Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa
"Rumah sakit sebagai unit usaha yang menghasilkan suatu jasa harus memperhatikan persediaan obat, barang atau peralatan yang dibutuhkan dalam memproduksi jasa tersebut. Rumah sakit Pertamina Jaya mempunyai kurang lebih 2800 item obat dan jumlah obat antibiotik kurang lebih 380 item. Karena banyaknya item yang digunakan maka penelitian ini dibatasi untuk golongan obat antbiotik saja. Obat antibiotik ini merupakan salah satu persediaan farmasi yang utama karena obat golongan ini sering dipakai untuk mengobati penyakit infeksi. Penelitian dilakukan pada Sub Unit Apotik Rumah Sakit Pertamina Jaya tentang pengendalian persediaan obat antibiotik dengan menggunakan metode analisis ABC, EOQ dan ROP periode Januari ? Maret 2008. Persediaan obat antibiotik di analisis dengan metode ABC serta melakukan perhitungan EOQ dan ROP. Hasil pengelompokkan analisis ABC untuk obat antibiotik kelompok A mempunyai nilai investasi sebesar Rp. 207.932.656 (80,11%) dari total investasi obat antibiotik. Kelompok B mempunyai nilai investasi sebesar Rp. 41.149.237 (15,85%) dari total investasi obat antibiotik. Sedangkan kelompok C mempunyai nilai investasi sebesar Rp. 10.461.233 (4,03%) dari total investasi obat antibiotik.
Berdasarkan hasil yang telah dihitung, untuk 11 item obat yang termasuk dalam kelompok A didapatkan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yang bervariasi mulai dari 11-1045 unit untuk setiap kali pesan, untuk obat kelompok B mulai dari 1-691 unit untuk sekali pesan sedangkan untuk obat kelompok C mulai dari 1-15 unit. Jumlah kuantitas pesan ekonomis yang diperoleh tersebut bila ingin diterapkan perlu banyak penyesuaian.
Untuk perhitungan ROP obat kelompok A didapatkan titik pesan kembali untuk obat antibiotik yang bervariasi mulai dari 4-473 unit, obat kelompok B mulai dari 1-263 unit sedangkan obat kelompok C mulai dari 1-45 unit. Untuk kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan, model ROP ini dapat dikombinasikan dengan Safety Stock.
Dengan penelitian ini diharapkan manajemen farmasi terutama sub unit apotik dapat lebih memperhatikan pemakaian obat dan dapat melakukan perencanaan pemesanan obat yang tepat dan memakai dasar perhitungan yang ada seperti data pemakaian periode lalu, sisa stok dan kecenderungan pola penyakit. Dengan melakukan proses pencatatan yang baik, melakukan pengelompokkan obat dengan analisis ABC, melakukan perhitungan EOQ dan ROP, manajemen apotik dapat mengendalikan persediaan obat terutama obat antibiotik sehingga meminimalisir terjadinya kekosongan obat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S5259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurillahidayati
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengendalian persediaan obat Non Lafial di Departemen Farmasi RSAL Dr. Mintohardjo tahun 2008. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dari hasil observasi dan wawancara mendalam dan data sekunder dari telaah dokumen. Dari hasil analisis ABC investasi didapatkan kelompok A 38 item, kelompok B 57 item, dan kelompok C 205 item. Dari perhitungan EOQ didapat hasil antara 2 - 2.569 item. Dari perhitungan ROP didapat hasil antara 1 - 500 item. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengendalian persediaan di Departemen Farmasi belum berjalan optimal dan disarankan melakukan pengendalian persediaan sesuai dengan analisis ABC, EOQ, dan ROP.

The purpose of this study is to know inventory contol of Non Lafial Drugs at Pharmacy Department on Navy Hospital Dr. Mintohardjo. Kind of research is descriptive qualitative and quantitave. The primary data were collected by observation and deep interview and secondary data from document study. The result from ABC?s analysis is reach group A 38 item, group B 57 item, and group C 205 item. For EOQ?s calculation the result between 2 - 2.569 item. The last, from ROP?s calculation the result between 1 - 500 item. The conclusion from this research is inventory control at Pharmacy Departmen have not been run well and suggest to do the inventory control with ABC?s analysis, EOQ, and ROP."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maisa Rasyida Pancaputri
"Rumah Sakit memiliki fungsi utama dalam menyelenggarakan kesehatan yang peripurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan farmasi merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Penelitian ini membahas mengenai perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Min-Max Analysis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian obat pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra belum belum optimal. Penghitungan perencanaan obat masih manual menggunakan metode konsumsi. Analisis ABC menunjukkan bahwa dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra, 96,15% jenis obat kelompok A menghabiskan 69,85% biaya obat. Obat kelompok B yakni 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan obat kelompok C dengan 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hasil analisis EOQ, RO), Min-Max Analysis untuk obat kelompok "A" menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari 1-37 unit obat, 1-241 unit obat, 1-372 unit obat, dan 1-532 unit obat. Hasil penghitungan analisis ABC, EOQ, ROP, dan Max-Min Analysis dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.

Hospital has main function to held plenary health through promotion, prevention, curative, and rehabilitative. Pharmacy service is inseparable part from health service system oriented to the patient service and quality drug supply. This research examine about supply control using ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), and Min-Max Analysis.
Result from this research shows that drugs control at the planning stage in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation still not optimal. Drugs planning calculation has been done manually using consumption method. ABC analysis shows that from 764 types of drugs in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation, 96.15% type A of drugs spend 69.85% drugs cost. Drugs type B, that is 12.30% spend 20.09% drugs cost, and drugs type C with 81.54% types of drugs spend 10.05% drugs cost. Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), Min-Max Analysis result group ?A? shows vary results start from 1-37 drugs unit, 1-241 drugs unit, 1-372 drugs unit, and 1-532 drugs unit. Calculation result from ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Max-Min Analysis are expected can be used as consideration in conducting drugs supply supervision and control in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Ummi Masitha
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26653
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie Kemala Sari
"ABSTRAK
Era pasar bebas menuntut kesiapan setiap pelaku pasar untuk responsive,
efektif dan efisien dalam memenuhi permintaan pasar. Proses ini memerlukan
suatu sistem logistic yang dapat memenuhi dimensi waktu, biaya dan kualitas.
Logistik adalah bagian dari supply chain yang menangani arus barang, arus
informasi dan arus uang. Kegiatan logistic ini tidak dapat dipisahkan dari peran
Freight Forwarder di pelabuhan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada proses
logistic di pelabuhan. Metode rekayasa proses pada sistem logistic digunakan
unruk mempersingkat waktu dengan terlebih dahulu melakukan penilaian kinerja
terhadap proses yang terjadi saat ini sebagai dasar perbaikan proses. SCOR
(Supply Chain Operation Reference) Model digunakan untuk melakukan penilaian
kinerja supplu chain pada proses logistic. Selanjutnya digunakan metode Business
Process Reengineering (BPR) dalam konteks supply chain untuk melakukan
perbaikan pada As Is process dan To Be process yang menghasilkan waktu proses
terlama 7 hari menjadi 1 hari berdasarkan hasil KPI analysis, problem/opportunity
analysis, expectation/constraint analysis dan experiences/communication.

ABSTRACT
In the current free trade era, all of the actors involved are required to
responsive, effective and efficient in fulfilling the demand of the market. In
fulfilling the demand of the market, there has to be a logistic system that covers
all of the three dimensions of time, cost and quality. Logistic is a part of supply
chain that handles the flow of goods, information and money. Seaport Freight
Forwarding is considered to be one of very important factors in logistics.
Therefore, the logistic activities in seaport have to be reengineered in order to
reach an optimal logistic system. The method of reengineering process in logistic
system was implemented, first by performance assessment to the current process,
which was then used as a base of the reengineering process. This performance
assessment utilized the SCOR (Supply Chain Operation Reference) Model in
assessing performance in the logistic process. The Business Process
Reengineering (BPR) method was then used in the context of supply chain in
reengineering the AS IS Process and To Be Process, which according to the
results of the KPI analysis, Problem/opportunity analysis, expectation/constraint
analysis and expert experiences/communication, were able to shorten yhe longest
process from a 7-days process to a 1-day process."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Aqwa
"Pandemi Covid-19 menyebabkan krisis ekonomi skala global dengan dampak serius pada sektor logistik terutama pengiriman peti kemas. Pada penelitian ini menjelaskan mengenai dasar serta faktor penyebab terjadinya kelangkaan peti kemas dan rekomendasi untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut. Peti kemas memiliki peranan penting dalam sistem logistik dalam lingkup domestik dan internasional karena digunakan sebagai media penyimpanan berbagai komoditas dalam proses distribusi logistik. Pada penelitian ini data kelangkaan peti kemas dan informasi terkait, dikumpulkan melalui studi literatur, pengamatan langsung, pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan pihak ahli terkait. Penyebab kelangkaan peti kemas kemudian diidentifikasi dengan menganalisis setiap kemungkinan yang dapat memicu kelangkaan dengan menggunakan analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Bow-Tie Analysis. Berdasarkan analisis yang dihasilkan, faktor penyebab kelangkaan diantaranya pergantian jalur pelayaran, penutupan pelabuhan, ketidaktersediaan armada kapal, pembatasan kapasitas dan pengurangan sumber daya manusia. Rekomendasi yang disarankan bertujuan untuk mengurangi dampak kelangkaan peti kemas dan mencegah kelangkaan peti kemas di masa yang akan datang.

Corona Virus Disease (Covid-19) caused the economic crisis in global scale with main affect in the logistic sector, especially the shipping of container port. This research of thesis will expound about element and the occurrences of port container shortage as well as the suggestions reference to overcome and avoid those issues. Container port plays a crucial role in logistic system within domestic and international scope since it used as the main receptacle any commodities in the process of logistic distribution. This analysis of exploration the principal data of the shortage of container port and all information related are gathered using literature study, direct observation, filling out the questionnaire, and conduct live interview with relevant experts whose related to container port complications. The causes of insufficiency of container port are identified by examine each of possibility which can precipitate the shortage by using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Bow-Tie Analysis. Based on the analysis resulting from, few components of the container shortage are cruise line, port closure, unpreparedness fleet of ships, capacity limitation, and devaluation of human resources. The guidances that offered aims to reduce and prevent the undersupply of container port henceforward.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Aulia Al Aththar Syafdinur
"Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri yang memproduksi air minum dalam kemasan. Proses bisnis pada perusahaan tersebut multi level marketing, yang melayani setiap agen yang akan menjual kembali produk yang telah di produksi oleh Produsen AMDK. Tren peningkatan produksi AMDK berkembang setiap tahunnya pada tahun 2021 merupakan puncak tertinggi dalam pemesanan dan pengiriman AMDK terhadap Produsen AMDK yang dilakukan oleh setiap agen khususnya agen wilayah Bogor. Seiring meningkatnya volume pengiriman barang, maka dibutuhkan pula aktivitas logistik yang besar. Namun, dengan biaya logistik yang tinggi terdapat perbedaan biaya antara target dengan keadaan aktual perusahaan disebabkan karena perencanaan pengiriman belum optimal. Oleh sebab itu di perlukan optimasi untuk perencanaan outbound yang mengatur pergerakan barang dari pabrik hingga sampai ke agen. Penelitian ini mengembangkan model matematis untuk mengurangi biaya outbound logistik dengan metode Mixed Integer Linear Programming (MILP) menggunakan software LINGO 18.0. Biaya outbound logistik tersebut mencakup biaya pengiriman dan biaya penyimpanan. Penelitian ini dilakukan selama 8 periode. Hasil penelitian di dapat penurunan biaya logisitik dari Rp324.529.521 menjadi Rp229.641.592 dengan selisih penurunan total biaya outbound logistik tersebut sebesar Rp94.887929. Keberhasilan penurunan total biaya outbound logistik juga menghasilkan peningkatan utilitas pemakaian kendaraan dari 61,06% menjadi 97,43% dan penurunan jumlah pemakaian kendaraan dari 183 kendaraan menjadi 114 kendaraan.

One of the companies engaged in the industry that produces bottled drinking water. The business process at the company is multi-level marketing, which serves every agent who will resell products that have been produced by bottled water producers. The trend of increasing bottled drinking water production growing every year in 2021 is the highest peak in ordering and shipping bottled drinking water to bottled drinking water producers by each agent, especially agents in the Bogor area. As the volume of delivery of goods increases, so is the need for large logistics activities. However, with high logistics costs, there is a difference in costs between the target and the actual state of the company because the delivery planning is not optimal. Therefore, optimization is needed for outbound planning that regulates the movement of goods from the factory to the agent. This study develops a mathematical model to reduce the cost of outbound logistics with the Mixed Integer Linear Programming (MILP) method using LINGO 18.0 software. Outbound logistics costs include shipping costs and storage costs. This research was conducted for 8 periods. The results of the study showed a decrease in logistics costs from Rp. 324.529,521 to Rp. 229.641.592 with the difference in the decrease in total outbound logistics costs of Rp. 94.887929. The successful reduction of total outbound logistics costs also resulted in an increase in vehicle usage utility from 61.06% to 97.43% and a decrease in vehicle usage from 183 vehicles to 114 vehicles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Dewanty
"Pelayanan farmasi merupakan salah satu pelayanan yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit, sehingga perbekalan farmasi terutama obat memerlukan pengelolaan dengan konsep manajemen logistik yang bermutu.
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai proses pengendalian persediaan obat generik dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan 6 orang informan dan operational research dengan 6 orang user (dokter).
Hasil penelitian menunjukkan kelompok A indeks kritis terdiri atas 7 item (4,19%) dengan nilai investasi Rp615.646.911,-(15,22%) dan jumlah pemakaian 540.374 (20,91%). Kelompok B terdiri atas 101 item (60,48%) dengan nilai investasi Rp3.296.055.432,- (81,48%) dan pemakaian sebanyak 1.852.301 (71,68%). Kelompok C terdiri atas 59 item (35,33%) dengan nilai investasi Rp133.541.081 (3,3%) dan pemakaian 191.416 (7,41%). Pada kelompok A indeks kritis economic order quantity (EOQ) menghasilkan besar bervariasi antara 373 ? 5741 yang terdiri atas jenis tablet, kapsul, dan injeksi. Sementara, reorder point (ROP) bervariasi antara 82 ? 362.
Pharmaceutical services has an important role in determining the quality of health service in the hospital, so that good logistic management concept for pharmaceutical supplies especially drugs, is required.
The objective of this research is to describe an inventory control process of generic drugs using analysis of ABC critical index at Pharmaceutical Logistics of Islamic Jakarta Cempaka Putih Hospital in 2012. This research used qualitative approach with in depth interview with six participants and operational research from six users (doctors).
The results showed that the group A critical index comprised of seven items (4.19%) with an investment of Rp 615.646.911,- (15.22%) and the usage of 540.374 (20.91%). Group B consisted of 101 items (60.48%) with an investment of Rp 3.296.055.432,- (81.48%) and the usage of 1.852.301 (71.68%). Group C consisted of 59 items (35.33%) with an investment of Rp 133.541.081,- (3.3%) and the usage of 191.416 (7.41%). In group A critical index, economic order quantity (EOQ) varied between 337 and 5741 consisting of tablets, capsules, and injections. Meanwhile, reorder point (ROP) varies between 82 and 362
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Dwi Ariyanti
"Rumah sakit memiliki fungsi utama yaitu menyelenggarakan kesehatan yang paripurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan farmasi merupakan kegiatan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Pada data pemakaian obat pada tahun 2011 didapat total investasi RS untuk pembelian obat antibiotik sebesar Rp. 1.866.502.206 dan terjadi kekosongan pada persediaan obat sehingga pemberian obat kepada pasien tidak tepat jumlah. Penelitian ini menggunakan analisis ABC untuk mengetahui pengelompokan obat berdasarkan katagori A, B dan C serta perhitungan EOQ dan ROP. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, kuesioner dan wawancara mendalam kepada informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan obat kelompok A terdiri dari 11 item obat dengan persentase sebesar 4,25 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 876.329.723. Pada kelompok B terdiri 96 item obat dengan persentase 37, 07 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 785.005.348. Sedangkan sisanya, 152 item obat dengan persentase 58, 68 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 205.166.955 merupakan kelompok C. Sedangkan perhitungan ekonomis pada kelompok A didapat bervariasi antara 3 hingga 67 unit untuk sekali pesan. Sedangkan ROP untuk obat kelompok A indeks kritis didapat titik pesan kembali untuk obat antibiotik bervariasi dari 9 hingga 126 unit. Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan obat (stock out), maka ROP dapat dikombinasikan dengan safety stock. Dari hasil penelitian, rumah sakit melakukan analisis ABC untuk mengetahui kelompok obat sehingga dapat dilakukan pengawasan yang ketat.

The hospital has a main function that is held through a joint plenary health promotive, preventive, curative and rehabilitative. Pharmacy services are an integral part of the activities of the health care system-oriented health services and the provision of patient care quality medicines. On drug consumption in 2011 obtained a total investment of RS to purchase antibiotics Rp. 1,866,502,206 and a vacancy occurs on the drug supply so that application of the drug is not appropriate number. This study uses ABC analysis to determine the classification of drugs based on category A, B and C as well as the calculation of EOQ and ROP. Results was collected through document review, questionnaires and interview the informant.
The results of this study showed the drug group A consisted of 11 items with a percentage of the drug is 4.25% of the total drugs with an investment of Rp. 876.329.723. In group B, comprised 96 items with a percentage of 37,07% of the total drugs with an investment of Rp. 785.005.348. In group C have 152 items with a percentage of the drug 58,68% of the total drug with an investment of Rp. 205.166.955. While the economic calculations in group A gained varies between 3 and 67 units for a single message. While the ROP for the drug group A critical indices obtained reorder point for antibiotics varies from 9 to 126 units. To anticipate stock out, then the ROP can be combined with the safety stock. From the research, hospitals ABC analysis to determine the drug so it can be done surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>