Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134707 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regina
"Penyakit campak adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian anak-anak di dunia termasuk di Indonesia. Setiap negara diajak secara bertahap mereduksi dan mengeliminasi penyakit campak dengan memberikan imunisasi rutin kepada bayi dan dilakukan imunisasi campak tambahan untuk menjangkau anakanak yang belum pernah divaksinasi atau belum pernah menderita penyakit campak, serta kesempatan kedua untuk kasus kegagalan vaksinasi campak. Di Indonesia, Departemen Kesehatan memberikan imunisasi campak tambahan melalui kegiatan ?Kampanye Imunisasi Campak? yang dilakukan dalam lima tahap dari bulan Januari 2005 sampai dengan 10 September 2007 tetapi hingga saat ini belum ada informasi tentang dampaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi penyakit campak dan imunisasi campak, serta korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit campak di Indonesia tahun 2004 - 2008. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder surveilans penyakit campak dari Sub Direktorat Surveilans dan data cakupan imunisasi dari Sub Direktorat Imunisasi Direktorat Jendral P2PL Departemen Kesehatan RI. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi kasus campak berdasarkan umur, provinsi, tahun, dan bulan, serta secara bivariat untuk melihat hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak yang menggunakan uji Korelasi dan Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan insiden kasus campak tertinggi terjadi pada kelompok umur 0-4 tahun dan tertinggi kedua pada kelompok umur 5-9 tahun, terjadi pada provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005, dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun 2006.
Kecendrungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September dari tahun 2004 ? 2008. Cakupan imunisasi kampanye campak tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Tengah. Cakupan imunisasi kampanye campak terendah terjadi pada provinsi Sumatera Barat. Dan Peningkatan cakupan imunisasi kampanye campak meningkatkan insiden campak satu tahun sesudah kampanye campak.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar program pencegahan penyakit campak lebih difokuskan pencegahan pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun setiap tahunnya, tidak hanya pada provinsi dengan padat penduduknya tetapi juga pada populasi yang tidak padat penduduknya, dan pada bulan September. Agar penguatan surveilans campak terus ditingkatkan khususnya di provinsi yang pelaksanaan surveilans campaknya kurang baik. Agar dilakukan kegiatan peningkatan cakupan imunisasi pada provinsi-provinsi yang cakupan imunisasi campak belum diatas 90%. Agar dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan adanya hubungan di tingkat individu untuk hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak khususnya untuk melihat dampak dari kampanye campak di Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitri Rahmadainawati
"Penyakit campak masih menjadi permasalahan global sebagai penyebab seperempat kematian pada anak-anak, dan tesis ini bertujuan menganalisis pembentukan PMK No.42 Tahun 2013 dengan mempertimbangkan kebijakan internasional dan aspek lainnya, menggunakan segitiga analisis kebijakan. Pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen dilakukan di Kementerian Kesehatan, mitra, dan pelaksana program. Pembentukan kebijakan nasional imunisasi campak dipengaruhi oleh faktor diantaranya para pembuat kebijakan, lingkungan kebijakan, strategi penyelenggaraan imunisasi dan proses pembuatan keputusan. Lingkungan kebijakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi, terutama aspek politikekonomi. Persepsi, peran dan komitmen dari para pembuat kebijakan mempengaruhi proses pembuatan keputusan kebijakan nasional imunisasi campak terhadap strategi penyelenggaraan imunisasi yang dipilih.

Measles remains a global problem as the cause of a quarter of deaths in children, and this thesis aims to analyze the formation of PMK 42 in 2013 to consider international policies and other aspects, using policy analysis triangle. Qualitative approach with in-depth interviews and document review conducted at the Ministry of Health, partners, and implementing programs. The formation of a national measles immunization policy is influenced by factors such as policy makers, environmental policy, strategy and implementation of immunization decision-making process. Environmental policy is a factor that most affects, especially the political and economic aspects. Perception, the role and commitment of policy makers influencing national policy decision-making process of immunization against measles immunization implementation strategy chosen."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restya Sri Sugiarti
"Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan sebagian besar diderita oleh anak-anak di seluruh dunia. Pada tahun 2013 terdapat 11.521 kasus campak di Indonesia, dimana Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kedua jumlah kasus terbanyak. Jumlah kasus campak klinis di Kota Depok dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan fluktuatif. Kasus campak klinis di Puskesmas Sukmajaya menepati peringkat pertama jumlah kasus campak klinis tertinggi di Kota Depok meskipun cakupan imunisasi campak tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian campak klinis di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Sumber data peneitian berasal dari data sekunder laporan C-1 campak klinis dan laporan imunisasi. Jumlah sampel dan kontrol masing-masing 69. Variabel yang diteliti yaitu umur, jenis kelamin, tempat, dan waktu. Analisis data menggunakan uji statistic chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel umur yang menunjukkan adanya hubungan bermakna dengan kejadian campak klinis (OR=0,017; 95% CI= 0,004- 0,073). Disarankan melakukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi campak pada anak usia sekolah, melakukan promosi kesehatan dan pelatihan kader untuk menurukan kasus campak klinis di Kelurahan Mekarjaya, dan meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan surveilans campak C-1.

Measles is a highly contagious infectious disease and mostly suffered by children worldwide. In 2013 there were 11.521 cases of measles in Indonesia, where West Java Province ranked the second highest number of cases. Clinical measles trends in Depok from year to year has a tendency to fluctuate. Where Sukmajaya health centre have highest number of clinical measles in Depok although measles immunization coverage is high.
This study aims to determine the factors associated with the occurrence of clinical measles in Sukmajaya health centre working area Depok City year 2014-2015. This study was a case control studies. Source of research data derived from secondary data from C-1 clinical measles report and immunization report. Number of samples 69 cases and 69 controls. The variables studied were age, sex, place, and time. Analysis of data using statistical chi square test.
The results showed that only age variable that showed significant associated with the incidence of clinical measles (OR=0,017; 95% CI= 0,004-0,073). It is suggested to increase public awareness for immunization against measles in school age children, health promotion and training of cadres to derive clinical measles cases in the Village Mekarjaya, and improve quality of recording and reporting C-1 measles surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim D.P.
"Imunisasi campak merupakan suatu cara pemberian kekebalan terhadap penyakit campak kepada bayi umur 9-11 bulan. Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian karena campak. Sampai saat ini distribusi cakupan campak belum mencapai hasil yang diharapkan. Masih banyak bayi yang belum terimunisasi campak, hal ini belum dapat memberi perlindungan terhadap penyakit campak. Timbul pertanyaan karakteristik apa dari ibu yang berhubungan dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Jenis penelitian adalah 'cross sectional', untuk melihat hubungan antara karakteristik ibu dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Lokasi penelitian di Propinsi Sulawesi Selatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji Regresi Logistik baik cara sederhana maupun cara ganda, untuk melihat kemaknaan suatu kecenderungan dan estimasi probabilitas suatu karakteristik ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ibu yang erat hubungannya dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan adalah: 1) penolong persalinan yailtu persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, 2) tempat pengobatan yaitu tempat pencarian pengobatan ibu dan keluarganya bila mereka sakit, 3) status/pengalaman KB yaitu ibu yang pernah ikut program KB, 4) umur ibu yaitu umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian, 5) pendidikan suami yaitu lama/tingkat pendidikan suami dan 6) pemilikan KMS yaitu adanya KMS yang dimiliki anak umur 9-36 bulan sampai saat penelitian.
Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak tertinggi sebesar 99% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, berobat ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (Modern), pernah ikut program KB, umur ibu <26 tahun, suami berpendidikan dan anak tersebut memiliki KMS. Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak terendah sebesar 25% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dukun/tetangga/keluarga, berobat bukan ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (modern) tetapi mengobati sendiri/ke dukun /tabib/ke pengobatan tradisional, tidak pernah ikut program KB, umur ibu >29 tahun tahun, suami tidak berpendidikan dan anak tersebut tidak memiliki KMS. Agar status imunisasi campak anak dapat ditingkatkan, maka perlu ada prioritas intervensi pada ke-6 karakteristik ibu seperti tersebut di atas.

Characteristics of Mother In Relation to Immunization Status Against Measles of Children Aged 9-36 month in South Sulawesi, 1991The practice of immunization against Measles is one of the procedures that can protect baby aged 9-11 month against measles. This program cans greatly reduce the-morbidity and mortality of measles. Until nowadays there are a great number of children had not been immunized. As to identifying the reasons for inadequate coverage, the question are that characteristic of mother related to immunization status against measles of children aged 9-36 month. The study was cross sectional and was carried out in the Province of South Sulawesi. The objective of the study is to determine characteristics of mother related to measles. To decide which characteristic of mother are predictive of status of immunization the analysis were done with simple and multiple logistic regression.
The result indicated that the characteristics of mother related to measles immunization status in children aged 9-36 month are: 1) maternity care (doctors, midwives, trained health workers); 2) health seeking care; 3) prior experiences in family planning program; 4) age of mother; 5) education of the head of the family; 6) monitoring health recorder status (road to health card).
The highest estimated probability is 99% with the condition of mothers are: maternity care are doctors /midwives /trained health workers; seeking care to modern health services; being with family planning program; age of mother <20 years; educated husband; and having monitoring health recorder (road to health card). The least estimated probability is 25% are found in mothers with maternity care by member of family/ neighbors/ traditional birth attendants; non professional seeking care (self medication, traditional practitioners); never been with family planning program; aged >29 years; uneducated husband; and with no (KMS (road to health card). As to increase the immunization status against measles it should be made an intervention priority in the six characteristics that had been mentioned above.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Priyono Soewandijono
"Penyakit campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik dari segi surveilans epidemiologi maupun pemberantasannya. Penyakit campak dapat dikatakan menyebar secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Di beberapa daerah masih sering terjadi kejadian luar biasa (KLB), terutama daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan seperti daerah transmigrasi (Gunawan, 1987: 62-65).
Adapun KLB campak di Indonesia selama tahun 1989-1993 adalah seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1.1.
KLB Campak di Indonesia Selama Tahun 1989 - 1993
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel di atas tampak bahwa pada tahun 1992 merupakan puncak dari jumlah KLB, jumlah kasus, dan jumlah Dati II yang mengalami KLB, walaupun jumlah Dati I dan CFR-nya lebih rendah dari tahun sebelumnya. Jumlah Dati I yang mengalami KLB dan CFR tampak meningkat pada tahun berikutnya.
Adapun KLB campak di Propinsi Java Barat antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 adalah seperti pada tabel berikut:
Taber 1.2.
KLB Campak di Propinsi Jawa Barat Selama Tahun 1991 - 1994
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel ini tampak bahwa di Propinsi Jawa Barat jumlah KLB cenderung menurun walaupun CFR-nya cenderung meningkat.
Angka insidens penyakit campak menurut SKRT 1986 adalah 44/10.000 penduduk per bulan atau 528.110.000 penduduk dalam 1 tahun. Kasus campak yang ada sebenarnya lebih besar bila pencatatan dan pelaporannya lebih baik (Ditjen PPM & PLP, 1994). Keadaan lingkungan jelek dan gizi masih kurang akan menyebabkan angka kematian menjadi tinggi. (PPK LPUI, 1992: 13). Pada permulaan tahun 1990 sekitar 1 juta anak-anak di dunia, terutama di negara berkembang, meninggal karena penyakit campak setiap tahun. Case Fatality Rate (CFR) di negara berkembang berkisar 10-20 kali lebih tinggi daripada negara industri (Ditjen PPM & PLP, 1994). Di beberapa negara berkembang sebelum vaksinasi dijalankan.
Kematian karena campak dari semua golongan umur adalah 3,5% atau lebih (Depkes RI, 1984) dan naik menjadi 10% di saat terjadi wabah (Masjkuri, 1987). Dari hasil pelacakan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia ternyata angka kematian masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1989 tercatat 4,6% dan pada tahun 1993 tercatat 7,9% (Ditjen PPM & PLP, 1994). Pada SKRT 1992 penyakit campak menduduki peringkat ke 6 dalam penyebab kematian bayi karena menyebabkan 2,6% kematian bayi, sedangkan sebagai penyebab kematian pada anak umur 1-4 tahun penyakit campak bersama-sama dengan penyakit difteri dan pertusis menduduki peringkat ke 3 karena menyebabkan 9,4% kematian pada golongan umur tersebut. CFR campak di rumah sakit di Jawa Barat pada tahun 1991 tercatat 0% dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,3%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan CFR penderita campak yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3.
CFR Penderita Campak yang dirawat inap rumah sakit di Indonesia dari Tahun 1988 -1992
Lihat Bentuk PDF"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmerillia Farah Dewi
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus paramyxoviridae. Virus tersebut mampu menekan imunitas atau daya tahan tubuh anak. Penyakit campak memiliki gejala klinis, kemerahan di tubuh berbentuk makulo papular didahului panas badan >38oC (teraba panas) selama 3 hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. Kasus campak masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah respon imun yang kurang optimal. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan respon tersebut. Dengan perbaikan mutu vaksin, peningkatan status gizi masyarakat dan penanganan kasus yang baik diharapkan kasus campak dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan desain ekologi korelasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan insiden campak dengan imunsasi campak menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,240) dan berpola negatif, dengan nilai p > 0,05 (0,647) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk hubungan insiden campak dengan status gizi buruk dan kurang menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,001) dan berpola positif, dengan nilai p > 0,05 (0,999) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi buruk dan kurang dengan insiden campak. Pada hubungan insiden campak dengan kepadatan penduduk menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,096) dan berpola negatif, dengan nilai p = 0,856 yang Hubungan berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk meningkatkan menurunkan insiden campak perlu dilakukan peningkatan status gizi anak serta penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi campak. Selain itu perlu ditingkatkannya system pencatatan dan pelaporan sehingga dapat diperoleh data yang akurat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Irawan
"Dewasa ini di Indonesia, campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Imunisasi campak telah dimulai tahun 1982 dan cakupan imunisasi mengalami peningkatan. Meskipun demikian, di beberapa daerah masih terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan atas kenyataan ini, dilakukan penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak sesuai dengan SOP Imunisasi di Kabupaten Majalengka, tahun 2002, yang terdiri atas beberapa variabel, antara lain : lama masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pelatihan, sikap, perilaku, jarak, transportasi, kelengkapan imunisasi, vaksin campak yang dipergunakan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan insentif.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Majalengka tahun 2002 dengan mempergunakan disain studi potong-lintang (cross sectional), serta mempergunakan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, dengan responden yang berjumlah 209 orang yang merupakan seluruh populasi yang telah memenuhi kriteria sampel yang dimaksudkan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, multivariat dan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 4 (empat) dari 11 (sebelas) variabel yang diperoleh adanya hubungan yang bermakna secara statistik, antara lain : pelatihan petugas (OR = 3,54; 95% CI = 1,42 - 8,82; p = 0,007), pengetahuan (OR = 5,69; 95% CI = 2,10 - 15,44; p = 0,001), sikap (OR = 3,45; 95% CI = 1,40 - 8,50; p = 0,009), dan perilaku (OR 2,26; 95% CI = 0,94 - 5,45; p = 0,068). Selanjutnya, pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi pada faktor risiko yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak.
Dari hasil penelitian ini disarankan, bahwa masih perlu adanya peningkatan pelatihan bagi petugas kesehatan. Dengan demikian, diharapkan akan mampu trampil dalam memberikan pelayanan imunisasi campak kepada sasaran, terutama dalam hal cara pemberian imunisasi campak kepada sasaran. Di samping itu, dengan adanya pelatihan akan dapat menjawab masalah kebutuhan tenaga imunisasi campak di Puskesmas, Kabupaten Majalengka. Adanya peningkatan pendidikan dan pengetahuan juga perlu diperhatikan. Selain itu, perlu dipertimbangkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dengan kata lain masalah pelatihan, pendidikan dan pengetahuan petugas perlu dipertimbangkan secara khusus.
Factors Related to the Staff Obedience to the Measles Immunization Method in Accordance with the SOP of Immunization the Regency of Majalengka in 2002In Indonesia, recently measles is a public health problem. Through measles immunization in Indonesia, which had been established since 1982, it has been, increased the coverage gradually. However, it can be seen that measles outbreak in some areas, such as in the Regency of Majalengka has been occurred in other rural and urban areas.
Based on these facts, a study was carried on investigating the factors related to the staff obedience to the measles immunization method in accordance with the SOP of Immunization, the Regency of Majalengka in 2002. The variables consist of: occupational period, education, knowledge, training, attitude, behavior, distance, transportation, completeness of measles immunization, measles vaccine used by staff in the Public Health and incentive.
The study in the Regency of Majalengka in 2002, made use the cross-sectional design study, and primary data has been accepted through observation and interview, with 209 respondent, namely the whole population meeting the sample criteria mentioned above. Data were analyzed by univariate, bivariate, multivariate and descriptive analysis.
The results of study showed, 4 (four) of 11 (eleven) variables was statistically significant correlation, those are: training (OR = 3.54; 95% CI = 1.42 - 8.82; p = 0.007), knowledge (OR = 5.69; 95% CI = 2.10 - 8.82; p = 0.001), attitude (OR = 3.45; 95% CI = 1.40 - 8.50; p = 0.009), and behavior (OR = 2.26; 95% CI = 0.94 - 5.45; p = 0.068). Furthermore, this study did not show any interaction of risk factors related of the measles immunization.
Based on the research, it is necessary suggested to improve training for the staff gradually. In this way, as was mentioned above, hope to be able to skilled up the staff in order to make a better measles immunization service, mainly in relation to the measles immunization of the target. In addition, by the training, it is hope, the problem of the need of measles immunization staff in the Public Health; the Majalengka Regency can be applied properly. It was also considered necessary to improve knowledge and education efforts. The other words, training, knowledge and education of the staff are necessary given a special attention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diany Litasari
"Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan desain potong lintang (cross-sectional) pada 514 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2017-2018 yang bertujuan mengetahui hubungan antara kejadian campak di Indonesia Tahun 2018 dengan cakupan imunisasi campak rutin (dosis pertama pada bayi dan dosis kedua pada anak baduta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang berada di luar Pulau Jawa berisiko 1,019 kali untuk mendapatkan kejadian campak tinggi jika cakupan imunisasi campak rutin dosis pertama pada bayi dan cakupan vitamin A tahun 2017 rendah, setelah dikontrol oleh cakupan imunisasi campak tambahan masal pada Kampanye Imunisasi MR, kepadatan penduduk, persentasi status gizi kurang dan cakupan vitamin A tahun 2018. Sementara itu, kabupaten/kota yang berada di Pulau Jawa berisiko 1,456 kali untuk mendapatkan kejadian campak tinggi, jika cakupan imunisasi campak rutin dosis pertama pada bayi dan cakupan vitamin A tahun 2017 rendah. Kabupaten/kota yang memiliki cakupan imunisasi campak rutin dosis kedua pada baduta rendah memiliki risiko 1,486 (95% CI : 0,882-2,502, p-value 0,136) lebih besar untuk mendapatkan kejadian campak tinggi. Pembuatan kebijakan utnuk pemberian imunisasi campak dosis pertama pada anak yang berusia > 1 tahun  dan dosis kedua pada anak yang berusia > 2 tahun dalam kegiatan imunisasi rutin perlu dilakukan agar setiap anak mendapatkan imunisasi campak secara lengkap, sehingga meningkatkan herd immunity. Diperlukan juga sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi antara imunisasi dan surveilans PD3I, khususnya campak. Melakukan imunisasi campak tambahan masal setiap 3-4 tahun sekali berdasarkan kajian epidemiologi, baik nasional/subnasional, dan penyediaan anggaran untuk promosi dan sosialisasi pemberian imunisasi campak (MR) khususnya dosis kedua pada baduta dan tentang penyakit campak.

This study is an ecological study with a cross-sectional design in 514 districts/cities in Indonesia, 2017-2018 which aims to determine the relationship between the incidence of measles in Indonesia in 2018 with coverage of measles routine immunization (first dose in infants and second dose in toddler). The results showed that districts/cities outside of Java had 1,019 times risk higher to have high measles incidence if the coverage of measles routine immunization for the first dose of infants and vitamin A coverage in 2017 was low, after being controlled by coverage of MR Immunization Campaign, population density, percentage of nutritional status and vitamin A coverage in 2018. Meanwhile, districts/cities in Java Island had risk 1,456 times higher to get high measles incidence, if the coverage of measles routine immunization first dose in infants and vitamin A coverage in 2017 was low. Districts/cities that had measles routine immunization coverage of the second dose was low, had a risk 1,486 times higher (95% CI: 0.882-2,502, p-value 0.136) to have high measles incidence. A policy which state the first dose of measles immunization to children aged > 1 year and second dose to children aged > 2 year in routine immunization activities needs to be done to increas herd immunity. An integrated recording and reporting system is also needed between immunization and PD3I surveillance, especially measles. Implementation of Suplementary Immunization Activity (SIA) every 3-4 years based on epidemiological studies, both national/subnational, and the provision of budget for the promotion and socialization of measles immunization (MR) especially in the second dose for toddler and about measles disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanelda
"Penyakit campak merupakan penyakit infeksi yang cukup serius, sering menyerang anak umur di bawah lima tahun yang tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit campak. Di negara berkembang penyakit campak masih merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak-anak. Program imunisasi di negara berkembang merupakan program prioritas. Di Indonesia imunisasi campak diberikan kepada bayi untuk menghindari dari penyakit menular . Program imunisasi ini dimulai pada tahun 1984 dengan melakukan pemberian imunisasi campak dosis tunggal atau satu dosis terhadap bayi umur 9 - 11 bulan.
Pada tahun 1990 Indonesia berhasil mencapai cakupan 85,4 % . Sesuai dengan besaran target UCI yang ditetapkan secara nasional salah satu tujuan utamanya adalah pemberian imunisasi dasar kepada setiap bayi umur satu tahun (kontak lengkap dengan. indikator campak) dengan target minimal 80 % imunisasi untuk semua anak. Beberapa hasil penelitian dan laporan dari negara-negara di dunia menyatakan bahwa strategi pemberian imunisasi dosis tunggal atau satu dosis terhadap anak tidak dapat mencapai menurunkan terjadinya kasus campak sebagai tujuan global. Negara-negara berkembang di Amerika Utara, Eropah Barat dan Australia menerapkan pemberian vaksinasi campak dua dosis yang saat ini berada pada tahap eliminasi campak.
Dengan keterbatasan anggaran pembiayaan kesehatan saat ini, WHO memberikan rekomendasi terhadap negara-negara berkembang untuk melakukan kegiatan inovatif sebagai strategi dalam pengendalian kasus campak antara lain melalui model catch up dan crash program yang merupakan kegiatan tambahan pemberian vaksin dosis kedua. Dengan kegiatan imunisasi rutin yang sudah dilaksanakan di Indonesia temyata pencapaian target UCI sulit untuk dipertahankan dan sebagian daerah tingkat kecamatanldesa cakupan imunisasi campak belum merata. Sesuai dengan rekomendasi Kelompok Kerja Reduksi Campak , maka Indonesia tabus 2000 disamping melaksanakan imunisasi rutin terhadap bayi juga sudah melaksanakan pemberian imunisasi campak tambahan terhadap anak SD kelas I sampai VI yang pertama kali dilaksanakan pada dua Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat melalui model catch up dan crash program untuk anak umur di bawah lima tahun di daerah resiko tinggi pada 13 propinsi di Indonesia. Secara objektif studi CEA memberikan pengaruh yang besar terhadap pengukuran biaya satuan yang paling cost efektive untuk melihat komponen biaya terbesar dari suatu kegiatan dalam penurunan Ilaju kasus penyakit campak setelah dilakukan penambahan dosis imunisasi vampak. Penelitian telah dilakukan pada 16 puskesmas di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat tahun 2002 sebagai lokasi penelitian yang terdiri dan delapan puskesmas UCI melaksanakan program rutin (pembanding) model-1 dan delapan puskesmas Non UCI pada tahun yang sama melakukan program imunisasi tambahan crash program disamping program rutin sebagai model-2. Disain penelitian adalah penelitian operasional dengan metode CEA . Dari hasil analisa data yang dilakukan dan perhitungan biaya satuanikegiatan pelayanan (suntikan) dari kedua model pendekatan yang berbeda maka diperoleh basil yang menunjukkan model-1 : Rp. 99.847,- dan model-2 :Rp. 57.048,- (100% : 57,08%) terhadap sasaran yang terlindung Bari kasus campak maka diperoleh efektivitas model-2 sebesar 42,92 %. CE ratio M.2 : M.I = 1,8 : 3,12, dengan komponen biaya terbesar adalah biaya operasional atas pembelian alat suntik autodisable (ADS) dan vaksin campak sebesar 53,12% dari total biaya yang ada dengan kasus yang terjadi sebesar 36,5%.
Terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan pada puskesmas yang melaksanakan kegiatan model-2 sebesar 36,5 % dibanding dengan puskesmas model-1 hanya dapat menurunkan kasus 6,1%. Sampai saat ini di Kota Padang tidak pernah terjadi KLB campak bila melihat frekuensi KLB campak dalam waktu lima tahun terakhir masih sexing terjadi di Prop. Sumatera Barat, meskipun Kota Padang masih merupakan daerah endemis penyakit campak. Dengan peningkatan cakupan yang sangat tinggi dapat terjadi penurunan trend kasus yang cukup tajam, sehingga dapat memutuskan lmenghambat terjadinya transmisi virus. Untuk menghilangkan desa atau kelurahan rawan campak yang masih terdapat di Kota Padang, disamping melaksanakan kegiatan program rutin, kegiatan crash program tetap dijadikan prioritas kegiatan strategis dengan cost effective yang relatif rendah.

Cost Effectiveness Analysis on Measles Immunization Program from Two-Models In Padang City on the Year 2002Measles is a serious infectious disease attacked predominantly children under five who are susceptible to the disease. In most developing countries, measles is still one of the leading causes of children morbidity and mortality. Immunization is a mayor health issue in developing countries. In Indonesia immunization for infants against measles which a communicable disease, was started in 1984 and measles immunization was introduced as a single dose approach for infants at nine month of age. In 1990, Indonesia achieved 85,4 % level of dosage. One of a bigger goals for children by the year 1990 is that at least 80% children under the age of one would have access to immunization Universal Child Immunization (UCI).
Many studies and country reports suggest that single dose measles strategy is not sufficient to achieve the global target of measles elimination. Several developed countries in the North America, West Europe and Australia that have implemented two-dose measles schedule are now in three measles elimination phase, WHO recommended developing countries to implement innovative immunization strategy such as measles catch up campaign and crash program to prevent measles outbreak before introducing two-dose measles strategy.
In Indonesia so that beside routine basic immunization program to infant has also in the year 2000 introduced additional measles vaccination to school children year 1 - 6 elementary school in DKI Jakarta and West Java (catch-up program) and crash program for children under five was also introduced in measles high risk area. The objectives of the cost effectiveness analysis study are to get better picture and better understanding of the most cost effective model of measles vaccination, unit cost for each activity, the biggest budget component, trend of measles reduction after additional measles vaccination been implemented. The pilot study was conducted in 16 health centers representative health centers in the on regions municipalityldistrict in West Sumatra province (Padang City). Consists of eight centers have achieved village UCI Coverage in 2002 which are implementing routine immunization (model-1) and eight health centers who have not village UCI coverage in 2002 too which are implementing crash program immunization_The study design was operational research, economical evaluation cost effectiveness analysis (CEA) using retrospective data with descriptive analysis. From data analysis it is evidence that the unit cost for different approaches are the results indicates. Model-1 (Routine) Rp, 99.847,- dan Model-2 (Routine + crash program) Rp. 57.048,-.The most cost effective is crash program which is 42,92% (100 % : 57,08 %) of the cost of routine immunization. CE Ratio M2 : M1 = 1,8 : 3,15 with the biggest component is operational cost which is 53,2 % of the total cost.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hatta
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terutama Pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang, sekitar 4 juta kematian disebabkan oleh penyakit ISPA terutama Pneumonia. Di kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan penyakit Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dimana pneumonia menempati urutan teratas dalam sepuluh penyebab kesakitan yang mempunyai kontribusi sebesar 53,42 %. Sementara angka cakupan imunisasi campak masih relatif rendah (70 %, tahun 1998).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita dan faktor risiko lainnya di kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan tahun 2000. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol, dengan 141 sampel dimana kasus adalah balita umur 9-59 bulan, menderita pnemonia yang datang ke Puskesmas, sedangkan kontrol adalah balita umur 9-59 bulan yang datang ke Puskesmas, tetapi tidak menderita pnemonia ataupun ISPA. Data diperoleh dari basil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden ibu balita dan dianalisa dengan analisis univariat, bivariat (Chi Square) dan multivariate (Logislic Regression).
Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara imunisasi campak dengan kejadian pnemonia pada balita umur 9-59 bulan (DR= 2,307; p~,003 ). Dapat dikatakan bahwa risiko terkena pneumonia pada balita umur 9-59 bulan yang tidak diimunisasi campak 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan balita umur 9-59 bulan yang telah diimunisasi campak. Disamping variabel imunisasi campak ada 5 variabel lain yang mempengaruhi kejadian pneumonia di kabupaten OKU, sebagai berikut: Pendidikan ibu (OR=2,037; p=0,013), pengetahuan ibu (OR=2,364: p=0,005), polusi asap dapur (OR=2,99; p=0,002), kepadatan rumah (OR= 3,247; p= 0,0005) dan jarak ke sarana kesehatan (OR=0,43 1; p= 0,007).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pengambil keputusan guna lebih memberi perhatian kepada keluarga balita (9-59 bulan) yang belum diimunisasi campak, berpendidikan rendah, berpengetahuan rendah, keadaan rumah yang jelek (polusi asap dapur), rumah yang padat huni dan yang jauh dari pelayanan kesehatan.

The Relationship Between Measles Imunization and Pneumonia Insidens on Underfive Years Old Children in Ogan Komering Ulu (Oku) District, South Sumatera, in 2000.The Acute Respiratory Tract Infection (ARI) especially pneumonia is main cause of morbidity and mortality on infant and under five years old children in developing countries. There are 4 million death caused by ARI especially pneumonia. In Ogan Komering Ulu (OKU) district, South Sumatera province, the pneumonia still became Community Health Problem. Pneumonia was the first rank of ten cause of morbidity that contributed 53,42 %, while the measles immunization coverage still low(70 %, year 1998).
This study was conducted to know the relationship between measles immunization and other risk factors with pneumonia on under five years old children in OKU district, South Sumatera province in 2000. The study design used in this study is Cases Control, with cases are 141 children age 9 - 59 month children suffered from pneumonia who attending health center. While the control was taken from age 9-59 month children without the diseases, who attending the some Health Center. The data was collected by interviewed from the children's mother using questioner. The analysis method of univariate, bivariate (Chi Square) and multivariate (logistic regression) was used in the study.
The result of the study show that a statistical significance association between measles immunization with pneumonia on 9-59 month children (p= 0,003 ; 0R=2,307). It can be said that pneumonia risk on under five years old children without measles immunization arc 2,3 time larger than that of under five years old children with measles immunization. Beside measles immunization, there are 5 other variables that also associated with pneumonia risk in OKU district such as: mothers education(UR=2,307; p=0,013), mothers knowledge (OR=2,364; p=0,005), kitchens smoke pollution (OR= 2.99: p=4.002). house density(OR=3,247;p= 0,000) and the house distance to health services(CR=0,431; p=O,OO7.
Based on the study result, it was suggested that the policy maker have to pay more attention to family with under five years old children who have not gotten yet the measles immunization, whose mother has low education, and low knowledge, who have bad condition and has high density of house, and whose house long far from health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>