Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrajid Putut Widagdo
"Permasalahan Narkoba dan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) menjadi epidemi ganda yang menuntut ditangani oleh pemerintah, yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Munculnya paradigma yang berbeda antara Pemerintah dan Yayasan Pelita Ilmu Kampung Bali (YPI Kambal) menyebabkan masalah Narkoba dan HIV/AIDS itu tidak tertangani dengan baik. Penelitian ini mengajukan Rumusan Permasalahan : (1) Apa perbedaan paradigma implementasi pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS yang dilakukan pemerintah dan YPI Kambal?; (2) Mengapa YPI Kambal tetap dapat eksis walaupun berbeda paradigma implementasi pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS dengan kebijakan pemerintah?; dan (3) Apa langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah dalam mengkoordinasikan implementasi kebijakan pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS dengan YPI Kambal? Penelitian ini menggunakan prosedur deskriptif analitis atau eksplanatoris yang dilakukan selama hampir empat bulan. Teori yang membimbing penulis adalah teori Paradigma, teori Implementasi, konsep Lembaga Swadaya Masyarakat, Pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS, Narkoba, Heroin/Putaw, HIV/AIDS.
Dari hasil penelitian ini diketahui : (1) Pemerintah menggunakan pendekatan hukum dan kesehatan, dengan Model Mekanisme Paksa, didukung dana APBN dan APBD dan bersikap hati-hati menerapkan program Pertukaran Jarum Suntik Steril (PJSS). Sedang YPI Kambal menggunakan Pendekatan Sosial Kemasyarakatan, dengan model Mekanisme Pasar, dana swadaya dan donasi negara donor dan tidak masalah menerapkan PJSS. (2) Faktor-faktor yang menyebabkan YPI Kambal tetap dapat eksis, yaitu : (a) membuka diri, (b) dalam berorganisasi membuka diri dengan manajemen terbuka kepada anggotanya. (c) Perkembangan anggota yang meningkat; (d) Perkembangan wilayah binaan yang semakin meluas. (e) Adanya lembaga atau instansi yang mengadopsi konsep YPI Kambal. (3) Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah dalam mengkoordinasikan implementasi kebijakan pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS dengan YPI kambal, antara lain : (a) Dengan melakukan Kunjungan ke Kampung Bali; (b) Mengundang Partisipasi YPI Kambal dalam Kegiatan Pemerintah; (c) Memberikan bantuan berupa obat-obatan, ambulan dan petugas Medis; (d) Melakukan Implementasi Pencegahan Narkoba dan HIV/AIDS secara bersama.

Problems of Drug abuse and of Human Immunodeficiency Virus/Immunodeficiency Syndrome acquired (HIV/AIDS) become double epidemic which claim to be handled by government are National Narcotic Board (BNN) and Commission of Struggle AIDS (KPA) different Appearance Paradigm between Government and Institution of Yayasan Pelita Ilmu Kampung Bali (YPI Kambal) causing the problem of Drugs and HIV/AIDS do not handle better. This research raise formula problems : (1) What difference of preventive implementation paradigm the problem of Drugs and HIV/ AIDS between government and YPI Kambal?; (2) Why YPI Kambal remain to earn exist although differ preventive implementation paradigm of Drugs and HIV/ AIDS with policy of government?; and (3) What done stages and steps is Government in coordinated preventive policy implementation of Drugs and HIV/AIDS with YPI Kambal? This research use analytical descriptive procedure or conducted explanatory during almost four months. Theory guiding writer [is] Paradigm theory, Implementation theory, theory Model Implementation, preventive of Drugs and HIV/ AIDS.
From this research result is known : (1) Government use the approach punish and health, with the Mechanism Model Force, supported by fund of State budget and District budget and behave to beware of to apply the Needle Exchange Program (NEP). Medium of YPI Kambal use the Community Base, with the model of Market Mechanism, self-supporting fund and donation of donor state and problem not apply the NEP. ( 2) Factors causing YPI Kambal remain to earn the eksis, that is : (a) expose oneself, (b) in have organization to expose oneself with the management opened to its member; (c) member Growth mounting; (d) regional Growth of area program which progressively extend; (e) the Existence of institute or institution adopting concept of YPI Kambal. (3) Stages; Steps conducted by Government in coordinated the implementation of policy of prevention of Drugs and HIV/AIDS by YPI Kambal, for example : ( a) Visiting to Kampung Bali; ( b) Invite The Participation of YPI Kambal in Governmental Activity; (c) Give the aid in the form of medicine, Medical worker and; ( d) Conduct The Preventive Implementation of Drugs and HIV/AIDS together."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25487
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi psikopatologi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di YPI Kampung Bali, Pokdisus AIDS dan Poli Khusus RS Dharmais. Penelitian ini merupakan studi cross sectional pada seratus ODHA di tiga tempat penelitian pada periode waktu September 2003 - Pebruari 2004 menggunakan kuesioner dan instrumen MINI ICD-10.
Terdapat beberapa jenis psikopatologi pada ODHA berdasarkan instrumen MINI ICD-10, yaitu Gangguan Mood (68%), Gangguan Berkait Zat Psikoaktif (63%), Gangguan Anksietas Menyeluruh (41%), Ketergantungan Alkohol (17%), Gangguan Panik (7%), Gangguan Psikotik Tunggal (6%), Sosial Fobia (2%), Gangguan Psikotik Berulang (2%), dan Gangguan Stres Pasca Trauma (1%).
Dilakukan analisis statistik antara beberapa faktor determinan dengan empat jenis psikopatologi terbanyak.Dilakukan uji Kai kuadrat dan Fisher Exact pada analisis bivariat, serta regresi logistik pada analisis multivariat. Pada uji kemaknaan, terdapat hubungan bermakna antara stadium AIDS (p= 0,035) dan tingkat pengetahuan tentang HIV (p=0,046) dengan Gangguan Anksietas. Didapatkan pula hubungan bermakna antara faktor usia responden (p=0,004), jenis kelamin (p=0,002) dan pendidikan rendah (p=0,087) dengan Gangguan Berkait Zat Psikoaktif. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor-faktor determinan dengan Gangguan Mood. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan faktor risiko dengan Ketergantungan Alkohol.
Disarankan agar program KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) harus Iebih intensif dilakukan kepada mereka yang berisiko tinggi maupun mereka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS. Perlu penanganan yang khusus ditujukan bagi kelompok usia muda serta peningkatan kesadaran umum untuk melakukan skrining (voluntary counseling and testing). Disarankan pula adanya pelatihan mengenai kesehatan jiwa dan gangguan jiwa bagi para konselor yang menangani ODHA.

This research aims at finding out frequency of psychopathology among People Living with HIV/AIDS (PLWHA) at Pelita Ilmu Clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital (Working Group on AIDS) and Dharmais National Cancer Hospital. This research is a cross-sectional study conducted to 100 PLWHA in the three sites during September 2003-February 2004, utilizing questioners and MINI ICD-10 instrument.
Based on MINI ICD-10 instrument, there are several kinds of psychopathology among PLWHA that includes Depressive Episode and Dysthymia (68%), Psychoactive Substance Related Disorders (63%), Generalized Anxiety Disorder (41%), Alcohol Related Disorders (17%), Panic Disorder (7%), Single Psychotic Episode (6%), Social Phobia (2%), Recurrent Psychotic Episode (2%), and Post Traumatic Stress Disorder (1%).
Statistical analysis was done on several determinant factors focused on the four most frequently occurred psychopathology. Chi square and Fisher Exact were conducted in bivariate analysis and logistic regression in multivariate analysis. At the significance test, there is a significant relationship between the stage of AIDS (p= 0.035) and the level of knowledge about HIV (p={0.046) with Generalized Anxiety Disorder. There is also significant relationship between factors such as age of respondents (p=0.004), sex (p=0.002) and low level of education (p=0.087) with Psychoactive Substance Related Disorders. No significant relationship either between determinant factors and Depressive Episode and Dysthymia or between sex and risk factors with Alcohol Related Disorders.
Therefore, it is necessary to intensify program on Communication, Information and Education, especially to the high-risk group or those who are already infected by HIV/AIDS. Also it is urgent to give special advocacy to young generation and raise the public's awareness of the importance of Voluntary Counseling and Testing. Likewise, counselors need to join in psychiatric training in a bid to give better service to PLWHA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1995/1996
306.74 ANA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rheza Fauzi
"ABSTRAK Tesis ini membahas mengenai upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pencegahan HIV AIDS sebagai masalah multisektor melalui Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dengan menggunakan pendekatan collaborative governance yang melibatkan Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Masyarakat. Upaya kolaborasi sudah dilakukan, namun, dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis proses kolaborasi dan hal-hal yang mempengaruhi dinamika kolaborasi pencegahan HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Teori yang digunakan adalah Collaborative Governance Regimes (CGR) dari Emerson dan Nabatchi (2015).  Pelaksanaan proses kolaborasi pencegahan HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta dilihat melalui tiga dimensi yaitu keterlibatan berprinsip, motivasi bersama, dan kapasitas melakukan aksi bersama. Peneliti menggunakan pendekatan Post Positivis dengan metode pengumpulan data kualitatif menggunakan menggunakan wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa kolaborasi pencegahan HIV AIDS sudah terbangun melalui keterlibatan pemerintah, LSM, dan masyarakat namun terdapat kendala dalam membangun keterlibatan berprinsip dan motivasi bersama antar aktor sehingga menghambat kinerja kolaborasi.Selain itu, aspek pemimpin kolaborasi dalam hal ini Komisi Penanggulangan AIDS memegang peranan penting yang mempengaruhi dalam mendorong dinamika kolaborasi pencegahan HIV AIDS.
ABSTRACT This thesis discusses the efforts of the DKI Jakarta Provincial Government in preventing HIV AIDS as a multisector problem through the Provincial AIDS Commission using a collaborative governance approach involving the Government, Non-Governmental Organizations, and the Community. Collaborative efforts have been made, however, from year to year the number of HIV AIDS cases in DKI Jakarta Province continues to increase. This research was conducted to analyze the collaborative process and the things that influence the collaboration dynamics of HIV AIDS prevention in DKI Jakarta Province. The theory used is Collaborative Governance Regimes (CGR) from Emerson and Nabatchi (2015). The implementation of the collaborative HIV prevention prevention process in DKI Jakarta Province is seen through three dimensions, namely principled engagement, shared motivation, and capacity for joint actions. The researcher used the Post positivist approach with qualitative data collection methods using interviews and literature. The results show that the collaborative process of HIV AIDS prevention has been built through the involvement of government, NGOs, and the community but there are obstacles in building principled engagement and shared motivation among actors that hamper collaboration performance. In addition, the leader's aspect of collaboration in this case is important in encouraging the collaboration dynamics of HIV AIDS prevention.

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tribuana Tungga Dewi
"HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak, dibicarakan masyarakat awam serta para ahli Salah satu alasan begitu banyak kalangan yang menganggap HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan yang pelik adalah karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk mengobati virus HIV. Alasan lain yang menyebabkan HIV/AIDS menjadi isu yang banyak dibicarakan adalah karens begitu cepatnya pertambahan jumlah Orang Dengan RIV/AIDS (ODHA) di dunia. Sampai 31 Oktober 1999 telah tercatat 1005 kasus HIV/AIDS di Indonesia dan jumlah ini hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak ODHA yang tidak mengetahui bahwa dalam dirinya telah terdapat virus HIV. nformasi yang diperoleh masyarakat mengenai cara penyebaran maupun bahaya virus HIV seringkali simpang siur dan kurang tepat, akibatnya munculah berbagai isu yang kurang tepat mengenai HIV/AIDS. Salah satu contohnya adalah bahwa penyakit ini merupakan penyakit kalangan homoseksual Kelompok lain dalam masyarakat yang kerap dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap virus HIV adalah kelompok pekerja seks komersial (PSK) PSK yang dalam profesinya terpaksa sering bergai pasangan bukan saja rentan terhadap penularan virus HIV karena pola hubungan seksualnya, tetapi juga karena banyak hal lain. Diantaranya karena sebagian PSK berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah, sehingga akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan pun menjadi sangat sulit dicapai Apalagi ditambah dengan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi ini yang menyebabkan kelompok PSK semakin terkucil. Untuk itu, dibutuhkan adanya suatu strategi yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS bagi kelompok PSK Strategi yang dianggap tepat untuk kelompok terkucil seperti PSK, adalah metode pendidikan sebaya Penulisan skripsi ini berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dari strategi Yayasan Kusuma Buana dalam menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS di Lokalisasi Kramattunggak.

HIV/AIDS is a health problem that is widely discussed by ordinary people and experts. One of the reasons so many people consider HIV/AIDS to be a complicated health problem is because until now no medicine has been found to treat the HIV virus. Another reason why HIV/AIDS has become a widely discussed issue is because of the rapid increase in the number of people living with RIV/AIDS (PLWHA) in the world. As of October 31 1999, 1005 cases of HIV/AIDS had been recorded in Indonesia and this number is only a small portion of the many PLWHA who do not know that they already have the HIV virus. The information that the public obtains regarding how the HIV virus spreads and the dangers of the HIV virus is often confusing and inaccurate, resulting in various inaccurate issues regarding HIV/AIDS emerging. One example is that this disease is a disease among homosexuals. Another group in society that is often considered a group that is vulnerable to the HIV virus is the group of commercial sex workers (CSWs). PSK who in their profession are forced to frequently have multiple partners are not only vulnerable to transmission of the HIV virus because of their sexual relationship patterns, but also because of many other reasons. This is because some prostitutes come from families with low socio-economic status, so access to information and health services becomes very difficult to achieve. Moreover, the negative view of society towards this profession has caused the prostitute group to become increasingly isolated. For this reason, there is a need for an appropriate strategy to disseminate information about HIV/AIDS for the CSW group. The strategy that is considered appropriate for isolated groups such as CSWs is the peer education method. This thesis attempts to present research results from the Kusuma Buana Foundation's strategy in disseminating information about HIV/AIDS in the Kramattunggak Localization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S10562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutono Rendra Lysthano
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S7191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>