Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Husni Safruddin
"ABSTRAK
Kebutuhan terhadap Broadband Wireless Access (BWA) menjadi sangat penting dalam sistem komunikasi saat ini dan masa depan. BWA menawarkan solusi yang fleksibel, efisien dan sangat efektif dari sisi biaya (cost-effective solution) dalam mengatasi problem pengembangan komunikasi pada area pedesaan. WiMAX adalah salah satu teknologi BWA masa depan yang didesain untuk melayani berbagai jenis trafik. WiMAX dapat memenuhi permintaan QoS pada berbagai aplikasi dan informasi melalui jaringan komunikasi. WiMAX juga dirancang untuk dapat menerapkan berbagai algoritma penjadwalan guna meningkatkan pelayanan terhadap permintaan kelas QoS yang berbeda. Algoritma
penjadwalan sangat penting dalam WIMAX guna pemakaian sumber daya radio secara efisien.
Pada tesis ini penulis melakukan simulasi untuk membandingkan kinerja algoritma penjadwalan Weighted Round Robin (WRR) scheduler dan the Temporary Removal Scheduler yang dikombinasikan dengan Round Robin (TRS_RR) pada kelas QoS rtPS dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Simulasi dilakukan pada beberapa modulasi. Berdasarkan pengamatan terhadap throughput dan jitter, ternyata WRR memiliki besaran throughput dan jitter yang sedikit lebih baik daripada TRS_RR pada berbagai modulasi yang disimulasikan.

ABSTRACT
The demand for Broadband Wireless Access (BWA) becomes more and more important for current and future communication systems. BWA offers a flexible, efficient and cost-effective solution especially to deploy in remote areas. WiMAX is the next generation of BWA technology that was designed to serve all kind of traffic. Therefore, WiMAX is required to fulfill QoS requirements of any applications and information passing over the network. WiMAX enable to use any
scheduling algorithms to improve their service on different QoS class. Scheduling algorithms are of utmost importance in WiMAX for efficient use of radio resources.
The focuss of this paper is to compare the performance between the Weighted Round Robin (WRR) scheduler and the Temporary Removal Scheduler that combined with Round Robin (TRS_RR) on the real-time Polling Service (rtPS) QoS class using the Network Simulator (NS-2). The simulation running in several modulation. Base on the throughput and jitter, WRR scheduler posses throughput and jitter small better compare with TRS-RR on overall simulation modulation."
2009
T26204
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Nurmayni
"Sistem komunikasi merupakan salah satu bagian penting pada Wireless Sensor Network (WSN), karena sistem komunikasi tersebut dapat mendukung proses pengiriman data traffic dari beberapa grup sensor traffic surveillance ke Base Station. Umumnya, Zigbee adalah standar yang digunakan untuk protokol komunikasi wireless dengan menggunakan radio digital berukuran kecil dan berdaya rendah yang memiliki standar IEEE 802.15.4.
Pada penelitian ini telah dirancang pemodelan scheduling protocol sensor AMR dan video kamera dengan menggunakan metode queueing CBQ (Class Based Queueing) dan algoritma scheduling WRR (Weighted Round Robin) untuk memperoleh performansi QoS (Quality of Service) sistem dari segi throughput, packet delivery ratio, dan packet loss rate yang lebih baik. Simulasi pemodelan scheduling protocol dilakukan menggunakan software Netwok Simulator (NS-2) dengan dua skenario simulasi yaitu skenario perubahan interval transmisi dan skenario perubahan ukuran payload paket data. Analisis yang dilakukan adalah saat sistem menggunakan pemodelan scheduling protocol yang dirancang dan tanpa scheduling protocol.
Hasil penelitian ini, diperoleh pada skenario perubahan interval transmisi mempunyai throughput paling bagus dari grup sensor video sebesar 36,008 Kbps pada interval transmisi 0,02 detik, packet delivery ratio sebesar 99,915 %, dan packet loss rate sebesar 0,0845 %. Sedangkan, pada skenario perubahan ukuran payload paket data diperoleh throughput grup sensor video sebesar 91,368 Kbps pada ukuran paket 100 byte, packet delivery ratio sebesar 99,94 % pada ukuran 50 byte, dan packet loss rate 0,06 % pada ukuran 50 byte. Pemodelan scheduling protocol pada penelitian ini dapat meningkatkan throughput rata-rata sekitar 96,80 % - 388,25 %, meningkatkan packet delivery ratio rata-rata sekitar 25,5 % - 51,6 %, serta mengurangi packet loss rate rata-rata sekitar 58,51 % - 73,16 %.

Communication system is an essential part in Wireless Sensor Network (WSN), because it supports sending traffic data between groups of traffic surveillance sensor and the base station. Generally, ZigBee is a standard that is used in wireless communication protocols using small-sized and low power digital radio which has the IEEE 802.15.4 standard.
In this research, the scheduling protocol modeling of AMR and camera video is proposed using CBQ (Class Based Queueing) queueing method and WRR (Weighted Round Robin) scheduling algorithm. The proposed modelling aim to obtain QoS (Quality of Service) system performance that is better throughput, packet delivery ratio and packet loss rate. This modelling schedulling protocol is simulated by using the Network Simulator (NS-2) software. The simulation scenarios are varying the transmission intervals and changing packet data payload size. The simulation analysis are comparing when use scheduling protocol modeling and without scheduling protocol modeling.
The result of this research are in transmission interval scenario achieved by video sensor group which have the best throughput is 36.008 kbps in transmission interval 0.02 second. The packet delivery ratio is 99.915%. The packet loss rate is 0.0845%. In payload size of packet data scenario, the best throughput achieved by video sensor group is 91.368 kpbs in the packet size of 100 byte. The packet delivery ratio is 99.94% in size of 50 byte. The packet loss rate is 0.06% in the packet size of 50 byte. Modeling of scheduling protocol in this research can improve QoS (Quality of Service) system. Increase average throughput is about 96.80 % - 388,25 %. Increase average packet delivery ratio is about 25,5 % - 51,6 %. Decrease average packet loss rate is about 58,51 % - 73,16 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Dewandaru
"Pada downlink LTE, scheduler merupakan elemen penting yang bertugas untuk mengatur pembagian RB untuk user yang berbeda dalam satu cell. RB adalah elemen terkecil yang bisa diatur oleh scheduler. Pengajuan Algoritma baru dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan tradeoff antara nilai throughput dan fairness antaruser serta optimalisasi fairness. Algoritma diajukan dengan menggabungkan kelebihan dari scheduler round robin dan best CQI pada setiap time slot dengan optimalisasi fairness pada Best CQI. Algoritma round robin diletakkan pada time slot pertama dengan kontinuitas urutan user pada seluruh subframe. Algoritma best CQI ditempatkan pada time slot kedua dengan peningkatan nilai fairness. Pada pengambilan sampel pada titik SNR 15dB nilai throughput yang dihasilkan masing-masing scheduler adalah 61.2Mbps pada Best CQI, 48Mbps pada new scheduler, dan 32.3Mbps pada Round Robin. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa nilai throughput scheduler yang diajukan berada diantara nilai throughput best CQI dan round Robin. Dalam hal fairness, nilai fairness dihitung berdasarkan Jain?s fairness Index, yang menghasilkan nilai index 0.97 untuk index fairness pada scheduler baru yang diajukan pada SNR 15dB. Average queuing delay pada kondisi penggunaan oleh 20 user pada bandwidth 5MHz menunjukkan nilai 0.5ms untuk scheduler Round Robin, 0.94 ms untuk new scheduler, dan 29.38ms untuk scheduler Best CQI.

In downlink LTE, scheduler is an important element which assigns RB allocation for different users in a cell. RB is the smallest element which can be assigned by scheduler. This work proposes a new scheduler algorithm by considering the tradeoff balance between throughput and fairness among users. The proposed scheduler combines the benefit from the best CQI and Round Robin Scheduler. The first time slot applies a round robin algorithm in the basis of a continuity in user sequence at the entire subframes. The second time slot applies the best CQI algorithm with a fairness enhancement. At 15dB SNR, the throughput of each scheduler is 61.2Mbps for best CQI scheduler, 32.3Mbps for Round Robin scheduler, and 48Mbps for the proposed scheduler. Based on Jain's Fairness Index, the proposed scheduler has a fairness index of 0.97. For 20 users at 5MHz bandwidth, the average queuing delay gives the value of 5ms for Round Robin scheduler, 29.38ms for best CQI scheduler, and 0.94ms for the proposed scheduler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josef
"Di tahun-tahun ke depan, komunitas akademik, bisnis dan industri akan dihadapkan pada kemunculan kebutuhan komputasi yang beraneka ragam dengan jumlah besar. Kebutuhan ini memicu penyediaan sumber daya komputasi dalam jumlah besar pula. Penyediaan sumber daya semacam ini harus memiliki nilai efisien dan efektif baik dari segi ruang, biaya dan waktu sehingga bukan sekedar penumpukan mesin-mesin komputer saja. Salah satu solusinya adalah melalui penyediaan sistem high-throughput computing. Penelitian ini mencoba membangun sistem tersebut dengan berbasis grid menggunakan Condor dan Globus Toolkit. Alasan penggunaan Condor didasarkan pada kemampuan dan spesialisasi Condor sebagai job scheduler yang mampu menyediakan lingkungan high-throughput computing. Selain itu, Condor merupakan salah satu job manager yang didukung penggunaannya di dalam Globus Toolkit. Percobaan pembangunan ini meliputi perancangan sistem, perencanaan simpul-simpul komputasi, instalasi dan konfigurasi sistem, dan pengujian sistem. Produk akhir dari penelitian ini menghasilkan sebuah sistem grid yang siap digunakan dan dapat dikembangkan lebih lanjut serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaran perancangannya."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Indrawan
"Teknologi LAN-ATM merupakan satu dari sekian banyak solusi yang ditawarkan untuk merevisi jaringan yang telah ada. Sistem tersebut memanfaatkan infrastruktur yang telah ada sebelumnya, mendukung pemakaian UTP dan STP bahkan fiber-optik, serta memiliki bandwith 25,6 Mbps, lebih tinggi dari bandwidth berbagai jaringan lokal yang umum dipergunakan seperti Ethernet 10 Mbps dan Token Ring 16 Mbps. Untuk itu diperlukan pengujian teknis sebagai suatu usaha untuk mempelajari karakteristik dan unjuk kerja jaringan LAN-ATM dalam menangani laju arus informasi yang mungkin terjadi. Pengujian tersebut dapat merupakan suatu analisa matematis, simulasi unjuk keda maupun pengujian laboratorium. Round robin merupakan sebuah mekanisme penjadwalan yang umum digunakan dalam membentuk sebuah sistem pelayanan pada ATM switch. Penjadwalan ini memberikan layanan bagi sebuah sel dari tiap terminal pada tiap siklus penjadwalan. Dengan demikian, data pada tiap terminal mendapatkan pelayanan sistem tanpa harus menunggu selesainya layanan pada terminal lain. Tugas akhir ini merupakan suatu usaha untuk mempelajari unjuk kerja ATM switch dengan penjadwalan round robin. Pada tugas akhir ini dilakukan suatu analisa dan simulasi unjuk kerja sistem untuk mengukur troughput dan waktu tunda dalam pertukaran informasi. Unjuk kerja tersebut diukur sebagai pengaruh dari jumlah terminal, kapasitas terminal dan ukuran data. Simulasi dilakukan dengan mencontoh kondisi sistem yang sebenamya sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang cukup akurat dan dapat merepresetasikan unjuk kerja jaringan LAN-ATM pada sebuah titik ATM switch."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Endang Sriningsih
"ABSTRAK
Teknologi LAN-ATM merupakan satu dari sekian banyak solusi yang ditawarkan untuk merevisi jaringan yang telah ada. Sistem tersebut memanfaatkan infrastruktur yang telah ada sebelumnnya, mendukung pemakaian DTP dan STP bahkan fiber-optik, serta memiliki bandwidth 25,6 Mbps, lebih tinggi dari bandwidth berbagai jaringan lokal yang umum dipergunakan seperti Ethernet 10 Mbps dan Token Ring 16 Mbps. Untuk itu diperlukan pengujian teknis sebagai suatu usaha untuk mempelajari karakteristik dan unjuk kerja jaringan LAN-ATM dalam menangani laju arus informasi yang mungkin terjadi. Pengujian tersebut dapat merupakan suatu analisa matematis, simulasi unjuk kerja maupun pengujian laboratorium. Round robin merupakan sebuah mekanisme penjadwalan yang umum digunakan dalam membentuk sebuah sistem pelayanan pada ATM switch. Penjadwalan ini memberikan layanan bagi sebuah sel dari tiap terminal pada tiap siklus penjadwalan. Dengan demikian, data pada titik terminal mendapatkan pelayanan sistem tanpa harus menunggu selesainya layanan pada terminal lain. Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mempelari unjuk kerja ATM switch dengan penjadwalan round robina Pada tugas akhir ini dilakukan suatu analisa dan simulasi unjuk kerja sistem untuk mengukur troughput dan waktu tunda dalam pertukaran informasi. Unjuk kerja tersebut diukur sebngai penguruh dan jumlah terminal, kapasitas terminal dan ukuran data Simulasi dilakukan depgan mencontoh kondisi sistem yang sebenamya sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang cukup akurat dan dapat merepresetasikan unjuk kerja jaringan LAN-ATM pada sebuah titik ATM switch."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Asvial
"In the case of downlink LTE, scheduler is an important element which assigns RB allocation for different users in a cell. RB is the smallest element which can be assigned by scheduler. This work proposes a new scheduler algorithm by considering the tradeoff balance between throughput and fairness among users. The proposed scheduler combines the benefit from the Best CQI and Round Robin Scheduler. The first time slot applies a Round Robin algorithm in the basis of a continuity in user sequence at the entire sub frames. The second time slot applies the Best CQI algorithm with a fairness enhancement. At 15dB SNR, the throughput of each scheduler is 61.2Mbps for Best CQI scheduler, 32.3Mbps for Round Robin scheduler, and 48Mbps for the proposed scheduler. Based on Jain’s Fairness Index, the proposed scheduler has a fairness index of 0.97. For 20 users at 5MHz bandwidth, the average queuing delay gives the value of 5ms for Round Robin scheduler, 29.38ms for Best CQI scheduler, and 0.94ms for the proposed scheduler."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diyanatul Husna
"ABSTRAK
Apache Hadoop merupakan framework open source yang mengimplementasikan MapReduce yang memiliki sifat scalable, reliable, dan fault tolerant. Scheduling merupakan proses penting dalam Hadoop MapReduce. Hal ini dikarenakan scheduler bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya untuk berbagai aplikasi yang berjalan berdasarkan kapasitas sumber daya, antrian, pekerjaan yang dijalankan, dan banyaknya pengguna. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadapap Capacity Scheduler dan Fair Scheduler. Pada saat Hadoop framework diberikan 1 pekerjaan dengan ukuran data set 1,03 GB dalam satu waktu. Waiting time yang dibutuhkan Capacity Scheduler dan Fair Scheduler adalah sama. Run time yang dibutuhkan Capacity Scheduler lebih cepat 6% dibandingkan Fair Scheduler pada single node. Sedangkan pada multi node Fair Scheduler lebih cepat 11% dibandingkan Capacity Scheduler. Pada saat Hadoop framework diberikan 3 pekerjaan secara bersamaan dengan ukuran data set (1,03 GB ) yang sama dalam satu waktu. Waiting time yang dibutuhkan Fair Scheduler lebih cepat dibandingkan Capacity Scheduler yaitu 87% lebih cepat pada single node dan 177% lebih cepat pada multi node. Run time yang dibutuhkan Capacity Scheduler lebih cepat dibandingkan Fair Scheduler yaitu 55% lebih cepat pada single node dan 212% lebih cepat pada multi node. Turnaround time yang dibutuhkan Fair Scheduler lebih cepat dibandingkan Capacity Scheduler yaitu 4% lebih cepat pada single node, sedangkan pada multi node Capacity Scheduler lebih cepat 58% dibandingkan Fair Scheduler. Pada saat Hadoop framework diberikan 3 pekerjaan secara bersamaan dengan ukuran data set yang berbeda dalam satu waktu yaitu data set 1 (456 MB), data set 2 (726 MB), dan data set 3 (1,03 GB) dijalankan secara bersamaan. Pada data set 3 (1,03 GB), waiting time yang dibutuhkan Fair Scheduler lebih cepat dibandingkan Capacity Scheduler yaitu 44% lebih cepat pada single node dan 1150% lebih cepat pada multi node. Run time yang dibutuhkan Capacity Scheduler lebih cepat dibandingkan Fair Scheduler yaitu 56% lebih cepat pada single node dan 38% lebih cepat pada multi node. Turnaround time yang dibutuhkan Capacity Scheduler lebih cepat dibandingkan Fair Scheduler yaitu 12% lebih cepat pada single node, sedangkan pada multi node Fair Scheduler lebih cepat 25,5% dibandingkan Capacity Scheduler

ABSTRACT
Apache Hadoop is an open source framework that implements MapReduce. It is scalable, reliable, and fault tolerant. Scheduling is an essential process in Hadoop MapReduce. It is because scheduling has responsibility to allocate resources for running applications based on resource capacity, queue, running tasks, and the number of user. This research will focus on analyzing Capacity Scheduler and Fair Scheduler. When hadoop framework is running single task. Capacity Scheduler and Fair Scheduler have the same waiting time. In data set 3 (1,03 GB), Capacity Scheduler needs faster run time than Fair Scheduler which is 6% faster in single node. While in multi node, Fair Scheduler is 11% faster than Capacity Scheduler. When hadoop framework is running 3 tasks simultaneously with the same data set (1,03 GB) at one time. Fair Scheduler needs faster waiting time than Capacity Scheduler which is 87% faster in single node and 177% faster in muliti node. Capacity Scheduler needs faster run time than Fair Scheduler which is 55% faster in single node and 212% faster in multi node. Fair Scheduler needs faster turnaround time than Capacity Scheduler which is 4% faster in single node, while in multi node Capacity Scheduler is 58% faster than Fair Scheduler. When hadoop framework is running 3 tasks simultaneously with different data set, which is data set 1 (456 MB), data set 2 (726 MB), and data set 3 (1,03 GB) in one time. In data set 3 (1,03 GB), Fair Scheduler needs faster waiting time than Capacity Scheduler which is 44% faster in single node and 1150% faster in muliti node. Capacity Scheduler needs faster run time than Fair Scheduler which is 56% faster in single node and 38% faster in multi node. Capacity Scheduler needs faster turnaround time than Fair Scheduler which is 12% faster in single node, while in multi node Fair Scheduler is 25,5% faster than Capacity Scheduler"
2016
T45854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faustelian Hafizh
"Sejalan dengan meningkatnya popularitas kapal pesiar dalam beberapa waktu terakhir, beberapa rute baru telah dikembangkan demi menggaet ceruk pasar yang lebih luas dan lebih masif. Walaupun dalam 3 tahun ke belakang industri tersebut terdampak pandemi, namun menurut data, di seluruh dunia, industri kapal pesiar memiliki tingkat pertumbuhan tahunan penumpang sebesar 6,6% dari 1990-2019. Menyikapi hal ini, beberapa perusahaan pelayaran kapal pesiar gencar membuat dan melakukan kajian untuk membuat rute baru. Kebijakan ini juga merupakan salah satu cara perusahaan memanfaatkan kondisi pasar yang mulai berangsur membaik pasca pandemi. Sampai saat ini sudah ada total 8 armada kapal pesiar baru dari MSC Cruises yang akan dibangun dan siap berlayar di tahun 2023-2028. Namun nyatanya beberapa rute baru hanya menggunakan diversifikasi pelabuhan singgah dan destinasi di berbagai pelabuhan sebagai variabel. Maka dari itu, pemilihan rute merupakan hal yang krusial untuk dapat mengurangi biaya operasional yang tinggi, meminimalisir jarak tempuh serta konsumsi bahan bakar demi mengurangi jejak karbon dan polusi udara. Penelitian ini mengimplementasikan metode optimasi dengan menggunakan Travelling Salesman Problem, dengan algoritma Hamiltonian cycle. Dengan algoritma tersebut, harapannya dapat ditemukan jalur antar pelabuhan dari setiap trayek round-trip dari kapal MSC Cruises yang paling pendek dalam segi jarak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah trayek yang sudah ditentukan merupakan jalur paling pendek. Pada penelitian dengan judul Optimasi Pemilihan Rute Pelayaran round-trip Kapal Pesiar MSC Cruises menggunakan Hamiltonian Cycle, ditemukan adanya perbedaan jarak yang lebih dekat sehingga menghasilkan rute pelayaran round-trip yang efisien dan lebih hemat biaya.

With the increasing popularity of cruise ships in recent times, several new routes have been developed to capture a wider and more massive market niche. Even though in the past 2 years the industry has been affected by a pandemic, according to data, worldwide, the cruise ship industry has had an annual passenger growth rate of 6.6% from 1990-2019. In response to this, several cruise ship shipping companies are intensively making and carrying out studies to create a new route. This policy is also one way for the company to take advantage of market conditions which are starting to improve gradually after the pandemic. Until now, there are a total of 8 new cruise ships from MSC Cruises that will be built and ready to sail in 2023-2028. However, in fact, several new routes only use the diversification of transit ports and destinations at various ports as variables. Therefore, route selection is crucial to reduce high operational costs and minimize mileage and fuel consumption to reduce carbon footprint and air pollution. This study implements the optimisation method using the Traveling Salesman Problem, with the Hamiltonian cycle algorithm. With this algorithm, the hope is to find the shortest route between ports from each round-trip route for MSC Cruises in terms of distance. This study aims to test whether the route that has been determined is the shortest path. In a study entitled Optimizing the Selection of Round-trip Cruise Routes for MSC Cruises using the Hamiltonian Cycle to find a difference in closer distances resulting in an efficient and more cost-effective round-trip shipping route."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>