Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rothmadani
"The research conducted to see the influence of the sperm preserve to confront with fertilization of degree and hatch capacity of jambal siam fish. The research conducted in BBI Rambah Village from June until August 2002...."
Jakarta: Jurnal Akademika, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Langkosono
"resulth of growth the barramundi cod (Cromilepstes altivelis) ,flowery cod (Epinephelus juscoguttatus) and estuary grouper (E., Tauvina) at the best in float net cages conducted at December month 2004 until June 2005 in the coastal waters Telok Kodek Malaka village,west Lombok...."
Jakarta: Neptunus: Majalah Ilmiah Kelautan, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Karyaningsih
"Assessment of fecundity and hatching rate of betutu fish-sand goby (Oxyeleotris marmorata) eggs has been done at the station rearing center in Ngrajek, Magelang Regency, Central Java...."
Jakarta: Berita Biologi, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khairuman
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008
639.31 KHA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengasapan adalah salah satu cara pengolahan dan pengawetan ikan. Beberapa jenis produk ikan yang telah dihasilkan melalui proses pengasapan salah satunya adalah ikan Roa Asap. Lama waktu pengasapan yang diperlukan untuk menghasilkan produk ini adalah lebih dari 18 jam dengan keadaan tekstur (nilai konsistensi) yang keras. Tekstur ytang keras menandakan bahwa suatu produk memiliki kandungan air yang rendah. Dari kondisi inilah maka diperkenalkan ikan Roa Asap yang mudah dikunyah dan dinikmati oleh konsumen. Cara yang dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut adalah waktu pengasapan yang dikurangi dengan lama 6 jam, 12 jam dan 18 jam. Sebelum pengasapan, dilakukan pula perebusan dengan waktu 4 menit, 8 menit dan 12 menit. Perebusan dilakukan untuk mendapatkan daging yang padat dengan daya awet yang lebih panjang. Bukan hanya produk yang mudah dikunyah dan dinikmati, kandungan gizi juga harus dipertimbangkan. Salah satu kandungan gizi yang dipertimbangkan adalah protein miojibril. Protein miojibril adalah protein yang tidak larut dalam air, sehingga proses perebusan mempengaruhi kandungan protein miojibril. Dikatakan produk berarti menyatakan bahwa terdapat hubungan dengan penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Dari beberapa perlakuan yang diberikan, menyatakan lama perebusan 8 menit dengan lama pengasapan 12 jam adalah yang paling disukai. Diharapkan dalam penelitian lanjutan untuk mengamati kandungan fenol dan daya simpan dari produk ikan Roa Asap tersebut."
300 JIS 2:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriellius Chandra
"Rangka manusia tersusun atas struktur-struktur seperti: ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain. Dalam regenerasi jaringan tulang, rekayasa jaringan memiliki keunggulan dibandingkan metode allograft dan autograft karena hanya menginduksi respon sistem imun minor dan tidak memerlukan operasi kedua untuk mendapatkan tulang donor dari tubuh pasien sendiri yang mana terdapat peningkatan risiko infeksi ketika lebih banyak operasi dilakukan. Salah satu aplikasi rekayasa jaringan adalah pembuatan perancah mirip matriks ekstraseluler yang memberikan dukungan struktural pada sel karena struktur jaringnya. Kolagen adalah salah satu sumber perancah biokompatibel dan memadai untuk rekayasa jaringan untuk regenerasi tulang dalam hal sifat mekanik, struktur pori, permeabilitas, hidrofilisitas dan stabilitas in vivo. Dalam penelitian ini kolagen bersumber dari ikan King Kobia dengan metode ASC dan PSC. Freeze-dryingmerupakan proses pengeringan di mana pelarut dan/atau media suspensi dikristalisasi pada suhu rendah dan selanjutnya disublimasikan dari keadaan padat langsung ke fase uap. Metode ini menghasilkan bahan dengan stabilitas bentuk yang baik sehingga tidak berubah setelah rekonstitusi dengan air. Dalam penelitian ini penulis menambahkan material seng oksida (ZnO) dan titanium oksida (TiO2) yang selanjutnya akan diuji karakteristiknya. Penambahan TiO2 dan ZnO meningkatkan porositas perancah. Dalam penelitian ini ZnO meningkatkan persentase porositas dengan signifikan. Namun, struktur mekanik dari uji tekanan kompresif dan porositas belum menunjukan hasil yang menyerupai penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya kesalahan pengukuran volume atau konsentrasi pada proses pencampuran komposit dan ketidaksesuaian spesifikasi liofilisasi. Kedua faktor ini mengubah tekstur dan struktur perancah menjadi mengerut dan menempel pada wadah well-plate.

The human skeleton is composed of structures such as: ligaments, tendons, muscles, and other human organs. In bone tissue regeneration, tissue engineering has advantages over allograft and autograft methods because it only induces a minor immune system response and does not require a second operation to obtain donor bone from the patient's own body where there is an increased risk of infection when more operations are performed. One application of tissue engineering is the fabrication of extracellular matrix-like scaffolds that provide structural support to cells due to their net structure. Collagen is one source of biocompatible scaffolds and is adequate for tissue engineering for bone regeneration in terms of its mechanical properties, pore structure, permeability, hydrophilicity and in vivo stability. In this study, collagen was sourced from King Cobia fish using the ASC and PSC methods. Freeze-drying is a drying process in which the solvent and/or suspension medium is crystallized at low temperature and then sublimated from the solid state directly into the vapor phase. This method produces a material with good shape stability so that it does not change after reconstitution with water. In this study the authors added zinc oxide (ZnO) and titanium oxide (TiO2) materials which would then be tested for their characteristics. The addition of TiO2 and ZnO increased the porosity of the scaffolds. In this study, ZnO significantly increased the percentage of porosity. However, the mechanical structure of the compressive stress and porosity tests has not shown results that resemble those of previous studies. This may occur due to volume or concentration measurement errors in the composite mixing process and non-compliance with lyophilization specifications. These two factors change the texture and structure of the scaffold to shrink and stick to the well-plate container."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chalda Nabila
"Ikan nilem (Osteochilus vittatus Valenciennes 1842) merupakan ikan air tawar yang berdistribusi di perairan Asia Tenggara khususnya Indonesia. Permintaan konsumsi ikan nilem yang meningkat dan eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya populasi ikan nilem. Permasalahan ini dapat diatasi dengan pelestarian ikan nilem menggunakan metode preservasi spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi sari kurma terhadap persentase fertilisasi dan penetasan telur ikan nilem 24 jam pascapreservasi pada suhu 4 – 5ºC. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima pengulangan. Lima perlakuan terdiri atas sari kurma 0% + fish Ringer (SK 0%), sari kurma 0,5% + fish Ringer (SK 0,5%), sari kurma 1% + fish Ringer (SK 1%), sari kurma 1,5% + fish Ringer (SK 1,5%), dan sari kurma 2% + fish Ringer (SK 2%). Data penelitian yang diperoleh diuji menggunakan uji Analisis Variansi (ANAVA) satu faktor. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata (P < 0,05) pada nilai rata-rata persentase penetasan telur dan tidak ada perbedaan nyata (P > 0,05) pada nilai rata-rata persentase fertilisasi. Walaupun tidak ada perbedaan nyata, namun terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa penambahan sari kurma 1% memberikan pengaruh yang efisien terhadap fertilisasi ikan nilem dibandingkan dengan perlakuan kontrol (SK 0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase fertilisasi dan penetasan telur tertinggi terdapat pada penambahan konsentrasi 1% sari kurma dalam ekstender fish Ringer. Persentase fertilisasi spermatozoa ikan nilem 24 jam pascapreservasi menggunakan 1% sari kurma sebesar 98,57 ± 1,80% dan persentase penetasan telur sebesar 96,87 ± 1,23%.

Nilem fish (Osteochilus vittatus Valenciennes 1842) is a freshwater fish distributed in the water of Southeast Asia, especially Indonesia. Increased demand for nilem fish consumption and excessive exploitation resulted in a decrease in nilem fish populations. This problem can be solved by preserving nilem fish using spermatozoa preservation method. This study aims to determine the effect of giving various concentrations of date palm juice to the percentage of fertilization and hatching rate 24 hours post preservation at a temperature of 4 - 5ºC. This study used a complete randomized design (RAL) with five treatments and five repetitions. Five treatments consist of date palm juice 0% + fish Ringer (SK 0%), date juice 0.5% + fish Ringer (SK 0.5%), date juice 1% + fish Ringer (SK 1%), date juice 1.5% + fish Ringer (SK 1.5%), and date juice 2% + fish Ringer (SK 2%). The research data obtained was tested using a single-factor Variance Analysis (ANAVA) test. The results showed a significant difference (P < 0.05) in the average percentage of hatching rates and no significant difference (P > 0.05) in the average value of the percentage of fertilization. Although there is no real difference, there is a tendency that the addition of 1% date juice has an influence on the fertilization of nilem fish compared to the control treatment (SK 0%). The results showed that the highest percentage of fertilization and hatching rates were found in the addition 1% of date palm juice in fish Ringer extenders. The highest percentage of spermatozoa fertilization of nilem fish 24 hours post-preserve using 1% date palm juice is 98.57 ± 1.80% and the percentage of hatching rates is 96.87 ± 1.23%."
Depok: xii, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Amri
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007
639.311 KHA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutardjo
"Budidaya ikan dalam keramba jaring apung (WA), marupakan salah satu kegiatan yang berkembang pesat di waduk Jatiluhur. Dasar pertimbangan pengembangan BJA ialah untuk pemanfaatan sumber air waduk dan untuk memberikan sumber pendapatan altematif bagi masyarakat di sekitamya. Dampak positif dari pengembangan BJA antara lain meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya dan meningkatnya produksi ikan untuk konsumsi dalam negeri. Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang beroperasi di waduk Jatiluhur terus mengalami peningkatan dari 15 unit KJA pada tahun 1988 menjadi 2.100 unit KJA pada tahun 1997 dengan total produksi ikan yang di panen hingga tahun 1997 sebanyak 1.545.32 ton.
Namun demikian perkembangan WA tersebut telah menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan, dan menyebabkan kegagalan panen akibat kematian ikan budidaya secara masal pada tahun 1996 dan 1997.
Dalam rangka pengendalian dampak negatif BJA tersebut, telah dilakukan berbagai upaya antara lain : penataan ruang waduk dan pengembangan KJA sistem ganda. Kematian ikan akibat perubahan kualitas air biasanya terjadi pada awal musim penghujan saat cuaca mendung, dimana intensitas cahaya matahari sangat rendah, sehingga menyebabkan rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen (02) dalam air. Berdasarkan data time series kualitas air di Ciganea terdapat peningkatan kandungan nutrien yang dihasilkan dari dekomposisi limbah organik yang berasal dari BJA. Peningkatan nutrien tersebut mengakibatkan meningkatnya kesuburan perairan dan densitas fitoplankton, sehingga akan meningkatkan kebutuhan 02 yang diperlukan fitoplankton pada malam hari. Pada kondisi populasi fitoplankton yang padat dan padatnya ikan dalam KJA, menyebabkan terjadinya defisit 02 yang lebih besar, akibatnya jumlah ikan dalam KJA yang mengalami kematian juga meningkat.
Jadi masalah utama yang menyebabkan menurunnya kualitas air di lingkungan budidaya adalah limbah organik dari kegiatan BJA, sehingga permasalahan yang di kaji pada studi ini ialah terjadinya perubahan kualitas air waduk akibat kegiatan BJA, dan proses terjadinya kematian ikan budidaya secara masal dalam KJA.
Tujuan dari studi ini ialah untuk mengetahui : 1) pengaruh kegiatan BJA terhadap perubahan kualitas air di lingkungan budidaya, waduk Jatiluhur, 2) perubahan kualitas air dari waktu ke waktu melalui indikator parameter kunci kualitas air yang terkait dengan kegiatan BJA, dan 3) perbedaan kualitas air antara daerah WA (Ciganea) dan non BJA (Ubrug) di waduk Jatiluhur.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam studi ini dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
Pertama : Tidak ada perbedaan kualitas air antara daerah BJA dan daerah non BJA.
Kedua : Ada kecenderungan penurunan kualitas air dari waktu ke waktu di Ciganea, mulai sebelum ada kegiatan BJA sampai timbul masalah kematian ikan.
Studi ini dilaksanakan di perairan waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, dari tanggal 12 Pebruari - 5 Maret 1999. Lokasi penelitian berada di perairan Ciganea yang merupakan areal BJA dan perairan Ubrug yang merupakan areal non budidaya. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini ialah metode surval dengan pendekatan observasi lapang di daerah terpapar dan daerah non terpapar pada kedalaman yang berbeda. Luas perairan Ciganea sekitar 40 ha dengan kedalaman ± (34 - 50) m, keadaan perairan relatif tenang karena jauh dari masukari air sungai, sedangkan perairan Ubrug luasnya sekitar 50 ha dengan kedalaman } (16 - 30) m terletak di sebelah selatan Ciganea, keadaan perairan relatif dangkal dan berarus sedang karena merupakan muara sungai Cilalawi dan Cisomang. Pengambilan sampel air dilakukan di perairan Ciganea pada 5 titik pengamatan (stasiun) dengan jarak antar titik 750 m dan di perairan Ubrug pada 3 titik pengamatan yang dianggap mewakili dengan jarak antar titik 1500 m. Pengambilan dilaksanakan sekali seminggu, selama satu bulan dan dilakukan secara vertikal untuk 3 lapisan kedalaman yang berbeda (permukaan, tengah dan dasar perairan) dengan menggunakan Bottle Water Sampler volume 3,5 L. Pengambilan sampel dilakukan dari pagi hingga siang hari, dengan
1) Perlu pengendalian jumlah KJA yang terdapat di perairan Ciganea, waduk Jatiluhur, karena jumlah KJA yang ada telah melampaui dada dukung lingkungan atau jumlah optimum yang di perbolehkan yaitu 400 unit KJAlwilayah. Pengendalian tersebut harus dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab yaitu Dinas Perikanan Propinsi Dati I Jawa Barat, dengan menerapkan sangsi hukum antara lain dengan tidak menerbitkan Surat ljin Usaha Perikanan (SIUP) untuk BJA dan mengurangi jumlah KJA yang ada dengan memindahkan ke lokasi lain diluar Ciganea sesuai dengan Rencana Tata Ruang Waduk yang ada seperti di daerah Cipariuk, Pasir Jangkung, Batu Kerong, Tegal Malaka dan Cilingga. Hal tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakatlpetani BJA, dengan pendekatan penyuluhan, pelatihan dan peningkatan kesadaran, agar mereka ikut berperanserta aktif dalam menjaga pelestarian perairan waduk.
2) Perlu disosialisasikan tentang cara pemberian pakan yang sesuai dengan ketentuan, yaitu sebanyak 3 % dari berat badan ikan yang dibudidayakan. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sisa pakan yang masuk ke perairan, sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran perairan. Berdasarkan hasil penelitian jumlah sisa pakan yang terbuang ke perairan waduk adalah sekitar 5 kgMari, sehingga agar supaya tidak menimbulkan pencemaran perairan, maka jumlah sisa pakan yang terbuang harus lebih kecil dari 5 kg/hari (< 5 kg/hari) atau sekitar (1-1,5) kg/hari, sehingga hal itulah yang menjadi pedoman yang harus dipatuhi oleh semua prang yang melakukan kegiatan WA di waduk Jatiluhur. Agar hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka harus disosialisasikan kepada masyarakat khususnya kelompok usaha BJA/petani BJA melalui berbagai pendidikan/pelatihan dan percontohan agar ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dapat dipatuhi dan dilaksanakan.
3) Perlu peningkatan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, terhadap kegiatan BJA di Ciganea, waduk Jatiluhur, balk dari aspek kualitas air maupun jumlah KJA yang beroperasi. Untuk pemantauan kualitas air tersebut harus dilakukan secara rutin, diikuti dengan pengendalian jumlah KJA yang beroperasi yang dilakukan melalui koordinasi dengan instansi terkait dan melibatkan lembaga masyarakat yang ada di daerah tersebut, dengan Dinas Perikanan sebagai koordinator dan penanggung jawabnya. Selanjutnya dalam pelaksanaan pengawasan perlu peningkatan penegakan hukum (law enforcement) baik kepada pengusaha BJAlpetani BJA maupun kepada aparat pemerintah. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan balk, perlu diterapkan sanksi hukum yang tegas bagi setiap pelanggar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (UU. No. 911985 tentang Perikanan, 2311997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan apabila perlu pencabutan S1UPBJA agar mereka patuh. Disamping hal tersebut perlu dibarengi dengan upaya pemberdayaan kepada kelompok usaha BJAI petani BJA melalui sosialisasi, penyuluhan, pendidikan/pelatihan dan penyadaran hukum, sehingga diharapkan mereka dapat ikut berperan serta aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan perairan dan mengawasi tindak pelanggaran yang terjadi.
4) Perlu pengembangan teknik BJA yang ramah lingkungan yaitu Keramba Jaring Apung Ganda (Berlapis) untuk mengurangi Iimbah pakan yang masuk ke perairan waduk. Berdasarkan hasil penelitian teknik budidaya ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan mencegah pencemaran perairan. Namun demikian untuk dapat dikembangkan dimasyarakat, hal tersebut masih perlu dikaji lebih mendalam terutama dari aspek ekonomi agar dapat terjangkau oleh masyarakatlpetani BJA dan aspek kemudahannya agar dapat dicontohldipraktekkan, dan sebelum dikembangkan secara luas hangs disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat melalui kelompok usaha BJA/petani BJA.

The Effects of Fish Culture on the Water Quality of Reservoir (A Case Study on Fish Cage Culture in Ciganea, Jatiluhur Reservoir, Purwakarta, West Java)Fish cage culture was carried out intensively in Jatiluhur reservoir. This activity was developed to utilize the available water resources in the reservoir and to provide alternative income source for the community around the reservoir. Beside that, positive impact the development of cages culture such us the increasing fish production for domestic consumtion and job opportunity for local community. Based on the statistical data the number of cage culture used for fish culture increased steadily for 15 unit in 1988 to 2.100 unit in 1997. Total production of fish harvested in 1997 is 1.545,32 tones. However, this considerable development of the cage culture has resulted in an adverse impact of water quality which in few resulted in the failure of production. It is reported that in 1977 about 50 % of the cages could not be hatvested as the fishes were died. The collaps of production resulting from the low water quality, usually happens during early raining season where the solar radiation is quite low. This results in the low rate of photosynthesis and consequently low oxygen production. In order to control the adverse impact of the cage culture the spatial planning was set up by reservoir management authority in collaboration with the provincial government and interrelated institution.
Based on the time series data of water quality in Ciganea, there is increase in the concentration nutrient resulted of the decomposition of the great concentration production waste of cage culture. Increases in concentration nutrient resulted in eutrophication and increasing phytoplankton density, which In few increase consentration of oxygen required by phytoplankton during night time. Increasing phytoplankton and fish densities resulted in hightly defisit oxygen, consequently the number of fish cultivated in the cage that were dead also increase.
It is clear that the main problem causing dateriotation of water quality is production waste that consisted of feed waste and metabolite. Therefore, this study is focused on the changes of the water quality in aquaculture areas of reservoir resuldted by cage culture activity. The objectives of the study are, {1) to find out the effects of cage culture activity on water quality change in waters environment; (2) to evaluate of the environmental impact of the cage culture on the water quality in Ciganea areas Jatiluhur reservoir.
The objectives of the study are, (1) to find out the effects of cage culture activity on water quality change in waters environment; (2) to evaluate of the environmental impact of the cage culture on the water quality in Ciganea waters, Jatiluhur reservoir.
The hypothesis in this study to be tested are :
First There are not the differences of water quality in both the cage culture compared with in non cage culture areas.
Second : There are the tendences of water quality decrease on periodically in Ciganea areas, before cage culture development until case of death fishes.
The area of sudy are Ciganea and Ubrug waters of Jatiluhur reservoir, Purwakarta, West Java. The study was conducted during February 12 to March 5 1999. The Ciganea waters was used for cage culture, while Ubrug waters was free of cage culture activity. The methode of study used are survey methode, survey was conducted to collect water samples and to observe aquaculture activities reservoir and environment condition.
The Area of Ciganea waters was about 40 ha, it's depth varied between (35-50) m. The waters was relatively stagnant quaite a far from the inlet of reservoir. Area of Ubrug waters was about 50 ha, it's depth varied between (16-30) m, it is south word of Ciganea. The waters condition relatively shalow, moderate curent and as the estuary from Cilalawi and Cisomang rivers. The water samples were collected weekly from 5 stations in Ciganea and 3 stations in Ubrug, using 3.5 liters Kemmerer Bottle sampler in vertical depth of surface, centre and at the bottom water. Distance between station in Ciganea and ubrug are about 750 m and 1500 m representatively. The depth of water sampled were the (0-0,5) m layer, the (1,4-1,8) m layer and the (34-49) m layer. Sampling was carried out during the day time. The physico-chemical characteristic of the water quality measured ware temperature, transparancy, pH, DO, BOD, alkalinity, amonia, amonium, nitrite, nitrate, posphate, and suspended of organic matter. Water samples ware analysed in the chemical laboratory belong to the Research Institute of Fresh Water Fisheries, compared to the standard quality of C catagory, stipulated through Governor of West Java Decree No. 38/1991. The hypothesis were tested by using statistical analysis.
Results of the study show that :
1. The water quality in Ciganea waters to degradation as long as cage cultures activity development. It is indicated by condition of water quality parameters such us NO2, NO3, NF14, NH3 and P04, have been over of threshold value for water quality standard (C criteria), it was caused by input of feeding to waters and number of feeding tend to increases as long as cage cultures activities on going.
The water quality in Ubrug is better than Ciganea waters, it is indicated by condition of water quality parameters such us NO2, NO3, NH4, NH3 and P04, was still good and still under threshold value of water quality standard (C criteria), It is because no pollutant from feeding to waters.
The result of this study can be used. to sugestion of waters environment management in Jatiluhur reservoir, as follow :
1) It is nacessary for local government (Fisheries of Services Office) to control of number cage cultures was operated in Jatiluhur reservoirs, it is because have been carying capacity over. Base on the research, the number of cage culture recommended to operation is 400 unit/areas. Ways to control of cage culture through letter of effort, limitation of cage culture operating in waters through moving of cage culture to other areas and implemented of monitoring and surveillance.
2) It is nacessary for local government (Fisheries of Services Office) to control of number feeding to water a number of 3 °Io from weight of fish biomass to culture. Its means to prevent of polluted waters from feeding. Base on the research the number of feeding waste to waters is 5 kg/day, so recommended that less than 5 kg/day or (1-1,5) kglday of feeding waste to guiden of water quality. To impernented this program mus be following to law enforcement, extention and public awerenees to local community, especially to group of fish farmers in Jatiluhur reservoir.
3) it is necessary to enhancment of monitoring, controling and surveillance for net cage culture activity in Jatiluhur reservoir, it is involving the water quality and number of net cage culture aspect and also strengthening of law enforcement through doubt of law to farmers and official government. In order to implematation this activity is needed coordination with inter instituation and non government organisation. Biside that it is needed empowerment to local community so they can do self management and surveillance of violance to cage culture activity in Jatiluhur reservoir.
4) One of alternative to decrease of organic waste to waters is development of technical culture of environmental friendly. This technical was called double net cage cultures. Base on the research this technical can increase of use feeding efficiency and prevention of pollutted waters. Howerver it is necessary to study in detail especially including economic and assesibility aspect before introduced to community.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ikan rasbora argyrotaenia merupakan ikan aslib yang tersebar luas di wilayah perairan darat Indonesia."
2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>