Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Slim mudskipper, parapocryptes sp. is commanly found in estuary and brackish water pond area. Study on gonad maturity and food habits of this fish was done from February to June 2002...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Research of food habit and spawning season of snakehead fish (Channa straita Bloch) were conducted in reserve fishery sungai sambujur during June until December 2004 . ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
"Studi tentang kebiasaan makan ibu dan anak balita dilakukan terhadap 60 responden di dua keluarahan terpilih (Kelurahan Penggilingan mewakili wilayah berlatar belakang sosio ekonom rendahdan Keluarhan Rambuatan mewakili wilayah dengan sosio ekonomi tinggi) di wilayah Jakarta Timur. Metode kualitatif (Focus Group Discussion dan indept interview) digunakan dalam pengumpulan data untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada kedua kelompok di atas lalu dibandingkan pada kelompok sosek tinggi dan rendah. Hasil studi menunjukkan bahwa seperlima ibu-ibu yang termasuk kelompok gizi lebih (overweight) dari kedua kelompok sosek tinggi dan rendah memiliki gambaran sama yaitu sebagai berikut: mereka memiliki aktivitas fisik sedentary (mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga dalam lingkup rumah tinggal yang kecil, dan menghabiskan 2-3 jam per hari untuk menonton televisi); mereka juga mengkonsumsi snack (ngemil) seharian sambil santai atau istirakat atau momong anak; dan mereka sering menghabiskan sisa makanan anak atau suami yang tidak habis dimakan. Sementara seperlima jumlah anak balita dengan kondisi gizi kurang (undrwight) baik kelompok sosio ekonomi tinggi dan rendah menunjukkan situasi dan kondisi yangsama yaitu mereka menderita penyakit infeksi ISPA, TBS dan bronkhitis; mereka senang bermain; dan mereka banyak jajan sehingga mempengaruhi nafsu makan mereka. Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi snack dengan kalori tinggi seperti hamburger ayam goreng kentang goren dsbnya. Sementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membeli makanan kecil dengan kalori rendah seperti kerupik jellu dan permen. Kedua hasil di atas menyebabkan terjadinya perbedaaan status gizi kelompok ibu dan anak balita. Ibu memiliki status gizi kurang dan gizi lebih (double burden), sementara anak balita mereka menunjukkanstatus gizi kurang dengan prevalensi masing masing sekitar 20%.

A food habits study is reported from 60 respondents in the urban areas. A qualitative approach was undertaken to explore factors influencing food habits and to compare it within low and high socioeconomic status (SES) by using Focus Group Discussion (FGD) and indepth interview. One fifth of the overweight mothers (low and high SES) showed a similar condition as follow: they had low to moderate physical activity (they worked in a relatively small house and they spent 2-3 hours per day for watching television), they consumed snacks continuously for a whole day, and they ate left-over food of their children or husbands. One fifth of the underweight children 2-5 years old from both SES showed similar situation: they suffered from infectious disease (ARI, TBC, and bronchitis); they played a lot; and they lost appetite eating main meals after they consumed snacks. The high SES under-fives were more likely to buy snacks which were high in calorie such as hamburger, fried chicken, fried potatoes. While the low SES under-fives bought snacks which were considered as ?empty calorie? i.e. jelly, and candy. Both condition above caused the difference of nutritional status among mothers and their children. Mothers had double burden (underweight and overweight), while their children 2-5 years age suffered from under-nutrition (20%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Jarona
"ABSTRAK
Setiap kelompok etnis mempunyai konsepsi atau pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek tertentu. Obyek tersebut diperlakukan sesuai dengan pandangan yang dimilikinya untuk memenuhi berbagai tujuan atau kebutuhan hidup. Salah satu tujuan atau kebutuhan hidup paling mendasar yang ingin dipenuhi manusia, adalah kebutuhan akan makan. Tidak semua makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dimakan semuanya atau setiap saat dimakan, karena kebudayaan kolektif masing-masing sangat menentukan.
Orang Salim di Desa Jiwika Kecamatan Kurulu Kabupaten Jayawijaya memenuhi kebutuhan makan dengan mengusahakan kebun ubi jalar dan ternak babi. Bagaimana kedua obyek tersebut, yaitu ubi jalar dan babi diperlakukan dalam kehidupan Orang Balim secara utuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup dibahas dalam tesis ini.
Kebutuhan dasar tersebut dipenuhi lewat berbagai arena kehidupan, terutama arena upacara, karena kedua obyek tersebut dianggap segala-galanya dalam kehidupan Orang Balim. Mereka menganggap tiada kehidupan tanpa ubi jalar dan babi atau tiada kehidupan tanpa upacara. Ubi jalar dalam kehidupan sehari-hari dianggap profan, sedangkan dalam kehidupan adat maupun keagamaan (upacara) ubi jalar bersama babi dianggap sakral.
Hasil kajian yang dilakukan terhadap 55 keluarga atau rumahtangga pada 10 kampung atau ukul terpilih dengan menggunakan metode atau pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik menunjukkan bahwa ada dua pola atau kebiasaan makan yang dikenal Orang Balim, yaitu: (1) pola atau kebiasaan makan sehari-hari dengan ubi jalar dominan dan (2) pola atau kebiasaan makan upacara dengan babi dan ubi jalar dominan.
Cara dan tempat masak kedua pola ini pun berbeda, yaitu untuk pola makan sehari-hari dilakukan di dalam dapur atau hunila dengan cara masak dalam abu panas atau werago; sedangkan pola makan upacara dilakukan di halaman silimo atau sili dengan cara masak menggunakan batu panas atau iyago. Jenis makanan lain yang terdapat di sana dianggap sebagai makanan tambahan, sehingga Orang Balim belum merasa puas atau kenyang kalau belum mengkonsumsi ubi jalar.
Proses pengolahan dan pemanfaatan kedua jenis makanan (ubi jalar dan babi) dominan dilakukan oleh perempuan atau para isteri. Kecuali pemanfaatan hasil ternak babi untuk kepentingan upacara dapat dilakukan oleh laki-laki atau para suami yang dapat menaikan status atau wibawanya sebagai seorang ap kain kalau mampu menyembelih babi dalam jumlah yang banyak. Hubungan antara manusia (terutama wanita), ubi jalar, babi, dan upacara merupakan suatu mata rantai kehidupan yang dapat mewujudkan suatu pola kebudayaan, terutama pola atau kebiasaan makan ubi jalar dan babi dalam kehidupan Orang Balim.
Kajian ini juga menunjukkan bahwa, pola atau kebiasaan makan sehari-hari lebih menonjol dalam keluarga anti poligini pada tingkat silimo, sedangkan pola atau kebiasaan makan upacara lebih menonjol dalam kelompok klen pada tingkat ukul maupun konfederasi. Gejala ini secara tidak langsung menggambarkan struktur sosial Orang Salim dan fungsi sosial maupun budaya dari ubi jalar dan babi, yaitu dapat mempererat dan memperluas hubungan kekerabatan, mewujudkan rasa solidaritas kelompok dan jiwa gotong-royong, serta menjalin kembali hubungan dengan leluhur. Keseimbangan hubungan secara horizontal dengan sesama kerabat dan secara vertikal dengan leluhur memenggambarkan sistem sosial Orang Balim yang dapat dipahami dan dijelaskan melalui ubi jalar dan babi sebagai fokus kebudayaan mereka.
Ternyata, faktor sosial budaya atau kebudayaan sangat mempengaruhi kebiasaan makan suatu kelompok masyarakat, termasuk masalah selera dan rasa (faktor psikologi), di samping faktor lingkungan fisik yang memungkinkan kedua jenis bahan makanan (ubi jalar dan babi) tetap diusahakan atau dibudidayakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Artining Anggorodi
"ABSTRAK
Pada masa kini, para wanita yang bekerja di luar rumah semakin meningkat jumlahnya. Untuk kondisi di Indonesia hal tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (1) karena semakin meningkatnya tingkat pendidikan, sehingga mereka tentu saja ingin memasuki lapangan pekerjaan yang tersedia di masyarakat untuk memanfaatkan jerih payah pendidikan yang ditempuhnya; (2) karena kebutuhan dalam keluarga, sehingga para wanita pun harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Faktor kedua inilah rupanya yang menjadi penyebab mengapa banyak para wanita bekerja diluar rumah, dan ini terjadi di desa Cimandala. Umumnya mereka bekerja di sektor industri, yaitu menjadi buruh pabrik dengan penghasilan per bulan Rp. 250.000,- yang dibayarkan secara dua mingguan. Dengan bekerjanya wanita di luar rumah, maka tidak ada yang menyediakan dan memasak makanan di rumah.
Jalan yang ditempuh para wanita tersebut dengan membeli makanan jadi yang tersedia di warung-warung makan, baik yang dekat rumah maupun warung yang berada di dekat pabrik, tempat para wanita tersebut bekerja. Sehingga menimbulkan hubungan ketergantungan antara para wanita pekerja pabrik dengan warung makan. Para wanita pekerja pabrik membutuhkan jenis makanan yang tersedia di warung makan untuk makan.keluarganya, dan warung makan pun mempunyai keuntungan dengan adanya langganan yang sering membeli makanan yang tersedia di warungnya.
Hal tersebut nemungkinkan menimbulkan resiko
kesehatan, yaitu: (1) kbersihan dan makanan yang
dijual di warung makan; (2) komposisi makanan yang
tersedia di warung makan, apakah sudah mencukupi
Dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari, peranan ibu biasanya paling berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan keluarga, mengingat ibulah yang mempersiapkan makanan mulai dari mengatur menu, berbelanja, memasak dan menyiapkan serta menghidangkan jenis makanan tertentu sangat mempengaruhi jenis hidangan yang disajikan setiap hari.
Demikian pula halnya seperti yang dialami oleh kedelapan informan di desa Cimandala, kampong Mandalasari. Kedelapan informan tersebut mempersiapkan makanan bagi keluarganya dengan cara membeli makanan yang sudah jadi di warung makan di dekat tempat tinggal mereka.
Pemilihan makanan dilakukan atas dasar selera para anggota keluarga (anak, suami dan diri ibu itu sendiri); harga makanan yang disesuaikan dengan kemampuan; keterbiasaan sewaktu masing tinggal bersama sedikit banyak akan mempengaruhi pemilihan makanan tersebut; rasa makanan pun mempengaruhi seseorang dalam memilih makanannya, serta apakah makanan tersebut cukup mengenyangkan atau tidak
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyati
"Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ditemukan melimpah di perairan Situ Rawa Besar dengan ukuran yang bervariasi dengan kisaran 17,5 37 cm. Kebiasaan makanan ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan ikan lokal yang potensial untuk dibudidayakan, namun pengelompokan ikan sapu-sapu berdasarkan makanannya belum dapat ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kebiasaan makanan, spektrum makanan, dan tingkat trofik ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kelimpahan ikan sapu-sapu di perairan. Pengambilan 30 sampel ikan sapu-sapu dilakukan secara acak dari perairan kemudian dilakukan pengukuran panjang, pembedahan, pengeluaran, serta pengamatan isi saluran pencernaan ikan untuk diidentifikasi komposisi makanannya. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 100 kali dengan pengulangan tiga kali pada tiap sampel. Data yang didapat diolah dengan menggunakan Index of Preponderance, perhitungan luas relung, dan tingkat trofik. Makanan utama yang dimanfaatkan oleh ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar yaitu Cyanophyta sebesar 98,98% dan sisanya berupa makanan tambahan diantaranya yaitu Bacillariophyta sebesar 0,38%, Chlorophyta sebesar 0,36%, Euglenophyta sebesar 0,23% dan Cryptophyta sebesar 0,05%. Berdasarkan luas relung makanannya ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar bersifat spesialis karena memiliki nilai luas relung rendah yaitu sebesar 0,005 yang menandakan ikan tersebut selektif dalam memilih makanannya. Berdasarkan tingkat trofik ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar termasuk pada kelompok I sebagai ikan herbivora dengan nilai tingkat trofik sebesar 2. Ditinjau dari spektrum makanannya ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar termasuk ke dalam kelompok ikan monofagik yang hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja yaitu fitoplankton dari kelompok Cyanophyta sebagai makanan utama sehingga memiliki kisaran makanan yang sempit.

Sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis) are found abundantly in Lake Rawa Besar with a size range of 17.5—37 cm. The food habits of the sailfin catfish in Lake Rawa Besar have a high degree of similarity with local fish that have the potential to be cultivated, but the grouping of sailfin catfish based on their diet cannot be determined. Therefore, it is necessary to conduct research to examine the food habits, food spectrum, and trophic level of sailfin catfish in Lake Rawa Besar as one of the factors causing the abundance of sailfin catfish in the waters. The collection of 30 samples of sailfin catfish were carried out randomly from the waters and then the length measurement, dissection, ejection, and observation of the contents of sailfin catfish’s digestive tracts of the fish were carried out to identify the composition of the food. Observations were made using a light microscope with a magnification of 100 times with three repetitions for each sample. The data obtained is processed using the Index of Preponderance, the calculation of niche area and trophic level. The main food utilized by the sailfin catfish in Lake Rawa Besar is Cyanophyta  98.98% and the rest are in the form of additional foods including Bacillariophyta 0.38%, Chlorophyta 0.36%, Euglenophyta 0.23% and Cryptophyta 0.05%. Based on the breadth of the food niche, sailfin catfish in Lake Rawa Besar is specialist because it has a low niche area value of 0.005 which indicates that the fish is selective in choosing its food. Based on the trophic level of sailfin catfish in Lake Rawa Besar is included in group I as a herbivorous fish with a trophic level value of 2. In terms of its food spectrum, sailfin catfish in Lake Rawa Besar is included in the monophagic fish group that only consumes one type of food which is phytoplankton from Cyanophyta group as main food, so it has a narrow food range. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riznawaty Imma Aryanty
"The impact of Urbanization to food habits and socio-demographic characteristics was examined by comparing a total of 150 elderly subjects from rural, low income urban and middle income urban community (50 in each area) in Bandung district, West Java. All subjects had the same ethnicity (Sundanese). Urban subjects should migrated to the city for at least 30 years.
Data collection was done from January to March 1996. The data was collected through personal interview, anthropometric assessment and in-depth interview to selected individuals. These data collection was aimed to obtain information on food habits, health status, psychological well-being and nutritional status. Changes in food habits was gathered by using list of food which included current and past consumption frequency. Health status data was collected through subjective health reported by the subjects. Nutritional status was assessed by using several anthropometric measurement namely weight, height, armspan and calf circumference.
Changes in consumption frequency of several food items were found between current and past situation and also among areas. Several indicators of psychological well-being were also found significantly different among the three areas. No difference of nutritional status indices among areas were found.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholida Eliyana
"Label informasi nilai gizi produk pangan kemasan dapat digunakan untuk memantau asupan makanan, sehingga pemahaman terhadap informasi nilai gizi pada kemasan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi pemilihan makanan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang  mempengaruhi kebiasaan membaca label informasi nilai gizi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan bulan Mei-Juli 2023 pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini yaitu 208 responden melalui pengisian kuesioner.  Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu chi square dan uji t independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30,8% responden memiliki kebiasaan baik dalam membaca label informasi nilai gizi. Uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup dan pengetahuan gizi pada produk pangan kemasan dengan kebiasaan membaca label informasi nilai gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai keuntungan dan cara membaca label informasi nilai gizi untuk meningkatkan kebiasaan yang baik dalam membaca label informasi gizi sebelum membeli produk pangan kemasan.

Nutrition labels on packaged food products can be utilized to monitor dietary intake and understanding of nutrition labels on the packaging should be noticed because it affects daily food selection.  Lack of understanding of nutrition labels will impact inappropriate food selection. The Objective of this study is to identify the factors influencing the habit of reading nutritional information labels. The research adopts a quantitative approach with a cross-sectional design. Data collection was conducted from May to July 2023 among students from the Health Sciences Cluster at the University of Indonesia. The sample in this study was 208 respondents who were collected with a self-administered questionnaire and who were selected using accidental sampling. The study utilized two statistical analysis methods: chi-square and independent t-test. This study showed that 30,8% respondents have a good habit of reading nutrition labels. According to bivariate analysis, there was a significant association between  healthy lifestyle and nutrition knowledge of packaged food products with the habit of reading nutritional information labels. Therefore, it is necessary to improve knowledge and understanding of the benefits and methods of reading nutritional information labels to enhance the good habit of reading such labels before purchasing packaged food products."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Putri Erdianti
"Konsumsi fast food yang berlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan masalah kesehatan lainnya pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan frekuensi konsumsi fast food modern pada mahasiswa Universitas Gunadarma Depok tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan kepada 148 mahasiswa Universitas Gunadarma Depok yang dipilih dengan systematic random sampling. Data karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan diperoleh dari kuesioner, sedangkan data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dari FFQ. Selain itu, digunakan pula perangkat lunak Google Maps Geo-Coding Javascript API versi 3.0 untuk mengukur jarak restoran fast food terhadap kampus.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 51,4 responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering ge;3x/minggu. Terdapat perbedaan proporsi pada pengaruh teman p=0,001, besar uang saku p=0,050, dan pengaruh media promosi p=0,005 dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, pengaruh teman merupakan faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Mahasiswa dengan pengaruh teman yang kuat berpeluang 2,9 kali lebih sering mengonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa dengan pengaruh teman lemah setelah dikontrol variabel uang saku, harga dan pengaruh media promosi. Diperlukan edukasi pada mahasiswa mengenai dampak mengonsumsi fast food berlebihan agar lebih bijaksana dalam mengikuti ajakan teman untuk mengonsumsi fast food. Walaupun pertemanan itu penting, tetapi kesehatan diri sendiri juga lebih penting.

Excessive consumption of fast food can increase the incidence of obesity and other health problems in adolescents. This study aims to determine the dominant factor of the frequency of modern fast food consumption among students Gunadarma University Depok in 2017. The research method used is quantitative with cross sectional study design conducted to 148 students Gunadarma University Depok selected by systematic random sampling. It used questionnaire about individual characteristics, food characteristics, and environmental characteristics, while data of frequency fast food consumption from FFQ. In addition, this study also used software Google Maps Geo Coding Javascript API versi 3.0 to determine the proximity between campus and fast food restaurants.
Result showed that 51,4 of respondents consumed fast food often ge 3x week. Furthermore, there is a difference proportion in the influence of friends p 0.001, amount of pocket money p 0.050, and the influence of promotional media p 0.005 in determining the frequency of fast food consumption. Based on the result of multiple logistic regression analysis, friend influence is the dominant factor in determining the frequency of fast food consumption. Students with strong friend influences are 2.9 times more likely to eat fast food often compared to poor friend influences after control by other factors such as amount of pocket money, price and influence of promotional media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addini Pascaramadhani
"Meningkatnya risiko kejadian obesitas pada remaja disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah konsumsi fast food yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan frekuensi konsumsi fast food siswa SMA Islamic Village, Kabupaten Tangerang pada tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data karakteristik personal, pengaruh lingkungan sosial, aksesibilitas, dan pengaruh paparan iklan fast food diperoleh dari kuesioner, sedangkan data frekuensi konsumsi dan besar porsi fast food diperoleh dari semi-quantitative FFQ. Kuesioner dan FFQ tersebut diberikan kepada 205 siswa SMA Islamic Village, Kabupaten Tangerang yang dipilih dengan sistem sampling acak sederhana. Selain itu, digunakan pula perangkat lunak Google Maps Geo-Coding Javascript API versi 3.0 untuk mengukur jarak sekolah terhadap restoran fast food.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 54,6% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering. Selain itu, terdapat perbedaan proporsi pada pengaruh peer group (p=0,001), besar uang saku (p=0,010), dan pengaruh paparan iklan fast food (p=0,000) dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, pengaruh paparan iklan fast food merupakan faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food. Siswa dengan pengaruh paparan iklan fast food yang kuat berpeluang 2,6 kali lebih sering mengonsumsi fast food dibandingkan siswa dengan pengaruh lemah setelah dikontrol variabel status pekerjaan ibu, uang saku, dan pengaruh peer group. Diperlukan edukasi gizi mengenai gizi seimbang, anjuran konsumsi zat gizi harian, jenis, kandungan, dan dampak konsumsi fast food agar siswa terhindar dari konsumsi fast food yang berlebihan.

The risk of adolescents obesity has increased by some factors, one of the them is the excessive of fast food consumption. The aim of this study is to determine the dominant factor in fast food consumption frequency among the students of SMA Islamic Village, Kabupaten Tangerang in 2014. This study used a quantitative method and cross-sectional design. It used questionnaire about personal characteristics, social influences, accessibility, amount of pocket money, and fast food advertisements influences. Semi-quantitative FFQ also used to determine the fast food frequency. Those questionnaires were given to 205 SMA Islamic Village students which selected by simple random sampling. Moreover, this study also used software Google Maps Geo-Coding Javascript API versi 3.0 to determine the proximity between school and fast food restaurants.
Result showed that 54,6% of respondents consumed fast food often. Furthermore, there is a difference proportion in peer group influences (p=0,001), amount of pocket money (p=0,010), and fast food advertisements influences (p=0,000) in determining the frequency of fast food consumption. Based on multiple regression analysis, fast food advertisements influence is the dominant factor in determining fast food consumption frequency. Students who have strong influences from fast food advertisements has an opportunity 2,6x more often to consume fast food than students who have weak influences after controled by other factors, such as mother employment status, amount of pocket money, and peer group influences. Nutrition education about balance diet, nutrition daily allowance, and fast food is needed to prevent the students consume excessive fast food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>