Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145833 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusnatali
"ABSTRAK
WLAN merupakan standar nirkabel yang banyak digunakan sebagai hotspot. Permasalahan WLAN adalah adanya pemakai yang tidak mendapatkan cakupan sinyal sehingga timbul permasalahan backhaul. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan WMAN untuk melayani pengguna WLAN. IEEE 802.16d merupakan standar WLAN untuk pemakai fixed. IEEE 802.16d dapat diaplikasikan
untuk melayani IEEE 802.11e melalui interworking. Metode Interworking IEEE 802.16d dengan IEEE 802.11e yang diajukan
adalah dengan memodelkan IEEE 802.11e dengan menerapkan HCF (hybrid coordination function) dan membuat kelas layanan bagi pengguna IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e yang dilakukan oleh BSHC (base station hybrid coordination function).Penelitian membahas mengenai kemampuan BSHC untuk melakukan interworking IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e pada MAC layer. BSHC memiliki dual MAC yang
bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan BSHC sebagai bagian dari jaringan IEEE 802.16d untuk memberikan kelas layanan bagi SS (Subscriber Station) dengan menggunakan MAC WiMAX dan QSTA (Qos Station) dengan menggunakan MAC WiFi disimulasikan menggunakan OPNET 14.0.A versi Pendidikan. Hasil penelitian
interworking kedua sistem berupa throughput BSHC sebesar 12.112.000 sps, 77,78% dari jumlah pengguna IEEE 802.16d yang dapat dilayani oleh IEEE 802.16d saat interworking, delay end to end system IEEE 802.16d paling lama 38,85 ms, dan load network IEEE 802.11e sebesar 1300 bit/detik.

ABSTRACT
WLAN is a wireless standard which often used as a hotspot. WLAN coverage is not very wide so some of WLAN?s user can?t be covered. The solution is to applied WMAN to cover WLAN?s users. IEEE 802.16d is a standard for fixed users. IEEE 802.16d can be applied to serve IEEE 802.11e, we call it as an interworking. The method for IEEE 802.16d and IEEE 802.11e interworking is performed through a HCF (hybrid coordination function) model for IEEE 802.11e and class
service classification for IEEE 802.16d? and IEEE 802.11e? users. This method is conducted by a BSHC (base station hybrid coordination function). This research discuss about BSHC? capabilities for interworking IEEE 802.16d and IEEE 802.11e on MAC layer. BSHC has a dual MAC which are MAC of WiFi and MAC of WiMAX. The capabilities of BSHC as a part of IEEE 802.16d network is simulated using OPNET 14.0.A Educational Version. The results are 12,112,000 sps BSHC?
throughput for interworking both systems, 87% from the number of IEEE 802.16d users are served by IEEE 802.16d system, end to end system delay of IEEE 802.16d is 35.85 ms, and IEEE 802.11e load network is 1300 bit/s. "
2009
T 25935
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fikri Hidayat
"Jaringan thin client merupakan pengembangan konsep pemberdayaan jaringan komputer lokal berbasis Green Computing. Model jaringan Diskless merupakan model jaringan thin client yang menawarkan penghematan konsumsi daya dan upaya mendukung teknologi ramah lingkungan. Diskless membutuhkan server yang memiliki ketersediaan yang tinggi karena di sisi client tidak memiliki harddisk. Metode Storage Area Network (SAN) merupakan metode dengan kecepatan tinggi yang cocok untuk server diskless. Storage Area Network pada sistem ini bertujuan agar server diskless memiliki redundansi dan ketersediaan yang tinggi bagi client yang terhubung ke server. Hasil pengujian menunjukan bahwa redundansi atau duplikasi data memiliki kecepatan rata-rata 40 MB/s dan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi rata-rata mencapai 99,99%.

Networking thin clients is a development of the concept of empowerment of local computer networks based on Green Computing. Diskless network Model is a model of a network thin clients that offer savings on power consumption and efforts in support of eco-friendly technologies. Diskless servers that have high availability for client side doesn't have a hard drive. Storage Area Network (SAN) is a high-speed method suitable for diskless server. Storage Area Network in this system aims to allow diskless servers have redundancy and high availability for client connected to the server. The test results show that redundancy or duplication of data has a speed of 40 MB/s and has a high availability on average achieve 99.99%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Constantino Adi
"Jaringan Mobile IPv6 merupakan teknologi yang mendukung perpindahan mobile node dari titik akses jaringan satu ke titik akses lain tanpa harus memutuskan koneksi. Pada jaringan mobile, perpindahan ini disebut handover yang dibedakan atas vertical handover dan horizontal handover. Untuk mengetahui performa jaringan dengan kedua jenis handover tersebut, dapat diukur beberapa parameter QoS diantaranya adalah throughput, packet loss, dan transfer time. Dalam hal ini, aplikasi yang digunakan berupa download manager yang akan mengunduh file dari sebuah link yang terdapat dalam HMTL file.
Hasil pengukuran tersebut bila dibandingkan akan memperjelas perbedaan antara vertical network dan horizontal network untuk kemudian dipelajari berdasarkan teorinya masing-masing. Hasil pengukuran transfer rate, didapatkan bahwa transfer rate pada vertical handover lebih rendah 2,16% dibanding transfer rate pada horizontal handover. Pengukuran packet loss, didapatkan bahwa packet loss pada vertical handover lebih banyak 1831,74% dibanding packet loss pada horizontal handover. Pengukuran transfer time, didapatkan bahwa vertical handover lebih lambat 14,06% dibanding transfer time pada horizontal handover.

Mobile IPv6 network is a technology that supports mobile nodes movement from one location to another within the network without having to disconnect. In mobile networking, the movement is called handover which is divided into vertical handover and horizontal handover. To determine the network performance with both types of handovers, we can measure several QoS parameters such as throughput, packet loss, and transfer time. In this case, application that is used is the Download Manager, which will download a file from link in the HTML file.
The measurement results are compared to clarify the difference between vertical network and horizontal network for further study based on their respective theories. Measurement results of transfer rate, shows that transfer rate in vertical handover is 2,16% lower than transfer rate in horizontal handover. Packet loss measurement shows that packet loss in vertical handover is 1831,74% higher than packet loss in horizontal handover. Transfer time measurement shows that transfer time in vertical handover is 14,06% slower than transfer time in horizontal handover.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43240
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suhartanto
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadus Toto P.
"Salah satu parameter kinerja manajemen di perusahaan distribusi distribusi adalah nilai SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI (System Average Interruption Duration Index) sistem jaringan distribusi. Nilai ini menunjukkan besarnya kegagalan atau pemadaman yang mengakibatkan pelanggan tidak mendapatkan layanan listrik. Nilai SAIFI dan SAIDI sistem yang semakin besar menunjukkan buruknya unjuk kerja manajemen. Nilai SAIFI dan SAIDI dipengaruhi oleh laju kegagalan (failure rate) sistem jaringan distribusi, yang berasal dari probabilitas kegagalan peralatan-peralatan jaringan distribusi atau probabilitas kegagalan pada titik bebannya. Disisi lain adanya kegagalan atau pemadaman mengakibatkan hilangnya pendapatan dari pelanggan, semakin lama dan sering pemadaman yang terjadi mengakibatkan semakin besar pula kehilangan pendapatan dari pelanggan tersebut. Selain itu pemadaman yang lama dan sering akan bercitra buruk di mata pelanggan dan mengurangi nilai parameter kinerja manajemen untuk pelayanan pelanggan dan ada kemungkinan bahwa perusahaan distribusi harus membayar biaya kompensasi ke pelanggan bila nilainya lebih besar dari TMP (Tingkat Mutu Pelayanan). Nilai probabilitas kegagalan tersebut dapat dikurangi dengan cara melakukan pemeliharaan, yang tentunya memerlukan biaya, semakin lengkap pemeliharaan yang dilakukan, semakin besar pula peluang nilai SAIFI dan SAIDI sistem dapat diturunkan, akan tetapi semakin besar pula biaya pemeliharaan yang diperlukan. Agar efektif diperlukan strategi prioritas pemeliharaan peralatan. Metode perencanaan prioritas pemeliharaan yang digunakan adalah berbasis keandalan sistem dan biaya akibat pemadaman. Peralatan-peralatan yang mendapatkan prioritas utama dalam perencanaan pemeliharaan di GI Plumpang trafo satu untuk empat penyulang adalah PGDB1.A, Trafo3.A, PB3.A, Trafo2.A, Trafo4.A, PB4.A, PB2.A dan Trafo5.A di penyulang Astra1 dan PGDB1.B di penyulang Bibir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26213
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mailoa, Adrianov A.Y.
"Multicast adalah suatu metode pengiriman data yang memungkinkan data dikirimkan dari satu atau lebih komputer ke lebih dari satu komputer dengan sekali pengiriman. Dengan demikian penggunaan teknik multicast akan menghemat bandwidth jaringan. Efiiensi penggunaan bandwidth tersebut menjadi alasan multicast mulai dikembangkan untuk aplikasi multimedia melalui jaringan atau intemet. Namun aplikasi multimedia merupakan aplikasi yang memhutuhlcan kecepatan dan ketepatan pengiriman data. Karena itu protokol yang dikembangkan di tiap layer atau lapisan jaringan harus mampu menjalankan fungsi-fungsi menjamin kecepatan dan ketepatan data. Salah satu fungsi yang dimaksud adalah routing atau penjaluran pada lapisan network dari TCP/IP. Untuk aplikasi multicast, ada dua protokol penjaluran yang dikernbangkan untuk jaringan intra-AS atau internal gateway protocol (IGP), yaitu DVMRP (Distance Vector Multicast Routing Protocol) dan MOSPF (Multicast Open Shortest Path First). DVMRP menggunakan algoritma distance vector sedangkan MOSPF menggunakan algoritma link state. Salah satu kelemahan algoritma distance vector adalah kemungkinan terjadinya routing loop yang dapat mengakibatkan keterlambatan pengiriman data. Sedangkan pada MOSPF hal tersebut tidak pernah terjadi. Skripsi ini akan mengemukakan suatu simulasi yang membandingkan kedua protokol tersebut dengan menunjukkan kemungkinan routing loop pada DVMRP. Analisa teori dikemukakan berdasarkan karakteristik dari tiap algoritma dan topologi-topologi jaringan yang digunakan dalam simulasi. Dari hasil simulasi kemudian diperoleh kesimpulan bahwa dari segi delay MOSPF lebih baik daripada DVMRP sebesar 38,58% sedangkan dari segi pemanfaatan bandwidth DVMRP lebih baik daripada MOSPF sebesar 12,67%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Sri Sugesti
"Pertumbuhan pengguna Internet sangat signifikan selama hampir dua dekade terakhir ini. Pertumbuhan ini didukung oleh kemudahan instalasi perangkat serta fleksibilitas aksesnya. Teknologi pendukung yang demikian itu adalah WLAN. Ekspansi area cakupan WLAN menggunakan medium serat optik membentuk jaringan hibrida yang disebut WiLANoF menemui masalah pada protokolnya. Diperlukan suatu rekayasa protokol untuk menyelesaikan masalah tersebut. Transmisi aplikasi yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda pula. Aplikasi elastik menggunakan protokol 802.11g DCF, sedangkan aplikasi waktu nyata menggunakan 802.11e HCCA. Untuk menjaga throughput, delay yang dihasilkan dirancang agar tidak melebihi suatu nilai tertentu yang tergantung pada persyaratan aplikasi. Dalam riset ini diusulkan prosedur komputasi 802.11b/g yang mempermudah proses desain dan pengendalian protokol DCF WiLANoF. Di samping, itu diusulkan suatu pendekatan baru yaitu optimasi TXOP menggunakan metode Knapsack untuk menghasilkan utilisasi kanal yang tinggi pada protokol HCCA.
Hasil analisis penggunaan prosedur komputasi 802.11 b/g untuk aplikasi elastik pada WiLANoF menunjukkan bahwa delay bound dipengaruhi oleh kelas dan mode operasi WLAN, skema CSMA/CA serta ukuran frame. Delay pada teknologi ERP-OFDM skema basic access 483 µs dan RTS/CTS 649 µs, dicapai untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 3780 m dan timeout 43 µs. Untuk teknologi DSSS-OFDM 54 Mbps mengalami delay skema basic access 1,2 ms dan RTS/CTS 2,05 ms untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 21,7 km dan timeout 22,2 ms. Optimasi TXOP aplikasi waktu- nyata menggunakan metode Knapsack berfungsi untuk mengendalikan parameter delay sehingga utilisasi kanal maksimum dapat dicapai. Hasil yang diperoleh adalah 22 TXOP untuk 45 TU CFP dan 4 laju mandatory, sedangkan panjang serat optik mencapai 1700 m.

The growth of Internet users are very significant for the last two decades. This growth may be supported by the installation easiness and the access flexibility of the Internet technologies. Such supporting technologies are Wireless-Local Area Network (WLAN). The optical fiber applications in the expansion of WLAN coverage area which is then called WLAN-over-Fiber (WiLANoF) encounter some problems due to the protocols. To resolve such protocol problems, a protocol engineering is required. The transmission of different applications have different requirements. The elastic applications transmission is carried out by 802.11g DCF protocol, while the real-time applications is managed by 802.11e HCCA protocol. To maintain the network throughput, the resulting delay is designed not to exceed a certain value which depends on the application requirements. This research proposes a B/G computing procedure that simplify the design process and the control of WiLANoF DCF protocol. In addition, it is also proposed a TXOP optimation that uses Knapsack method to produce high channel utilization upon the HCCA protocol.
The analysis results using the B/G computational procedures for elastic applications show that the WiLANoF delay bound is influenced by the class and the operation mode of WLAN, the CSMA/CA scheme as well as the size of the payload frames. The delay of 54 Mbps ERP-OFDM is 483 µs using the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 649 µs. The both results are achieved under the conditions of 1500 byte frame length, 3780 m optical fiber length and the 43 µs timeout. The delay of 54 Mbps DSSS-OFDM is 1.2 ms upon the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 2.05 ms. The last couple results are under the circumstances of 1500 bytes frame length, 21.7 km optical fiber length and 22.2 ms timeout. The TXOP optimation using the Knapsack method for real-time applications, can be used to control the delay parameter so that the maximum channel utilization can be achieved. The results obtained are 22 TXOP to 45 TU CFP and 4 mandatory rates, while the length of the optical fiber reaches 1700 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1423
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leopold Linggar
"IEEE 802. 16e-2005 dikenal juga dengan Mobile WiMAX merupakan versi mobile dari spesifikasi WiMAX 802.16d-2004 yang dikembangkan untuk aplikasi fix WiMAX pada transmisi data koneksi Broadband Metropolitan Area Network (MAN). Mobile WiMAX memungkinkan user untuk mengakses layanan dalam keadaan bergerak sehingga memberikan ?kebebasan? kepada user dalam hal mobilitas. Keadaan dimana seorang user harus berganti base station yang melayaninya dikenal sebagai handover (HO), Handover menjamin keberlangsungan layanan nirkabel (wireless) ketika user bergerak menuju batas-batas sel.
Permasalahan pada Mobile WiMAX adalah prosedur handover yang lambat berdampak pada terganggunya proses transmisi data maupun suara terutama untuk real time application dan voice quality seperti VoD, VoIP, video streaming, dan teleconfrence sehingga menurunkan kualitas layanan yang diberikan. Permasalahan handover dapat diatasi dengan optimasi handover pada Mobile WiMax. memprediksi Target BS (TBS) yang berpotensi untuk di-scan sehingga mengurangi delay pada proses handover serta menggunakan prosedur fast scan untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam proses scanning.
Pada penelitian ini dibahas perbaikan proses handover pada jaringan Mobile WiMAX. Proses handover disimulasikan menggunakan Opnet modeler versi 14.A. dimana hasil simulasi memberikan perbaikan pada waktu yang dibutuhkan dalam proses handover yang dilihat berdasarkan grafik throughput serta grafik handover time. Hasil simulasi handover menunjukan MS melakukan proses handover dari SBS menuju TBS dengan baik.

IEEE 802. 16e-2005 also known as Mobile WiMAX is a mobile version of WiMAX 802.16d-2004 specifications developed for fixed WiMAX applications in data transmission connection Broadband Metropolitan Area Network (MAN). Mobile WiMAX allows user to access the service in motion so as to provide "freedom" to the user in terms of mobility. Circumstances in which a user must change the serving base station also known as handover (HO), Handover ensure the sustainability of wireless services when the user moves toward to the cell boundaries.
Problems in Mobile WiMAX is a slow handover procedures have an impact on the disruption process data and voice transmission, especially for real time application and voice quality such as VoD, VoIP, video streaming, and teleconfrence could reduce the quality of services provided. Handover problems can be overcome by optimization of handover on Mobile WiMax. predict the target BS (TBS), which has the potential to be scanned, thereby reducing the delay in the handover process and the use of fast scan procedure to reduce the time required in the scanning process.
This research discuss about process improvement handover on Mobile WiMAX network. Handover process is simulated using OPNET modeler 14.A. version where the simulation results provide improvements to the time required in the process of handover as seen on the graph the throughput and handover time graph. The handover simulation results show MS handover process from the SBS to TBS working good.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T31386
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S37738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>