Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81469 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jimmi Heriyanto
"Invasi AS terhadap Irak pada tahun 2003 pada saat rezim Saddam masih berdiri dan memiliki ancaman bagi keamanan dunia harus dilakukan dalam upaya menjaga perdamaian dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah. Dukungan pemerintahan Irak pada saat itu yang mendukung keberadaan terorisme, sangat bertentangan dengan keputusan AS untuk menyatakan perang terhadap terorisme (war on terrorism).
Pasca runtuhnya rezim Saddam Hussein sebagai penguasa Irak sebelumnya tidak langsung membawa Negara Irak kepada suatu keadaan yang stabil. Sebaliknya situasi pada saat itu timbul banyak pemberontakan, dan banyak peperangan antara kelompok etnis di Irak itu sendiri. Sampai akhirnya AS membantu untuk pemilihan dan penyusunan Pemerintahan Irak yang baru dibawa Presiden Jalal Talabani. Namun kekuatan keamanan Irak saat itu masih lemah dan membutuhkan bantuan keamanan dari AS terutama untuk menjaga stabilisasi rezim yang baru.
Keberadaan minyak di Irak juga memerlukan keberadaan militer AS di Irak dalam rangka memastikan akses AS terhadap minyak tetap ada. Banyaknya potensi yang belum tergali dari Irak dapat membantu proses pembangunan Negara Irak yang sebelumnya hancur karena perang. Disamping itu, dengan adanya akses AS terhadap minyak, dapat membantu kestabilan harga minyak dunia. Karena minyak tidak sepenuhnya dimiliki oleh Negara-negara di Timur Tengah. Keberadaan Negara-negara lain di sekitar Irak juga memerlukan keberadaan AS di wilayah Irak, untuk mengantisipasi adanya kekuatan lain yang ingin mendominasi maupun menguasai Irak.
Keberadaan Irak yang masih dalam tahap pemulihan dan pembangunan kembali, masih memerlukan AS sebagai balance of power untuk menjaga kedaulatan serta keamanan terutama terhadap kekuatan Negara lain di sekitarnya. Terutama dengan kepemilikan nuklir maupun misil jarak jauh oleh Negara Iran yang dapat mengancam Negara-negara sekitarnya di kawasan Timur Tengah.

US Invasion to Iraq on 2003 should be carried on when Saddam still in charge on Iraq and is threatening the World Peace for ensuring that the World is still in peace, especially on Middle East Region. Iraq Government statement to support terrorism is opposing with US war on terrorism policy.
The Fall of Saddam Regime on Iraq doesn?t bring Iraq instantly to peace. On the contrary, many insurgent attacks happen and threatening Iraqi people, even between internal ethnics in Iraq. Until US is form and build a new government in Iraq, lead by President Jalal Talabani. Still, US presence in Iraq is needed to ensure stabilization new regime Iraqi government and overcome insurgencies.
Presences of Oil in Iraq also need US Presence in Iraq to ensure access to Oil still available. Many oil potential in Iraq that still not explored could be used to help Iraqi new government to build the city and infrastructure who previously ruined because of the war. Besides that, with the availability US access to Oil in Iraq could help to stabilize world oil price. Because oil price is not entirely owned by Middle East Countries. Neighboring Countries around Iraq need US Presence in those countries, to prevent and overcome any other domination from any countries to be US rival especially in dominating Iraq.
Iraq's current condition that still in the rebuilding and recovery process, still indefinitely needs US as balance of power to ensure sovereignty and security especially in order to balancing other nations power around Iraq. US concern about nuclear power and long range missile abilities on Iran that could have possibility in threatening other countries around in the Middle East Region."
2009
T26130
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan Sukarwo
"Hubungan Militer Saddam Hussein di Segitiga Tahun 1979-2003. Dibawah bimbingan Dr. Muhammad Luthfi. I akultas getahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006. adalah negara yang terbagi berdasarkan garis sektarian dan etnis. Tiga yang paling dominan di wilayah Irak adalah golongan Sunni Arab, Syiah, i. Ketiga golongan tersebut juga menempati wilayah yang terpisah satu lama Irak. Wilayah Utara didominasi Suku Kurdi, wilayah tengah didominasi Sunni Arab, dan wilayah selatan golongan Syiah. Golongan Sunni Arab longan yang termasuk minoritas di Irak jika dibandingkan dengan golongan lama bertahun-tahun golongan Sunni Arab menjadi penguasa dalam hal an dan ekonomi di Irak. Kondisi ini sudah terbentuk sejak zaman Islam di wilayah Mesopotamia yang selalu menempatkan Golongan Sunni penguasa. Sampai masa kekuasaan Saddam Hussein, kondisi ini tetap an dengan berbagai cara. guasaan golongan.,, Sunni dalam hal pemerintahan melahirkan potensi takan dari golongan Syiah yang merupakan golongan mayoritas di Irak. Hussein yang berasal dari golongan Sunni, mempertahankan kekuasaannya membangun militernya melalui pendekatan suku, etnis, dan mazhab. Hussein menjadikan militer sebagai elemen terpenting pendukung ya. mbangunan militer yang dilakukan Saddam Hussein selama masa ya di Irak dipusatkan pada wilayah terbatas yang disebut Segitiga Sunni dayah tersebut dibatasi oleh garis yang menghubungkan ketiga kota yang i golongan Sunni Arab, yaitu Baghdad, Tikrit, dan Ramadi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Pratiwi
"Tesis ini membahas mengenai kesepekatan kerjasama pertahanan (DCA) antara Kolombia dan Amerika Serikat pada tanggal 14 Agustus 2009. Perjanjian tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara anti-AS, terutama Venezuela. Venezuela merespon kehadiran militer Amerika Serikat dengan menggunakan strategi militer ofensif. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam situasi security dilemma, Venezuela dapat mengambil strategi defensif untuk memungkinkan kerjasama dengan negara-negara lain agar dapat menghindari terjadinya perang.

The focus of this thesis is about defense cooperation agreement (DCA) between Colombia and the United States on August 14, 2009. The agreement raises concerns for the countries of the anti-US, particularly Venezuela. Venezuela responds U.S military presence by using offensive military strategy. This research is a qualitative case study design. The results suggest that in the security dilemma situation, Venezuela can take a defensive strategy to allow cooperation with other countries in order to avoid the war."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27956
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S8331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Triwahyuni
"Tesis ini menganalisa fenomena melalui perspektif realis yang berpendapat bahwa negara hanya memiliki sedikit pilihan dalam mengartikan kepentingan nasionalnya, karena adanya sistem internasional yang mempengaruhinya. Kepentingan itu sendiri dilihat dari konteks balance of power, jika tidak maka negara tidak mungkin dapat bertahan (survive). Posisi negara dalam sistem intemasional memperlihatkan bagaimana kepentingan nasional direfleksikan dalam kebijakan luar negerinya. Maka kebijakan negara biasanya mengalami perubahan sesuai dengan kepentingan nasional yang diatur oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Peningakatan kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di kawasan Asia Tenggara pasca serangan 11 September 2001 yang lalu merupakan gambaran perubahan kebijakan yang diambil AS berdasarkan perkembangan lingkungan internasional yang dialaminya. Dibawah pemerintahan George W. Bush, AS memulai kampanye memerangi terorisme, yang disebutnya sebagai "war against terrorism", kesetiap penjuru dunia, dimana sarang-sarang teroris bersembunyi. Termasuk di Asia Tenggara, dimana Al-Qaeda sebagai kelompok teroris internasional, disinyalir telah menciptakan jaringannya.
Bagaimanapun juga, Asia Tenggara menjadi sangat signifikan karena AS memiliki kepentingan nasional baik dalam bidang ekonomi, politik, dan strategis di kawasan ini. Maraknya gerakan-gerakan anti-Amerika, lemahnya sistem keamanan, serta meningkatnya kasus-kasus terorisme di Asia Tenggara merupakan ancaman atas kepentingan-kepentingan AS tersebut, sehingga peningkatan kehadiran militer di kawasan ini sangat penting bagi AS.
Pentingnya meningkatkan kemampuan militer dalam rangka memberikan jaminan keamanan terhadap setiap warga negara, aset serta instalasinya baik di dalam maupun luar negeri, bahkan lebih luas, menciptakan keamanan dunia menjadi lebih baik merupakan prioritas dalam strategi pertahanan AS (National Security Strategy 2002) yang baru, sebagai respon AS atas peristiwa 1 I September. Dalam strategi pertahanan ini, AS juga menyatakan untuk mendukung pemerintahan yang moderat dan modern khususnya di kawasan yang penganut mayoritas Muslim, untuk menjamin bahwa tidak ada tempat dimana kondisi dan ideologi yang membantu kemajuan perkembangan terorisme.
Oleh karenanya peningkatan kehadiran militer AS secara fisik tidak terlalu pesat, namun secara kualitas, baik dalam bentuk kebijakan, kerjasama serta bantuan yang diberikan AS pasca 11 September kepada Asia Tenggara menjadi signifikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmodjo
"ABSTRAK
Kehadiran kekuatan militer Uni Soviet di kawasan Asia Pasifik khususnya Asia Timur, sejak dasawarsa 1970-an hingga awal dasawarsa 1980-an, telah berlangsung dengan pesat. Kehadiran kekuatan militer Uni Soviet ini digerakkan oleh motivasi tertentu yang merupakan dasar dari pelaksanaan kebijaksanaan politik luar negeri Uni Soviet, terutama dalam segi militer. Rupanya peningkatan kekuatan militer Uni Soviet yang berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan ini, membawa dampak serius terhadap keamanan Jepang. Kehadiran kekuatan militer Uni Soviet yang sewakin meningkat frekuensinya telah menjurus ke arah provokasi: yang dapat membahayakan keamanan dan kestabilan Jepang.
Sejak berakhirnya Perang Dunia II terutama setelah terjalinnya Perjanjian Keamanan dengan AS pada tahun 1951, Jepang mengandalkan perlindungan AS sebagai sekutunya dalam menjamin keamanan negaranya. Akan tetapi tampaknya terjadi pergeseran di dalam perimbangan kekuatan antara AS dan US, karena adanya penurunan kekuatan miiiter di pihak AS dibanding dengan US yang sebaliknya meningkat.
Akibat yang dirasakan oleh Jepang dari keadaan seperti ini adalah terjadinya ketidakpastian di dalam sistem keamanannya, karena kekuatan militer AS yang berpangkalan di Jepang tidak dapat sepenuhnya diandalkan. Keadaan demikian memaksa Jepang untuk membenahi sistem keamanannya.
Disebabkan adanya kendala-kendala yang mempengaruhi perumusan kebijaksanaan pertahanan di dalam negeri Jepang, mengakibatkan Jepang tidak dapat meningkatkan kekuatan militernya secara besar-besaran begitu saja. Harus dicari mekanisme sedemikian rupa sebagai jalan tengah, sehingga Jepang tidak kembali ke militerisme, tetapi mampu menghadapi setiap ancaman dari luar. Untuk itu Jepang berusaha meningkatkan daya guna strategi penangkalan yang telah lama dijalankan, meskipun tidak dinyatakan secara terang-terangan, sebagai usaha dalam menghadapi ancaman US.
Strategi penangkalan ini semakin ditingkatkan pada awal dasawarsa 1980-an terutama pada periode pemerintahan Perdana Menteri Nakasone, yang mendukung sepenuhnya peningkatan pertahanan Jepang. Peningkatan ini tidak dilakukan secara beriebihan, melainkan secara terbatas dan proporsional, sekedar untuk menetralisasi ancaman dari luar dengan mengarah kepada perimbangan kekuatan militer dengan US.
Strategi penangkalan Jepang ini tentu saja masih di dalam rangka keriasama dan koordinasi dalam bidang keamanan dengan sekutu utamanya, AS. Dengan demikian keamanan dan kestabilan Jepang menjadi lebih terjamin dan sesuai dengan keinginan bersama Jepang-AS di dalam usaha memecahkan masalah keamanan.

"
1990
S13877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S5527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadam Husein
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan fonem bahasa Kerinci variasi desa Seleman sebagai dasar rekomendasi rekayasa grafem. Penelitian bidang fonologi ini difokuskan pada penemuan fonem-fonem melalui pasangan-pasangan minimal dari bunyi-bunyi bahasa yang digunakan oleh penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman. Grafem direkayasa berdasarkan fonem-fonem yang didapatkan dan menggunakan sistem tulisan alfabetis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dan memakai teknik wawancara langsung dan tidak langsung dalam memperoleh data. Sumber data penelitian ini adalah bunyi-bunyi bahasa yang digunakan oleh penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman. Data penelitian ini diperoleh dari daftar tanyaan yang terdiri atas 200 kosakata dasar Swadesh dan 100 kosakata dasar Keraf. Informan yang digunakan adalah seorang penutur asli bahasa Kerinci variasi desa Seleman yang berjenis kelamin wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Kerinci variasi desa Seleman memiliki 8 fonem vokalik: /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /ə/, /ɔ/, /o/, dan /u/; 2 fonem vokalik panjang: /eː/ dan /aː/; 11 fonem diftong: /ew/, /aj/, /aw/, /oj/, /e /, /eɔ /, /eo /, / e / /aɛ /, /aɔ / d n / o /; dan 21 fonem konsonantik: /p/, /b/, /m/, /mᵖ˺/, /w/, /t/, /d/, /n/, /nᵗ˺/, /r/, /s/, /l/, /c/, /ɟ/, /ɲ/, /j/, /k/, /ɡ/ /ŋ/ /Ɂ/, dan /h/. Berdasarkan hasil rekayasa grafem, didapatkan 5 grafem vokal: , , , , dan ; 2 grafem vokal berdiakritik: /e`/ dan /o`/; 10 digraf vokal: , , , , , , , , , dan ; 3 digraf vokal berdiakritik , , dan ; 16 grafem konsonan: , , , , , , , , , ,

, , , , , dan ; dan 4 digraf konsonan: , , dan . Grafem tersebut direkayasa berdasarkan pertimbangan faktor nonlinguistik untuk memudahkan penutur menggunakannya dalam penulisan.


ABSTRACT
The purpose of the research was to find phonemes of Kerinci language variety of Seleman village to recommend the design of its graphemes. This phonological study focused on getting phonemes from the minimal pairs in language sounds produced by native speakers of Kerinci language variety of Seleman village. Graphemes were designed based on the phonemes and used the alphabetical writing system. The research used field study method and utilized direct and indirect interview techniques in getting the data. The source of data was the language sounds produced by native speakers of Kerinci language variety of Seleman village. The data were taken from 200 Swadesh and 100 Keraf words list. The informant was a woman, a native speaker of Kerinci language variety of Seleman village. The results showed that Kerinci language variety of Seleman village had 8 vowel phonemes: /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /ə/, /ɔ/, /o/, and /u/; 2 long vowel phonemes: /eː/ and / ː/; 4 diphthong phonemes: /ew/, /aj/, /aw/, and /oj/; and 21 consonant phonemes: /p/, /b/, /m/, /mᵖ˺/, /w/, /t/, /d/, /n/, /nᵗ˺/, /r/, /s/, /l/, /c/, /ɟ/, /ɲ/, /j/, /k/, /ɡ/ /ŋ/ /Ɂ/, and /h/. Based on the designing graphemes‟ results, there were 5 vowel graphemes:
, , , , and ; 2 diacritic vowel graphemes: /e`/ and /o`/; 10 vowel digraphs: , , , , , , , , , dan ; 3 diacritic vowel digraphs: , , dan ; 16 consonant graphemes: , , , , , , , , , ,

, , , , , and ; and 4 consonant digraphs: , , , and . The graphemes were designed based on considerations of non-linguistic factors in order to make them easier to use in the written form."

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, David Raja
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>