Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariandini Jektiningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat masyarakat berpenghasilan rendah dalam memilih rumah susun sederhana sewa sebagai tempat tinggal. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang diminati masyarakat yang tinggal di Rusunawa Cokrodirjan dan Rusunawa Gemawang Yogyakarta.
Studi kasus penelitian terdiri dari 2 (dua) Rusunawa yang berada di Provinsi D. I. Yogyakarta, hal ini untuk membandingkan hasil pengolahan data yang berasal dari dua sampel Rusun yang berbeda lokasinya. Dengan perbedaan lokasi ini akan diketahui apakah lokasi berpengaruh terhadap minat masyarakat tinggal dirumah susun selain lokasi juga harga sewa. Analisa yang dilakukan adalah menganalisa regresi faktor lokasi dan harga berdasarkan waktu, biaya transportasi dan keterjangkauan harga sewa. Selanjutnya dilakukan uji hipotesa dengan uji Anova (uji F). Analisa ini perlu dilakukan supaya dapat diketahul responden mana yang memilih rusunawa sebagai tempat tinggal yang dipengaruhi faktor lokasi atau faktor harga.
Hasil analjsa dan pembahasan adalah lokasi mempengaruhi waktu dan biaya transportasi, hal itu ditunjukan dengan adanya nilai signifikansi lebih kecil darl 0,05 dari empat variabel yaitu alat transportasi, kemudahan angkutan umum disekitar rusun, Kepadatan jalan menuju rusun, Jarak ke tempat kerja secara bersama-sama mempengaruhi waktu dan biaya transportasi. Harga sewa tidak dipengaruhi oleh penghasilan responden, hal ltu ditunjukan dengan adanya nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka tidak dapat dikatakan ke tiga variable independen yaitu kondisi fisik bangunan, biaya sewa dan cara pembayaran tldak bisa bersama-sama di pengaruhi penghasilan responden.

This research's purpose is to find out low-income people enthusiasm in choosing rental high-rise apartment as their residence. Specific purpose of this research Is to find out the enthusiasm factors of Cokrodirjan and Gemawang Rusunawa (Rental Moderate High-rise Apartment) house occupant.
To compare two different processing data, the research's case studies are consisting of two rusunawa, which have different location. Does location and rental price are influence to public enthusiasm of high-rise apartment life, will be known from that location differential. The research analyses are location factors regression analysis, price based on time, expense of transportation, and public reach ability of rental price. Those analyses are important to knowing which respondent choose rusunawa as residence influenced by location factor or price factor.
The result of analysis are location influences time and expense of transportation. Four variables (transportation infrastructure, public transportation amenity around the site, road density towards the building, and workplace range), together influence time and expense of transportation, have signification value smaller than 0.05 are indicate the result. The rental price have not influenced by respondent's income. Value of signification more than 0.05 indicate that three independent variables (building physic condition, rental price, and way of payment) cannot Influence by respondent's income.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T 25624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firhan Rizki Hardian
"Pada sebuah rumah sakit pendidikan yang dipenuhi oleh pasian, petugas kesehatan, serta berbagai peralatan dan fasilitas kesehatan lainnya, respon bangunan akibat gempa sangatlah berbahaya. Untuk mengurangi korban nyawa maupun kerusakan infrastruktur, digunakan sebuah base isolation yang dipasang pada pondasi gedung. Base isolation dalam bentuk laminated rubber bearing berfungsi untuk mengubah gerakan kantilever bangunan saat merespon gempa menjadi lateral, untuk menjaga isi bangunan dalam keadaan yang aman. Berapa perhitungan dari parameter respon getaran dilakukan untuk menentukan karakteristik optimal dari base isolation. Nilai Keq yaitu 415,120,000 N/m dan massa total dari bangunan rumah sakit adalah 739,534,249.7 kg, serta gaya eksitasi gempa terbesar bernilai 4,015,079,348.47 N. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensimulasikan gerakan lateral bangunan akibat base isolation akibat pengaruh gempa, dan menentukan apakah respon sudah memenuhi kriteria perancangan.

In a teaching hospital that is full of patients, medical personnel, medical treatment facilities as well as many modern advanced equipment, the response of the building due to earthquake might be very dangerous. To reduce victims and damages in infrastructure, a form of base isolation is applied to the foundation of the building. The base isolation, in form of a laminated rubber bearing, creates a lateral motion of the building when receiving earthquake forces in order to keep the people and equpments safe. Some calculations of the response vibration parameters are observed to determine the optimum properties of the base isolation. The Keq Value is 415,120,000 N/m and the total mass of the hospital is 739,534,249.7 kg as well as the highest vibration force is 4,015,079,348.47 N. The aim of this research is to simulate the lateral motion of the building with base isolation, due to earthquake forces and decide wether the response is as expected of the design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuthia Suryani
"Defect masih menjadi ketidaksesuian pekerjaan yang mengharuskan adanya pekerjaan Rework dalam sebuah pekerjaan konstruksi agar kualitas mutu yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Identifikasi penyebab sering terjadinya rework dapat meminimalisir defect yang mungin terjadi . Proposal tesis ini membahas rencana penelitian yang berkaitan dengan Metode Pelaksanaan Konstruksi Pondasi Dalam Tiang Bore Pile Gedung Bertingkat Tinggi pada PT. X berbasis Risk Untuk Meningkatkan Kualitas Mutu Pondasi Dalam akan dianalisis dan dievaluasi terhadap kualitas mutu berdasarkan metode pelaksanaan yang telah dilakukan dilapangan. . Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data melalui survei kuesioner, selanjutnya diolah menggunakan metode statistik yaitu uji homogenitas, uji kecukupan data, uji validitas, uji reliabilitas, dan dilanjutkan dengan penilaian risiko menggunakan matriks risiko. kemudian disetiap tahapan akan dievaluasi pula manajemen risiko yang ditimbulkan dari setiap kegiatan untuk dikembangkan dalam metode analisisnya.

Defect is still a work incompatibility that requires rework work in a construction work so that the planned quality can be achieved properly. Identification of the causes of frequent rework can minimize defects that may occur. This thesis proposal discusses a research plan related to the Implementation Method of Foundation Construction in Bore Pile High-rise Buildings at PT. X based on Risk To Improve the Quality of Deep Foundation Quality will be analyzed and evaluated against the quality based on the implementation method that has been carried out in the field. . This research was conducted by collecting data through a questionnaire survey, then processed using statistical methods, namely homogeneity test, data adequacy test, validity test, reliability test, and continued with risk assessment using a risk matrix. Then at each stage, the risk management arising from each activity will also be evaluated to be developed in the analysis method"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Prasasti Wiria Atmadja
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardho Muhammad Ratuprawiranegara
"Pembangunan gedung bertingkat tinggi yang sangat gencar masih terdapat banyak korban dalam konstruksinya. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan sistem perlindungan untuk meminimalkan kerugian dan kecelakaan pada industri konstruksi. Kesehatan dan keselamatan konstruksi merupakan aspek yang sangat penting di seluruh industri konstruksi. Berbagai metode dan praktik inovatif telah dikembangkan dalam tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam industri konstruksi. Green Construction merupakan salah satu inovasi yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perencanaan keselamatan konstruksi dalam implementasi green construction pada struktur atas gedung bertingkat tinggi. Dengan mengembangkan perencanaan keselamatan konstruksi dalam implementasi green construction, maka identifikasi bahaya dan risiko serta pengendaliannya dapat terintegrasi dengan baik sehingga keselamatan konstruksi dapat ditingkatkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi pakar melalui survei kuesioner dan pengolahan data berupa analisis deskriptif. Hasil penelitian ini berupa rencana keselamatan konstruksi penerapan green construction pada struktur atas gedung bertingkat tinggi dalam bentuk sasaran dan program keselamatan konstruksi yang berbasis pada Permen PUPR No. 10 Tahun 2021.

The intensive construction of high-rise buildings still results in many casualties. The Construction Safety Management System is a protective system aimed at minimizing losses and accidents in the construction industry. Construction health and safety are crucial aspects throughout the construction industry. Various innovative methods and practices have been developed to improve the health and safety of workers in the construction industry. Green Construction is one of the innovations expected to enhance worker health and safety. This study aims to develop construction safety planning in the implementation of green construction for upper structure of high-rise buildings. By developing construction safety planning in the implementation of green construction, hazard and risk identification and its control can be well-integrated, thus improving construction safety. The method used in this research involves expert validation through questionnaire surveys and data processing via descriptive analysis. The findings of this research include a safety construction plan for green construction implementation in the upper structures of high-rise buildings, based on Permen PUPR No. 10 Tahun 2021."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binder, Georges.
Mulgrave, Vic: Images, 2002.
720.483 BIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bose Devi
"ABSTRAK
Kepadatan penduduk yang tinggi terutama akan terjadi di kota kota besar. Hal tersebut disebabkan karena derasnya arus perpindahan penduduk ke perkotaan, yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah seperti penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja. Konsentrasi-konsentrasi penduduk yang sangat padat membentuk kantong-kantong permukiman kumuh dan miskin di pusat-pusat dan pinggiran kota.
Akibat keterbatasan ekonomi dan keadaan sosial yang kurang mendukung, lapisan penduduk marjinal di DKI Jakarta dengan terpaksa dan atau sengaja bermukim di human kumuh. Di antara mereka bahkan mendirikan bangunan-bangunan liar pada lokasi-lokasi yang semestinya tidak diperuntukan sebagai permukiman atau pada lahan-lahan milik pihak lain. Di samping itu industrialisasi dan proses urbanisasi yang berlangsung cepat akan menimbulkan masalah kesehatan perkotaan yang berantikan masalah kesehatan lingkungan permukiman.
Masalah-masalah tersebut antara lain meliputi, perumahan sehat, sanitasi makanan, kebutuhan air bersih dan lain-lain.
Eckholm (1983), mengatakan bahwa kesehatan lingkungan tidak sekedar dilihat dan segi estetika lingkungan alami saja, tetapi dipengaruhi juga oleh kebijakan sosial, ekonomi, budaya pemerintah maupun kebiasaan, gaya hidup dan tradisi masyarakat. Secara umum masalah-masalah kesehatan lingkungan yang mendasar antara lain adalah :
Masalah Air minum , Air limbah, Masalah Tinja, Masalah Sampah, Masalah Sanitasi makanan, Masalah Perumahan, Masalah Serangga, Masalah Pencemaran (Wina.mo:1984)
Adapun ruang lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri: meliputi hal-hal yang luas, antara lain, penyediaan air minum, pengolahan air limbah dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan sampah padat, pengendalian vektor, pengendalian dan pencegahan pencemaran tanah, higiene makanan, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan dan lain-lain (Kusnoputranto: 1992)
Perumahan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu pagan, sandang dan papan, yang mau tidak mau harus dipenuhi agar manusia hidup layak. Khusus untuk kota Jakarta, dengan luas Jahan yang hanya 661,52 km2 dan pada tahun 1996 di huni lebih dari 9.341.400 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 14.121 jiwa per km2 serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (1,97%), perumahan yang layak dan suhat telah menjadi salah satu masalah yang utama. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Jakarta timur yaitu, 2.471.300 jiwa atau 26,5% dari total penduduk Jakarta. Pertambahan jumlah penduduk tersebut seyogianya diikuti pula dengan tersedianya perumahan yang layak dan sehat. Namur sampai saat ini kemampuan pemerintah maupun Swasta untuk menyediakan pemukiman yang memadai bagi semua warganya masih sangat jauh dari yang dibutuhkan, hal ini telah menjadi salah satu masalah utama di Jakarta.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka masalah-masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah:
1. Belum tersedianya informasi tentang kondisi Sarana kesehatan lingkungan (Jamban, saluran air kotor, lokasi pembuangan sampah dan sumber air bersih) di Rumah Susun Palo Gadung dan di Permukiman Kumuh di sekitarnya.
2. Bagaimana kualitas kesehatan lingkungan di Rumah Susun Pulo Gadung dan di Pemukiman Kumuh di sekitarnya.
3. Bagaimana kondisi pencahayaan dan ventilasi udara pada Rumah Susun Pulo Gadung dan di Permukiman Kumuh di sekitamya.
4. Bagaimana kondisi kesehatan lingkungan dan kejadian penyakit diare pada Rumah Susun Pulo Gadung dan di Permukiman Kumuh di sekitarnya.
5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara Keberadaan Rumah Susun dengan Kesehatan lingkungan dan bagaimana kondisi kesehatan lingkungan pada Rumah Susun dan Pemukiman
Kumuh ditinjau dari variable-variabel berikut:
- Air Bersih dengan Sub variabel: Air Minum dan Air Mandi
- Sanitasi dengan Sub variabel: Pencahayaan, Jamban, Saluran air kotor Pengelolaan Sampah dan Ventilasi
- Penyakit.
Dari permasalahan di atas dapat diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji seperti di bawah ini :
1. Tidak ada perbedaan Kualitas Kesehatan lingkungan antara Rumah Susun Pulo Gadung dan Permukiman Kumuh di sekitarnya terhadap keberadaan dan kondisi sarana kesehatan lingkungan (Jamban, saluran air kotor, sampah, ventilasi udara, pencahayaan).
2. Tidak ada hubungan Keberadaan Permukiman (Permukiman Kumuh, Rumah Susun) dengan Sarana Kesehatan lingkungan.
3. Tidak ada hubungan antara penyediaan Air bersih dengan kejadian penyakit diare pada Rumah Susun Palo Gadung dan Permukiman Kumuh di sekitamya .
Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif sedangkan pengujian hipotesis dengan teknik korelasi sederhana "Product moment " Pearson dan regresi linier dan ganda, serta uji-T dengan menggunakan fasilitas program komputer SPSS for Windows.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Variabel Sarana kesehatan lingkungan untuk Rumah Susan diperoleh harga, r = 0,618, dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,38. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh kondisi sarana kesehatan lingkunganya sebesar 38 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 15,156 + 0,14 X1. Ini berarti bahwa keberadaan Rumah Susun dapat meningkat sebesar 0,14, jika sarana kesehatan lingkungan ditingkatkan sebesar satu satuan Variabel Sarana kesehatan lingkungan untuk Perumahan Kumuh diperoleh harga, r = 0,645, dengan koefisien determinasi (r) sebesar 0,41. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh kondisi Sarana Kesehatan Lingkunganya sebesar 41 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 15,50 + 0,03 X1. 1ni berarti bahwa keberadaan Rumah Susun dapat meningkat sebesar 0,03, jika sarana kesehatan lingkungan ditingkatkan sebesar satu satuan.
Nilai rerata Sarana kesling untuk Rumah Susun sebesar 27,52 Permukiman Kumuh sebesar 27,38. Melalui Uji T antara Rumah Susun dengan Permukiman Kumuh diperoleh harga t hitung = 1,27 dengan harga t tabel pada dk (41)(0,05) sebesar 0,78 diperoleh bahwa t hitung > t tabel. Sehingga ada perbedaan yang signifikan antara Sarana Kualitas Kesehatan lingkungan Rumah Susun dengan Kualitas Sarana Kesehatan lingkungan Permukiman Kumuh,
2. Variabel Air bersih untuk Rumah Susun diperoleh harga, r = 0,675, dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,45. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh kondisi Air bersih (X2) sebesar 45 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 11,33 + 0,17 X7. Ini berarti bahwa keberadaan Rumah Susun dapat meningkat sebesar 0,17, jika Air bersih ditingkatkan sebesar satu satuan Variabel Air bersih untuk Permukiman Kumuh diperoleh harga, r = 0,626, dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,41. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh kondisi Air bersih sebesar 41 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 17,94 + 0,17 X2. Ini berarti bahwa keberadaan Rumah Susun dapat meningkat sebesar 0,17, jika Air bersih ditingkatkan sebesar satu satuan
3. Variabel Penyakit (X3 ) Rumah Susun diperoleh harga, r = 0,65; dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,43. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh kondisi Penyakit (X3) sebesar 38 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 15,007 - 0,065 X3. Persamaan ini mengandung anti bahwa Kualitas Kesehatan Lingkungan Rumah Susun akan meningkat sebesar 0,065 jika Variabel Penyakit ditunmkan sebesar satu satuan.
Tanda negatif menunjukan bahwa ada hubungan terbalik antara kedua variabel, bila Kualitas Kesehatan Lingkungan Rumah Susun baik, maka prevalensi Penyakit semakin kecil dan sebaliknya.
Variabel Penyakit (X3) untuk Permukiman Kumuh diperoleh harga, r = 0,669, dengan koefisien determinasi (r) sebesar 0,44. .Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh Penyakit (X3) sebesar 44 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 15,26 - 0,19X3.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Susun (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel kesehatan lingkungan sebesar 66 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 16,53 + 0,41 X1 + 0,33 X2 - 0,30 X3, Sementara 34 % dapat dijelaskan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan, tetapi tidak di teliti pada penelitian untuk Permukiman Kumuh harga, r = 0,726 dan koefisien determinasi (r) sebesar 0,52. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Permukiman Kumuh (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel kesehatan lingkungan sebesar 52 % melalui model persamaan regresi yang digambarkan dalam bentuk Y = 16,53 + 0,40 X1 + 0,20 X2 - 0,21 X3, dimana X, = Variabel Sarana Kesehatan Imgkungan, X2= Variabel Air bersih dart X3= Variabel Prevalensi kejangkitan Penyakit.
Hasil Uji-T dari perbedaan aritara Rumah Susun dengan Pemukiman Kumuh ini diperoleh bahwa : nilai t hitung sebesar 0,70 dengan dk (41)(0,05) mempunyai nilai t tabel sebesar 0,49. Karena t hitung > t label ( 0,70 > 0,49) maka perbedaan ini signifikan, yang berarti bukan karena kebetulan saja, tetapi karena kondisi permukiman, yang dalam penelitian ini yang diteliti dari kondisi pemukiman adalah Luas lantai bangunan, dinding bangunan, dan jumlah penghuni.
Untuk mengetahui ada hubungan antara penyediaan Air bersih dengan kejadian penyakit diare dilakukan pengujian korelasi kemudian dilakukan uji beda dengan signifikansi 95 % antara Variabel Air bersih (X1) dan kejadian penyakit (X2) dengan mengontrol variabel Sarana kesehatan lingkungan (X3) dan Kondisi Permukiman (Rumah Susun, Permukiman Kumuh). Dari hasil Pengujian korelasi antara Air bersih dan Penyakit diperoleh korelasi sebesar 0,7224 atau dengan kata lain kejangkitan penyakit dapat dijelaskan oleh Keberadaan Air bersih sebesar 72 %,. Namun dalam korelasi ini belum menjelaskan sebab-akibat dari korelasi tersebut, sehingga dilakukan pengujian dengan Uji-T variabel Air bersih dan Variabel Penyakit di Rumah Susun dengan di Permukiman Kumuh dan pengaruhnya terhadap kejangkitan penyakit. Dari hasil perhitungan diperoeh nilai skor rerata variabel Air bersih di Rumah Susun sebesar 20,19; di Permukiman Kumuh sebesar 20,11, Nilai di Rupiah Susun lebih besar daripada di Permukiman Kumuh dengan perbedaan ,08. Melalui Uji-T yang dilakukan terhadap perbedaan ini diperoleh bahwa t hitung sebesar 1,29 dengan t tabel 0,241 pada dk (41)(0,05). Karena besar t hitung > t tabel ( 1,29 > 0,241) maka perbedaan ini signifikan, bukan karena kebetulan tetapi berdasarkan kondisi kedua permukiman tersebut. Dari perhitungan skor nilai Variabel Penyakit, di Rumah Susun diperoleh sebesar 3,738 dan di Permukiman Kumuh sebesar 3,928. Skor ini lebih besar di Permukiman Kumuh dengan selisih 3,928 - 3,738 = 0,21, yang berarti bahwa frekuensi kejangkitan penyakit lebih besar di Permukiman Kumuh, Jadi semakin bagus kualitas Air bersih, maka semakin sedikit kemungkinan kejangkitan penyakit dan sebaliknya semakin buruk kualitas Air bersih semakin besar kejangkitan penyakit.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Ada perbedaan Kualitas Kesehatan Lingkungan antara Rumah Susun Pula Gadung dengan Permukiman Kumuh di sekitamya terhadap Keberadaan dan kondisi Sarana Kesehatan Lingkungan (jamban, saluran air kotor, sampah, ventilasi udara dan pencahayaan).
- Ada hubungan keberadaan Permukiman (Rumah Susun dan Permukiman Kumuh) dengan Kesehatan Lingkungan.
- Ada hubungan antara penyediaan Air berslh dengan kejadian penyakit diare pads Rumah Susun Pula Gadung dan Permukiman Kumuh di sekitamya.

ABSTRACT
The rapid flow of urbanization results in the increase growth of population (1,97%) which in general occur in a big city, especially Jakarta. From the five district cities, the largest concentration of population is in the East Jakarta, that is 2,471,300 people (year 1996) or 26,5 % of the total population of the DKI Jakarta. The population concentration is congested and forms area of slums and poverty. One of the area which is still a potential slum area is Pulo Gadung area which is located in East Jakarta District.
Housing is one of the three basic needs of human beings aside from clothing and food, which has to be fulfilled, So that human beings can live in prosperous and in a healthy environment.
Slum area is not an area from a structure area, this slums area does not have any proper sanitary channel to dispose waste product.
Most of people whose living in slum area dispose their waste product into the river, because they do not have a proper lavatory. These slum areas are not provided with temporary waste dispose area, they throw most of their garbage into the water stream. Water which they use every day are taken from land water, because in these slum areas, the clean water supply from the PDAM is not provided. Houses where they live in are built with no precautions for protecting, against rain, heat and wind. They do not estimate the lighting or air circulation in the room. With such conditions in the slum area, needs on the proper house become a desperate need , where as the area or which these houses are built need to be restructured.
In the policy made by Pemda DKI Jakarta, it states that developing housing sectors and slums are directed to increase the quality and quantity of housing and quality of living environment. One of the efforts that have been done is through managing of the slum areas into flats and reorganized the slum areas at location like along river sides, along railway tracts.
The constructions of multistoried is a hope for government and community who use to live and stayed in the slum areas, so they will be able to provide themselves with a
better place to stay looking not only from the physical sight but more towards the quality of the healthy and clean environment. For example, proper bathrooms, waste disposal areas, gutter ventilation, proper lighting and clean water facilities and also a decrease in transferring diseases such as diarrhea.
For examples of developing multistoried housing is the multistoried housing at RW 01 Pulo Gadung area, East Jakarta.
Depart from the issues, can be identified problems that occur in this research are:
1. Lack of information regarding conditions of an environment health facility (lavatory, gutter, garbage disposal location and clean water source) in Pulo Gadung multistoried and the slum areas nearby.
2. How is the quality of environmental health in Pula Gadung multistoried complex and the slum area nearby.
3. How is the lighting conditions and ventilation in Pulo Gadung multistoried complex and the slum area nearby.
4. The occurence of disease like diarrhea in Pula Gadung multistoried complex and the slum area nearby.
5. Is there any significant relation between the existence of the Pulo Gadung multistoried and environmental health and how is the environmental health condition at the multistoried complex and slum areas considered by these variables:
- Clean water (variables: drinking water and bathing water).
- Sanitation (variables: lighting, lavatory, gutter, waste management and ventilation).
- Disease.
The main point of this research is that to know the differences between the quality of healthy environment in the Pulo Gadung multistoried with the slum areas surrounding.
The result of this research is in hope that it will become an input for the Pemda DKI Jakarta in order to reorganize the policies of developing multistoried complex and the architect of multistoried to pay more attention in the aspects of a environmental health.
Referring to the above problems, few hypothesis which will be tested, can be purposed, such as:
1. There are no differences of the environmental health quality between Pula Gadung multistoried and the slum area nearby to the existence and condition of the environmental health facilities (lavatory, gutter, garbage, ventilation, lighting).
2. There is no relation between residential (multistoried complex, slum area) and environmental health facilities.
3. There is no relation between clean water supply and the diarrhea phenomenon in Pulo Gadung multistoried and the slum area nearby.
The research made through a few appropriate steps. First with the use of primary data, in this case of using question list and direct interviews with respondence. Second, by doing field observation, with inspecting directly the condition of the fields and also follows interviewing the Ketua RT, RW and the ladies of the societies. Third, by using secondary data which has links to the work between data of district chief, correlation institution, map, reports, results of study, and also library.
Data analysis which was made to get a picture about the health quality of the environment in Pulo Gadung multistoried housing and comparing it with environmental health quality in slums nearby. The environmental health variable which was tested is the environmental health facilities (lavatory, gutter, garbage handling, clean water, ventilation and lighting) and also the occurrence if diarrhea disease.
The research has been made by using a descriptive analysis method. The samples taken were groups of people living in the multistoried housing which was done with a census and for people whose living in the slums was done by random. Data analysis was done with statistic method to test correlations, regressions and T-test with significance a = 5%, by using computer program facilities SPSS for Windows.
The methods are to know the correlation between environmental health facilities variables with residential, in this case the multistoried housing and slum areas.
The results of the research are:
1. There is a positive correlation between the existence of multistoried and slum areas to the conditions of environmental health facilities. So there is a significant difference of quality in the environmental health between Pulo Gadung multistoried and the slum areas to the existence and conditions of environment health facilities.
By using a correlation test for the multistoried a counted t > table t (11,9>I,884-), this means the coefficient correlation is significant. And also through the regression equation model which is illustrated in Y = 15,156 + 0,14 X1. This equation means that there is a positive correlation between the quality of the existing multistoried and condition of environmental health facilities. Also means that the quality of multistoried will increase 0,14 if the conditions of environmental health facilities are increased by one unit.
For the slum area it is obtain counted t > table t (9,31 1,884), therefore coefficient correlation is significant, and a positive relation between condition of environmental health facilities (X1) with existence of slum area (Y) is also obtain through a regression equation model of Y = 15,50 + 0,03 X1. This equation means that the qualities of the slums will be increased to 0,03 if the correlation of environmental health facilities is increased to one unit. Therefore it is proven there is a correlation between the existence of multistoried and slum areas surroundings with conditions of environmental health facilities. The average value of environmental health facilities for multistoried is 27,52 and for slum is 27,16. With a test between multistoried and slum areas found a counted t = 1,27 was obtained and table t price at of (41)(0,05) is 0,78, found a higher counted "t" than that of table "t".
This means there is a significant difference between the quality of environmental health facilities of multistoried with the quality of environmental health facilities of that the slum area. Where the quality for environmental health facilities of multistoried is better than that of the slums, therefore the H01 is rejected.
2. From the test the coefficient correlation obtained that there is a relation between clean water with the existence of multistoried through equation of Y = 11,33 + 0,17 X2, which means that qualities of existence of the multistoried will be increased by 0,17 if clean water condition is increased one unit. Therefore H02 is rejected.
3. From the test of the coefficient correlation obtained there is a relation between disease and the existence of multistoried. Through equation of Y = 15,007 - 0,065X3, which means that quality of an environmental health for multistoried will be increased by 0,065 if the variable of disease is decreased one unit.
From the test it is also obtained a significant relation between disease and the existence of slum area, Through equated Y = 15,26 - 0,19X3, which means that quality of environmental health in slum areas will be increased to 0,19 if the disease variable is decreased one unit. Therefore Ho3 is rejected.
So there is a significant correlation between existence of residential (multistoried and slums) with environmental health variables. The correlation can be put into a double regression equation, Y = 16,53 + 0,40X1 + 0,33X2 - 0,30X3, meanwhile for the slums, the double regression equation is, Y = 16,53 + 0,40X1 + 0,20X2 - 0,21X3. This equation describes that the relation between variables which involves, where is Y which is physical condition of multistoried/slums, and also XI is environmental health facility variable, X2 the clean water variable and X3 is the disease occurrence variable.
This above equation give information that there is a relation which is equal between existence of multistoried housing and slum area with variable XI, X2, X3 which is also means an increase in.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sega Sufia Purnama
"ABSTRAK
Bangunan mendapatkan pengaruh luar yang bersifat dinamis setiap harinya. Bangunan yang ada sekarang, terutama bangunan tinggi memiliki elemen bangunan yang statis sedangkan keadaan alam selalu berubah. Hal ini mengakibatkan kerugian berupa penggunaan energi yang berlebihan, terutama untuk penghawaan dan pencahayaan. Untuk merespon sinar matahari, bangunan sebaiknya harus bersifat dinamis. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggerakan fasad tersebut. Salah satunya dengan cara membuat fasad bergerak secara dinamis mengikuti arah edar matahari untuk meminimalisir sinar dan menahan panas yang masuk ke dalam bangunan. Dengan kata lain, merubah fasad statis menjadi fasad dinamis. Tulisan ini membahas tentang penelitian dan pengembangan purwarupa prototype modul fasad dinamis bangunan tinggi untuk kasus Jakarta. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu : 1 analisis terhadap peneduh fasad statis, 2 pengembangan desain, 3 pembuatan purwarupa dan 4 pengujian. Karakteristik fasad dinamis berbentuk kerai louver adalah yang paling efektif karena tidak hanya mampu menciptakan pembayangan tetapi tetap dapat menjaga visibilitas dengan baik dibandingkan jenis overhang dan sirip fins . Performa fasad dinamis lebih efektif dari fasad statis. Hal ini terlihat dari rata-rata pembacaan suhu dalam kotak uji fasad dinamis, yaitu sebesar 35.6 0 C dan kotak uji fasad statis sebesar 37.8 0 C. Terdapat selisih sebesar 2.2 0 C atau dengan kata lain terjadi penurunan suhu sebesar 5,4 .
ABSTRACT
Buildings experience dynamic environment every day. But, their elements in a static condition that can rsquo t handle dynamic change of environment. This condition increases the use of energy in the building, especially for cooling and lighting. One of the dynamic environment should handle is sunlight. To respond, building element should be dynamic. The way to respond is facade must be moved to follow the sun movement. The aim is to decrease the amount of heat from sunlight which get into the building. The other word is to change static fa ade to dynamic fa ade. This research is discus about development of dynamic fa ade module prototype for high rise building in Jakarta. This research will be done through some step 1 sun shading model simulation in high rise building in Jakarta. 2 dynamic facade concept design development. 3 making of dynamic facade module prototype. 4 filed test for the dynamic facade module prototype. The result is dynamic fa ade with louvre is the most effective shading device compare with overhang and fins. It not only creates good shadowing but also has good enough visibility. The performance of dynamic fa ade is better than static fa ade. It seen from average temperature reading of HOBO that put in the test box. The temperature reading of test box with the dynamic fa ade is 35.6 0 C, meanwhile in test box with static fa ade is 37.8 0 C. The temperature difference is 2.2 C or it decrease 5.4 . "
2018
T49233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Leviyani
"Di dalam perancangan bangunan tinggi, pondasi biasanya dimodelkan sebagai perletakan jepit. Akibatnya, perbedaan jenis pelat lantai dasar yang digunakan tidak mempengaruhi respons struktur dan gaya geser dasar dianggap bekerja serentak. Padahal, terdapat dua jenis pelat lantai dasar (suspended slab dan slab-on-ground) yang dapat memberi kekakuan yang berbeda pada perletakan bangunan. Ditambah lagi, kekakuan perletakan berperan besar dalam memberi kekakuan pada bangunan tinggi. Dengan demikian, pengaruh pemodelan perletakan terhadap respons seismik struktur perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons bangunan tinggi akibat beban gempa dan menganalisis pengaruh variabel-variabel yang ada (tinggi bangunan, Ly/Lx bangunan, asumsi diafragma lantai tingkat, jenis diafragma lantai dasar, dan pemodelan perletakan) terhadap karakteristik dinamik dan respons struktur dengan analisis spektrum respons menggunakan ETABS berlisensi Laboratorium Struktur UI. Hasilnya, suspended slab memperbesar gaya geser dasar dinding geser. Selain itu, perbedaan jenis diafragma lantai dasar menyebabkan perbedaan distribusi: gaya geser tingkat gedung dan dinding geser, drift antarlantai, gaya tarik cord, serta gaya tekan kolektor. Perbedaan gaya tarik cord tersebut membesar jika Ly/Lx bangunannya membesar. Kemudian, perletakan lentur memperbesar gaya geser dasar gedung, sedangkan perletakan kaku memperbesar gaya geser dasar dinding geser. Selain itu, perbedaan jenis perletakan, khususnya perbedaan kekakuan pegas, menyebabkan perbedaan distribusi: gaya geser tingkat gedung, dinding geser, dan portal, drift antarlantai, gaya tekan kolektor, serta gaya tarik cord.

In design of high-rise building, foundations are usually modeled as fixed supports. As a result, different type of ground slabs does not affect structure response and base shear is assumed to work together. In fact, there are two types of ground slabs (suspended slab and slab-on-ground) which can give different stiffness to the supports. In addition, supports’ stiffness have a big role in giving stiffness to high-rise building. Therefore, effects of supports modelling to structure’s seismic response need to be investigated. This research aims to analyze high-rise building’s response due to seismic load and analyze effects of variables (building’s height, Ly/Lx of building, assumption of story diaphragm, types of ground slabs, and supports modelling) on structure’s dynamic characteristic and response using response spectrum analysis by ETABS with a license belonging to Universitas Indonesia Laboratory of Structure. The result is that suspended slabs increase shearwalls’ base shear. Furthermore, different type of ground slabs cause differences of distribution of: building and shearwalls’ story shear, story drift, cords’ tension force, and collectors’ compression force. The differences of distribution of cords’ tension force will increase if Ly/Lx of building increase. Then, flexible supports increase building’s base shear whreas rigid supports increase shearwalls’ base shear. Furthermore, different type of supports, especially different stiffness of springs, cause differences of distribution of: building, shearwalls, and frames’ story shear, story drift, cords’ tension force, and collectors’ compression force."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meina Sabatina
"Penelitian ini bertujuan mengevaluasi strategi manajemen dalam menghadapi dampak penerapan PSAK 72. Evaluasi dilakukan melalui evaluasi strategic profitability PT X atas penurunan kinerja keuangan perusahaan karena penerapan PSAK 72. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menganalisis laporan keuangan dan hasil wawancara dengan kepala divisi keuangan dan akuntansi, manajer pemasaran dan manajer proyek pembangunan PT X. Hasil penelitian menunjukkan PT X telah berhasil mengatasi dampak penerapan PSAK 72 melalui pembangunan landed house dan pengembangan bisnis ritel. Meskipun demikian, masih terdapat fluktuasi pendapatan dan hasil yang negatif pada bisnis after sales services PT X. Penelitian ini merekomendasikan agar PT X dapat melakukan diversifikasi pada produk untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan memperbesar market share perusahaan sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih stabil.

This study aims to evaluate the management's strategies in facing the challenges of implementing PSAK 72. The company uses evaluation tool strategic profitability wheel to measure the decline in the company's financial performance due to the implementation of PSAK 72. This study uses a qualitative descriptive approach by analyzing the financial statements and the results of interviews with head of finance and accounting division, marketing manager and development project manager of PT X. The results show that PT X has succeeded in overcoming PSAK 72 through namely the construction of landed houses and retail business development. However, there are still fluctuations in income and negative results in the after sales services of PT X. This study recommends that PT X can diversify its products to increase business growth and enlarge the company's market share so as to generate more stable income"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>