Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muh. Taufiqurohman
"Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dikaitkan dengan faktor panjang objek nomina, objek pronomina, dan makna idiomatis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang juga menggunakan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif diperoleh dengan menngubah data kualitatif menjadi data dalant bentuk angka.
Ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dijadikan somber data adalah majalah Time dan majalah Newsweek. yang terbit pada tahun 2007. Setiap majalah secara acak diambil sebelas penerbitan. Dengan demikian, dari dua majalah tersebut diperoleh dua puluh dua penerbitan. Jumlah penerbitan tersebut merupakan 21,56% dari seluruh penerbitan pada tahun 2007. Dari jumlah tersebut diperoleh 148 verba frasal yang dapat dipisah, dengan rincian 122 verba frasal berobjek nomina, dan 26 verba frasal berobjek pronomina.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara panjang objek nomina dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis bahasa Inggris. Objek nomina dengan panjang satu sampai empat kata dapat menempati dua posisi, yaitu posisi akhir dan posisi tengah- Posisi akhir ialaht posisi objek di belakang adverbia dan posisi tengah ialah posisi objek di antara verba dan adverbia. Objek nomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Objek nomina ditempatkan di tengah jika objek tersebut tidak memperoleh fokus. Objek nomina dengan panjang lebih dari empat kata hanya dapat menempati satu posisi, yaitu posisi akhir. Sementara itu. ojek pronomina tidak selalu ditempatkan pada posisi tengah. Dengan kata lain, objek pronomina juga dapat ditempatkan pada posisi akhir. Objek pronomina ditempatkan pada posisi tengah karena objek tersebut menunjuk kepada entitas yang telah diketahui, yaitu menunjuk kepada konstituen nomina yang telah disebutkan sebelumnya dalam sebuah konteks dan tidak memperoleh penekanan (fokus) atau penonjolan informasi yang dikandunginya. Objek pronomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut memperoleh penekanan (fokus) atau informasi yang dikandunginya ingin ditonjolkan. Pada basil analisis data yang berkaitan dengan makna, terdapat penempatan objek posisi akhir yang signifikan dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah yang bermakna idiomatis. Hal itu ditunjukkan dengan persentase penempatan objek pada posisi tersebut mencapai 54,73% dari empat makna yang rnuncul pada jenis verba frasal tersebut. Namun, asal itu tidak berarti bahwa makna tersebut sebagai faktor utama penempatan objek pada posisi akhir. Faktor utama yang mcnempatkan objek pada posisi tersebut masih tetap objek yang menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Sementara itu, makna idiomatis hanya berfungsi sebagai faktor pengiring dalam penempatan objek pada posisi tersebut.

This study aims at gaining the illustration of the use of separable phrasal verb word order related to the length of nominal objects, pronominal objects and idiomatic meanings in English journalistic written language. It uses the qualitative approach. It is purely qualitative since it solely involves the analysis and description of the data collected.
The source of data were Time magazines and Newsweek magazines published in 2007. Eleven publications of the two magazines were randomly taken. Thus. there were twenty two publications of the two magazines. The publications covered 21.56% of both magazines in 2007 which consist of 148 separable phrasal verbs of which are 122 separable phrasal verb with nominal objects and 26 separable phrasal verbs are pronominal objects respectively.
The study has come up with the following results. First, there is relation between the length of nominal objects and their positions in separable phrasal verb word order. Nominal objects consisting of one word to four words can be positioned in two different positions, end positions and mid-positions. Nominal objects are positioned in the end position if they are focused. The focused part of a sentence is typically new information which has not been previously mentioned. Nominal objects are positioned in the mid-position if they do not belong to the focus but to the background part of sentence. On the contrary, nominal objects consisting of more than four words can solely be positioned in the end position. Second. pronominal objects could occur ill two positions, end positions and mid-positions. Pronominal objects occur at the end position if they are focused. and they occur in the mid-position if they are not focused or not stressed. Pronominal objects are regarded as old information since they refer to a well-known entity to nominal constituents that have been previously mentioned in the contex. Third, there is significant tendency for idiomatic meanings in positioning objects in the end position. The percentage of idiomatic meaning of separable phrasal verb positioning object in the end position reveals 54.73 %."
2008
T24264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karnedi
"ABSTRAK
Penelitian di dalam skripsi ini adalah mengenai laras bahasa, yaitu laras bahasa nota diplomatik. Di dalam kajian laras bahasa dibahas kaitan ragam bahasa dengan faktor situasi kebahasaan, dalam hal ini kaitan faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik, dengan bentuk-bentuk linguistik tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik yang menentukan pemilihan bentuk-bentuk linguistik tertentu, sehingga ragam bahasa yang digunakan di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam bahasa nota diplomatik.
Untuk menganalisis korpus data diterapkan teori laras bahasa, teori perhitungan semantis, teori kekompleksan gaya dan teori konteks situasi.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode pengumpulan data lapangan. Korpus data itu berjumlah kira-kira 5.000 kata yang berasal dari 30 buah teks nota diplomatik yang dianggap dapat mewakili nota diplomatik secara keseluruhan. Metode pengumpulan data lapangan dijelaskan (lihat bagian 1.5).
Secara garis besar terdapat dua aspek utama yang menjadi kajian di dalam skripsi ini, yaitu aspek linguistik dan aspek kontekstual kebahasaan, dan kaitan satu dengan yang lain. Aspek linguistik meliputi unsur-unsur leksikal, struktur sintaktis dan kekompleksan gaya yang dianalisis secara deskriptif (descriptive analysis). Aspek kontekstual kebahasaan terdiri atas topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana yang dianalisis dengan analisis konteks situasi (analysis of context of situation).
Hasil analisis di dalam skripsi ini menunjukkan bahwa unsur-unsur leksikal di dalam nota diplomatik memiliki frekuensi pemunculan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan frekuensi pemunculan unsur leksikal yang sama yang ditemukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Struktur sintaktis yang muncul di dalam data yang dianalisis terdiri atas: 16% kalimat sederhana (simple sentences); 2% kalimat majemuk (compound sentences); 64% kalimat kompleks (complex sentences) dan 14% kalimat majemuk_ kompleks atau kompleks-majemuk (compound-complex or complex-compound sentences). Dengan demikian korpus data memiliki gaya kompleks (complex style).
Secara keseluruhan, pemilihan bentuk-bentuk linguistik di atas ditentukan oleh aspek kontekstual kebahasaan nota diplomatik yang meliputi topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana.
Berdasarkan adanya kaitan ragam bahasa dengan aspek situasi kebahasaan di dalam korpus data, dapat dikatakan bahwa ragam bahasa di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu laras bahasa nota diplomatik.

"
1990
S14110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaldeini Gazali
"Pergeseran kelas kata dapat terjadi dalam proses terjemahan karena bahasa berbeda-beda dan tidak sama dalam mengkatagorikan kata. Untuk mendapatkan terjemahan yang tepat dan wajar, ide yang diungkapkan oleh kelas kata tertentu dalam bahasa Inggris seringkali diterjemahkan menjadi kelas kata lainnya dalam bahasa Indonesia.Tulisan ini meneliti apakah pergeseran kelas kata yang terdapat dalam data telah dilakukan dengan tepat dan wajar dan apakah terjadi pergeseran makna dalam tarjemajahannya.
Dari data yang diteliti terdapat sembilan jenis pergeseran kelas kata bahasa Inggris dalam terjemahan bahasa Indonesia. Pergeseran yang paling tepat adalah pergeseran pronomina bahasa Inggris menjadi nomina dalam bahasa Indonesia. Sedangkan pergeseran yang paling sering ditermukan adalah pergeseran adverbia bahasa Inggris menjadi verba dalam bahasa Indonesia dan pergeseran adverbia bahasa Inggris menjadi ajektiva dalam bahasa Indonesia. Kelas kata bahasa Inggris yang tidak mempunyai padanan kelas kata yang sama dapat diterjernahkan menjadi bentuk frase. Hal ini dapat dilakukan karena bahasa yang berlainan mempunyai cara yang berbeda untuk mengungkapkan makna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S13958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
"Kesinambungan topik dalam wacana tulis ekspositoris bahasa Indonesia ragam jurnalistik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sintaktis dan semantis. Berdasarkan hubungan sintaktis, kesinambungan tersebut muncul dalam bentuknya sebagai anafora nol, pronomina persona, pronomina demonstrativa, frasa nominal takrif, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial, sedangkan melalui hubungan semantis dapat dinyatakan dalam empat hubungan makna. Dari keempat hubungan makna tersebut, hubungan makna yang tertinggi pemunculannya adalah hubungan makna kesamaan, sedangkan ditempat kedua hubungan makna bagian keseluruhan. Hubungan makna ketercakupan pada urutan ketiga, dan terakhir hubungan ketumpangtindihan. Sementara itu, hasil pengukuran terhadap kesinambungan topik secara kuantitatif menunjukkan bahwa pronomina demonstrativa merupakan penanda bahwa topik tersebut memiliki kesinambungan yang tertinggi; anafora nol di tempat kedua, diikuti frasa nominal takrif yang bersusunan beruntun netral di tempat ketiga, pronomina tidak berte¬kanan di tempat keempat, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial di tempat terakhir. Hasil pengukuran ini tidak menentukan kualitas atau mutu wacana tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T39139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Asisi Datang
"Penelitian ini merupakan sebuah kajian bandingan tipologis atas bahasa-bahasa Flores. Penelitian ini bertujuan mengelompokkan bahasa-bahasa Flores berdasarkan pola urutan katabahasa-bahasa tersebut. Penelitian difokuskan pada 14 bahasa yang digunakan di lima kabupaten di pulau Flores dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan daftar tanyaan yang terdiri atas 161 frase dan 103 kalimat. Data dianalisis dengan menggunakan parameter-parameter Greenberg (1966), sambil menerapkan hasil penelitian Sudaryanto (1933) mengenai konstruksi dalam bahasa Indonesia.
Hasil yang diperoleh setelah penelitian adalah sebagai berikut. Bahasa-bahasa Flores termasuk bahasa bertipe VO-Pr-NG-NA, dan modifier mendahului V. Selain keselerasan pola urutan kata VO-Pr-NG-NA dan modifier yang mendahului V, terdapat lima konstruksi bahasa Flores yang selaras dengan pola urutan kata VO-Pr-NG-NA dan modifier yang mendahului V tersebut, yaitu konstruksi nominal substantif, nominal lokatif, nominal lokatif-partitif, dan pradikatif berpendesak desideratif Di samping kelima konstruksi tersebut, pola urutan kata konstruksi predikatif berpendesak negatif, konstruksi komparatif kelebihan dan kepalingan, dan pola urutan kata konstruksi nominal temporal secara dominan selaras dengan pola urutan kata VO-Pr NG-NA di atas.
Dilihat dari pola urutan katanya, bahasa Flores terbagi atas dua kelompok besar, yaitu kelompok bahasa Flores Timur dan kelompok bahasa Flores Barat. Kelompok bahasa Flores Barat terbagi atas dua subkelompok, yaitu subkelompok bahasa Flores Barat (mencakup bahasa Komodo, Manggarai, dan Rembong) dan subkelompok bahasa Flores Tengah (yang mencakup bahasaNgada, Lio, Fade, Palue, Sikh., dan Muhang . Dan kelompok bahasa Flores Timur terdiri atas bahasa Lamaholot, Atadei, Horinara, Ili ape, dan Kedang.
Ciri pola urutan kata subkelompok Flores Barat secara dominan mewarnai pola urutan kata subkelompok bahasa Flores Tengah dan kelompok bahasa Flores Timur. Namur, selain ciri subkelompok Flores Barat, dalam kelompok bahasa Flores Timur terdapat cukup banyak pola urutan kata `dari Timur' (istilah Keraf, 1978: 223). Tipe urutan kata Timuritu cukup banyak ditemukan di dalam subkelompok Flores Tengah, dan sangat sedikit pada subkelompok bahasa Flores Barat: Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola urutan asli bahasa Flores adalah pola urutan subkelompok Flores Barat.

Word Order Typology of Languages in FloresThis research is a study of word order typology of languages in Flores. The airw .of this research is to establish grouping of languages in Flores according to word order typology of these languages. The object of this research are 14 languages which are spoken in five regencies in the island of Flores and in some small island surrounding it. The data for this research is collected by a questionarry consisting of 161 phrases and 103 sentences. The data is analyzed using Greenberg's parameters (1966) and Sudaryanto's proposals (1993) on constructions of Indonesian.
The result of this research are as follows. All languages in Flores belong to VO-Pr-NGNA type and the modifier is placed before V. There is a harmony among parts of this type. Besides the harmony between VO-Pr-NG-NA order and the modifier before V VO-Pr-NG-NA order also has harmony with nominal substantive construction nominal locative construction nominal locative-partite construction and predicative construction. There are two other constructions where VO-Pr-NG-NA word order type is dominantly in harmony with i.c. comparative constructions and nominal temporal construction. Viewed from the word order type languages in Flores are divided into two groups namely West Flores group and East Flores group. The west Flores group is again divided into two subgroups, i.e. West Flores subgroup (comprising Komodo, Manggarai, and Rembong languages) and Central Flores subgroup (comprising Ngada, Lio, Endo, Palue, Sikka, and Muhang languages). The East Flores group includes Lamaholot, Atadei, Horinara, Iliape, and Kedang languages.
The West Flores word order type dominates both Central Flores subgroup and East Flores group's word order type. In East Flores group there are also some word order types originated from Farther East, outside of Flores (Keraf 1978: 223). These word order type from the East are also found in West Flores subgroup languages. It could be concluded that the original word order in the languages in Flores is that of the West Flores.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badegheis, Mubarak Said
"Urutan kata pada umumnya ikut menentukan makna gramatikal suatu bahasa. Bahasa Rusia yang mempunyai kekayaan dalam sistem fleksi, mempunyai kekayaan pula dalam sistem pembentukan varian-varian urutan kata, dimana masing-masing varian tersebut dapat menghasilkan makna yang berbeda. Jadi dari suatu kalimat yang sama dalam bahasa Rusia, bermacam-macam makna dan fungsi ekspresif yang berbeda dapat terjadi, yaitu melalui perubahan atau pemindahan susunan kata-kata dalam kalimat, yang kesemuanya tergantung dari tujuan komunikasi yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa urutan kata dalam bahasa Rusia mempunyai sifat yang dinamis.
Fungsi utama urutan kata dalam Bahasa Rusia adalah komunikatif. Dalam urutan kata tercermin apa yang dinamakan anggota aktual kalimat. Anggota aktual kalimat membedakan antara informasi awal dan informasi utama. Informasi awal dalam kalimat yang berisi pokok pembicaraan, yaitu tentang apa yang diberitakan dikamakan Tema, sedangkan bagian kalimat yang menerangkan tentang apa yang dikatakan atau dilakukan oleh Tema dinamakan Rema. Pembagian dari suatu kalimat ke dalam Tema dan Rema dinamakan Perspektif kalimat Fungsional. Perspektif kalimat Fungsional pada dasarnya menyatakan bahwa ujaran itu berstruktur dua lapis, lapis pertama ialah pola gramatikal yang terjadi dari subyek dan predikat, lapis yang kedua ialah struktur pembawa informasi yang tenjadi dari Tema atau Rema. Dengan dua cara ini bahasa Rusia mampu menyatakan fungsi-fungsinya.
Skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan komunikasi yang ingin disampaikan oleh pembicara berdasarkan varian-varian urutan kata yang terdapat dalam kalimat tunggal bahasa Rusia, dimana dalam pembahasannya beranjak melalui pendekatan perspktif kalimat fungsional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
499.225 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Prasetia
"Penelitian mengenai campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris telah dilakukan pada bukan Feberuari-Desember 2006, tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kata bahasa Inggris apa saja yang tercampr dalam kalimat bahasa Indonesia dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya campu kode tersebut.
Data diambil dari empat teelit yang berjudul Dealova; Fairish; Me versus High Heels; dan My friends, My Dreams. Data yang diambil adalah kalimat-kalimat percakapan antar tokoh dalam teenlit-teenlit tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari 112 kata bahasa Inggris yang ditemukan dalam kalimat campur kode tersebut, nomina munculnya sebanyak 59 kali, ajektiva sebanyak 26 kali. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada percakapan antartokoh dalam teenlit-teenlit tersebut adalah adanya situasi informal, pemeran, lokasi, meningatkan gengsi atau ingin pamer, topik yang sedang dibicarakan, kebiasaan, keinginan untuk menafsirkan dan menjelaskan, tidak ada padanan kata yang sepat, serta adanya kesopanan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octoria Utami
"Skripsi ini membahas pengkajian mengenai realisasi konsep pasif sintaktis bahasa Prancis dalam ragam jurnalistik, sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk memerikan realisasi konsep pasif sintaktis Bahasa Francis dalam ragam jurnalistik. Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan analisis terhadap ujaran-ujaran berstruktur pasif sintaktis yang diperoleh dari l6 (enam belas) artikel dalam surat kabar dan majalah Prancis terbitan bulan Februari 2000 hingga Februari 2001. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan konsep yang dipaparkan oleh Jean Dubois dalam buku Grammaire Structurale du Francais : Le Verbe. Analisis yang telah dilakukan terhadap 283 ujaran pasif menunjukkan bahwa konsep pasif Jean Dubois dapat diterapkan pada sebagian besar data ; dengan demikian, ada sekelompok ujaran yang tidak sesuai dengan konsep pasif tersebut. Hal itu menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara konsep pasif dan realitanya dalam ragam jurnalistik. Dalam hal ini, kemunculan struktur pasif dalam teks ragam jurnalistik tidak lagi hanya dikaitkan dengan ciri-ciri penanda tertentu seperti dalam konsep Jean Dubois, namun juga merupakan salah satu cara efisiensi penggunaan kata dan cara untuk menjamin linearitas informasi dalam suatu teks."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Budiwiyanto
"Para peneliti mendapati bahwa gugus kata banyak digunakan di berbagai jenis teks pada wacana akademis—cara berpikir dan menggunakan bahasa yang ada di lingkungan akademis. Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik gugus kata dalam bahasa Indonesia wacana akademis tulis dengan mengidentifikasi frekuensi kemunculan, variasi, dan persebaran gugus kata serta menemukan struktur gramatikal dan fungsi wacana gugus kata. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan mengombinasikan pendekatan tergerakkan korpus (corpus-driven-approach) dan pendekatan berbasis korpus (corpus-based approach). Untuk mengidentifikasi gugus kata di dalam korpus digunakan peranti WordSmith 7.0. Korpus penelitian ini terdiri atas 12.505.330 kata (token) yang diambil dari empat jenis teks: skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal dengan jumlah keseluruhan 1.800 naskah yang terdiri atas enam displin ilmu dari tiga ranah keilmuan, yaitu filsafat dan hukum (ranah ilmu sosial dan humaniora), kimia dan komputer (ranah ilmu sains dan komputer), serta kedokteran dan keperawatan (ranah ilmu kesehatan). Penelitian ini menemukan 150 gugus kata yang terdiri atas tiga hingga lima kata dengan total frekuensi kemunculan 156.453 kali, misalnya pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. Selain gugus kata yang khas, penelitian ini juga menemukan 20 gugus kata bersama, yaitu gugus yang muncul secara bersama-sama pada keenam disiplin ilmu. Gugus kata pada umumnya berstruktur taklengkap dan dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori utama: gugus frasal dan gugus klausal. Gugus berpola preposisi + frasa nominal merupakan pola yang paling banyak variasinya dan paling tinggi frequensi pemakaiannya, sementara klausa relatif dengan pola yang + frasa verbal pasif + fragmen frasa preposisional adalah yang paling banyak digunakan. Dari segi fungsi wacana, yang paling sering muncul adalah gugus berorientasi penelitian, sedangkan gugus berorientasi partisipan terendah. Subfungsi deskripsi merupakan fungsi yang paling tinggi frekuensi penggunaannya, sedangkan fungsi komparasi adalah yang terendah.

Researchers found that lexical bundles are pervasively used in various types of text in academic discourse—the ways of thinking and using language in the academic environment. This study aims to find the characteristics of Indonesian lexical bundles in written academic discourse by identifying the frequency of occurrence, variation and distribution as well as finding the grammatical structure and the discourse function. This research used a mixed-method design by combining corpus-driven and corpus-based approaches. To identify lexical bundles in the corpus, WordSmith 7.0 corpus tool was used. The corpus used in this research consists of 12,505,330 tokens taken from undergraduated thesis, postgraduated thesis, dissertation, and journal article with a total of 1,800 manuscripts. This study found 150 lexical bundles consisting of three to five words with a total occurrence frequency of 156,453, such as pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. This study also found 20 shared lexical bundles, namely bundles that appear together in all disciplines. Lexical bundles are generally incomplete structures and can be classified into two main categories: phrasal bundles and clausal bundles. Bundles patterning prepositional + nominal phrase are the most varied and the most frequent in usage, while relative clauses with patterns that + passive verbal phrase + prepositional phrase fragment are the most widely used. In terms of discourse function, research-oriented bundles are the most frequently used, while participant-oriented bundles are the lowest bundles. The description sub-function is the highest frequency in usage, while the comparitive function is the lowest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>