Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wilman Ramdani
"ABSTRAK
Adagium Pesantren sebagai lembaga yang tidak menjaga kesehatan lingkungan perlu dibuktikan secara ilmiah. Tentunya citra buruk ini menjadi beban dalam upaya mendudukan pesantren sebagai lembaga yang peduli terhadap kesehatan lingkungan. Pesantren, diakui atau tidak, telah memberikan alternatif pendidikan bagi umat Islam Indonesia terutama yang menginginkan pendalaman materi keagamaan. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pesantren tidak terbatas memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak sekitar lembaga tersebut berada, bahkan lebih luas. Pesantren Nurul Hidayah yang berlokasi di Leuwiliang Kabupaten Bogor memiliki keunikan tersendiri. Hiruk pikuk modernitas yang terus menyebar ke pelosok desa tidak menyurutkan pesantren tersebut mempertahankan tradisionalisme ( assalafiyah) sebagai cara pandang dalam mengamalkan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama. Fenomena ini membuat Nurul Hidayah memiliki en lain. Pesantren umumnya selalu dijadikan teladan (rujukan) bagi masyarakat yang lain, termasuk dalam hal kesehatan. Tujuan penelitian terhadap pesantren ini adalah berupaya menganalisis kesadaran santri terhadap kesehatan lingkungan sesuai dengan pengetahuan nilai-nilai keagamaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan kesehatan; menganalisis upaya yang dilakukan para santri dalam memanfaatkan infrastruktur atau sarana dan prasarana yang menjadi indikator kesehatan lingkungan hidup di pesantren; menganalisis upaya manajemen pendidikan keagamaan yang diterapkan pesantren dalam mendukung para santri untuk sadar lingkungan terutama upaya menjaga kesehatan lingkungan hidup. Pesantren Nurul Hidayah, yang memiliki santri 420 orang memberikan suatu gambaran lain mengenai sebuah pesantren pada umumnya. Lokasi pesantren ini sangat terbuka dengan masyarakat, sehingga arus komunikasi dan informasi terus menerus terjadi setiap saat. Keadaan ini membuat pesantren semakin dekat dengan masyarakat. Kedekatan inilah yang secara tidak sadar menjadi kontrol yang kuat kepada para santri untuk selalu menjaga citra yang baik. Salah satu citra yang ditimbulkan adalah objek yang kasat mata, yang dilihat langsung, yaitu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Tentunya, keadaan ini membuat para Ustaz dan Kyai berupaya menyadarkan para santri untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Upaya-upaya yang telah dilakukan, selain mengisi anjuran setiap mengaji, Kyai dan ustaz serta para pengurus santri membuat sebuah program dan aturan yang dikelola secara rutin dan berkelanjutan. Program ini cukup, efektif, karena selain impelementasi, para santri juga menyadari secara umum mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kesadaran inilah yang kali pertama dimunculkan dengan sebuah pengetahuan atau pengajaran tentang kebersihan seperti yang diajarkan para Kyai dan ustaz dalam Al Qur?an dan Al Hadits. Pengetahuan ini yang menimbulkan sebuah pemahaman ( verstehen) yang mendalam akan pentingnya kebersihan lingkungan seperti yang dianjurkan oleh Al- Qur?an dan Al Hadits.

ABSTRACT
The Pesantren institution is not limited only for giving education service of people live around, but also for people outside the area who come to study the religious knowledge at there. Santri study at Pesantren, live and remain at boarding houses built by Kyai (Muslim scholar). The higher amounts of santri live and remain at boarding houses during they are studying Islamic knowledge, the higher problems emerge. The problem encountered by the institution is preparing and supplying needs of santri during they are studying there; such as building boarding houses, supplying the clean water for daily needs (drinking, having meal, bathing, and washing), loosing the bowels, and other solid and liquid disposals. Man always lives interacting with his environment in persistence. The interaction gives experiences. The observation and experience will cause ?image of environment? which describes about life experience. If a man whose image of environment is negative that means he does not understand how importance of preserving environmental functions for viability and life, the man tends to be apathetic about his environment. That negative image of environment drives various environmental problems. Consequently, it will affect for all structures of life including man himself. Man holds the essential role of managing ecosystem, yet man also carries destruction of the system. Therefore, it needs man?s awareness about functions of ecosystem. This awareness deeply related with man position which is central among other creature. The awareness toward environment turns up from man ability to understand about ecosystem functions for his life. That understanding is based on knowledge belongs to an individual or community derived through experience as well as information of ecosystem. The research is a case study, which means the approach orients to maintain the wholeness of the researched object. Moreover, as the case study, this research is able to study, explore, or interpret particular case naturally in its context without any interference. Whereas viewed from aspect of selecting case, the research is categorized as instrumental case study, which prefers to elaborate and prove the theory made before. Data is collected and studied as the massive wholeness (integrated) which head for bolster deeper knowledge about the researched object. This case study asserts to develop hypothesis designed as work hypothesis. The developing of the hypothesis is through collecting data/information by observation and indepth interview technique. Viewed from the nature of study, the research uses qualitative approach grounded in facts. It orients to give detail description of background of natures, exclusive character of the case, and the general status of the related case. Pesantren Nurul Hidayah has 420 santri, giving another picture about a pesantren in general. The location of the pesantren is open-air for society, so those communication and information streams occur persistently in any time. This xvi closeness unconsciously becomes a strong control for santri to keep their good image. One of images controlled by is visible object and directed sight that is cleanliness and environmental health. This condition insists ustadz (teachers) and kyai bring santri round to keep cleanliness and environmental health. The efforts conducted are besides they give advices during they are studying, kyai, ustdaz and santri board create programs and rules which are managed continually and routinely. The program is quite effective because it is not only implementation, but also santri realize generally about cleanliness as thought by ustadz and kyai derived from al- Qur?an and Hadith massages. The knowledge causes deep understanding ( versetehen) of importance of clean environment as withdrawn by those two Islamic sources. This phenomenon will raise the image gives argumentation about santri?s behaviour and implementation toward the environmental health of pesantren. The image can not be valued by their selves, because it comes from other?s interpretation about the pesantren condition. From environmental awareness aspect, several primary aspects of the image can be viewed from the advancement of amount of santri come to study in every year. Furthermore, Pesantren Nurul Hidayah is more openly for society; interaction with surrounding is tight, attitude of helping each other, mutual assistance, voluntary work, and night watch etc. become evidences of that image of pesantren leads to the better level. In this field, researcher gives conclusions: 1) knowledge, attitude and behaviour of pesantren community, especially santri, indicate good response and high care on any efforts and attempts of environmental management which support the healthy life condition. 2) Efforts of pasantren in supplying infrastructure of health which is related with ecosystem by creating rules and regulations state all pesantren inhabitants are necessary to keep and create cleanliness and beauty of environment and also to give punishment for regulation violators. They should conduct program of cleaning environment in daily and weekly as well as supply cleaning equipments/devices, and the disposal spot and obliteration. Besides that, the santri board or santri organization is established as the programs implementer as well as implementing function of control. 3) Process of managing environment is norm and value of santri life which bears the life philosophy of self-help and considered as the worship (ibadah). Togetherness becomes a basis and responsibility of santri community who live together. The program of clean environment and healthy as well as implementing punishment for the violators, are in the form of such the program of clean Friday (jumat) and contest of cleanliness of religious institutions. The realization of those programs needs further support from competent institution in delivering health counseling. Some of the handicaps are process of ecosystem supports health is fund and hygienist and none of a subject that is dealt generally with environment. 4) The image made in very long time is not true which states santri and pesantren are slovenly, exclusive, anti-social, and irresponsible. Some evidences in semiotic study point out alteration or transition of image into better toward the santri life. The suggestions will be offered by the researcher are: 1) to increase more cooperation among related and competent institutions through designing integrated programs of advancing society especially pesantren community in order to increase ecosystem quality support the health. 2) to develop efforts of socializing ecosystem functions to society and pesantren community trough both counseling and program of simulation of ecosystem functions persistently by related institutions. 3) to xvii allocate government aids in both hardware and software which are dealt directly with efforts of enhancing ecosystem quality, such supplying books, magazines, brochures, and cleaning devices and hygienists for pesantren. 4) to attempt to design particular curriculum of ecosystem-based religious education. The curriculum is very essential; furthermore santri in the future will become leader assigned as model for other communities.
"
2008
T25364
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afif HM
"Pesantren sebagai lembaga pendidikan pada umumnya merupakan komplek yang cenderung dibangun tanpa perencanaan yang matang. Pada umumnya tata bangunan pesantren di dalam menurut kebutuhan. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal amtara lain yaitu pesantren sebagai lembaga pendidikan lebih menekankan kemandirian dan kesederhanaan. Komplek pesantren yang terdiri dari bangunan; rumah kiai, pondok (asrama) santri, masjid, dan beberapa sarana penunjang lain (jamban, tempat mandi, cuci, dapur, kakus) yang pada awal-awal lebih bersifat "darurat" atau sementara.
Beberapa kendala yang dihadapi pesantren untuk menyediakan atau dalam pengadaan fasilitas fisik (gedung dan saran lainnya) yang sesuai dengan kebutuhan adalah masih terbatas kemampuan dalam penyediaan areal bagi perluasan komplek, dan keterbatasan dana karena sumber dana yang terbatas dan minim.
Pesantren dengan sistem asrama/pondok (boarding school) dihadapkan berbagai permasalahan dalam memenuhi kebutuhan bagi Para santri yang tinggal di pesantren asrama (pondok), penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (mimum, masak, mandi, cuci, wudlu) sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) dan tempat pembuangan limbah (padat dan cair).
Pada gilirannya, hal tersebut memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pesantren secara keeeluruhan, yaitu bagaimana masyarakat pesantren mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan dukungan dari lingkungan hidupnya. Di sisi lain, bagaimana lingkungan hidup pesantren mampu memberi dukungan tanpa memberi pengaruh negatif bagi kehidupan masyarakat pesanten Karena pada dasarnya interaksi lingkungan hidup dengan kehidupan manusia adalah sating bergantung satu dengan lainnya (interdependensi).
Dengan demikian masih banyak dijumpai beberapa pesantren yang dilihat dari alat bangunan fisik terkesan tak beraturan, bahkan terkesan seadanya. Misalnya, asrama/pondok yang sempit dengan jumlah santri yang cukup banyak, bahkan melebihi kapasitas daya tampung. Penyediaan air bersih yang belum mencukupi kebutuham sehari-hari, serta tempat pembuangan kotoran manusia dan limbah yang belum memadai.
Keadaan tersebut di atas akan memberikan dampak pada aspek kehidupan masyarakat pesantren secara keseluruhan. Aspek kehidupan yang diduga akan terkena pengaruh adalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan demikian pengelolaan linglamgan hidup menjadi suatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan fungsi daya dukung lingkungan hidup bagi upaya mowujudkan keadaan "hidup sehat" warga pesantren. Secara hipotetis jawaban bagi upaya mewujudkan lingkungan hidup terhadap keadaan hidup sehat memerlukan "kesadaran" dari masyarakat pesantren.
Kesadaran masyarakat pesantren, yang dalam hal ini para santri, terhadap kesehatan linkungan dapat diketahui dari aspek: pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan hidup yang mendukung terhadap kesehatan. Di samping faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup yang mendukung kesehatan.
Penelitian dilakukan di pesantren Ma'haduttholabah, Babakan, Tegal, Jawa Tengah, dengan tujuan:
1. Mengetahuai pengetahuan, sikap dan perilaku warga pesantren kususnya para santri dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berpotensi menunjang kesehatan.
2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan warga pesantren untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang berpotensi bagi kesehatan.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan kendala dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berdampak terhadap kesehatan.
Penelitian bersifat studi kasus (case study) yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek yang diteliti. Data dikumpulkan dan dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh (terintegrasi). Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang diteliti. Studi kasus sebagai suatu metode penelitian bukan untuk tujuan generalisasi. Data dikumpulkan melalui observasi terlibat (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan penyebaran kuesioner kepada para santri yang dipilih dengan teknik proporsional sampling. Sampel berjumlah 120 dengan perincian santri kalong 15 orang, dan santri mukim 105 orang dari populasi 1.200 santri."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.J. Mukono
Surabaya: Airlangga University Press, 2011
613.1 MUK P
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadhi Purwana
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0262
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wispriyono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
PGB-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fahmi Achmadi
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0358
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Yanit Wediarsih
"Menurut laporan MDG's tahun 2007, 30,7% masyarakat Indonesia tanpa akses sanitasi yang layak. Provinsi Banten memiliki masalah yang cukup besar terkait dengan masalah air, higiene dan sanitasi. Beberapa cakupan sanitasi dasar di Provinsi Banten merupakan cakupan terendah di Pulau jawa, seperti cakupan jamban keluarga pada tahun 2007 yang hanya 67,69 %. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk ini akhirnya menyebabkan masih seringnya terjadi KLB diare dan demam berdarah di Provinsi Banten. Selain itu kejadian demam tifoid dan malaria juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan dampak sanitasi lingkungan terhadap status kesehatan balita di Provinsi Banten dengan menggunakan data sekunder hasil RISKESDAS 2007. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah balita (12 - 59 bulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang pernah menderita sakit sebanyak 17,2%. Sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang memiliki risiko terhadap status kesehatan balita adalah ketersediaan air bersih (OR = 1,6; 95%CI 1,2 - 2,3), sarana pembuangan air limbah (OR = 1,7; 95% CI 1,0 - 3,1) dan tempat penampungan air (OR = 1,9; 95%CI 1,2 - 2,9). Sarana pembuangan air limbah memberikan dampak yang paling besar diantara ketiga variabel yang berisiko, dimana jika di populasi, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat diperbaiki, maka akan menurunkan kejadian sakit pada balita sebanyak 36,9%. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi risiko dan dampak sanitasi lingkungan diperlukan upaya pengelolaan terhadap air, mulai dari air bersih sampai dengan air buangan.

According to the MDG's in 2007, 30.7% of Indonesian people without access to improved sanitation. Banten province has a considerable problem associated with the problem of water, hygiene and sanitation. Some basic sanitation coverage in Banten Province is the lowest coverage in Java, such as family latrine coverage in 2007 is only 67.69%. Conditions of poor environmental sanitation is still ultimately lead to frequent outbreaks of diarrhea and dengue fever in the province of Banten. In addition to the incidence of typhoid fever and malaria also increased from year to year.
The purpose of this study was to determine the risk and impact of environmental sanitation on the health status of children under five in Banten province by using secondary data from RISKESDAS 2007. This research is quantitative cross-sectional design. Population and sample of the study was a toddler (12-59 months).
The results showed that infants who have suffered from as much as 17.2%. While environmental sanitation factors that have exposure to the health status of children under five are the availability of clean water (OR = 1.6, 95% CI 1.2 to 2.3), wastewater disposal (OR = 1.7, 95% CI 1, 0 to 3.1) and a reservoir of water (OR = 1.9, 95% CI 1.2 to 2.9). Wastewater disposal provide the greatest impact among the three variables is at risk, which if in the population, wastewater disposal are not eligible eliminated, it will reduce the incidence of illness in infants as much as 36.9%. Results of this study suggest that to reduce the risk and impact of environmental sanitation to water management efforts are needed, ranging from clean water to waste water.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iis Iswanto
"Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 (empat) di dunia. Perkembangan penduduk yang pesat yang tidak diimbangi oleh penyediaan sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas pendukung akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Begitu halnya Kota Depok yang setiap tahunya mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman Kota Depok serta mengetahui hubungan seberapa besar pengaruh sosial ekonomi terhadap tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman dapat diketahui dari hasil perhitungan indek parameter setiap indikator dan pemberian bobot setiap indikator yang digunakan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis keruangan, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara kualitas kesehatan lingkungan permukiman dengan status sosial ekonomi digunakan bantuan analisis statistik dengan metode Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman Kota Depok tergolong baik. Sebagian besar tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman tergolong baik terdapat diwilayah perkotaan (urban) dan wilayah peralihan (sub urban), sedangkan pada wilayah perdesaan (rural) memiliki tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman dalam kategori sedang. Kondisi sosial ekonomi (status sosial ekonomi) memiliki pengaruh terhadap tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman.

Indonesia is a developing country with the largest population of 4 (four) position in the world. The rapid growth of population, which is not supported by the provision of infrastructure and supporting facilities will impact the health and environmental quality of settlements. This situation will also happen in Depok City due to the growth population is increasing every year. This study aims to determine the spatial patterns of health and environmental quality level of Depok settlements and to know the effect of social relationship factor on the level of healthcare economics settlements quality. The level of health and environmental quality settlements can be known from the calculation of the parameter index of each indicator and the weighting of each indicator used.
Data analyzing in this study obtained by using descriptive analysis and spatial analysis, whereas the relation between health and environmental quality settlements with the socioeconomic status obtained by using statistical analysis Chi Square method. The results indicate the level of health and environmental quality Depok settlement is fair. Most of the health and environmental quality level are quite good in residential urban region (urban) and of health and environmental quality settlements. The Socio-economic conditions (socioeconomic status) effect the level of health care quality residential environment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>