Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Nowadays flood is a serius prolem in Jakarta, and this is caused by the uncontrolled urbanisation and bad watershed management in the upper stream. During the 207 floodingm Kampung Melayu, Jatinegara district, Esat Jakarta is one of areas that suffered from big losses...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kuala Namu the newly planned Medan - North Sumatera international airport is a vital infrastructure that is not allowed to be flooded. Kuala Namu is located 3.5 km from the coast between the Serdang and ular Rivers. The lowest elevation of airport area is 6.5 m above mean sea level,meanwhile highest tide may reach 2.76 m. Design flood was calculated by using the rational method to provide recommondations for the airport planner...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Flooding has become an annual event in Indonesia, one of the regions that suffers from flooding is the regency of Trenggalek in East Java. Flooding as a natural phenomenon that has caused the disaster was tringgered by the high rainfall intensity and limited capacity of the river stream...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Masalah lingkungan hidup tidak semata merupakan masalah menyangkut fisik masyarakat. Hal ini juga menyangkut aspek biologis dan sosial masyarakat .Makalah singkat mencoba menelaah ketiga aspek tadi dalam tiga bagian (Bell 1988):...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Listi Fitriana
"Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia, banjir merupakan bencana yang dominan di Indonesia. DAS Citarum terutama di bagian hulu sejak puluhan tahun dari tahun 1931, 1984, dan hingga saat ini sering mengalami banjir. Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan menjadikan wilayah ini menjadi lebih rentan terhadap banjir. Penilaian kerentanan sangat penting untuk menentukan kesiapsiagaan, mitigasi, respon bencana, dan pemulihan. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan sebaran wilayah bahaya banjir pada periode ulang 5, 10, 25, dan 50 tahun dan model spasial kerentanan wilayah terhadap banjir dengan memetakan bahaya banjir berdasarkan analisis pemodelan numerik hidrodinamika menggunakan software MIKE FLOOD. Peta genangan yang dihasilkan akan diintegrasikan dengan data sosial dan demografi seperti kepadatan penduduk, populasi lanjut usia, populasi anak-anak, dan fasilitas kesehatan dengan menggunakan model SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan berdasarkan indikator keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas. Hasil penelitian menunujukkan bahwa nilai kerentanan sosial tertinggi 0.24 di Kelurahan Malakasari dan 0.34 di Kelurahan Cangkuang sedangkan kerentanan sosial rendah dengan nilai 0.04 di Kelurahan Wargamekar dan 0.08 di Kelurahan Citeureup.

Hydrometeorological disaster is a frequent disaster in Indonesia, flooding is a dominant disaster in Indonesia. Citarum watershed is mainly in the upstream since decade from 1931, 1984, and until now is often flooded. The increasing population and development activities make the region more vulnerable to flooding. Vulnerability assessment is crucial for determining preparedness, mitigation, disaster response, and recovery. This research aims to simulate the distribution of flood hazard areas in the return period of 5, 10, 25, and 50 year and a spatial model of territorial vulnerability to flooding by mapping the flood hazard based on the numerical analysis of the hydrodynamics by using the software MIKE FLOOD. The resulting inundation map will be integrated with social and demographic data such as population density, elderly populations, children's populations, and healthcare facilities using SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation) models which are subsequently used to determine the vulnerability level based on exposure, sensitivity and capacity indicators. Results showed that the value of the highest social vulnerability 0.24 was in Malakasari and 0.34 in Cangkuang subdistric while the low social vulnerability with a value of 0.04 was in Wargamekar and 0.08 in Citeureup subdistric."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Esther Julianery
"ABSTRAK
Banjir telah menjadi masalah bagi Jakarta sejak kota ini masih bernama Batavia pada masa penjajahan Belanda. Untuk meminimalisasikan dampak banjir itu pada tahun 1918 pemerintah kolonial membuat rancangan, yang dikenal sebagai Rencana van Breen, pembangunan duo bush kanal yang berfungsi mengalihkan aliran air sungai ke sisi barat dan timur kota, sehingga Batavia terhindar dari banjir. Kanal di wilayah barat selesai dibangun pada tahun 1920, tetapi kanal di wilayah timur belum terealisasi, bahkan berpuluh tahun kemudian setelah Indonesia merdeka di tahun 1945.
Ketika telah menjadi ibu kota Republik Indonesia, pada puncak musim hujan Jakarta kerap dilanda banjir. Pada tahun 1965 Presiden Soekarno membentuk Kornando Proyek Pencegahan Banjir di DKI Jakarta yang bertanggungjawab untuk pengendalian banjir di Ibu Kota. Kerjasama Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) dengan Netherlands Engineering Consultants (Nedeco), konsultan dari Negeri Belanda, pada 1973, menghasilkan Rencana Induk Pengendalian Banjir. Salah satu rekomendasinya adalah merealisasikan rencana van Breen: pembangunan kanal banjir di wilayah timur Jakarta. Ketiadaan dana mengakibatkan pembangunan kanal - yang lazim disebut sebagai Banjir Kanal Timur (BKT) - itu tertunda.
Perkembangan kota Jakarta beserta wilayah pendukung di sekitarnya - Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi - mengakibatkan dampak banjir makin buruk dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 Jakarta kembali dilanda banjir. Setahun sesudah itu (2003) pembangunan BKT yang direncanakan 30 tahun yang lampau akhirnya dicanangkan. Meski demikian, realisasi pembangunan BKT tetap tersendat-sendat. Banjir yang terjadi pada awal tahun 2007 membuat pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkuat komitmen merealisasikan pembangunan BKT.
Penelitian tentang "Upaya Pengendalian Banjir di DKI Jakarta: Realisasi dan Rencana Pembangunan Banjir Kanal Timur" adalah penelitian tentang permasalahan yang rumit yang terkait dengan sejarah, kebijakan dan manajemen yang memerlukan pendekatan kualitatif dengan grounded theory. Penelitian bertujuan mengungkapkan apa daya upaya pengendalian banjir di DKI Jakarta yang telah dilaksanakan, dan apa kendala yang dihadapi ketika pembangunan BKT mulai dilaksanakan.
Penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber dan perighimpunan data lewat dokumen pemerintah. Seluruh informasi yang diperoleh dikelompokkan, dilakukan pengkodean, dan dianalisis.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa upaya pengendalian banjir di DKI Jakarta tidak disertai oleh komitmen yang kuat, bail( dari pemerintah pusat maupun dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ketidakjelasan realisasi pembangunan BKT, mengakibatkan daerah yang pada tahun 1973 sudah direncanakan akan digunakan sebagai trace BKT berkembang menjadi permukiman penduduk yang pada gilirannya menimbulkan kesulitan penyediaan tanah untuk trace kanal tersebut.
Hasil penelitian ini memberi kejelasan tentang upaya pengendalian banjir di DKI Jakarta yang pernah dan sedang dilakukan. Implikasi dari penelitian ini adalah perbaikan pada kinerja pemerintah kota terutarna yang menyangkut tats rung kota yang terkait dengan kondisi geografis DKI Jakarta.

ABSTRACT
Flood was and is a problem with Jakarta since the time when it was called Batavia in the Dutch colonial times. To minimize its impact, in 1918 Dutch colonial government drafted a plan, known as van Breen Plan, to construct two canals to divert Ciliwung river flow to the east and west of the city, in order to save the city from its overflow. The canal on the west side was completed in 1920, but the canal on the east side of the city was never realized during the colonial period and even after tens of years after Indonesia's independence in 1945.
After becoming the capital of the Republic of Indonesia, Jakarta was often hit by flood during the peak period of each year's rainy season. In 1965 President Sukarno established a "Command Centre for Flood Control Project" in Jakarta bearing the responsibility to control the flood in the capital. The collaboration between the then Department of Public Works and Electricity and the Netherlands Engineering Consultants, NEDECO, in 1973 produced a Master Plan for Flood Control. One of its recommendations was to re-implement the van Breen Plan: construction of flood canal on the eastern fringe of Jakarta. Lack of funds, however, impeded the completion of the construction of what is popularly called the "Eastern Flood Canal."
The growth of Jakarta and its hinterland - Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi made the impacts of flood even worse over the years. In 2002 Jakarta was again heavily inundated. The year after, 2003, the construction of Eastern Flood Canal that had been still on plan for more than 30 years was eventually kicked off ground, if far from being a smooth one. In the beginning of 2007 another devastating flood prompted both the central and Jakarta Special District governments to yet revive and strengthen their commitment to build the Eastern Flood Canal.
The present thesis, "Flood Control in Jakarta: Plan and Realization of Eastern Flood Canal", having the complexity of history, policies, and management as backdrop, is a qualitative study taking grounded theory as its approach. It aims to uncover what efforts have been made, and which part of the plan has been implemented, and what sort of constraints that have grown out to impede the completion of the construction of the Eastern Flood Canal.
This study is based on interviews with a number of resourceful persons and the collection of official documents. All information is then put into categories, and analysis is made accordingly.
This study discovered that flood control efforts in Jakarta had not been based on strong commitment from either national government or local Jakarta government. The construction of Eastern Flood Canal was then put into further uncertainty when the areas designated for the canal's ground-plan was converted into people's settlement which further complicated the expropriation of the very land required for the construction of the canal.
This study sheds light on past and current flood control efforts in Jakarta. It implies that there is a need to improve the performance of the city's government, especially in the areas related to urban development planning in its relation to Jakarta's specific geographical conditions.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratomo Cahyo Nugroho
"ABSTRAK
Permasalahan bencana banjir tidak hanya dipengaruhui oleh fenomena alam yang ekstrim saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi kerusakan lingkungan, fenomena sosial mayarakat serta kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi risiko banjir. Strategi upaya mengurangi risiko banjir dapat dilakukan secara tepat dengan melakukan penilaian risiko banjir meliputi penilaian bahaya, kerentanan dan kapasitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian bahaya banjir berdasarkan data kejadian bencana banjir di DAS Kemuning Sampang Madura. Metode penilaian bahaya banjir terdiri dari 2 (dua) antara lain metode indeks topographi modifikasi dan metode kombinasi Geomorphic Flood Index(GFI) dan metode Height Above the Nearest Drainage (HAND). Indeks bahaya banjir dibagi menjadi 3 kelas yaitu rendah (indeks bahaya < 0,333), sedang (indeks bahaya: 0.333 - 0.666), tinggi (indeks bahaya > 0,666). Hasil Indeks Bahaya Banjir model indeks topographi modifikasi diperoleh luas bahaya banjir sebesar 6459 hektar (24%) indeks bahaya tinggi, 8329 hektar (31%) indeks bahaya sedang, dan 11882 hektar (45%) indeks bahaya rendah. Sedangkan hasil Indeks Bahaya Banjir model kombinasi GFI dan HAND luas bahayanya sebesar 1402 hektar (44%) indeks bahaya tinggi, 1271 hektar (40%) indeks bahaya sedang, 504 hektar (16%) indeks bahaya rendah. Model penilaian bahaya banjir metode kombinasi GFI dan HAND disimpulkan memiliki hasil yang sebagian besar mewakili kejadian sebenarnya di Kabupaten Sampang serta mampu mengakomodir model penilaian bahaya banjir sesuai ketentuan pada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 yaitu menggunakan parameter potensi ketinggian genangan, sehingga direkomendasikan sebagai model penilaian bahaya banjir tingkat Kab/Kota berdasarkan data kejadian (histori) banjir.

ABSTRACT
The problem of floods event is not only affected by extreme natural phenomena, but also influenced by conditions of environmental damage, social phenomena and government policies in efforts to reduce floods risk.The strategy to reduce flood risk can be done appropriately with conducting flood risk assessments including hazard assessment, vulnerability and capacity. This study aims to develop a flood hazard assessment model based on historical data on flood event in Kemuning watershed, Sampang-Madura. The flood hazard assessment method consists of 2, including the modified topographic index (MTI) method and the combination of the geomorphic flood index (GFI) method and the height above the nearest drainage (HAND) method. The disaster hazard level is divided into 3 classes, namely low (hazard index <0.333), medium (hazard index: 0.333 - 0.666), high (hazard index> 0.666). The result is a flood hazard index using modified topographic index models that with details of 1182 hectare (24%) high level, 8329 hectare (31 %) medium level, 11882 hectare (45%) low level. While the result is a flood hazard index using GFI and HAND Combination models that with details of 1402 hectare (44%) high level, 1271 hectare (40 %) medium level, 504 hectare (16 %) low level.The flood hazard assessment model of the GFI and HAND combination method is concluded to have results that largely represent the actual events in Sampang Regency and are able to accommodate the flood hazard assessment model according to the provisions of Perka BNPB No. 2 of 2012, namely using parameters of potential inundation height, so it is recommended as a flood hazard assessment model at the district /city level based on the event data (history) of floods."
2019
T51902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nurjanah
"Skripsi ini membahas bencana banjir yang melanda Kecamatan Pamanukan, dimana banjir tersebut terjadi akibat luapan sungai yang tidak mampu menampung air dan melebihi kapasitasnya sehingga air meluap ke permukaan dan menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat, baik kondisi fisik, sosial maupun ekonomi. Dengan kondisi topografis dan kondisi iklim tropis di Subang, ketika memasuki musim hujan dan curah hujan tinggi maka akan menimbulkan banjir. Penelitian ini membahas mengenai keterpaparan banjir dan kerentanan terhadap banjir yang menggunakan metode weighted overlay. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dengan wawancara dan survei lapangan. Sedangkan data sekunder didapat dari instansi terkait. Indikator yang digunakan pada penelitian ini memperhatikan aspek fisik, sosial kependudukan dan ekonomi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial yaitu metode Weighted Overlay dan metode Change Detection and Thresholding (CDAT). Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah wilayah yang terpapar banjir memiliki tingkat sedang hingga tinggi yang tersebar pada wilayah sempadan sungai, penggunaan lahan di dominasi lahan sawah, permukiman yang banyak dialiri sungai, serta berada pada wilayah datar. Dari temuan studi yang didapat, sebagian desa yang berada di Kecamatan Pamanukan yang memiliki kelas kerentanan wilayah terhadap banjir rendah, desa tersebut antara lain desa di desa Lengkong jaya, bagian utara desa Pamanukan sebrang, Sebagian desa Pamanukan, Rancahilir dan Bongas. Untuk tingkat kerentanan wilayah banjir sedang tersebar pada desa Pamanukan hilir, sebagian desa Pamanukan, bagian selatan desa Pamanukan sebrang dan desa Rancasari. sedangkan tingkat kerentanan wilayah banjir tinggi tersebar pada desa Mulyasari dan sebagian desa Pamanukan Hilir.

The focus on this study is flood disaster in Pamanukan District every year, where the flood occurs due to the river being unable to accommodate water and exceeding its capacity so that water overflows to the surface and causes disruption of community activities, both physical, social and economic conditions. With the topographical conditions and tropical climate conditions in Subang, when it enters the rainy season and high rainfall it will cause flooding. This study discusses flood exposure and vulnerability to flooding using the weighted overlay method. Data collection in this study used primary data with interviews and field surveys. While secondary data obtained from the relevant agencies. The indicators used in this study pay attention to the physical, social and economic aspects of the population. The analysis carried out is spatial analysis, namely the Weighted Overlay method and the Change Detection and Thresholding (CDAT) method. The results obtained in this study are areas exposed to moderate to high levels of flooding that are spread over river border areas, land use is dominated by paddy fields, settlements that flow a lot of rivers, and are in flat areas. From the study findings, some of the villages in Pamanukan Sub-district which have a low regional vulnerability class to flooding, include villages in Lengkong Jaya village, northern part of Pamanukan sebrang village, some Pamanukan villages, Rancahilir and Bongas. For the level of vulnerability of the flood area, it is spread in the downstream Pamanukan village, part of Pamanukan village, the southern part of Pamanukan sebrang village and Rancasari. while the level of vulnerability of the flood area is high spread in the Mulyasari and some of the villages of Pamanukan Hilir."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>