Sementara itu, dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari permasalahan yang timbul sebagai akibat krisis ekonomi 1997 tersebut, tantangan bagi penerapan paradigma kebijakan moneter yang baru juga semakin berat dan kompleks. Di sisi lain, dengan mendasarkan pada beberapa kajian teoritis dan studi empiris, disimpulkan bahwa apapun alternatif kerangka kerja kebijakan yang akan dipilih, kebijakan moneter harus diterapkan dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang terkait dengan prinsip manfaat dan kerugian, dan senantiasa diarahkan untuk mengacu pada prinsip-prinsip keoptimalan.
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis isu-isu strategis yang terkait dengan penerapan kebijakan moneter yang optimal di Indonesia, baik dari tataran kerangka strategis, kerangka operasional, maupun respons kebijakan moneter. Secara khusus, penelitian ini ingin menjawab tiga pertanyaan yang belum pernah diajukan sebelumnya. Pertama, bagaimana implikasi perubahan struktural ekonomi pada penetapan prioritas sasaran akhir kebijakan moneter: pertumbuhan ekonomi atau inflasi?. Kedua, bagaimana implikasi perubahan struktural ekonomi pada pemilihan sasaran operasional kebijakan moneter: besaran moneter atau suku bunga?. Dan ketiga, bagaimana merumuskan kerangka kerja kebijakan moneter yang optimal, yang dikaitkan dengan perumusan respons kebijakan yang sesuai dengan karakteristik dasar perekonomian Indonesia?. Strategi permodelan diarahkan pada pengembangan model makro stuktural jangka panjang Structural Cointegrating Vector Autoregression (VAR). Sementara itu, kaidah keoptimalan dirumuskan dengan merepresentasikan baik respons kebijakan jangka panjang maupun jangka pendek dengan mekanisme pengkoreksian kesalahan (error correction). Selain itu, dengan diperhitungkannya pengaruh shocks spesifik dalam permodelan tersebut, respons kebijakan yang dihasilkan pada dasarnya mencerminkan respons kebijakan yang optimal, "state-contingent rule", sebagaimana pemikiran yang disampaikan oleh J.M. Keynes tujuh dasa warsa yang lalu.
Hasil studi menunjukkan bahwa "State-Contingent rule" dapat merepresentasikan rumusan policy rule yang optimal bagi perekonomian Indonesia. Dari hasil studi diperoleh beberapa temuan penting terkait dengan pembuktian hipotesa yang diajukan, yaitu mengenai: (i) terjadinya pergerakan bersama (comovement) dengan arah positif antara output dan harga dalam jangka pendek, yaitu periode 1-2 tahun, serta dengan arah negatif dalam jangka menengah-panjang; (ii) dimungkinkannya penerapan kebijakan moneter dengan titik berat pada pengupayaan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan stabilitas harga; (iii) relatif superiornya suku bunga SBI sebagai indikator sasaran operasional, dibandingkan dengan uang primer; (iv) pengidentifikasian panjang lag pengaruh kebijakan moneter rata-rata 1.5 tahun; (v) adanya kekurangoptimalan penerapan respons kebijakan moneter pada beberapa periode, terutama yang terkait dengan terlalu ketat atau longgarnya respons kebijakan; dan (vi) relatif superiomya State-Contingent rule, dibandingkan dengan simple policy rules lain yang lazim digunakan.
Beberapa temuan tersebut memberikan implikasi kebijakan yang mendasar bagi pelaksanaan kerangka kerja kebijakan Inflation Targeting di Indonesia. Sebagai suatu saran adalah bahwa kerangka kebijakan moneter yang relatif optimal untuk kasus Indonesia dapat diterapkan dengan mengakomodir fleksibilitas terukur, yang dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, dalam jangka pendek pereferensi kebijakan moneter dapat diarahkan dengan perhitungan tertentu untuk dapat mendorong proses pemulihan ekonomi, sementara dalam jangka menengah-panjang pengupayaan kestabilan harga terus dijaga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, orientasi kebijakan moneter harus difokuskan, selain pada penetapan sasaran operasional suku bunga, juga langkah pre-emptive berdasarkan keberadaan bagi pengaruh kebijakan moneter sekitar 1 sampai dengan 2 tahun. Ketiga, dalam dinamika perekonomian cukup tinggi dan transisi ke arah penerapan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting secara penuh (full fledged), respons kebijakan moneter perlu diterapkan dengan mendasarkan pada disain State-Contingent rule."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D532
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>