Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kebijakan sosial pengentasan anak jalanan selama ini banyak yang diimplementasikan secara parsial (hanya menyangkut diri nanak jalanan) , sehingga hasilnya tidak pernah mampu membebaskan jalanan dari eksistensi kehidupan anak yang meminta-minta , mengamen,atau sekedar menggelandang di tempat-tempat umum...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, M. Rondang
"Fenomena sosial di perkotaan yang kini menarik perhatian dari berbagai pihak yaitu anak jalanan yang merupakan bagian dari komunitas kota. Anak jalanan menyatu dengan kehidupan jalanan dimana jalanan menjadi lapangan hidup, tempat memperoleh pengalaman hidup dan sarana untuk mencari penyelesaian masalah ekonomi maupun sosial. Kampanye sosial penanggulangan Anak JaIanan Studi yang dilakukan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak, Departemen Sosial RI di satu sisi bertujuan untuk membangkitkan perhatian masyarakat luas agar mereka mengetahui, dan memanfaatkan program penanganan anak jalanan khususnya kelompok sasaran yaitu keluarga miskin dan anak jalanan; sedangkan di segi lain bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah sosial khususnya penanganan anak jalanan.
Analisa kebijakan program jaring perlindungan sosial Melalui rumah singgah bagi kehidupan anak jalanan menggunakan tahapan analisis kebijakan penanganan anak jalanan yang diawali dari tahap verifikasi, definisi dan rincian masalah kebijakan program penanganan anak jalanan, kedua, penentuan kriteria dan evaluasi program penanganan anak jalanan, ketiga, melakukan identifikasi alternatif kebijakan program penanganan anak jalanan, keempat, melakukan evaluasi kebijakan program penanganan anak jalanan, kelima, display dan seleksi diantara alternatif program penanganan anak jalanan dan keenam, monitoring outcomes dan kebijakan program penanganan anak jalanan.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi yang belum didapatkan dari jawaban yang ada dalam kuesioner. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara kualitatif (terbuka atau berstruktur) agar dapat memberikan gambaran lebih detail dengan cara wawancara intensif, observasi dan partisipasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat bagaimana kampanye sosial penanggulangan anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial RI terhadap tanggung jawab sosial masyarakat kepada anak jalanan di empat kota di Indonesia yaitu kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar.
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa peran pemerintah pusat dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan tampak dominan. Peran tersebut didelegasikan kepada departemen-departemen pemerintah yang terkait. Sejak tahun 1995, Departemen Sosial RI merupakan departemen yang paling bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan. Namun demikian, Departemen Sosial RI sebenarnya bukanlah sebagai aktor tunggal. Sebagian besar kebijakan yang dirumuskan adalah hasil tawar menawar dengan Sappenas dan DPR. Institusi lainnya seperti pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat belum berperan banyak dalam merumuskan kebijakan mengenai anak jalanan secara nasional.
Namun akhir-akhir ini mulai ada upaya Departemen Sosial RI untuk membangun kemitraan dengan para wakil rakyat untuk turut serta merumuskan kebijakan anak jalanan. Model pemusatan kebijakan itu dikenal dengan model imperalif atau kebijakan terpusat (Dye, I976). Namun sekarang ini telah bergeser paradigma dari kebijakan imperatif ke kebijakan Endikalif atau partisipatif, dimana pemerintah pusat hanya menentukan besaran kebijakan dan pelaksanaannya diserahkan kepada LSM dan masyarakat lokal. Kondisi ini merupakan hal yang seharusnya dilaksanakan di masa depan sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Produk legislasi tersebut menjadi tantangan bagi Pemda, masyarakat maupun LSM untuk berpartisipasi melahirkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di daerah, Namun apakah kebijakan terpusat sudah sepenuhnya ditinggalkan, atau integrasi kedua model kebijakan itukah yang menjadi alternatif terbaik bagi pemecahana permasalahan anak jalanan. Dalam hal ini sangat diperlukan restrukturisasi kebijakan pada tingkat makro (nasional), mezzo (propinsi) sampai mikro (kabupatenikota); yang dapat memadukan perencanaan dari atas dan dari bawah secara proporsional. OIeh karena itu, tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan anak tetap harus memadukan komitmen nasional yang hams didukung dengan kebijakan operasional yang sesuai dengan kondisi daerah yang beragam.
Untuk mengantisipasi berkembangnya permasalahan yang dialami anak-anak jalanan, perlu ditindaklanjuti pengembangan program penanganan anak jalanan, beberapa alternatif yang dapat ditawarkan melalui pertama, Pengembangan Sistem Pelayanan Rumah Singgah, Kedua, Child Protection Program (CPP) terdiri dari Residential Care Program (Home Life), Program Pendidikan, Program Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi, Program Manajemen Kasus, Program Pengembangan Jaringan Kerja, Konsultasi dan Advokasi, Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak (Child Centre) dengan Sistem Terbuka, Ketiga, Family Support Programs (FSP), Keempat, Community Building Program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakhrul Khair Amal
"Penelttian ini adalah studi kebijakan tentang pemberdayaan anak jalanan melalui Rumah Singgah . Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendiskripsikan penanganan Anak Jalanan di Indonesia yang menjadi perbandingan dengan negara- negara seperti Afganistan, Bangladesh, Nepal, Pakistan, Srilangka, Filipina, Brazil, temyata Indonesia mempunyai perspektif yang berbeda dengan penanganan anak jalanan yang dilakukan di berbagai Negara, dan daiam mendefinisikan anak jalanan.
Penjelasan jenis penelitian ini diambil karena peneliti hanya ingin memberikan gambaran penangani masalah anak jatanan. Peneliti tidak ingin menguji hipotesa ataupun mencari hubungan sebab akibat. Penelitian ini dilakukan di Rumah Singgah dan Pembuat kebijakan yakni Departemen Sosial Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan Febuari 2002 sampai dengan bulan agustus 2002. Penetapan infbrman diambil secara purposive, dimana informan diambil secara sengaja oleh peneliti. Setiap infbrman mewakili bagian-bagian program pada Rumah Singgah Informan terdiri dari, anak jalanan, pengurus Rumah Singgah, Masyrakat, Pekerja sosial dan orang tua anak jalanan.
Upaya penanganan anak jalanan, perlu melibatkan banyak pihak, profesi dan disiplin ilmu karena masalah anak jalanan merupakan hasil dan penghasil bagi masalah sosial lainnya. Rumah Singgah Anak Jalanan merupakan salah satu bentuk usaha penanganan permasalahan sosial, terutama anak-anak jalana. Namun dalam realitanya penanganan anak jalanan melalui Rumah Singgah hanya mengurangi aktivitas anak di jalana. tidak kepada permasalahan anak berada di jalan. Kehidupan Anak Jalanan merupakan kehidupan yang sangat keras bagi seorang anak. Dari kondisi alam yang kadang kala tidak bersahabat, gangguan orang dewasa, dan dan tingginya resiko kecelakaan melekat pada diri mereka.
Dilihat dan pendekatan yang digunakan rumah singgah menggunakan pendekatan centre based program dengan fungsi intervensi rehabilitatif, yaitu berusaha melepaskan anak dari jalannan. Meskipun demikian rumah singgah juga menggunakan pendekatan community based dan street based yang tercermin dalam beberapa program dan kegiatannya. Rumah singgah adalah realisasi model penampungan drop in centre yaitu penampungan sementara, karena rumah singgah hanya sebagai fasilitator untuk memfasilitasi anak jalanan lepas dari jafanan agar kembali ke keluarga asli, ataupun keluarga pengganti.
Rumah singgah sebagai tempat penampungan sementara memberikan bermacam fasilitas sebagai daya tarik, yang dapat digunakan oleh anak-anak jalanan untuk beristirahat, membersihkan diri, mencuci pakaian, makan, berteduh, tidur, bermain, dan tain sebagainya. Selain fasilitas, anak-anak jalanan di rumah singgah juga memperoleh beragam pelayanan berupa program bimbingan anak, bimbingan keluarga, dan pendidikan jalanan. Masing-masing dari program tersebut direalisasikan dalam bentuk kegiatan yang dafam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak jalanan. Program bimbingan anak diturunkan dalam bentuk kegiatan bimbingan sosial ke anak, bimbingan kesehatan, bimbingan agama, belajar, dan pemberian bantuan beasiswa kepada anak-anak jalanan yang masih bersekolah ataupun yang ingin melanjutkan sekolah. Program bimbingan keluarga terdiri dari kegiatan home visit, surat-menyurat dan mengundang orang tua anak jalanan untuk berdiskusi bersama tentang perkembangan anak mereka. Kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga anak jalanan juga merupakan kegiatan dari program bimbingan keluarga. Sedangkan kegiatan yang tercakup dalam program pendidikan jalanan adalah kegiatan outreach, yang didalamnya sendiri terdiri dari bimbingan anak, keluarga, yang dilakukan oleh petugas outreach di jalan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kartika
"Masalah utama penelitian ini adalah : Kehidupan anak jalanan dan Peranan Organisasi pelayanan sosial dalam kehidupan anak jalanan.
Ruang lingkup penelitian ini, yaitu : Pertama; Kehidupan anak jalanan yang meliputi : alasan anak melakukan kegiatan di jalanan, kelompok sosial yang terbentuk dalam kehidupan anak jalanan, wilayah operasi, proses kerja, proses dalam berhubungan sosial, proses mengurus diri, dan ancaman yang dihadapi dalam kehidupan jalanan, serta adaptasi anak jalanan dalam menghadapi ancaman tersebut. Kedua : peran organisasi pelayanan sosial dengan model penanganan Community-based, Street-based, dan Centre-based.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan. Pertama: Peneliti mengadakan pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian secara umum. Kedua: Melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan yang dipilih, dengan tujuan untuk mendapat kejelasan terhadap informasi yang diperoleh pada pengambilan data tahap pertama. Subiek penelitian adalah anak jalanan yang dibina oleh Yayasan Dian Mitra Senen Jakarta Pusat, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia Pulogadung Jakarta Timur, dan Yayasan Amalia Tanjung Priuk Jakarta Utara. Hasil penelitian dan pembahasan disaiikan secara deskriptif.
Hasil penelitian : Pertama; Anak melakukan kegiatan di jalanan karena membantu orang tua, alasan tersebut pada umumnya dikemukan oleh anak- yang berasal dari keluarga yang tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Alasan lain adalah konflik dengan orang tua, alasan tersebut dikemukakan oleh anak yang berasal dari keluarga yang menolak peran pengasuhan, dan alasan terakhir adalah mencari pengalaman, mereka berasal dari luar Jakarta dan keluarganya tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Kedua; Dalam kehidupan anak jalanan terbentuk kelompok yang didasarkan kepada umur dan lama di jalanan. Masing-masing kelompok memiliki pola hidup yang berbeda dan khas. Perbedaan tersebut ditampilkan melalui proses kerjanya dari magang pada orang lain sampai dengan mandiri, proses berhubungan sosial dari yang terbatas sampai dengan luas, dan proses mengurus diri dari yang belum memperhatikan sampai kepada sudah memperhatikan dirinya. Ketiga; Jalanan bukan merupakan tempat yang aman bagi kehidupan seorang anak. Di jalanan mereka menghadapi banyak ancaman yang pada umumnya datang dari orang dewasa yang seharusnya melindunginya. Ancaman tersebut datang dari petugas, preman, kaum homo, dan dari teman mereka sendiri. Ancaman tersebut mengakibatkan anak jalanan mengalami krisis. Untuk menghadapi situasi tersebut banyak di antara mereka yang melarikan diri ke dalam perilaku negatif atau tindakan kriminal baik yang ringan maupun berat. Keempat ; Dalam masyarakat telah berkembang organisasi pelayanan sosial bagi anak jalanan dengan 3 model penanganan model community-based, pelayanan yang melibatkan anak, keluara dan masyarakat serta pelaksanaaanya berpusat di lingkungan tempat tinggal. Sasaran pelayanannya tidak hanya anak tetapi juga keluarganya. Street-based, pelayanan yang ditujukan untuk memperkecil pengaruh budaya jalanan, pelaksanaannya di lakukan di suatu tempat tertentu atau di tempat anak melakukan kegiatan. Centre-based, pelayanan yang ditujukan untuk mengentaskan anak dari jalanan, pelaksanaannya dipusatkan di tempat bernaung dan anak dipenuhi segala kebutuhannya.
Kesimpulan: Tekanan ekonomi keluarga telah membawa anak untuk melakukan kegiatan di jalanan. Meskipun alasan anak melakukan kegiatan di jalanan beragam, tetapi sumber utamanya adalah ketidakberfungsian keluarga, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya. Ketidakberfungsian tersebut disebabkan karena kemiskinan yang dialaminya. Mereka tidak mampu meng'akses' pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial, serta pelayanan lain yang mereka butuhkan. Oleh karena itu dalam menangani anak jalanan, sasaran intervensinya adalah anak dan keluarganya. Di jalanan anak dibedakan menjadi Anak Anyaran, yaitu anak yang berusia 7 -10 tahun dan belum 1 tahun melakukan kegiatan di jalanan; Anak Madya berusia 11 - 14 tahun yang melakukan kegiatan di jalanan sudah lebih dari satu tahun dan kurang dari 3 tahun; dan Anak Kawakan yang berusia 15 --18 tahun dengan kegiatan di jalanan lebih dari 3 tahun. Masing-masing kelompok memiliki pola hidup sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mengembangkan pelayanan bagi anak jalanan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu latar belakang keluarga, dan pola hidup mereka di jalanan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
JHHP 2 (2) 2004
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chilvia Manzalina
"Skripsi ini memiliki judul Upaya-Upaya Pengurangan Aktivitas Anak Turun ke Jalanan (Studi Deskriptif pada Lembaga Indonesian Street Children Organization) dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai upaya-upaya yang dilakukan ISCO Foundation dalam mengurangi aktivitas anak-anak turun ke jalanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.
Hasil dari penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk upaya yang diterapkan lembaga ISCO Foundation dalam mengurangi aktivitas anak turun ke jalanan menggunakan model Center Based. Penelitian ini menunjukkan adanya faktor-faktor pendukung seperti sarana pelayanan, sumber daya manusia lembaga, masyarakat, modal, dan jaringan kerjasama. Selain itu juga faktor-faktor penghambat seperti teknis pelayanan yang kurang baik, target pelayanan yang bermasalah, serta beberapa pihak yang tidak kooperatif untuk diajak bekerjasama.
This thesis is about intervention model in decreasing children activity on the street (Descriptive Study of Indonesian Street Children Organization) in order to describe intervention model of ISCO Foundation. This thesis used qualitative approach and descriptive research.
The results of this study are about intervention model of ISCO in decreasing children activity on street which is called community-based model. During the model is apllied, there are several supporting factors such as service facilities, human resources of ISCO, financial, society, and networking. As for inhibiting factors, there are several problems on service, the targets, and the networkings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Amanda Sari
"Setiap anak berhak mendapatkan kehidupan layak untuk pengembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial serta dilindungi dari eksploltasi ekonomi. Pada kenyataannya, tidak semua anak beruntung mendapatkan hal tersebut dalam proses tumbuh kembangnya. Anak jalanan timbul akibat kesenjangan ekonomi yang semakin meluas dan perkembangan kota-kota yang pesat karena tuntutan untuk meraih pendapatan.
Berdasarkan data diketahui bahwa persentase tertinggi anak jalanan berada pada usia sekolah. Hal ini cukup meresahkan mengingat usia sekolah merupakan dasar dari mereka untuk mengembangkan berbagai kemampuan dasar yang dibutuhkan seperti keterampilan dasar sekolah, berpikir kreatif dan logis, penilaian moral, hubungan ternan sebaya serta aktlf berpartisipasi dalam kegiatan yang dinamis.
Anak jalanan meluangkan sekitar 68 % waktunya di jalan untuk bekerja, bermain bahkan ada yang tidur di jalan. Dalam membina hubungan dengan ternan anak jalanan dlketahui memiliki hubungan yang kuat dan kompak di dalam kelompok. Dengan lingkungan sosial tersebut maka anak jalanan ingin dilihat gambarannya dalam konteks kompetenSi sosial, yaknl aspek yang penting dalam perkembangan sosial-emosi anak uSia sekolah dalam membina dan mempertahankan hubungan sosial.
Subyek penelitian adalah (X)N, yakni anak jalanan yang memiliki pekerjaan di jalanan dan kembali pada kelumga setlap hari atau akhir minggu; dan CDF, yakni anak jalanan yang memlliki ikatan keluarga yang kurang dekat bahkan terpisah-pjsah, mereka bahkan tidur dan tinggal di jalanan. Dengan berbagai risiko yang dialami anak jalanan, dan pemalakan, dltangkap aparat, hingga risiko obat IErlarang dan penyimpangan seksual, maka kompetenSi soSial dikaitkan dengan mekanisme coping terhadap sumber stres yang dialaminya. Berdasarkan aspek-aspek kompetenSi sosial, subyek dlgolongkan sebaQal anak yang memiliki kompetensi soSial balk dan buruk dan dikaitkan dengan mekanisme coping atau cara-cara yang dilakukan dalam menghadapj sumber stress.
Metode kualltatif dipilih pada penelillan lni untuk menghasllkan data deskriptif yang menggambarkan tema-tema dan dimensi kehidupan soSial. Teknik yang dlgunakan adalah wawancara dengan pedoman umum dan observasi. Subyek penelitlan adalah anak jalanan usia sekolah 9 -12 tahun dan memiliki kategorl CON dan COF. Jumlah subyek4 orang dengan 2 kasus pada maslng·masing kategori.
Berdasarkan analisis antar kasus maka gambaran yang diperoleh; pada kedua kategon anak jalanan menonjol pada aspek perkembangan sosial seperti berhubungan dengan orang lain, mampu bekerja sama dan empai. Hal lain yang menojol adalah penggunaan uang sehan-hari. Perbedaan pada CON dan COF, seat ini CON masih bersekolah sehingga mereka leblh menguasai keterampilan dasar sekolah dan konsep waktu. Selain itu CON menjaga kebersihan dan bertanggung jawab pada sekolah dan orangtua. Pada COF, kemampuan membaca hanya dipergunakan untuk hal praktis sehan-hari seperti membaca petunjuk lalu lintas, nomor kendaraan dan arah lalu lintas.
Konsep seharl-harl di jalanan pada COF seperti mengenal minuman keras, obat-obat terlarang, hubungan seksual serta penyakltnya dan penyimpangan seksual. Dalam hubungannya dengan keluarga, anak jalanan mengalami kekerasan di dalam keluarga. Pada penggunaan uang, CON digunakan untuk menghidupi ekonomi keluarga sementara COF berlsiko untuk digunak an pada hal-hal yang tidak balk, seperti minuman keras atau ganja. Dari sisi orangtua, mereka umumnya memiliki kehidupan ekonomi yang suiit sehingga kurang dapat mengawaSi anak satu persatll, rentan terhadap kekerasan domestik serta mengharapkan anak bekerja. Interaksi anak jaian dengan orang dewasa berperan dalam menjaga anak terhadap perlakuan buruk orang lain. Hubungan COF mendukung solidaritas di dalam kelompoknya.
Kemampuan ber-empati pada COF leblh ditujukan pada ternan-ternan, sedangkan pada CON juga dengan orangtua. Ternan bagi anak jalanan merupakan sosok yang pentlng untuk bekerja, bermain, namun mereka umumnya tidak memiliki sa habet tetap. Risiko di jalanan lebih iuas pada anak laki-aki dan khususnya pula pada COF yang tinggal di jalanan. InformaSi yang dimiliki menyangkut masalah penyalahgunaan obat terlarang dan penyimpangan seksual.
Dalam menghadapi hambatan ftsik di jaian, anak biasanya menggunakan mekanisme coping untuk tindakan yang nyata. Jika terbentur masalah, mereka cenderung melakukan supresi. Begitu pula dalam menghadapi hambatan sosial, mereka menghadapl secara nyata kea.rali jika dalam kondiSi tidak berdaya maka mereka berkonsentrasi untuk mencan jalan keluar. Hambatan personal nampaknya dipengaruhi oleh faktor pribedi seperti anak yang takut menghadapi risiko, dan jenis kelamin yakni anak perempuan leblh sensitif pada kornentar orang lain atas dirinya.
Dari keempat anak jalanan maka kedua CON dapat digotongkan memiliki kompetensl sosial yang baik, sementara itu kedua COF memiliki kompetensi sosial yang buruk. Dalam kaitannya dengan mekanisme coping temyata tldak ada mekanisme khusus yang digunakan untuk masing-maSing kornpetensi sosial. Nampaknya hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
Saran yang dapat diberlkan pada penelitlan adalah studi lebih mendalam mengenai setiap aspek kompetensi SI)Sial seperti empatl, prososial dan kerjasama. Ada baiknya jika digabungksn antara penelitlan kualitatif dan kuantitatif. Cross-check dapat dilakukan dengan orang-orang yang terlibet dalam penanganan anak jalanan termasuk guru dan orangtua. Selaln itu hubungan kedekatan yang erat sebelum wawancara dlmulal dan observasi partisipatif dapat memperkaya hasil yang didapat. Untuk saran praktis, maka COF dapat diajak berdiskusi mengenai manfaat sekolah dan untuk merealisaslkan program pendidikan ini dapat bekerja sama dengan berbagal plhak. Dengan bantuan paramedis, psikolog dan ahli agama, anak diajak untuk membahas masalah penyalahgunaan obat terlarang dan masalah seksual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maydian Werdiastuti
"Pendidikan yang diberikan kepada anak jalanan merupakan pendidikan non formal yang diselenggarakan secara terorganisasi. Pendidikan tersebut membekali anak dengan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan ini penting diberikan, karena untuk menambah wawasan berpikir anak-anak jalanan yang masih bersekolah dan membantu pengembangan intelektual anak-anak jalanan yang terpaksa putus sekolah. Namun demikian, timbul suatu permasalahan "apakah kebutuhan pendidikan yang dirasakan oleh anak-anak jalanan tersebut dapat terpenuhi melalui program pendidikan jalanan?" Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut diperlukan suatu penelitian yang mendalam. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kebutuhan pendidikan yang dirasakan oleh anak jalanan terutama yang berkaitan dengan materi pelajaran dan metode belajar. Penelitian ini bersifat kualitatif yang berupaya mendiskripsikan kebutuhan pendidikan anak jalanan putus sekolah, khususnya anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen. Penelitian dilakukan di Yayasan Mitra Masyarakat Kota yang berlokasi di daerah Cipinang Kebembem, Jakarta Timur.
Hasil penelitian tersebut adalah:
1. Sasaran penelitian membutuhkan materi pelajaran pengalaman materi berhitung, pendidikan agama, informasi cara menabung di Bank (Aspek Kognitif); materi pendidikan olahraga bela diri (Aspek Afektif); dan pengembangan keterampilan bermain musik, menyanyi, menggambar (Aspek Psikomotor).
2. Sasaran penelitian menginginkan materi pelajaran diberikan dengan menggunakan metode belajar simulasi dan karyawisata.
3. Sasaran penelitian membutuhkan pembimbing yang memiliki kualifikasi di bidangnya, terutama pendidikan agama dan keterampilan menggambar. Mereka juga membutuhkan sarana belajar berupa meja, alat dan bahan keterampilan yang relatif murah dan mudah diperoleh, serta pengadaan perpustakaan. Suasana belajar yang tenang sangat membutuhkan agar konsentrasi belajar mereka tidak pecah.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah program pendidikan jalanan belum dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak jalanan, karena penyelenggaraannya belum sepenuhnya dapat ditunjang oleh komponen-komponen pendidikan yang dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan demikian, rekomendasi yang dapat diusulkan adalah (1) materi pelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan daya tangkap anak; (2) metode belajar harus lebih banyak unsur bermain; (3) peningkatan kerjasama dengan organisasi dan pergauluan tinggi; (4) melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan anak jalanan oleh orang-orang atau lembaga-lembaga yang berminat melakukannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>