Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Toharisman
"Fructo oligo Saccharides (FOS) are considered as biologically benefit, have been developed recently to be used as functional factors in healthy foods..."
[Place of publication not identified]: Berita Biologi : Jurnal Ilmiah Nasional, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Karina Puspita Sukarna
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan melalui fermentasi kapang genus Aspergillus dan Penicillium yang menggunakan karbohidrat sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi fermentasi yang optimal yang dapat menghasilkan asam kojat dengan nilai yield tertinggi dari kultur campuran Aspergillus oryzae dan Aspergillus tamarii. Optimasi sumber karbon dan nitrogen, nilai pH medium, rasio konsentrasi inokulum, dan kondisi aerasi dilakukan secara bertahap. Dari sembilan variasi medium fermentasi, diperoleh sumber karbon dan nitrogen yang optimal yaitu sukrosa dan yeast extract dengan jumlah asam kojat 2,6163 g/l.
Optimasi nilai pH medium yang terdiri dari tiga variasi menghasilkan asam kojat terbanyak pada pH 3,5 sebesar 2,6163 g/l. Optimasi rasio konsentrasi inokulum dilakukan dengan tiga variasi rasio dimana rasio 2 : 3 inokulum A. oryzae dan A. tamarii menghasilkan asam kojat terbanyak sebesar 2,8889 g/l. Optimasi kondisi aerasi dilakukan dengan dua variasi volume medium dimana medium dengan volume 100 ml menghasilkan asam kojat dengan jumlah tertinggi yaitu 6,5594 g/l. Efisiensi dari proses fermentasi ditentukan dengan menghitung nilai yield asam kojat dimana didapatkan yield tertinggi 0,1396 gg-1.

AbstractKojic acid is a secondary metabolite produced by fermentation of Aspergillus and Penicillium mold using carbohydrate as the substrate. This research aims to determine the optimal fermentation conditions with high yield value from a mixture of Aspergillus oryzae and Aspergillus tamarii cultures. Optimization of carbon and nitrogen sources, pH value of medium, inoculum concentration ratio, and aeration were done gradually. From nine fermentation medium, the most optimal carbon and nitrogen source was sucrose and yeast extract which obtained 2,6163 g l of kojic acid.
Optimization of pH value consisting three various pH obtained 2,6163 g l of kojic acid in medium with pH 3,5. Ratio of inoculum concentration were optimized with three different ratio which the 2 3 of Aspergillus oryzae and Aspergillus tamarii became the most optimal ratio with 2,8889 g l of kojic acid. Aeration optimization was done with two various medium volume which medium with 100 ml volume obtained 6,5594 g l as the highest amount of kojic acid. The efficiency of fermentation was determined by calculating the yield value which was 0,1396 gg 1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnina Fithra Azzahra
"ABSTRAK
Asam kojat merupakan asam organik yang memiliki banyak kegunaan diantaranya sebagai antibakteri, antifungal, antimelanosis, dan agen pengkelat, yang dihasilkan melalui fermentasi kapang genus Aspergillus dan Penicillium. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada fermentasi menggunakan Aspergillus oryzae dengan melakukan optimasi medium dan kondisi fermentasi secara bertahap. Kadar asam kojat ditentukan dengan metode KLT densitometri dengan detektor UV pada panjang gelombang 318 nm. Kombinasi sukrosa dan yeast extract dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen terbaik dari sembilan variasi medium dengan jumlah asam kojat yang dihasilkan sebesar 1,5425 g/L. Keasaman medium yang paling optimum adalah pada pH 4,5 dibandingkan dengan pH 3,5 dan 5,5 dengan hasil asam kojat sebesar 1,7127 g/L. Fermentasi pada suhu 35 C menunjukkan kadar asam kojat yang lebih tinggi dibandingkan pada suhu ruang. Optimasi kondisi aerasi dilakukan dengan empat variasi volume medium dimana medium dengan volume 100 ml menghasilkan asam kojat dengan jumlah tertinggi yaitu 1,6472 g/L.. Hasil optimasi yang paling baik memiliki nilai yield sebesar 0,0370 gg-1.

ABSTRACT
Kojic acid is an organic acid that has many uses such as antibacterial, antifungal, antimelanosis, and chelating agent, which is produced by fermentation of genus Aspergillus and Penicillium. This study aimed to obtain optimal conditions on fermentation using Aspergillus oryzae by optimizing the medium and fermentation conditions gradually. Levels of kojic acid were determined by the method of TLC densitometry with UV detector at 318 nm wavelength. The combination of sucrose and yeast extract was chosen as the best source of carbon and nitrogen from nine medium variations with the amount of kojic acid produced at 1.5425 g L. The optimum acidity of the medium is at pH 4.5 in which 1.7127 g L of kojic acid produced, compared to medium with pH value of 3.5 and 5.5. Fermentation at 35 C indicates higher kojic acid production compared to room temperature. Optimization of aeration conditions was performed with four variations of medium volume where medium with 100 ml volume produced the highest amount of kojic acid at 1.6472 g L. The most optimum result has a yield value of 0.0370 gg 1."
2017
S69803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Khootama
"Kebutuhan enzim untuk industri Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dengan 99 pengadaan enzim masih berasal dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan enzim nasional sekaligus menekan impor enzim, pengembangan unit produksi enzim yang banyak digunakan dalam industri sangat penting. Salah satu enzim yang banyak digunakan dalam industri adalah lipase, yang diproduksi oleh Aspergillus niger. Produksi lipase Aspergillus niger skala besar lebih menguntungkan dengan metode fermentasi padat limbah agroindustri.
Untuk mengevaluasi produksi lipase Aspergillus niger, dibutuhkan optimasi produksi dan analisis keekonomian. Optimasi dilakukan pada fermentasi padat menggunakan dedak padi dan bungkil biji jarak selama 5 hari dengan variasi induser dan ekstraktan. Hasil fermentasi kemudian diekstrak, disaring dengan muslin cloth dan di-centrifuge. Supernatan yang diperoleh dikeringkan dengan spray drying dan diuji aktivitasnya melalui titrimetri hidrolisis minyak zaitun. Hasil optimasi induser menunjukkan bahwa 1 minyak zaitun merupakan induser terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 176 U/ml enzim.
Hasil optimasi ekstraktan menunjukkan bahwa 1 NaCl ndash; 0,5 Tween 80 merupakan ekstraktan terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 282 U/ml enzim. Hasil scale up produksi menunjukkan bahwa penggunaan 1000 gram dedak padi menghasilkan 983,22 gram ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas 240,33 U/ml enzim. Analisis keekonomian terhadap produksi lipase dengan kapasitas produksi 4290 kg/tahun; harga produk IDR 1.061.811; dan WACC 15,10 menghasilkan IRR sebesar 34,99 ; NPV sebesar IDR 5.520.728.137; payback period selama 2,98 tahun; dengan harga produk sebagai parameter paling sensitif.

Enzyme demand for Indonesia rsquo s industries increases every year, with 99 of the supply are from imports. Development of industrial enzyme production units is critical to fulfil national enzyme demand and lower imports. One of the most used industrial enzymes is lipase, which is produced by Aspergillus niger. Large scale Aspergillus niger lipase production is more profitable by solid state fermentation utilizing agroindustrial waste.
Optimization and economic analysis of Aspergillus niger lipase production is performed. Optimization is performed on solid state fermentation of rice bran and Jathropa seed cake for 5 days with variations on inducer and extractant. Fermentation cake produced is extracted, filtered using muslin cloth, and centrifuged. The supernatant is spray dried and assayed using olive oil hydrolysis titrimetry. Inducer optimization results show that 1 olive oil is the best inducer, yielding dry lipase extract with highest activity unit 176 U ml enzyme .
Extractant optimization results show that 1 NaCl ndash 0.5 Tween 80 is the best extractant, yielding dry lipase extract with highest activity unit 282 U ml enzyme. Production scale up shows that 1000 gram rice bran yields 983.22 gram dry lipase extract with the activity unit of 240,33 U ml enzyme. Economic analysis of lipase production with the production capacity of 4290 kg year product price of IDR 1,061,811 and WACC of 15.10 yields IRR of 34.99 NPV of IDR 5,520,728,137 payback period of 2.98 years with product price as the most sensitive parameter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefyana Hernawati
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang disekresikan oleh beberapa kapang dari genus Aspergillus melalui proses fermentasi. Senyawa ini sering digunakan sebagai zat aktif pemutih kulit pada produk kosmetik karena dapat menghambat aktivitas tirosinase dalam melanogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sumber nitrogen kompleks terbaik, nilai pH optimal, dan kadar air awal optimal untuk produksi asam kojat dengan Aspergillus oryzae menggunakan metode fermentasi substrat padat. Optimasi sumber nitrogen kompleks dilakukan dengan menggunakan medium yeast extract, kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Selanjutnya dilakukan optimasi nilai pH medium dan kadar air awal secara bertahap. Optimasi nilai pH medium dilakukan dengan tiga variasi, yaitu 3,5; 4,5; dan 5,5. Kadar air awal medium dioptimasi dengan variasi 70%, 80%, dan 90%. Dari empat variasi medium, didapatkan sumber nitrogen kompleks yang terbaik, yaitu kacang kedelai dengan perolehan kadar asam kojat sebesar 0,792 mg/ml. Nilai pH yang optimum untuk produksi asam kojat didapatkan pada pH 5,5 dengan kadar asam kojat sebesar 1,2888 mg/ml. Dari tiga variasi yang dilakukan dalam optimasi kadar air awal, diperoleh asam kojat dengan kadar tertinggi sebesar 3,1852 mg/ml pada kadar air awal 80%. Nilai yield sebagai penentu efisiensi proses fermentasi pada keadaan optimum didapatkan sebesar 0,0043 gg-1. Produktivitas dari proses fermentasi pada keadaan optimum diperoleh sebesar 0,0001 gg-1jam-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi optimal pada fermentasi substrat padat dengan Aspergillus oryzae untuk asam kojat diperoleh dengan kacang kedelai sebagai sumber nitrogen kompleks, nilai pH 5,5, dan kadar air awal 80%.

Kojic acid is a secondary metabolite secreted by several molds from genus Aspergillus. It is often used as whitening agent in cosmetic products because of its ability to inhibit tirosinase activity in melanogenesis. The aim of this study is to obtain the best complex nitrogen source, optimal pH value, and optimal moisture content for kojic acid production by Aspergillus oryzae under solid-state fermentation. Optimization of complex nitrogen sources was carried out using medium yeast extract, soybean, mungbean, and groundnut. Furthermore, the optimization of pH value and initial moisture content were carried out gradually. Optimization of pH value was carried out with three variations (3.5, 4.5, and 5.5). Initial moisture content was also optimized with three variations (70%, 80%, and 90%). Of four variations of the medium, the optimal complex nitrogen source was obtained in soybeans with kojic acid levels of 0,792 mg/ml. The optimal pH value for kojic acid production was obtained at pH 5.5 with kojic acid levels of 1.2888 mg/ml. Three variations were carried out in the optimization of initial moisture content and the highest level of kojic acid was obtained 3.1852 mg/ml at an initial moisture content of 80%. The yield for determination of fermentation efficiency at optimal conditions was obtained at 0.0043 gg-1. The productivity of the fermentation process was obtained at 0.0001 gg-1hour-1 at optimal conditions. The conclusion of this experiment is optimal condition for solid-state fermentation by Aspergillus oryzae for kojic acid production was obtained with soybean as complex nitrogen source, pH value of 5.5, and initial moisture content of 80%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidzurrahman Suhairi
"Palm Kernel Meal (PKM) merupakan by-product pengolahan minyak kernel sawit yang jarang dimanfaatkan. Penggunaan masih terbatas sebagai campuran pakan ternak dengan komposisi 3-5% dari total pakan. Hal ini disebabkan tingginya serat kasar mencapai kisaran 20-40% dari berat kering PKM. Padahal, PKM mengandung komposisi mannan dengan kandungan total 45-56% pada jaringan hemiselulosa. Pemanfaatan lebih lanjut biomassa PKM sebagai substrat produksi β-mannanase dan menghasilkan turunan mannooligosakarida (MOS) sangat menjanjikan. Konsentrasi PKM sebagai substrat, pH, suhu inkubasi, dan penambahan mikropartikel Al2O3 sebagai faktor penentu simulasi RSM. Kondisi operasi terpilih menjadi basis scale-up produksi fermentor batch kapasitas 1,5 L dengan pengaruh laju aerasi 1,0 vvm. Disamping, itu dilakukan estimasi parameter kinetika pertumbuhan Kitasatospora sp. produksi aktivitas β-mannanase dan substrat PKM terkonsumsi dengan asumsi model Logistik, Luedeking-Piret dan Modified Luedeking-Piret. Titik optimum yang diperoleh dilanjutkan dengan purifikasi parsial. Setelah itu, hidrolisis PKM dilakukan untuk mengamati sinergisitas pelarut NaOH-HCl dengan enzim sebagai ekstraktor turunan mannan. Simulasi menunjukkan 3% (w/v) PKM, pH 6,5, suhu 34 °C, dan 0,2% (v/v) Al2O3 merupakan kondisi terpilih untuk scale-up. Pada fermentor 1,5 L setelah melalui pemurnian parsial, diperoleh aktivitas tertinggi 44,34 U/mL, laju aktivitas 0,302 U/mL-1 jam-1, konsentrasi delta gula total (ΔS) 39,17 gr/L, dan SUY 78,15%. Estimasi kinetika dari fitting model terukur µmax, Xo, Xmax, β, α, Z, dan γ secara berurutan adalah 0,0492 jam-1; 0,435 gr/L; 8,93 gr/; 0,085 U/mgX.jam; 4,467 U/mgX; 0,026 grS/grX.jam; dan 4,328 grS/grX. Adapun hasil hidrolisis zona bening dan TLC menunjukkan kemampuan β-mannanase yang disintesis Kitasatospora sp. menghasilkan turunan MOS yang didominasi mannobiosa (M2), dengan 72 jam pembentukan dari bantuan pelarut.

Palm Kernel Meal (PKM), called as by-product from palm kernel oil processing, which is rarely being utilized. The usage is limited as livestock feed’s blend with composition accounted only 3-5% off from total feed. The problem lies on the high content of crude fibres, up to 20-40% of PKM’s dry matter. Meanwhile, PKM contains relatively high mannan comprises around 45-56% from hemicellulose’s tissue. Further application of PKM biomass as substrate for β-mannanase production and resulting any derivatives of mannooligosaccharides (MOS) are very promising. Substrate, initial pH, incubation temperature, and additional microparticle Al2O3 were determined as independent factors for RSM simulation. The chosen condition was used for scalled-up through 1,5 L stirred tank-bioreactor batch, 1,0 vvm aeration rate. The kinetics parameters of Kitastospora sp. growth, enzyme production and substrate consumption were estimated through Logistic, Luedeking-Piret, and Modified Luedeking-Piret model assumption. The optimal point obtained was continued by partial purification. Subsequently, PKM hydrolysis was also done to observe synergistic enzyme effect with NaOH-HCl solvent-assisted for mannan’s derivative produced. The evidence showed 3% (w/v) PKM, pH 6.5, 34 °C, and 0.2% (v/v) Al2O3 were the best operating for β-mannanase production. Further confirmation in scale-up phase indicated the highest enzyme activity, rate of production, total sugar concentration, and SUY were calculated as 44.34 U/mL, 0.302 U/mL-1 hr-1, 39.17 g/L and 78.15%, respectively. Kinetics production parameter components, comprised as µmax, Xo, Xmax, β, α, Z, and γ, were expected around 0,0492 hr-1; 0,435 g/L; 8,93 g/; 0,085 U/mgX.hr; 4,467 U/mgX; 0,026 gS/gX.hr; dan 4,328 gS/gX, respectively. From clear zone and TLC experimental, it proved that the enzyme was capable to produce MOS from PKM, mainly mannobiose (M2) with extension of 72 hours duration by solvent-assisted enzymatic reaction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Joviani Aisyah
"Aspergillus adalah salah satu sumber yang dapat menghasilkan asam kojic. Asam Kojic adalah diproduksi melalui proses fermentasi dalam keadaan aerobik dengan yang sesuai media terutama sumber karbon substrat yang mengandung gula seperti sukrosa dan glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh substrat yang sama baiknya dengan sukrosa tetapi dengan harga yang lebih ekonomis. Optimasi media dilakukan menggunakan 3 berbeda
jenis sumber karbon seperti sukrosa, pati jagung dan pati singkong, juga menggabungkan sukrosa dengan pati jagung dan sukrosa dengan pati singkong. Dari 8 optimasi sedang dilakukan dalam skala kecil, medium dengan campuran substrat pati sukrosa-jagung (3: 2) diperoleh dengan nilai asam kojat tertinggi 5,9716 g / L dengan nilai hasil 0,1537 g / g. Proses optimasi berlanjut untuk skala yang lebih besar dari fermentasi dilakukan dengan berbagai variasi aerasi dan agitasi. Hasil optimal dari nilai asam kojic pada skala yang lebih besar diperoleh pada media 500 mL menggunakan bioreaktor pengaduk magnetik yang 1,4223 g / L dari asam kojic, di mana hasil ini belum berhasil melebihi nilai kojic asam dalam skala kecil.

Aspergillus is one source that can produce kojic acid. Kojic acid is produced through a fermentation process in an aerobic state with suitable media especially carbon sources containing sugar substrates such as sucrose and glucose. This study aims to obtain substrates that are as good as sucrose but at a more economical price. Media optimization is done using 3 different methods
types of carbon sources such as sucrose, corn starch and cassava starch, also combine sucrose with corn starch and sucrose with cassava starch. From 8 optimizations being carried out on a small scale, medium with a mixture of sucrose-corn starch (3: 2) was obtained with the highest kojic acid value of 5.9716 g / L with a yield value of 0.1537 g / g. The optimization process continues for a larger scale of fermentation carried out with a variety of aeration and agitation. Optimal results from the value of kojic acid on a larger scale were obtained on 500 mL media using a magnetic stirring bioreactor which was 1.4223 g / L of kojic acid, where these results have not succeeded in exceeding the value of kojic acid on a small scale.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ocha Putri Mulia
"Pemuliaan galur Aspergillus melalui cara perbaikan genetik klasik atau molekuler modern biasa dilakukan untuk meningkatkan metabolit sekunder yang dihasilkan. Transformasi genetik kapang sebagian besar bergantung pada persiapan protoplas yang baik, meskipun ada beberapa metode transformasi alternatif yang tidak memerlukan preparasi protoplas. Pada review ini akan dirangkum aplikasi protoplas dan preparasinya dalam metode pemuliaan galur dari berbagai spesies Aspergillus. Beberapa aplikasi dari teknik protoplasting yang telah digunakan untuk melakukan pemuliaan galur pada Aspergillus sp., adalah Protoplast-mediated transformation (PMT), fusi protoplas, UV mutagenesis dengan preparasi protoplas dan Agrobacterium-mediated transformation (AMT). Beberapa sumber enzim potensial juga dibahas pada review ini. PMT adalah metode yang paling umum dan diketahui telah efektif digunakan, namun prosedurnya cenderung rumit dan memiliki tingkat regenerasi yang rendah. Banyak faktor yang berperan dalam peningkatan strain jamur dengan metode protoplasting untuk meningkatkan produk-produk bioteknologi salah satunya adalah pemilihan kombinasi enzim yang optimal untuk melisiskan dinding sel Aspergillus. Crude enzyme dari saluran pencernaan bekicot (Achatina fulica) adalah salah satu alternatif enzim dari alam yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomis pembentukan protoplas.

Aspergillus strain improvement through classical or modern molecular genetic improvement is usually done to increase fungal secondary metabolites production. The fungal genetic transformation largely depends on preparation of fungal protoplasts, although there are several alternative transformation methods that do not require protoplast preparation. This review will summarize the application of protoplast and its preparation in the strain improvement method of various Aspergillus species. Some applications of the protoplast isolation which have been used in strain improvement of Aspergillus sp. are Protoplast-mediated transformation (PMT), protoplast fusion, UV mutagenesis with protoplast preparation and Agrobacterium-mediated transformation (AMT). Several potential enzyme sources are also discussed in this review. PMT is the most common method and known that it has been effectively used, but the procedure tends to be complicated and have a low regeneration rate. Many factors play a role in improving fungal strains to increase biotechnological products by the protoplast isolation, one of which is the selection of an optimal enzyme combination to lyse the Aspergillus cell wall. Crude enzyme from gut juice of African Giant snail (Achatina fulica) is an alternative nature enzyme that could be able to be used to increase the economics value of protoplast formation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Paska Bakti
"ABSTRAK
Bioetanol generasi kedua merupakan salah satu solusi energi alternatif yang tidak
memiliki efek samping dalam pemanfaatan bahan bakunya. Saat ini meskipun
Indonesia memiliki bahan baku pembuatan etanol yang melimpah, proses
produksi etanol generasi kedua masih terhambat oleh ketidaktersediaan enzim
dalam proses penguraian lignoselulosa menjadi sakarida yang dapat diolah
melalui fermentasi menjadi etanol. Selulase merupakan salah satu enzim yang
dapat digunakan untuk proses tersebut. Enzim tersebut diketahui dapat dihasilkan
oleh bakteri Bacillus sp. dalam submerged fermentation. Dalam penelitian ini
dilakukan evaluasi produksi selulase oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 pada
substrat alami (dedak padi dan air kelapa) dengan cara mencari nilai kondisi
produksi optimum selulase pada skala laboratorium 50 ml. Optimasi dilakukan
menggunakan response surface methodology. Kondisi yang dioptimasi adalah pH
dan suhu. Nilai kondisi optimasi model RSM adalah 6.23 untuk pH dan 40.04°C
untuk suhu. Sedangkan kondisi optimasi saat percobaan RSM adalah pH 7.0 dan
37°C. Pengaruh dan interaksi variabel yang diuji terhadap aktivitas selulase
dilaporkan pada penelitian ini.

ABSTRACT
Second-generation bioethanol is one of the alternative energy solutions that do not
have any side effects in the utilization of raw materials. Currently though
Indonesia has a raw material for making ethanol in abundance, the secondgeneration
ethanol production process is still hampered by the unavailability of an
enzyme in the process of decomposition of lignocellulose into saccharides that
can be processed through fermentation into ethanol. Cellulase enzymes is one that
can be used for the process. This enzyme is known to be produced by the
bacterium Bacillus sp. in submerged fermentation. In this study, the cellulase
production by Bacillus sp. CC BPPT RK2 on natural substrates (rice bran and
coconut water) by searching the optimum conditions for cellulase production on a
laboratory scale 50 ml, was evaluated. Optimization carried out using response
surface methodology. Optimized conditions are pH and temperature. RSM
optimization model state values for pH is 6.23 and 40.04°C for temperature.
While the current experimental conditions RSM optimization were pH 7.0 and
37°C. The influence and interaction variables were tested against the cellulase
activity reported in this study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Marssada Biorata
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum
dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology
menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam
yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber
nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti
Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen)
yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan
serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3)
penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design
expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar
enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2
optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi
dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum
dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology
menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam
yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber
nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti
Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen)
yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan
serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3)
penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design
expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar
enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2
optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi
dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v).

ABSTRACT
This study aims to obtain optimum operating conditions in the production of
cellulase by response surface methodology using Bacillus sp. BPPT CC RK 2.
This optimization using the natural substrate that is widely available in Indonesia
dan cheap as a source of carbon dan nitrogen sources are used as a medium for
enzyme production to replace Carboxylmethyl cellulose (carbon source) and
Yeast Extract (nitrogen source) that still expensive. The research process is done
by 4 stages, namely: (1) the production and selection of medium composition and
enzyme production (2) the fermentation process (3) the use of response surface
methodology using design expert software in determining the optimum cellulase
(4) activity assay and protein levels. The results showed that Bacillus sp. BPPT
CC RK 2 isolates produce optimum cellulase for 12 hours in media with
concentrations of rice husk 50% (w/v), and coconut water consentration of 20%
(v/v).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42409
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>