Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinta Chaira Maulanisa
"B. hominis dan G. lamblia adalah parasit usus yang sering menyebabkan diare pada anak-anak terutama pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Namun patogenitas Blastocystis hominis menyebabkan diare masih menjadi kontroversi dikalangan para peneliti, B. hominis sering ditemukan bersama organisme lainnya yang lebih cenderung menjadi penyebab diare sehingga diare tersebut seringkali dihubungkan dengan organisme selain B. hominis. Salah satu organisme yang paling banyak ditemukan bersama dengan B. hominis adalah Giardia. lamblia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan infeksi campur B. hominis adalah G. lamblia dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, menggunakan 206 sampel yang didapatkan dari data sekunder hasil pemeriksaan tinja pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006 yang diperoleh dari Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari 206 sampel 19.9% diantaranya mengalami infeksi campur B. hominis dan G. lamblia . Dan angka kejadian diare pada sampel mencapai 19.5%, dengan 26.7% pada infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan 73.3% pada individu yang tidak terinfeksi parasit. Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan kelompok yang tidak terinfeksi parasit usus. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadia diare. Dengan uji Chisqure didapatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita dengan nilai p=0.315 (p>0,05). Disimpulkan bahwa Tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006.

B. hominis and G. lamblia are intestinal parasites that commonly cause diarrhea in children, especially those less than 5 years old. Nevertheless, the pathogenicity of B. hominis to cause diarrhea is still debated by researchers, as B. hominis is usually found mixed with other organisms, which one of those is G. lamblia. This study aimed to identify the association between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea in under five year old children. A cross sectional study was carried out using 206 samples acquired from secondary data of stool examination among children in Jatinegara district in 2006. Among 206 samples obtained, 19.9% were infected with both B. hominis and G. lamblia. A total of 19.5% children had diarrhea. Among them, 26.7% were infected with both B. hominis and G. lamblia, and the rest (74.3%) were free of intestinal parasites infection. The infected group was then compared with the uninfected group to observe any significant relation between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea. Statistical analysis using chi square test revealed that were was no relationship between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea (p=0.315). In conclusion, mixed infection B. hominis and G. lamblia was not associated with diarrhea in under five year old children in this region."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Budiyani
"Giardia lamblia adalah protozoa parasit usus pada manusia yang umum terdapat di seluruh dunia, dominan pada iklim lembab, dan lebih sering terjadi di negara berkembang. Pada sebagian besar negara berkembang, prevalens giardiasis paling tinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi Giardia lamblia dengan status nutrisi balita.
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil survei pemeriksaan parasit usus dan pengukuran tinggi dan berat badan pada balita di kecamatan Jatinegara, Jakarta Pusat tahun 2006. Sejumlah 467 anak di bawah lima tahun dipilih secara acak sebagai sampel dalam penelitian ini. Prevalens infeksi parasit usus pada populasi ini mencapai 65.7%, dengan persentase giardiasis sebesar 4.1%. Sembilan belas orang dengan giardiasis telah dibandingkan dengan 160 orang tanpa infeksi parasit usus untuk melihat adanya perbedaan bermakna pada indikator malnutrisi. Z score dengan nilai -2SD digunakan sebagai cut off point indikator malnutrisi. Sebanyak delapan (42.1%) anak yang terinfeksi dan 53 (33.1%) anak yang bebas infeksi parasit usus mengalami berat badan kurang (underweight). Delapan (42.1%) anak dari kelompok yang terinfeksi dan 60 (37.5%) anak dari kelompok tanpa infeksi parasit usus mengalami gangguan pertumbuhan linear (stunting). 10.5% anak dengan giardiasis dan 26.8% anak tanpa infeksi parasit mengalami gangguan pertumbuhan dalam proporsi tubuh (wasting).
Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada berat badan dan tinggi badan antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok kelompok tanpa infeksi parasit (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan indikator antropometri untuk status nutrisi (WAZ, HAZ, WHZ) yang bermakna antara kedua kelompok. Sebagai kesimpulan, studi ini memperlihatkan bahwa status nutrisi anak balita pada area ini tidak dipengaruhi oleh infeksi Giardia lamblia.

Giardia lamblia is a common intestinal parasite in human worldwide, dominant in humid climate, especially in developing countries. The prevalence of giardiasis in some of the developing countries is highest in children under five years old. The objective of this cross sectional study is to access the association between giardiasis and nutritional status among children.
This study utilized secondary data aquired from a survey for stool analysis of intestinal parasites and measurement of height and weight, which was carried out among children in Jatinegara district in 2006. A total of 467 children under five years old were randomly selected for this study. The prevalence of intestinal parasitic infection reached 65.7%, with 4.1% infected by Giardia lamblia. Nineteen people with giardiasis were compared with 160 people without infection to observe any significant differentiation on the malnutrition indicators. Z score of -2SD was used as cut off point of malnutrition. A total of eight (42.1%) infected children and 53 (33.1%) children without parasitic infection had underweight. Eight (42.1%) children from infected group and 60 (37.5%) children in control group were stunted. 10.5% children with giardiasis and 26.8% individuals from the noninfected group were wasted.
Statisical analysis revealed a significant differentiation for age, weight, and height between the infected group and the noninfected group (p<0.05). However, the antropometric indicator for nutritional status (WAZ,HAZ, and WHZ) did not differ significantly between the infected group non-infected group. In conclusion, this study revealed that nutritional status among under five children in this region is not associated with G. lamblia infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Perlita Kamilia
"Blastocystis hominis adalah parasit usus yang cukup banyak di negara-negara tropis dan diduga menyebabkan diare kronik pada individu immunokompromais. Pada usia balita sampai anak-anak diare ini berpotensi menurunkan status nutrisi pada populasi tersebut. Hubungan antara infeksi B. hominis dengan kejadian diare tersebut masih menjadi kontroversi, sehingga banyak pendapat yang masih meragukan apakah parasit ini merupakan penyebab diare pada balita atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara infeksi B. hominis dengan kejadian diare pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain crosssectonal dan menggunakan uji hipotesis chi-square. Sebanyak 401 sampel balita yang telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari 489 data hasil survei di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, didapatkan: 37 orang diare dengan B. hominis positif (15,7%); 22 orang diare dengan parasit usus negatif (13,3%); 199 orang tidak diare dengan B. hominis positif (84,3%); dan 143 orang tidak diare dengan parasit usus negatif (86,7%). Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p = 0,514, dan dapat diinterpretasikan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi B. hominis dengan kejadian diare pada balita di wilayah tersebut.

Blastocystis hominis is a intestinal parasite that infects so many people in tropical countries and is guessed to cause chronic and watery diarrhea in immunocompromised person. During toddler until children years old, the diarrhea has a potential to depress immune state. A relationship between B. hominis infection and the diarrhea have been controversial, because of that, so many argumentations is still doubt, if the parasite can cause diarrhea or not. A purpose of this research is analyses the relationship between B. hominis infection and the diarrhea prevalences on toddler population in Jatinegara Subdistrict, East Jakarta. The research used secondary data with cross-sectional design and uses chi-square hypothesis. The research resulted, that 401 toddlers sample which was selected base on inclusion and exclution criteria from 489 data got from survey result in Jatinegara Subdistrict, East Jakarta: 37 persons were affected diarrhea with B. hominis positive (15,7%); 22 persons were affected diarrhea, with intestinal parasites totally negative (13,3%); 199 persons were affected diarrhea with B. hominis positive (84,3%); and 143 persons were not affected diarrhea with intestinal parasites totally negative. (86,7%). From this results, by chi-square hypothesis test, p score is 0,514, and the researcher can interpretation, that was no significant association between B. hominis infection and diarrhea onset on toddler years old in Jatinegara Subdistrict, East Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rohani Agustini
"Latar Belakang: Blastocystis hominis merupakan salah satu protozoa yang paling sering ditemukan di saluran intestinal manusia dengan distribusi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang lebih besar di negara berkembang. Di Indonesia prevalensinya mencapai 60%. Prevalensi pada anak usia di bawah 6 tahun cukup tinggi, yaitu 25%. Terdapat literatur yang melaporkankan efek infeksi B. hominis terhadap rendahnya status nutrisi pada anak. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi infeksi B. hominis pada balita di kecamatan Jatinegara, serta hubungannya dengan status gizi pada balita. Metode: Studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan tinja parasit usus dan pengukuran tinggi badan dan berat badan pada balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006. Dari hasil consecutive sampling didapatkan 386 sampel, kemudian dirandom menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang hanya terinfeksi B. hominis (n = 227) dan kelompok tanpa infeksi parasit usus (n = 159). Kemudian dibandingkan keadaan status nutrisi antara kedua kelompok ini. Penilaian status nutrisi dalam penelitian ini menggunakan indeks antropometri, yaitu berat berdasarkan usia (WAZ), yang menunjukkan tingkat underweight, tinggi berdasarkan usia (HAZ), yang menunjukkan tingkat stunting, dan berat berdasarkan tinggi (WHZ), yang menunjukkan tingkat wasting. Masingmasing indeks antropometri ini diperlihatkan dalam standar deviasi unit (z-score) dari median populasi referensi World Health Organization-National Center for Health Statistics (WHO-NCHS). Z-score dengan nilai -2 SD digunakan sebagai cut-off point malnutrisi. Hasil: Prevalensi B. hominis sebesar 58, 7%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p > 0, 05) pada indeks antropometri untuk status nutrisi (WAZ, HAZ, WHZ) antara kedua kelompok. Kesimpulan: Pada studi ini memperlihatkan bahwa prevalensi B. hominis tinggi, serta tidak terdapat hubungan antara infeksi B. hominis dengan status nutrisi anak balita pada daerah ini.

Background: Blastocystis hominis is one of the most common protozoa found in human intestinal tract with distribution throughout the world, with a greater prevalence in developing countries. In Indonesia, prevalence reaches 60%. Prevalence in children aged under 6 years old is quite high at 25%. There is literature that shows effect Blastocystis hominis infection on nutritional status in a child. Objectives: To investigate the prevalence of Blastocystis Hominis Infection among Preschool Children in Jatinegara and the relationship between Blastocystis hominis infection and nutritional status among children under 5 years old. Methods: Cross-sectional study using secondary data review for stool analysis of intestinal parasites and measurement of height and weight, which was carried out among children in Jatinegara district in 2006. Consecutive sampling of the results obtained 386 samples, then randomized into 2 groups: groups that were infected with only B. hominis (n = 227) and groups without intestinal parasitic infection (n = 159). Then compared the nutritional status between the two groups. Assessment of nutritional status in this research using anthropometry indexes, weight for age (WAZ), which indicates the level of underweight, height for age (HAZ), which indicates the level of stunting, and weight for height (WHZ), which indicates the level of wasting. Each of the three nutritional status indexes are expressed in standard deviation units (z-scores) from the median of this reference population World Health Organization-National Center for Health Statistics (WHO-NCHS). Z score of -2 SD was used as cut off point of malnutrition. Results: Prevalence of Blastocystis Hominis infection was 58, 7%. Statisical analysis revealed that the antropometric indexs for nutritional status (WAZ, HAZ, and WHZ) did not differ significantly (p > 0, 05) between the infected group and the control group. Conclusions: Prevalence of Blastocystis Hominis among Preschool Children in Jatinegara Distric is high. In this study showed that there is no relationship between infections of B. hominis with the nutritional status of children under five years old in this area."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Fauziah
"Stunting merupakan manifestasi kondisi gizi buruk atau malnutrisi yang parah dan berisiko tertularnya penyakit infeksi protozoa. Infeksi Blastocystis hominis dan Giardia duodenalis pada kondisi immunokompromis dapat menimbulkan morbiditas lebih tinggi, termasuk pada keadaan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik infeksi B.hominis dan G.duodenalis usus pada populasi anak stunting di Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan Januari-Maret 2020 Sampel penelitian berupa sampel feses dengan preservasi formalin dan RNA later. Data mengenai faktor risiko dan demografis didapatkan melalui wawancara. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 230 sampel. Metode pemeriksaan dilakukan menggunakan metode mikroskopik untuk sampel dengan preservasi formalin, dan metode molekuler (PCR) untuk sampel dengan preservasi RNA later. Analisis data dilakukan uji bivariat dan multivariat. Terdapat 13 sampel positif G. duodenalis dan 128 sampel positif B. hominis dari jumlah total 230 sampel. Variabel jenis kelamin, pendidikan ayah tamat SD dan SMP, pendidikan ibu tidak sekolah, penghasilan di bawah UMR, sumber air menggunakan sumur pompa tangan, jarak sumber air dengan septic tank dan ketidaktersediaan septic tank memiliki nilai risk ratio >1 terhadap infeksi G. duodenalis dan B. hominis. Variabel umur (p-value 0,033), gejala lemas (p-value 0,018), dan keberadaan septic tank (p-value 0,013) memiliki korelasi signifikan terhadap kejadian infeksi G.duodenalis berdasarkan uji m ultivariat. Variabel jenis kelamin memiliki (p-value 0,037) korelasi signifikan terhadap kejadian infeksi B. hominis berdasarkan uji multivariat. Usia, jenis kelamin, dan keberadaan septic tank di rumah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap infeksi B. hominis dan G. duodenalis. Diperlukan penelitian lanjutan menggunakan kontrol balita non-stunting untuk melihat perbandingan dan korelasi lebih dalam antara stunting dan kejadian infeksi.

Stunting is a manifestation of poor nutritional conditions or severe malnutrition and risk infection of protozoa. Blastocystis hominis and Giardia duodenalis infections in immunocompromised conditions can cause higher morbidity, including stunting. This study aims to determine the characteristics of intestinal protozoan parasite infections in the stunting child population in Bandung Regency. This study is a cross-sectional study in Bandung Regency which was carried out in January-March 2020 and the sample was examined at the Parasitology Laboratory of RSP Unpad. The research samples were feces samples with preservation of formalin and RNA later. Data regarding risk factors and demographic data were obtained through interviews. The total sample in this study was 230 samples. The examination method was carried out using a microscopic method for samples with formalin preservation, and molecular methods (PCR) for samples with later RNA preservation. Data analysis was carried out by bivariate and multivariate tests. There were 13 positive samples for G. duodenalis and 128 positive samples for B. hominis out of a total of 230 samples. The variables of gender, father's education graduated from elementary and junior high school, mother's education is not in school, income below the minimum wage, water source using hand pump wells, distance from water source to septic tank and unavailability of septic tank has a risk ratio value >1 for G.duodenalis and B. hominis infections. Variable age (p-value 0.033), symptoms of weakness (p-value 0.018), and the presence of a septic tank (p-value 0.013) had a significant correlation to the incidence of G. duodenalis infection based on multivariate tests. The gender variable (p-value 0.037) was significantly correlated with the incidence of B. hominis infection based on a multivariate test. Age, gender, and the presence of a septic tank at home are factors that influence B. hominis and G. duodenalis infections. Further research is needed using control of non-stunting toddlers to see deeper comparisons and correlations between stunting and the incidence of infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajriati Zulfa
"ABSTRAK
Blastocystis hominis adalah protozoa usus yang banyak ditemukan di manusia dan beberapa hewan. Parasit ini sering ditemui pada survei epidemiologi dengan prevalensi yang cukup tinggi. Di Indonesia penelitian terhadap parasit ini belum banyak dilakukan sehingga penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui subtipe B. hominis dari populasi anak yang terinfeksi B. hominis dengan membandingkan subtipe yang didapat dari kelompok yang bergejala klinis dan yang tidak bergejala klinis. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan PCR terhadap gen 18 SSU rRNA lalu dilanjutkan dengan penetuan subtipe dengan metode RFLP. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa infeksi B. hominis sebesar 44, 51 dengan infeksi tertinggi pada anak usia 6-9 tahun 65,2, , subtipe yang didapat pada penelitian ini adalah subtipe 1, subtipe 2 dan subtipe 3 . Subtipe 3 merupakan subtipe yang paling dominan yaitu 72,2 pada kelompok bergejala dan 41,93 pada kelompok tidak bergejala. Selanjutnya subtipe yang cukup banyak ditemukan juga yaitu subtipe 1 yaitu 25 pada kelompok bergejala dan 41,93 pada kelompok tidak bergejala. Subtipe 2 ditemukan dalam jumlah yang kecil yaitu masing-masing 16,12 pada kelompok tidak bergejala, 2,8 pada kelompok bergejala. Kesimpulan subtipe 3 adalah subtipe yang dominan dalam menimbulkan gejala klinis berupa diare, subtipe 1 dan subtipe 3 memiliki proporsi yang sama pada kelompok yang tidak bergejala dan berdasarkan analisa statistik didapatkan bahwa subtipe 3 lebih dominan menimbulkan gejala klinis berupa diare dibandinkan dengan subtipe 1 dan subtipe 2. Kata Kunci : B. hominis, gen 18 SSU rRNA, PCR, RFLP, Subtipe

ABSTRACT
Blastocystis hominis is an intestinal protozoa which are found in humans and animals. These parasites are common with high prevalence in epidemiological surveys. Research on B. hominis has been done in various countries around the world, with different results for the prevalence and diversity of subtypes. In Indonesia, there is a few studies on this parasite therefore prompted the author conduct this research. This study aimed to determine the subtype of B. hominis the children population and comparing the subtypes obtained from the group symptomatic and asymptomatic subjects. The method used in this research was by performing PCR on 18 SSU rRNA gene and then followed RFLP method for subtype identification. . The results show that the prevalence of B. hominis 44,51 , the highest infection occured in children aged 6 9 years 65.2, . Subtypes obtained in this study is ST 1, ST 2 and ST 3, which ST 3 is the most dominant subtype, namely 72.2 in the symptomatic group and 41.93 in the asymptomatic group. In addition, ST 1 is found 25 of symptomatic group and 41.93 of asymptomatic group. ST 2 is found in small quantities, 16.12 and 2,8 in asymptomatic group and symptomatic group respectively. In conclusion, subtype 3 is a predominant subtype that causing the clinical symptoms of diarrhea, followed by subtype 1 and subtype 2. Keywords B. hominis, PCR, RFLP, Subtype, 18 SSU rRNA gene"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edip Isna Yuana
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utana morbiditas dab mortalitas bagi bayi dan anak di seluruh dunia. Di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Timur memiliki angka kasus diare tertinggi yaitu Kecamatan Cakung yaitu 5179 kasus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian diare berdasarkan faktor anak dan faktor ibu. Penelitian ini menggunakan data primer, menggunakan disain penelitian Cross sectional. Dengan jumlah sampel 96 ibu yang membawa balita berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan bahwa kejadian diare adalah 46,9%. Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (PR 3,432 (CI 95% 1,474 ? 7,991), status imunisasi campak (PR 7,692 (CI 95% 0,88 ? 66,56), pengetahuan ibu (PR 7,196 (CI 95% 2,915 ? 17,76), dan perilaku mencuci tangan ibu (PR 2,489 ( CI 95% 0,995 ? 6, 228).

Diarrhea is one of the health problems are a major cause of morbidity and mortality for infants and children around the world. In Jakarta, especially East Jakarta has the highest number of cases of diarrhea Puskesmas Cakung ie 5179 cases. This study aims to determine the distribution of the incidence of diarrhea by factors child and maternal factors. The research using a cross sectional study design. With a total sample 96 mothers carrying toddlers visiting Puskesmas Cakung. Results showed that the incidence of diarrhea was 46.9%. The incidence of diarrhea has a significant relationship with a history of exclusive breastfeeding (PR 3.432 (95% CI 1.474 to 7.991), measles immunization status (PR 7.692 (95% CI 0.88 to 66.56), knowledge of mothers (PR 7.196 (CI 95 % 2.915 to 17.76), and the mother's hand washing (PR 2.489 (95% CI 0.995 to 6, 228)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaliah
"Diare lanjut dapat mengakibatkan dehidrasi pada balita dan saat ini merupakan penyebab kematian urutan kedua pada balita di dunia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diare. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan melalui tehnik consecutive sampling didapat 110 balita dengan diare yang mengalami dehidrasi ringan/sedang dan berat yang dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diiare adalah usia balita p=0,023 dan status gizi balita p=0,000 . Hasil analisis berikutnya didapatkan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diare adalah status gizi balita OR=15,22. Diperlukan perhatian khusus/lebih pada balita dengan diare yang memiliki status gizi kurang terhadap risiko dehidrasi di tatanan pelayanan primer.

Further diarrhea can lead to dehydration and is currently the second leading cause of death in children under five in the world. The aim of research to identify factors associated with the occurrence of dehydration in under five with diarrhea. This research uses cross sectional design and through consecutive sampling technique is obtained 110 children under five with diarhhea who are dehydrated mild moderate and severe, hospitalized in Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih.
The results showed factors that have a significant relationship with the occurrence of dehydration in children under five with diarrhea are the age of children p 0,023 and nutritional status p 0,000. The next analysis results were obtained the most dominant factor related to the occurrence of dehydration in children under five with diarrhea is the nutritional status of children OR 15,22. Special attention is required more in children under five with diarrhea who have the status of malnutrition on the risk of dehydration in the order of prymary care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Puspitasari
"Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia dan menyebabkan 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya. Insiden diare di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2000-2010 dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2008-2010, di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi jumlah kasus diare pada kelompok umur balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya dan terus mengalami peningkatan. Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan penyakit diare.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kontaminasi Escherichia coli (E.coli) pada air minum, faktor balita, faktor ibu, dan faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi tahun 2012. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel 200 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan diperoleh dari analisis antara kontaminasi E. coli dalam air minum (2,67; 1,51-4,72), faktor balita [status imunisasi (4,16 ; 2,25-7,70)], faktor ibu [perilaku mencuci tangan (4,51; 2,35-8,66), perilaku memasak air minum (2,68; 1,39-5,14), perilaku mencuci peralatan makan dan minum (3,36; 1,72-6,55), tingkat pendidikan (2,56; 1,36-4,82), tingkat pengetahuan (7,98; 3,72-17,10), status ekonomi keluarga (3,31; 1,65-6,65)], faktor lingkungan [sumber air minum (4,42; 2,37-8,22), jenis sarana air bersih (2,33; 1,28-4,23), saluran pembuangan air limbah (3,46; 1,93-6,19), kondisi fisik jamban (1,96; 1,08-3,55), dan jarak antara septic tank dengan sarana air bersih (3,88; 2,04-7,39)] dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi tahun 2012 adalah tingkat pengetahuan ibu (OR 4,57; CI95% 1,89-11,04.

Diarrhea is the second leading cause of death among children under five years (toddlers) in the world and responsible for killing 1,5 million children every year. Incidence of diarrhea increases from 2008-2010 and often causes extraordinary occurrence. Based on 2008-2010 data, diarrhea cases at South Jambi District Jambi City among children under five years (toddlers) is higher than the other age classification. Contaminated drinking water can be media of diarrhea spreading.
This study aims to analyze the relationship of Escherichia coli (E. coli) contamination in drinking water, toddler factors, maternal factors, and environment factors with diarrhea occurrence among children under five years at South Jambi District Jambi City in 2012. Design of this study is case control with 200 respondents.
The result of this study indicates that there is significant correlation between E. coli contamination in drinking water (2,67; CI95% 1,51-4,72), toddler factors [immunization status (4,16 ; 2,25-7,70)], maternal factors [washing hand behavior (4,51; 2,35-8,66), boiling water behavior (2,68; 1,39-5,14), washing dishes behavior (3,36; 1,72-6,55), mother's education (2,56; 1,36-4,82), mother's knowledge (7,98; 3,72-17,10), socioeconomic status of family (3,31; 1,65-6,65)], drinking water sources (4,42; 2,37-8,22), clean water supplies (2,33; 1,28-4,23), and environment factors [waste water sewer (3,46; 1,93-6,19), water closet condition (1,96; 1,08-3,55), and distance between septic tank and clean water supplies (3,88; 2,04-7,39)]. Variable that predicted the most dominant causes of diarrhea among toddlers at South Jambi District Jambi City in 2012 is mother's knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31914
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni
"Angka kesakitan dan kematian akibat diare di Indonesia masih tinggi, prevalensi tertinggi pada balita (1-4 tahun). Kejadian diare pada balita (1-4 tahun) di wilayah Kecamatan Ciawi persentasenya selalu lebih tinggi dan setiap tahun mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor balita dengan kejadian diare di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Kecamatan Ciawi.
Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara sumber air bersih (2,405; 1,23-4,69), sarana jamban keluarga (1,994; 1,07-3,73), pengelolaan sampah rumah tangga (5,920; 3,05-11,5), saluran pembuangan air limbah (4,195; 2,32-7,60), dan perilaku ibu (5,44; 2,97-9,97), dan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (1,67; 0,78-3,58), pengetahuan ibu (1,64; 0,93-2,89), dan status gizi (4,85; 1,02-4,69) dengan kejadian diare balita di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh adalah pengelolaan sampah rumah tangga (5,399; 2,58-11,29).

Morbidity and mortality from diarrhea in Indonesia is still high, the highest prevalence in young children (1-4 years). Incidence of diarrhea in young children (1-4 years) in the percentage is always higher in Sub Ciawi and each year has increased. This study aims to know the associated of environmental factors, maternal factors, and toddler factor with the incidence of diarrhea in children under five years in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Province 2012. The studied was a quantitative study with case control design. The population in this study are all of the childrens aged 12 month until 59 month are lived in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between source of clean water (2,405; 1,23-4,69), water closet medium (1,994; 1,07-3,73), household waste treatment (5,920; 3,05-11,5), waste water sewer (4,195; 2,32-7,60), and maternal behaviour (5,44; 2,97-9,97), and not correlation between maternal study (1,67; 0,78-3,58), maternal knowledge (1,64; 0,93-2,89), and nutrient status (4,85; 1,02-4,69) with the incidence of diarrhea among toddler in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance. The variable that predicted the most dominant cause of diarrhea among children under five (toddler) in Sub Ciawi is household waste treatment (5,399; 2,58-11,29).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>