Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pranawaningtyas
"ABSTRAK
Konsumsi energi final terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, dengan memperhatikan trend dan intensitas energi proyeksi permintaan energi sampai dengan tahun 2025 menunjukkan konsumsi energi tiap sektor pengguna yaitu rumah tangga, transportasi, industri dan komersial meningkat dengan ratarata pertumbuhan 1,4% 2,9% 3,2% dan 3% berturut-turut. Jenis energi fosil yang dikonsumsi tiap sektor meningkat oleh karena itu perlu adanya kebijakan diversifikasi sehingga dapat mendorong pemanfaatan energi terbarukan di tahun 2025 untuk mensubtitusi energi fosil. Optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan per sektor dilakukan dengan pertimbangan biaya,efisiensi teknologi, demand persektor dan potensi energi terbarukan. Dengan mengetahui pola pemanfaatan energi terbarukan yang optimal pada tahun 2025 diharapkan Pemerintah dapat menyusun strategi untuk mencapainya. Dari hasil optimalisasi dengan programa linier sederhana didapatkan hasil tenaga panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk industri pembangkit sebesar 157,2 juta SBM, untuk mensuplai listrik ke sektor komersial sebesar 10,3 juta SBM, biodiesel yang dapat dimanfaatkan untuk sektor transportasi sebesar 92,42 juta SBM dan Bioetanol yang dapat dimanfaatkan untuk sektor transportasi sebesar 62,98 juta SBM dan Biooil yang dimanfaatkan untuk sektor rumah tangga sebesar 8,9 juta SBM dan biogas yang dapat dimanfaatkan untuk sektor rumah tangga sebesar 5,2 juta SBM.

ABSTRACT
Energy final consumption always increase in accordance to economic growth, due to energy intensity and energy trend, energy demand projection from 2010 until 2025 will show energy consumption per sector increase for household sector, transportation sector, industrial sector, and commercial sector with average growth rate are 1,4% 2,9% 3,2% dan 3% respectively. Renewable energy utilization optimization per sector based on criterias as follows: cost, efficiency, technology, renewable energy potency, and energy demand per sector. After knowing renewable energy optima utilization in 2025, Government can propose strategies to reach it. From simple linier programing calculation, we can get the patern of renewable energy optimal utilization in 2025 as follows : geothermal power for industry can be utilized amount of 157,2 million TOE, geothermal for commercial sector 10,3 million TOE, Biodiesel for transportation sector 92,42 million TOE and Bioethanol for transportation sector 62,98 million TOE and Pure Plant Oil for household 8,9 million TOE and Biogas for household sector approximately 5,2 million TOE.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25905
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Izzu Farhan Fajri
"ABSTRAK
Pertumbuhan kendaraan meningkat signifikan hingga empat kali lipat membuat
penggunaan bahan bakar meningkat drastis, termasuk subsidi bahan bakar di sektor
transportasi darat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh proyeksi jumlah
moda transportasi darat, kebutuhan energi, emisi CO2 yang dihasilkan dan alternatif
kebijakan yang efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 di tahun
2035. Melihat perubahan penggunaan energi dunia berubah drastis dalam 20 tahun,
maka proyeksi dilakukan sampai dengan tahun 2035 dengan asumsi bahwa seluruh
variabel dinilai masih berlaku. Dengan melihat kondisi data yang tersedia,
keragaman moda transportasi, jenis kendaraan, efisiensi dan faktor penggerak
lainnya maka proyeksi kebutuhan dilakukan dengan pendekatan engineeringeconomic
sehingga proyeksi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh
faktor dan pengaruh atas simulasi skenario kebijakan dapat terlihat dengan jelas.
Dengan melakukan pemodelan energi maka diperoleh proyeksi pertumbuhan
kendaraan di tahun 2035 meningkat sebesar 158% dibandingkan tahun 2012
menjadi 149,2 juta kendaraan dengan kebutuhan energi final sebesar 180,3 juta kilo
liter dan emisi CO2 sebesar 423,79 juta ton. Skenario 4 yaitu peralihan moda
transportasi pribadi menjadi transportasi masal memberikan penghematan energi
dan reduksi emisi terbesar dalam periode tahun 2013-2035 yaitu 5,32% dan 5,83%.

ABSTRACT
Vehicle growth increased significantly up to fourfold causing the fuel consumption
increased dramatically including fuel subsidies in the land transportation sector.
This study aims to obtain projected number of land transport modes, energy
demand, CO2 emissions and effective policy alternative to reduce energy
consumption and CO2 emissions in the year 2035. Because of worldwide energy
use changed dramatically in the past 20 years, the projection is done up to year 2035
with assumption that all variables are still considered valid. Considering data
availability, diversity of transportion modes, type of vehicle, efficiency and other
driving factors, energy projection is calculated using engineering-economic
approach as the projection can be made by considering all the factors and the impact
of the simulated policy scenarios can be seen clearly. The results of energy
modeling are as follows: the projected growth of vehicles in year 2035 increased
by 158% over year 2012 to 149.2 million vehicles with the final energy
consumption of 180.3 million kilo liters and CO2 emissions amounted to 423.79
million tons. The Scenario 4 which is the switching from personal transportation
into mass transportation policy give the bigest energy savings and emission
reductions in period of 2013-2035 by 5.32% and 5.83%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Chasanah
"Perubahan struktur ekonomi di Indonesia dari pertanian ke industri serta meningkatnya aktivitas ekonomi diberbagai sektor sangat mempengaruhi laju peningkatan konsumsi energi di sektor industri dan transportas, termasuk sektor rumah tangga. Selama ini, 90% kebutuhan energi dipenuhi melalui eksploitasi sumber daya energi yang tidak terbarukan, dan setengahnya berasal dari minyak bumi.
Peningkatan konsumsi energi yang semakin tinggi, mendorong bangsa Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan antara pasokan dan cadangan energi nasional dengan laju permintaan terhadap energi itu sendiri. Apabila terjadi kelidakseimbangan antara cadangan dan laju permintaan, cadangan energi akan terkuras habis dengan cepat.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi Nasional, peranan atau kegiatan diversifikasi energi menjadi sangat penting. Diversifikasi energi diarahkan untuk penganekaragaman pemanfaatan energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan, dalam rangka optimasi penyediaan energi nasional yang paling ekonomis dan untuk mengurangi laju pengurasan sumber daya hidrokarbon untuk secara nasional mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya (maximum net benefit) sehingga pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana.
Indonesia masih memiliki potensi/sumber daya yang belum banyak dikembangkan untuk menghasilkan energi (energi surya, tenaga air, tenaga angina, panas bumi, biomassa, hingga berbagai bentuk energi samudra). Sumber energi ini disebut sumber Energi Terbarukan (ET) karena sifat persediaannya yang tidak terbatas atau tidak habis. ET dari segi lingkungan sangat ramah. Hampir semua ET tidak menghasilkan gas rumah kaca (GRK) bila dikonversikan ke bentuk energi lain, kalau ada yang menghasilkan kadarnya jauh lebih kecil dibanding energi fosil.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk melihat kondisi kebijakan ET serta implementasi di lapangan: (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET: serta (3) Untuk mencari masukan atau strategi yang dapat digunakan untuk optimasi pengembangan dan pemanfaatan ET.
Penelitian ini dipandu dengan hipotesis kerja bahwa: Kepemimpinan yang berpihak pada ET serta aturan ET yang jelas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, melalui survey, dengan pengambilan sampel purposif berdasarkan pada keahlian (expert), keterlibatan (involvement), pengalaman (experience) serta dapat dipercaya (accountable), dimana peneliti melibatkan 30 orang termasuk 11 ahli dibidang energi, sebagai responden / nara sumber yang mewakili golongan: DPR, LSM, Investor, Pemerintah, Masyarakat / Assossiasi. dan Akademisi. Penentuan responden dilakukan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (Depok. Tangerang, Bogor dan Bandung).
Penelilian ini menggunakan teknik kuesioner secara terstruktur dan tertutup, untuk melihat kondisi kebijakan dan implemenlasi ET di lapangan. Penelitian ini juga dilakukan melalui wawancara terbuka untuk menjawab pertanyaan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan upaya pengembangan dan pemanfaatan E disamping tetap mcngacu pada studi pustaka, untuk menjawab pertanyaan tentang strategi kebijakan yang dianggap paling efektif untuk optimasi pengembangan dan peralatan ET, kuesioner tersusun berdasarkan metode AHP yang terdiri dari 3 (tiga) hirarki, yaitu manfaat, sasaran, serta alternatif kebijakan ET.
Untuk melihat kondisi kebijakan dan implementasi ET, penulis menggunakan teknik analisis kuantitatif kualitatif, sedangkan untuk mencari strategi optimasi dalam pengembangan dan pemanfaatan ET, penulis menggunakan teknik analisis data melalui pendekatan Proses Analisis Hirarki (Analytical Hierarchs Process / AHP) dengan bantuan perangkat lunak Expert Choice Versi 9,
Hasil dari penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi Kebijakan dan implementasi ET saat ini adalah:
(a) Secara keseluruhan baik kebijakan maupun implementasi energi angin "tidak memuaskan": (b) Kebijakan energi dan implementasi surya secara umum "tidak memuaskan"; (c) Beberapa kebijakan dan implementasi energi air mempunyai kategori tertinggi "cukup": (d) Untuk semua kebijakan dan implementasi energi biomass mempunyai kategori tertinggi "tidak memuaskan": (e) Kebijakan energi panas bumi mempunyai kategori yang bervariasi, walaupun masih didominasi oleh kategori ?tidak memuaskan?. sedangkan implementasi secara keseluruhan "cukup" kecuali untuk keterlibatan masyarakat "tidak memuaskan".
Dalam hal kinerja institusi 54% responden menyatakan "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "memuaskan". Koordinasi antar instansi terkait, 50% responden menyatakan koordinasi tersebut "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "sangat memuaskan". Untuk level kebijakan, 53% responden menyatakan bahwa ET seharusnya diatur dalam bentuk UU. 30% melalui PP, masing-masing 7% melalui Kepmen dan Keppres: serta 3% melalui ketentuan lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET adalah: regulasi/peraturan, harga energi, implementasi, financial, pajak / fiscal, insentif, serta kerjasama antar stakeholder.
3, Optimasi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi terbarukan
a. Analisis Hasil Simulasi AHP: berdasarkan pada manfaat maka, manfaat ekonomi memiliki nilai tertinggi (53%): manfaat ekologi (33%); serta manfaat sosial (14%). Untuk manfaat Ekonomi, strategi yang paling relevan untuk dilaksanakan adalah pemanfaatan ET di lokasi setempat (energi lokal) dengan nilai 56%: konservasi energi (32%); dan program langit biru (12%). Untuk Manfaat Ekologi, strategi yang dapat diharapkan adalah pemerataan energi (67%: investasi (23%): dan eksternalitas (10%). Sedangkan manfaat social strategi yang perlu diperhatikan adalah kepemimpinan (65%): manajemen (23%); serta kelembagaan (12%).
b. Rekomendasi Kebijakan: secara keseluruhan alternatif kebijakan yang diharapkan dapat mendukung upaya optimasi pengembangun dan pemanfaatan ET, adalah: (1) Kebijakan Harga Energi: (2) Pengembangan Kapasitas: (3) Standarisasi dan Sertifikasi.

Energy Policy within the Framework of Renewable Energy Development and Utilization Transformation of Indonesia's economic structure from agriculture to industry and improvement of economic activities al the various sectors has the consequence to the increasing of energy consumption at the industry, transportation and household sectors. All this time, 90% of energy demands have been complied with exploitation of non renewable energy resources and hailer it comes from petroleum.
The intensity of energy consumption enormously needs to serious action to keep harmonizing between stock & supply of- the national energy and demand or energy. If any unbalancing between stock and speed of demand. it will lead to energy resources depletion promptly. Therefore, the role of energy diversification activities to meet national energy demand will be important things.
Energy diversification is aimed to diversify and expand energy utilization both renewable and non renewable, in the framework of optimizing the national energy supply economically and to reduce hydrocarbon depletion for national maximum net benefit, hence the sustainable development will be performed.
Indonesia has potentially resources that have not developed yet to generate the energy, i.e. solar, Hydro, wind, geothermal, biomass and ocean (thermal and wave). They are identified as renewable energy (RE) resources, because or their characteristics are unlimited and environmental friendly. All of RE resource almost not produce green house gas (GHG) if converted to other type of energy (if any the content of GHG is lower than fossil fuel).
The objectives of research are: (1) to look into the description between polio: and implementation of RE, (2) to find out the elements which being consideration and success factors for development and utilization of RE: and (3) to find out inputs or strategy for optimizing development and utilization of RE.
This research is guided by hypothesis: strong commitment of the Government of Indonesia (GOI) and well-defined of rule of RE have the strong influence to he success factors in the implementation of RE.
Method of this research is descriptive by survey, with purposive sampling bused on expertise, involvement, experience and accountability. This research engaged 30 respondents as resource persons including 11 experts in energy issues and represents of: House of Representative, Non Governmental Organization, Investor, Government, Community/Association, and Academic. This research was held on around of Jakarta (DKI Jakarta- Depok- Tangerang. Bogor clan Bandung),
This research carried out by closed and structured questioner. to obtain description between policy and implementation of RE. This research has confirmed to the potential experts and desk study to answer the factors «hick influenced successful of RE development and utilization. To answer the most effective policy strategy for optimizing RE development and utilization. the questioner composed based on Analytical Hierarchy Process (AHP) method which contain of 3 (tree) hierarchies (benefits, strategies, objectives, and alternatives of RE policy).
Quantitative & qualitative analysis used to obtain description between RE policy and implementation. Analytical Hierarchy Process software version 9 is used to obtain the strategy for optimizing of RE development and implementation.
The conclusions of research are:
1. Description between policy and implementation of RE for the time being are: (a) Wind energy policy & implementation are dominated by "unsatisfied"; (b) Solar energy policy & implementation are "unsatisfied" in general; (c) Policy & implementation of hydro is "sufficient" as a highest category for several issues. Policy for hydro have been supported relatively (Ministerial Degree No. 064.k/40/M.PE/1998); (d) Policy & implementation for biomass energy have a highest category "unsatisfied" for all aspects: (e) Geothermal policy has variant category even though still dominated by "unsatisfied". Policy for geothermal is the most advances among RE policies (Presidential Degree No. 76/2000). This policy has been influenced its implementation, where the geothermal is the one of RE in progress "sufficient'".
Based on respondents: (a) The performance of the Agency of National Energy Coordination (BAKOREN) is 54% "unsatisfied" and 3% for "satisfied": (b) Coordination inter institution related is 50% "unsatisfied" and 3% "very satisfied": (c) Policy level for RE is 53% stated that RE should be regulated in the Act form, 30% in the Governmental Regulation. 7% in the Ministerial Decree, and in the Presidential Decree and others regulation is 3% for others regulation.
2. The factors which influence successful of RE development and implementation are:-regulation; price of energy, implementation: financial aspect: tax/fiscal; incentives: and coordination among stakeholder.
3. The optimizing of RE development and utilization
a. The output of AHP simulation: based on benefits are: economic benefit has a highest value (53%): ecology benefit (33%): and social benefit (14%). Strategies for economic benefit which most relevant to be implemented is utilization of RI= at the local area (energy local) (56%); energy conservation (32%): and blue sky program (12%). Strategies for ecology benefit which could he applied are energy distribution (67%): investment (23%): and externalities (10%i. Strategies for social benefit that need to pay attention are leadership (65%); management (23%): and institution (12%).
b. Alternative Recommendation: policy alternatives that expected to support optimizing RE development and utilization in general are: (1) Policy of energy price: (2) Policy liar capacity building: (3) Standardizes and Certification Policy."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Suntoro
"Evaluasi persamaan matematik perpotongan dua garis untuk rekonstruksi koordinat dua citra proyeksi sinar-X telah dilakukan. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan angka kesalahan dalam proses rekonstruksi dan karakteristik praktis-nya ketika persamaan rekonstruksi tersebut digunakan oleh perangkat rekonstruksi koordinat sistem brakitherapi. Faktor kesalahan manusia diantisipasi akan masuk melalui variabel data yang digunakan dalam persamaan tersebut, karena data tersebut berasal dari dua citra proyeksi sinar-X semi-orthogonal yang ditentukan secara manual menggunakan perangkat lunak penampil citra. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil titik rekonstruksi dengan titik yang telah diketahui koordinatnya, serta menghitung deviasi hasil rekonstruksi terhadap beberapa titik lain yang diambil dengan orientasi proyeksi yang berbeda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa proses rekonstruksi koordinat menggunakan teknik titik potong dua garis lurus ini mempunyai kesalahan 0,1 cm menggunakan resolusi citra proyeksi 80 pixel per cm. Proses rekonstruksi berpotensi gagal jika resolusi citra yang digunakan dibawah angka tersebut.

An evaluation of two lines crossing mathematical equations for coordinate reconstruction of two X-ray projection images has been done. The purpose of the evaluation is to define its error value and its practical characteristics when the equations are used during reconstruction process to determine the coordinate on a brachytherapy system. Human error will be involved through the data variable used by the equations as these data are obtained from two images of semi orthogonal X-ray projections detremined manually using an image viewer software. The evaluation is implemented by comparing the point as the result of the reconstruction with those that have been known their coordinate values and computing their reconstruction deviation toward some fix points that were taken their images from different projection orientation. The test results showed that the reconstruction coordinat process using a point of two straight lines intersection method has an error of 0.1 cm using a projection image resolution of 80 pixels per cm. The reconstruction process is potentially fail if the resolution image used below the number."
Serpong: Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN)-BATAN, 2016
621 JPN 10:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif untukk menggantikan peran bahan bakar fosil perlu mempertimbangakan dampak terhadap lingkungan. Penggunaan energi dan material selama siklus produksi bioetanol akan melepaskan emisi gas rumah kaca (karbondioksida). Studi difokuskan pada analisa kesetimbangan energi dan perhitungan emisi gas rumah kaca (karbondioksida) untuk bioetanol yang berasal dari bahan baku pati singkong yang mencaup tahapan budidaya tanaman hingga proses produksi bioetanol. Lokasi studi terletak di Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai input energi pada silus produksi bioetanol sebesar 26,142 MJ/Kg-BE atau 0,970 MJ/MJ-B3, dengan nilasi emisi sebesar 4,527 kg CO2/kg-BE atau 0,168 kg-CO2/MJ-BE. Tahapan budidaya tanaman singkong berkontribusi sebesar 13% dari total emisi C02 yang dihasilkan. Penurunan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi energi dari biogas dalam mengurangi pemakaikan bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi peralatan listrik pada pabrik etanol/bioetanol."
Jakarta: Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan (P3TKEBT),
537 KLET
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Zakaria Kapa
"Pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil atau somber energi tak terbarukan memberikan harapan yang cerah di mass sekarang maupun yang akan datang. Namun hal ini masih menemui kendala-kendala antara lain biaya investasi dan biaya tahunan yang mahal. Dalam skripsi ini dibahas mengenai minimalisasi biaya tahunan total dengan memperhatikan besamya kebutuhan energi dan ketersediaan sumber energi terbarukan di suatu lokasi terutama di daerah terpencil dengan mendesian suatu Sistem Energi Terbarukan Terpadu (SETT). SETT adalah suatu sistem yang menggunakan dua atau lebih sumber energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, energi air dan energi biogas untuk memenuhi satu set kebutuhan energi. Lokasi yang menjadi pilihan adalah di Mali Alor, NTT karena merupakan daerah yang cocok untuk menerapkan SETT dalam hat ini yang dimanfaatkan adalah energi matahari dan energi angin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Unggul Wibawa
"buku ini membahas tentang pendekatan praktis pembangkit energi baru dan terbarukan di bagi atas beberapa topik adalh eneri, biomas, biogas, matahari, angin, air."
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017
621.042 UNG p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Kurniawan
"Kebijakan energi terbarukan saat ini berperan dalam terhambatnya pengembangan dan pencapaian target bauran energi terbarukan yang telah ditetapkan. Permasalahan tersebut yaitu terkait regulasi sektoral yang inkonsisten, penetapan prioritas pemerintah dalam kebijakan energi, skema kerja sama, serta penetapan harga jual beli tenaga listrik. Penulis menggunakan desain penelitian yuridis-normatif. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Data tersebut disusun kualitatif, melalui uraian teks dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan kritis. Kesimpulan, pertama, regulasi pemanfaatan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik yang mengatur klausul-klausul kunci PJBL sangat dinamis mengalami perubahan dalam waktu yang singkat. Kedua, dalam penyusunan KEN, RUEN, dan RUPTL pemerintah masih memberikan prioritas utama untuk pemanfaatan energi fossil dibandingkan energi terbarukan.
Beberapa hal yang menghambat investasi diantaranya: a) biaya investasi EBT yang tinggi; b) prioritas pengembangan PLTU Mulut Tambang; c) perubahan penentuan biaya pokok produksi; d) terbitnya Permen ESDM 10/2017 mengakibatkan minimnya kesempatan investor untuk Business-to-business dalam PJBL; e) inkonsistensi penerapan pola kerja sama; f) hambatan dalam penyediaan lahan dan hutan. Ketiga, upaya pemerintah dalam mendukung penyediaan energi terbarukan yaitu melalui skema penugasan, kerja sama antara pemerintah dan badan usaha, serta melalui pemberian jaminan kelayakan usaha kepada pengembang. Selain itu untuk memaksimalkan pengembangan energi terbarukan Pemerintah harus mampu mewujudkan: 1) Kepastian Hukum dari Segi Pengaturan Pemanfaatan energi Baru dan Terbarukan; 2) Optimalisasi Kesempatan Ekonomi (economic opportunity) Indonesia dalam Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan; 3) Mengubah Paradigma Pemangku Kebijakan yang menganggap batubara sebagai sumber energi murah; dan 4) Mewujudkan Kebijakan Energi Baru dan Terbarukan yang Berkeadilan (fairness).

New and renewable energy utilization is one of the pillars for reaching national energy independence and security by maximizing the usage of renewable energy by considering the economic level. The current renewable energy policy inhibits the development and achievement of the established renewable energy mix target. This is due to inconsistent sectoral regulations, government priority in energy policy, cooperation scheme, and electricity buying and selling price setting. The author used judicial-normative research design. The present study used secondary data, which consisted of primary, secondary and tertiary legal materials. The data was prepared qualitatively through text description and analyzed using descriptive and critical analysis technique. The conclusions are, first, renewable energy utilization regulations for electricity supply that regulate the key clauses of PJBL are very dynamic and change within a brief period of time. Second, when preparing KEN, RUEN, and RUPTL, the government still prioritizes fossil energy utilization over renewable energy.
Some obstacles for investment are: a) high cost of EBT investment; b) priority of PLTU Mulut Tambang development; c) change of cost of production setting; d) the issuance of the Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources 10/2017 that reduces investor's chance for Business-to-business in PJBL; e) inconsistency of cooperation pattern implementation; f) obstacle in land and forest provision. Third, government efforts to support renewable energy provision through assignment scheme, government cooperation with businesses, and provision of business viability guarantee for developer. Moreover, to maximize renewable energy development, the government must: 1) Create Legal Certainty in Terms of New and Renewable Energy Utilization Regulation; 2) Optimize Indonesia's Economic Opportunity in New and Renewable Energy Development; 3) Change the Paradigm of Policy Maker who think of coal as cheap source of energy; and 4) Create Fair New and Renewable Energy Policy (fairness).
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Dodi Heryadi
"Emisi karbon dioksida merupakan permasalahan pemanasan global saat ini, peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) pada negara berkembang setiap tahunnya harus menjadi perhatian yang serius. Disatu sisi negara di benua Eropa telah berhasil dalam menurunkan emisi CO2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik peningkatan maupun penurunan emisi CO2.
Studi ini menganalisis pengaruh efisiensi energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan terhadap emisi CO2 negara G20. Metode estimasi yang digunakan untuk analisis adalah Least Square dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Tipe data panel periode 2000-2013 dan unit cross section negara G20. Pengujian model dan metode menggunakan uji-uji statistik yang relevan dengan bantuan tools Eviews 8.
Hasil studi menunjukkan efisiensi energi dan energi baru terbarukan berpengaruh negatif terhadap emisi CO2. Jumlah populasi penduduk dan PDB per kapita berpengaruh positif terhadap emisi CO2. Efisiensi energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan secara umum berpengaruh dalam mengurangi emisi CO2.

Carbon dioxide emissions is the problem of global warming, an increase in emissions of carbon dioxide (CO2) in developing countries every year should be a serious concern. On one side of the country in the continent of Europe has succeeded in reducing CO2 emissions. There are several factors that affect both the increase and decrease in CO2 emissions.
This study analyzes the effects of energy efficiency and use of renewable energy to CO2 emissions of the G20 countries. The estimation method used for the analysis is the Least Square to approach Fixed Effect Model (FEM). 2000-2013 period panel data type and unit cross section of the G20 countries. Testing models and methods of using tests relevant statistics with the help of tools Eviews 8.
The study shows the energy efficiency and renewable energy negative effect on CO2 emissions. Total population and GDP per capita positive effect on CO2 emissions. Energy efficiency and utilization of renewable energy generally, effect in reducing CO2 emissions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>