"
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan dengan latar belakang teori yang mengemukakan bahwa cara pandang seseorang terhadap kematian berasal dari dan sangat erat kaitannya dengan konteks kultural (Papalia, Olds, & Feldman, 2004; Santrock, 2002; Swasono, et al. 1996; Zaman, 1996). Kübler-Ross (1986), dan diperkuat hasil penelitian Swasono, et al. di Jakarta, menyatakan bahwa banyaknya pilihan hidup dan kesenangan duniawi. membuat lanjut usia masih belum merasa puas dalam kehidupannya, sehingga helum merasa siap untuk menerima kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat kepuasan hidup lanjut usia di Jakarta dan gambaran mengenai persiapan kematian mereka. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini memakai alat ukur berupa Skala Kepuasan Hidup yang dibuat oleh Salomon dan Conte, yang versi Indonesianya diterjemahkan dan telah pula digunakan dalam penelitian Subyantoro (2003), serta wawancara untuk menggali data tentang persiapan menghadapi kematian. Penelitian ini menggunakan 3 Subyek lanjut usia, dengan usia 60 tahun ke atas dan telah tinggal di Jakarta sedikitnya selama 10 tahun, dan dalam kondisi sehat. Selain kedelapan aspek kepuasan hidup yang dikemukakan Salomon dan Conte (dalam Connery, 1996), ada faktor lain yang turut mempengaruhi kesiapan individu menghadapi kematian, seperti ibadah, kepribadian; namun tampaknya kepuasan hidup merupakan aspek yang terelevan bagi golongan lanjut usia dan persiapan menghadapi kematian. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pada Subyek yang memiliki tingkat kepuasan hidup tergolong tinggi, memiliki pula persiapan menghadapi kematian; pada Subyek yang memiliki tingkat kepuasan hidup rendah, tidak memiliki persiapan menghadapi kematian, dan Subyek yang kepuasan hidupnya tergolong sedang, persiapan menghadapi kematian pun tergolong belum matang dan belum tertata. Usia tampaknya tidak berpengaruh sama sekali terhadap kesediaan Subyek untuk melakukan persiapan menghadapi kematian."