Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90792 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukarna Sidik
"Limbah padat di banyak negara, baik negara yang sudah maju maupun di Negara berkembang selalu menimbulkan masalah yang rumit untuk dipecahkan. Hal ini disebabkan limbah padat menimbulkan pencemaran lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik dan diperlakukan sesuai dengan sifat-sifatnya, terutama terhadap limbah padat yang dihasilkan pada daerah perkotaan. Untuk dapat mengelola dan memanfaatkan limbah padat, perlu diketahui komposisi limbah padat yang dihasilkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi limbah padat domestik di wilayah Kecamatan Sukmajaya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2007 dan dilaksanakan selama 8 hari. Penelitian dilakukan terhadap seluruh sumber penghasil limbah padat, yaitu perumahan, perdagangan dan komersil, institusional, sekolah dan jalan. Prosedur penelitian mengikuti standar SNI M 36-1991-03. Untuk sampel wilayah perumahan diambil sampel 3 kelurahan yang mewakili menurut tingkat kepadatan di kelurahan tersebut. Kelurahan Mekarjaya dan Abadijaya mewakili kelurahan dengan tingkat kepadatan tinggi dan tingkat kepadatan rendah diwakili oleh Kelurahan Kalibaru. Metode pengukuran yang dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel menurut jumlah sampel yang telah diperkirakan, memilah sampel sesuai dengan komposisinya, mengukur berat sampel dengan timbangan sehingga didapat persentasi komposisi limbah padat.
Persentase komposisi limbah padat keseluruhan perumahan Kecamatan Sukmajaya sebesar 63,29%(organik), 15,58%(plastik), 11,54%(kertas), 3,49%(tekstil), 2,76%(Kaca), 3,18%(logam), 0,11%(karet), 0,05%(limbah B3). Dari persentase komposisi limbah padat harian rata-rata di wilayah perumahan terlihat bahwa persentase komposisi limbah padat organik harian maksimum terjadi pada hari Sabtu dan persentase komposisi limbah padat non-organik masksimum terjadi di hari Minggu. Persentase komposisi limbah padat organic untuk perdagangan dan komersil, institusional/sekolah, pasar dan jalan berturutturut sebesar 46,07%, 19,42%, 84,36%, dan 6,49%.
Untuk kedepan diharapkan penelitian ini berguna bagi perencanaan system pengelolaan limbah padat terpadu di Kecamatan Sukmajaya.

Solid waste in many countries, to modern as well as developed countries always cause terrible problem which is hard to be solved. This is because solid waste can cause environmental pollution if not be taken properly according to its properties, mainly to solid waste that is generated from cities. To can manage and process solid waste, it is imperative that solid waste composition from selected area is to be known. The objective of this research was to measure municipal solid waste composition of Kecamatan Sukmajaya Depok.
This Research was performed on Mei 2007 and done in 8 consecutive days. The Research was applied to all source of solid waste generation, including residentials, trade and commerce, institutionals, schools and roadways. Research procedure follows SNI M-36-1991-03 standard. For residential sample taken 3 kelurahan sample that represented according to the level of population density. Kelurahan Mekarjaya and Abadijaya represented kelurahan with high population density level and low population density level was represented by Kelurahan Kalibaru accordingly. Measuring method done is the way which is from collecting samples according the number of sampels predicted, sorting sampels according to its composition, and measure their weight.
The overal percentage of residential solid waste composition were 63,29%(organic), 15,58%(plastic), 11,54%(paper), 3,49%(textile), 2,76%(glass), 3,18%(metal), 0,11%(rubber), 0,05%(B3 waste). From average daily solid waste composition in residential area is seen that maksimum daily organic solid waste composition was happened at Saturday and maksimum daily non-organic solid waste composition was happened at Sunday. Solid waste composition for trade and commerce, institutionals/schools, market and roadways were 46,07%, 19,42%, 84,36%, dan 6,49%.
In the future, hopefully this research can be useful for designing integrated solid waste management system in Kecamatan Sukmajaya."
2008
R.01.08.17 Sid k
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Amelia Saripudin
"Timbulan sampah yang dihasilkan di Indonesia, terutama DKI Jakarta terus meningkat setiap tahunnya. Kelurahan Tengah yang berlokasi di Jakarta Timur merupakan salah satu daerah dengan timbulan sampah yang cukup besar tetapi memiliki keterbatasan lahan untuk pengolahan sampah di TPS. Akibat keterbatasan tersebut, TPS RW 5 melayani tiga RW yakni RW 5, RW 8, dan RW 9. Pengolahan yang sudah dilakukan di TPS RW 5 berupa daur ulang dengan Bank Sampah dan pengomposan dengan BSF masih belum dapat mereduksi sampah dengan maksimal. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada penanganan limbah padat yang sudah dilakukan di TPS RW 5, mengukur timbulan dan komposisi sampah, serta menghitung potensi reduksi jika sampah dikelola dengan lebih baik di TPS RW 5. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara untuk mengetahui penanganan yang sudah diterapkan di TPS RW 5, load-count analysis untuk mengukur timbulan sampah, metode quartering dalam mengidentifikasi dan menghitung besar komposisi, dan perhitungan teoritis untuk memperoleh besar potensi reduksi timbulan sampah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulan sampah yang masuk ke TPS RW 5 sebesar 1.355,62 kg/hari dengan sampah paling banyak berupa sisa makanan (65,43%) sampah yang paling sedikit adalah logam (0,22%). Penanganan limbah padat yang sudah dilakukan di TPS RW 5 saat ini masih belum dapat mengolah seluruh sampah dengan baik. Jika sampah dikelola dengan baik, potensi reduksi yang bisa diperoleh mencapai 74,676% atau hanya 25,324% sampah yang dibuang ke TPA Bantar Gebang

The high amount of waste generated in Indonesia, particularly in DKI Jakarta increases yearly. Kelurahan Tengah located in East Jakarta is one of region that has high waste generated but lacks of area for material recovery facilities to perform solid waste treatment. As a result, TPS RW 5 is necessary to provide solid waste treatment for waste generated from three regions of RW in Kelurahan Tengah, consisting of RW 5, RW 8, and RW 9. TPS RW 5 has implemented solid waste treatment by recycling through Bank Sampah and composting through BSF methods. However, these treatments still do not reduce solid waste at maximum rate. Therefore, this research aims to observe existing solid waste treatment, measure solid waste generation and composition, and measure recycling, composting, and recovery rate if the treatment has been maximized. This research uses load-count analysis methods to measure solid waste generation, quartering methods to measure the composition of solid waste, observation and interview to obtain information about existing treatment, and calculation to measure potential recycling, composting, and recovery rate of solid waste generated in TPS RW 5. The result of this research showed solid waste generated in TPS RW 5 is 1.355,62 kg/day which food waste dominated the composition (65,43%) and the lowest type of waste generated is metal (0,22%). Existing solid waste treatment still underperformed. Hence, if solid waste generated in TPS RW 5 is treated and managed well, there will be a potential reduction to 74,676% of waste recovered or only 25,324% of solid waste transported to TPA Bantar Gebang every day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nitami
"Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence dan Kondominium Menara Kelapa Gading. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat, persentase jenis komposisi limbah padat, merancang alternatif sistem teknis operasional limbah padat dan mengetahui potensi pengurangan timbulan limbah padat. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Hasil dari penelitian ini adalah alternatif sistem teknis operasional, dimulai dari pewadahan hingga pengangkutan limbah padat yang dapat diterapkan pada masing-masing apartemen. Timbulan limbah padat yang dihasilkan pada Apartemen Gading Nias Recidence yaitu sebesar 0,273 kg/orang/hari atau 0,0016 m3/orang/hari atau 1,6 L/orang/hari. Sedangkan timbulan limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 0,571 kg/orang/hari atau 0,0035 m3/orang/hari atau 3,5 L/orang/hari.
Komposisi limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence terdiri dari 55,586% organik, 10,766% kertas, 15,431% plastik, 0,433% sterofoam, 1,095% logam, 0,156% karet, 2,299% kaca, 12,398% pampers dan pembalut, 0,633% tekstil, 0,559% B3, 0,393% kayu, dan 0,250% lainnya. Sedangkan Komposisi limbah padat pada Kondominium Menara Kelapa Gading terdiri dari 63,729% organik, 11,941 kertas, 13,161% plastik, 0,632% sterofoam, 1,255% logam, 0,113% karet, 1,407% kaca, 2,825% pampers dan pembalut, 1,901% tekstil, 2,506% B3, 0,302% kayu dan 0,229% lainnya.
Perencanaan pengolahan dan pemanfaatan limbah padat dilakukan dengan menerapkan pengomposan dan bank sampah pada masing-masing apartemen. Potensi pengurangan timbulan limbah padat pada Apartemen Gading Nias Recidence yang diperkirakan setelah adanya alternatif sistem teknis operasional yaitu sebesar 22,54% dan pada Kondominium Menara Kelapa Gading yaitu sebesar 26,44%.;This study focuses on the solid waste generation and composition at Gading Nias Recidence Apartment and Kondominium Menara Kelapa Gading.

This study aims to determine the major solid waste generation, the percentage of solid waste composition, operational technical system design alternatives and identify potential solid waste reduction of solid waste generation. The method which being used is SNI 19-3964-1994 on Methods of Sample Collection and Measurement of the Composition and Urban Waste.
The results of this study are alternative technical operational system, start from crocking to transport solid waste that can be applied to each apartment. Generation of solid waste generated in Gading Nias Recidence Apartment is equal to 0,273 kg/person/day or 0,0016 m3/person/day or 1,6 L/person/day. While the generation of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading is equal to 0,571 kg/person/day or 0,0035 m3/person/day or 3,5 L/person/day.
The composition of solid waste in the Gading Nias Recidence Apartment consists of 55,586% organic, 10,766% paper, 15,431% plastic, 0,433% styrofoam, 1,095% metal, 0,156% rubber, 2,299% glass, 12,398% diapers and sanitary napkins, 0,633% textile, 0,559% B3, 0,393% wood, and the other 0,250%. While the composition of solid waste in the Kondominium Menara Kelapa Gading consists of organic 63,729%, 11,941 paper, 13,161% plastics, 0,632% styrofoam, 1,255% metal, 0,113% rubber, 1,407% glass, 2,825% diapers and sanitary napkins, 1,901% textile, 2,506% B3, 0,302% wood and the other 0,229%.
Treatment planning and utilization of solid waste is done by applying composting and waste banks in each apartment. Potential reduction of solid waste generation in Gading Nias Recidence Apartment expected after technical operation of an alternative system that is equal to 22,54% and the Kondominium Menara Kelapa Gading that is equal to 26,44%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Irawati
"ABSTRAK
Volvariella volvacea (jamur merang) merupakan cendawan pangan yang dibudidaya di negara tropis karena memiliki nilai gizi tinggi dan teknik budidaya yang mudah. Penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh penambahan Aspergillus flavus terhadap kualitas kompos pada substrat limbah kapas (Gossypium sp.) dan produktivitas tubuh buah V. volvacea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pengomposan, terjadi peningkatan suhu sebesar 27--58°C dan pH 7--8 selama tujuh hari pengamatan. Peningkatan kadar glukosa dan xilosa pada kontrol dan perlakuan terjadi selama lima hari pengomposan, yaitu 0,073--0,143 mg/mL dan 0,045--0,157 mg/mL serta menurun nilainya pada hari ketujuh 0,122--0,123 mg/mL. Kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin substrat kapas pada awal pengomposan, 15%, 8% dan 6--7% mengalami penurunan selama penelitian. Produktivitas V. volvacea pada perlakuan dan kontrol selama pemanenan tujuh belas hari menunjukkan nilai 1766 dan 1715 tubuh buah dan berat basah 8700 g dan 8395 g. Hasil uji ANOVA menunjukkan produktivitas jamur merang pada perlakuan dan kontrol tidak memiliki perbedaan signifikan (P >0,05).

ABSTRACT
Volvariella volvacea (straw mushroom) is an edible mushroom cultivated in tropical countries due to its high nutritious and simple cultivation techniques. The research aims to investigate the effect of A. flavus addition toward the quality of cotton waste compost (Gossypium sp.) and productivity of V. volvacea. The result showed that during composting, there was an increase in compost temperature about 27--58°C and pH compost 7--8 for seven days observation. The rise of glucose and xylose concentration both in the control and treatment group occurred in five days of composting 0,073--0,143 mg/mL and 0,045--0,157 mg/mL respectively, then decreased on the seventh days about 0,122--0,123 mg/mL. The concentration of cellulose, hemicelluloses and lignin within the substrate of cotton waste in early composting, 15%, 8% dan 6--7% respectively, has been reduced during observation. The productivity of V. volvacea among treatment and control groups during seventeen days cropping yielded 1766 and 1715 fruit body of mushroom and 8700 g, 8395 g fresh weight of mushroom. The outcomes of ANOVA test affirmed that productivity of straw mushroom among treatment and control did not have significant differences (P >0.05)."
2015
S59593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikry Eswara Adi
"ABSTRAK
Pertumbuhan populasi merupakan salah satu factor penunjang dari pertumbuhan volume limbah padat yang pengelolaannya harus difasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah secara baik. Meskipun demikian, masih banyak daerah yang belum dapat menyediakan fasilitas yang ideal untuk pengelolaan limbah padat yang baik. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pencarian informasi di negara mana teknologi pengelolaan limbah padat yang berhasil dan layak untuk diimplementasikan di Indonesia. Dalam penelitian ini dilakukan benchmarking ke banyak negara untuk mengetahui dan menentukan model yang cocok untuk diterapkan di Indonesia berdasarkan validasi pakar. Setelah itu, dilakukan perhitungan kelayakan investasi model dengan menggunakan life cycle cost analysist berdasarkan validasi pakar dan dilanjutakan dengan perhitungan besaran tipping fee dan insentif yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah sebagai jaminan keuntungan pihak swasta dalam proyek ini. Langkah-langkah tersebut menghasilkan waste to energy sebagai model yang cocok diterapkan di Indonesia dengan skema pembiayaan 40% pemerintah dan 60% swasta dengan besaran biaya tipping fee dan insentif yang dikeluarkan oleh pemerintah sebesar Rp 424.830 per ton limbah padat.

ABSTRACT
Population growth is one of the supporting factors of the growth of the volume of solid waste whose management must be properly facilitated by the government and regional governments. Even so, there are still many areas that have not been able to provide ideal facilities for good solid waste management. One solution that can be done is to search for information in countries where successful and feasible solid waste management technology is implemented in Indonesia. In this study benchmarking was carried out to many countries to find out and determine suitable models to be applied in Indonesia based on expert validation. After that, the investment model feasibility is calculated using a life cycle cost analysis based on expert validation and continued with the calculation of the amount of tipping fees and incentives that can be issued by the government as a guarantee for private sector profits in this project. These steps produce waste to energy as a suitable model applied in Indonesia with a 40% government funding scheme and 60% private sector with a tipping fee and incentives issued by the government of Rp 424,830 per tonne of solid waste."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefferson Baktiar
"Limbah padat yang dihasilkan di rumah sakit memiliki berbagai macam komposisi limbah baik dari limbah domestik hingga khusus. Limbah tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dapat menghasilkan energi yang berbeda-beda tergantung dari komposisi dan karakteristik fisik dan kimianya. Salah satu rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Univeritas Indonesia yang memiliki potensi untuk memanfaatkan limbahnya sebagai sumber energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis timbulan dan komposisi limbah ang dihasilkan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia dan mengetahui karaketeristik fisik dan kimia untuk mengetahui potensi daya atau energi berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia. Metode untuk mengidentifikasi sifat fisik dan kimia tersebut adalah menggunkaan analisis proksimat, Teknik simplo untuk karbon dan metode Japanese Industrial System K 0102 untuk nitrogen. Hasil penelitian menunjukan biokimia cocok menggunakan limbah sisa makanan dan limbah kayu/ranting sedangkan pengolahan termokimia cocok menggunakan limbah kertas/tisu, duplex/kardus, plastik, masker, sarung tangan, gaun pelindung sekali pakai, dan cap/shoe cover. Dari kateogri pengolahan tersebut, limbah Rumah Sakit Universitas Indonesia memiliki potensi daya listrik 18,12 kW; 662,23 kW; 215,99 kW; 259,75 kW; dan 52,73 kW dari tahun 2019-2023 menggunakan sistem biokimia. Serta limbah domestik RSUI menghasilkan 16,68 kW; 199,52 kW; 655,19 kW; 1600,10 kW; dan 625,69 kW dari tahun 2019-2023 dan limbah B3 medis menghasilkan 44,48 kW; 728,52 kW; 2091,51 kW; 1842,80 kW; dan 521,78 kW dari tahun 2019-2023 mengunakan sistem termokimia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengolahan energi, Pemanfaatan limbah menjadi sumber energi di Rumah Sakit Universitas Indonesia, khususnya sistem biokimia, dapat diimplementasikan dengan pertimbangan finansial dan investasi serta daya listrik yang dihasilkan dari sistem.

The solid waste generated in hospitals exhibits a wide range of compositions, including both domestic and specialized waste. These wastes have the potential to be harnessed for energy generation, with the specific energy outputs varying based on their composition, physical, and chemical characteristics. One such hospital is the University of Indonesia Hospital, which holds potential for utilizing its waste as an energy source. The objective of this research is to analyze the generation and composition of waste produced by the University of Indonesia Hospital, and to determine the physical and chemical characteristics to assess the energy potential of various types of waste generated. The proximate analysis, simplo technique for carbon, and the JIS K 0102 method for nitrogen were employed to identify the physical and chemical properties. The research findings indicate that biochemical processes are suitable using fuel of waste such as food waste and wood waste, while thermochemical treatment is suitable using fuel of waste such as paper/tissue waste, duplex/cardboard, plastic, masks, gloves, single-use protective gowns, and cap/shoe covers. From these waste categories, the University of Indonesia Hospital waste has the potential for generating electrical power of 18.12 kW; 662.23 kW; 215.99 kW; 259.75 kW; and 52.73 kW from 2019-2023 using a biochemical system. As well as RSUI domestic waste producing 16.68 kW; 199.52 kW; 655.19 kW; 1600.10 kW; and 625.69 kW from 2019-2023 and for medical hazardous waste produces 44.48 kW; 728.52 kW; 2091.51 kW; 1842.80 kW; and 521.78 kW from 2019-2023. These research findings demonstrate that energy processing and the utilization of waste as an energy source in the University of Indonesia Hospital, particularly through the biochemical system, can be implemented with financial and investment considerations as well as the electricity generated from it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Salma
"Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sebagai tempat pelayanan kesehatan, tentunya menghasilkan produk sampingan berupa limbah, baik limbah padat, cair, ataupun gas. Sebagai rumah sakit Kelas A, RSUP Fatmawati tidak memiliki fasilitas dan sarana untuk mengelola limbah padatnya, khususnya limbah medis. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dari limbah padat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, dalam hal ini timbulan dan komposisi limbah padat, sehingga dapat diberikan rekomendasi sistem pengelolaan limbah padat yang sesuai. Pemilihan lokasi sampling didasarkan pada persebaran tempat tidur yang ada di instalasi rawat inap dan terdapat perwakilan dari setiap jenis kelas perawatan. Dari data timbulan dan komposisi yang didapat kemudian dapat diketahui karakteristik limbah rumah sakit Fatmawati.
Hasil sampling menunjukkan timbulan limbah padat non medis yang dihasilkan adalah 0,77 kg/tempat tidur/hari dan timbulan limbah padat medis sebesar 0,73 kg/tempat tidur/hari. Sedangkan komposisi limbah padat non medis adalah organik 41,20%, plastik 15,04%, kertas 22,54%, tekstil 0,42%, kaca 0,41%, kayu 0,16%, logam 0,17%, karet 0,04%, dan lain-lain 18,48% dan komposisi limbah padat medis yang dihasilkan yaitu, limbah infeksius 89,39%, limbah medis daur ulang 7,66%, limbah sitotoksis 0%, limbah medis infeksius tajam 2,96%, limbah farmasi, kimia, serta radioaktif sebesar 0%.

Fatmawati General Hospital Center as a health service, of course, produce waste byproducts, waste either solid, liquid, or gas. As hospitals Class A, Fatmawati Hospital does not have the facilities and tools for managing solid waste, particularly medical waste. It required knowledge about the characteristics of solid waste at the General Hospital Center Fatmawati, in this case the generation and composition of solid waste, so it can be given on solid waste management system accordingly. Selection of sampling sites based on the distribution of beds in inpatient and are representative of each type of treatment classes. Of the composition and the data obtained then be known characteristics Fatmawati hospital waste.
Sampling results show the generation of solid waste generated nonmedical was 0,77 kg / bed / day and medical solid waste generation by 0,73 kg / bed / day. While non-medical solid waste composition is 41,20% organic, plastic 15,04%, 22,54% paper, textiles 0,42%, 0,41% glass, wood 0,16%, 0,17% metal, rubber 0,04%, and others 18,48% and the composition of the medical solid waste generated that is, 89,39% infectious waste, medical waste recycling 7,66%, 0% cytotoxic waste, infectious medical waste sharp 2,96 %, pharmaceutical waste, chemical, and radioactive amounted to 0%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idup Suhady
"Pada Hakikatnya setiap orang berkewajiban memelihata lingkugan hidup, mencegah dan menanggulangi kerusakan serta pencemaran (UU No. 4/ 1982). Dalam Hal kebersihan lingkungan. Pemerintah DKI Jakarta berkewajiban membina kebersihan dan setiap penduduk wajib memelihara kebersihan lingkungan sampai setiap penduduk wajib memelihara kebersihan lingkungan sampai batas bahu jalan di sekitas pekarangan masing-masing (Perda No. 5/1988). Berdasarkan ketentuan tersebut, pengelolaan limbah padat perkotaan sebagai bagian dari pelayanan kebersihan lingkungan kota menghendaki adanya peranserta masyarakat bersama dengan pemerintah.
Dalam rangka memberikan pelayanan kebersihan terhadap seluruh warga kota, Pemerintah DKI Jakarta menghadapi kendala yang serius, pertama tidak ada keseimbangan antar alokasi anggaran dengan luas lingkup pelayanan kebersihan; kedua rendahnya penerimaan retribusi kebersihan termasuk ketidakmampuan Pemerintah Dearah untuk membiayai pelayanan kebersihan yang demikian luas, yang kemudian menyebabkan pelayanan yang tidak memadai sehingga tidak setiap warga kota memperoleh palayanan pemerintah daerah. Oleh karena itu untuk menyelenggarakan pelayanan kebersihan kota perlu dicari pemecahan yang tepat sesuai dengan ciri-ciri khas dari sistem pengelolaan limbah padat perkotaan yang bersifat kemitraan antara pemerintah dan masyarakat.
Permasalahan pokok yang diobservasi adalah sebagai berikut:
  1. Faktor apa saja menghambat pengelolaan limbah padat?
  2. Pada tahao dan sejauh mana dperlukan peranserta masyarakat?
  3. Bagaimana sebaiknya pembinaan peranserta masyarakat dilaksanakan?
  4. Model bagaimana yang harus dikembangkan dan diterapkan agar dapat mewujudkan pelayanan pengelolaan limbah padat secara berlanjut?
Jenis Penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif dengan panduan grounded research yang bertujuan mengembangkan model institusi dan tatalaksana yang mampu meningkatkan peranserta masyarakat.
Berdasarkan pengematan pertama kali terhadap permasalahan penelitian, dirumus hipotesis kerja: bentuk institusi dan tatalaksana pembinaan peranserta masyakarta mempusnya pengaruh terhadap kesadaran, rasa memiliki lingkungan dan masyarakat dalam berperanserta dan bekerja bersama dengan pemerintah dalam pengelolaan limbah padat perkotaan secara berlanjut.
Dari Hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa pada umumnya kepatuhan responden untuk membayar retribusi relatif tinggi, tetapi kurang banyak mengerti dari memahami kebijaksanaan pemerintah tentang retribusi kebersihan dan hubungan antara kesehatan lingkungan dengan penanggulangan limbah padat. Responden juga mempunyai tingkat pengatahuan yang rendah mengenai cara yang tepat dalam menanggulangi limbah mereka.
Perilaku kebersihan (membuang limbah padat disembarang tempat) responden yang tidak mendukung penanggulangan limbah padat disebabkan oleh kurangnya informasi dan penyuluhan yang diberikan pada mereka. Oleh sebab itu dirasakan bahwa institusi yanga da perlu dikembangkan dan diarahkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran, rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam pengelolaan kebersihan lingkungan kota. Selanjutnya dapat diidentifikasi adanya tingkat peranserta masyarakat yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh:
  1. Status Ekonomi, dilihat dari tingkat penghasilan kebanyakan penduduk kota, para responden dikategorikan ke dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga kemampuannya membayar retribusi juga rendah. Meskipun demikian kelompok ini merupakan produsen limbah yang tidak sedikit dan menuntut lebih banyak pelayanan. Sebaliknya kelompok orang-orang yang berpenghasilan tinggi pada dasarnya mampu membayar retribusi tinggi. Namun demikian keterlibatan fisikya dalam penanggulangan limbah padat relatif rendah, dan mereka senang mendapat pelayanan pemerintah kota.
  2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan diantara kelompok masyarakat.
  3. Tidak tegasnya pengenaan sanksi, kurang tepatnya ketentuan pemberian insentif dan mutu sistem pemantauan.
Data Hasil penelitian menunjuk adanya permasalahan sebagai berikut:
  1. Institusi dan tatalaksana pengelolaan limbah padat terpisah dengan pengelolaan retribusi kebersihan, padahal dalam kenyataan merupakan kegiatan yang saling terkait dan harus terintegrasi agar tidak menghambat kelancaran pengelolaan.
  2. Tidak ada koordinasi perencanaan terpadu dalam penanggulangan limbah padat antar institusi terkait. Penanggulangan limbah padat tidak hanya merupakan tugas dan fungsi dinas kebersihan melainkan juga menjadi tugas dan fungsi dinas-dinas otonom lainnya sepertinya dians pertamanan, dinas pekerjaan umu, PD Pasar Jaya dan institusi pemerintah pusat seperti badan pelaksana proyek induk sungai cisadane-ciliwung.
  3. Penyuluhan untuk menumbuhkan dan mengembangkan peranserta masyarakat belum intensif, meluas dan merata karena dinas kebersihan masih dihadapkan pada keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.
  4. Prosedur dan proses pembayaran retribusi belum diselenggarakan secara tepat dan efektif sehingga penerimaan retribusi rendah.
Dari analisis data dapat diketahui adanya beberapa model institusi dan tatalaksana yang dapat dikembangkan dalam peningkatan peranserta masyarakat sebagai berikut:
  1. Model institusi pembina peranserta masyarakat yang mempunyai unsur-unsur staf, unsur pelaksana (Jabatan Fungsional PEnyuluh sebagai ujung tombak pembinaan peranserta masyarakat), dan unit penyuluhan keliling.
  2. Model koordinasi perencanaan terpadu untuk meningkatkan peranserta ditingkat institusi terkait dan untuk keterpaduan program pembinaan peranserta masyarkat.
  3. Model penyuluhan yang terintegrasi antara keberishan lingkungan retribusi dilengkapi dengan paket-paket terprogram sesuai kelompok masyarakat sasaran penyuluhan.
  4. Model pembayaran retribusi dan model penanggulangan limbah padat oleh swadaya masyarakat.

In priciple every person is reponsible to santain the living enviroment, to prevent and overcome damage and its pollution (Law. no 4 1982). With regard to enciromental cleanliness in the jakarta region, every citizen is obligatory to maintain the cleanliness for the living enronment up to tha sidewalks to houseyard (local law no. 5 1988). Based on the above mentioned provisions, the overcoming of urban solid waste as a part of city environmental cleansing management needs the involment of both the whole comunity and the goverment as well.
In the framework of cleaning services to provided to the whole citizen, the gonverment of dk jakarta is being faced serious constraints, i.e. First, There is an inbalanced ratio between budget allocation and the coverage of cleaning services: second, low charges of cleaning retribution imply inability on the part of the goverment to cover the total cowst of cleaning services which subsequently cause poor services so that not every citizen is equally provided with the government's services. thus, the implementation of city cleaning services should find suitable solutions that suit the specifio characteristics of urban solid waste management systems in the frame of comunity and the goverment partnership.
The salient problems to be observed are as follows:
  1. what factors hinder the existing solid waste management?
  2. At what level and to what extent is comunity participation needee?
  3. How should the development of comunity participation be implemented?
  4. What model should be developed and implemented in order to render the solid waste management services sustainable?
The type of approach used in the research is a combination of qualitative and grounded research. It is aimed to find and develop instituional model and procedure for more effective solid waste management which will be capable of enhacing comunity participation.
Based on the first observation on the research problens a working hypothesis was formulated it is neede a kind of institution and procedural developmnet for people s participation that cloud gave impact on their environmental consciousness and sense of belonging; under which the people and the goverment could work together in the continous management of urban splid waste.
From the results of the research it was found put that in general the obedience of the respondents to pay the retribution was relatively high but ther have low understanding on the goverment policy regarding cleansing retribution and the relationship beetween healthy enrionment and solid waste management due the respondenet have low level od knowledge on the right way to handle their waste.
The cleanliness behavior(improrer storing and disposal og the solid waste) which does not support good solid waste management is due to the lack informations and extension services provide to them. For the reason, it felt that an instituion in needed to develop and direct community participant the could grow and develop their awareness. sense of belonging and reponsibility to actively participate in the management of the cleanliness of the city environment.
Futher, it was indentified that there are spme different levels of community participation. Such condition is influenced by:
  1. Economic Status, viewed from the level of income of the low income group, so that their abilities to pay retribution are also low, eventhough this group is postively ht emajor producer of urban solid waste and hence demand more services, on the country, the group of the people with high income are basically capable to pay high retribution. Eventhough their rat of physical involvements in the handling of the solid waste are low, they enjor good services provided by the city government in returen of their high restribution.
  2. The different levels on knowledge and awareness toward cleanliness and healthy environment among groups of people.
  3. Improper sanction enforcement, inappropriate provision of incentives, and the existing week quality of monitoring system.
Data of research indicate the following problems:
  1. Institution and procedure of solid waste management are evidently seperated from the cleaning retribution management. in fact, it is actually interconnected activities that should be integrated in order to avoid in appropriate management.
  2. There is no integrated planning coordination in the handling of solid waste among the interconnected institutions. Solid waste handling is not only the tast and function od the dki cleaning departmenet dinas kebersihan but it is also the task and function of the other dki autonomous department susch as those concerned with park, public works, cisadane-ciliwung river project implementation agency and local government owned company pasar jaya.
  3. Extention services to promoteand develop the community participation was not being carried out intensively and equally due the pact that reponsible cleansng department are still being wiht limites budget and human resources.
  4. The procedures and process of charging the retribution have not been effectively and properly managed, resulting to low retribution revenue.
Data Analysis shows that some models of instituion and procedures to enhance community participantion could be developed in the following ways:
  1. Developing the isntitution models for community participation by rearrangement of the exiting componentrs, including staff and, line components and mobile unit of extension services. In the instituion, the functional position of extension service agents as the community participations can be developed;
  2. Integrated planning coordination models to enchance the community participation on the level of government isntituions and integreted programme in developing comunity participation.
  3. Integrated extention service models related with environmenta cleenliness and retribution payment, supported by programmed packages are highly relevant to the community extension's targer groups.
  4. Retribution payment model and community solid waste management models.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khalishah
"Dunia aviasi memiliki banyak kegiatan yang turut menghasilkan berbagai macam limbah, termasuk limbah padat bahan berbahaya dan beracun atau B3. Kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang merupakan salah satu kegiatan yang memiliki dampak buruk pada masyarakat maupun lingkungan. Dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan dari dampak timbulan limbah padat B3, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah padat B3 hasil pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang di perusahaan perawatan pesawat terbang. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dari penelitian ini berasal dari data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan observasi secara langsung, serta secara sekunder dengan melakukan telaah dokumen perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan limbah padat B3, terdapat permasalahan diantaranya yaitu prasarana TPS LB3 yang tidak memadai, jumlah SDM kurang, dan hambatan dalam efisiensi limbah padat B3. Adapun sistem pelaporan dan penyebaran informasi pengelolaan limbah padat B3 sudah tergolong cukup baik karena dilakukan secara rutin dan informatif. Saran yang dapat diberikan yaitu adanya melakukan analisis beban kerja, memperbaiki sistem perlabelan, pengawasan rutin terhadap wadah penyimpanan, perbaikan prasarana TPS LB3, pengangkutan secara rutin, pengecekan kesehatan petugas limbah B3, dan penyebaran informasi dampak limbah padat B3 kepada masyarakat.

The world of aviation has many activities that also produce various kinds of waste, including solid waste of hazardous and toxic materials. Aircraft maintenance, repair, and overhaul activities harm society and the environment. The impact of hazardous solid waste has to be prevented from the public and the environment. This research was conducted to determine how the hazardous solid waste management system results from aircraft maintenance, repair, and overhaul in aircraft maintenance companies. This study uses a descriptive observational study design using a qualitative approach. The source of data from this research comes from primary data, which comes from in-depth interviews and direct observation, and secondarily by reviewing company documents. The results of this study indicate that the hazardous solid waste management system has problems, including inadequate temporary disposal sites for hazardous and toxic waste, insufficient human resources, and obstacles to the efficiency of hazardous solid waste. The system for reporting and dPT. Seminating information on hazardous solid waste management is quite good because it is carried out routinely and informatively. Suggestions that this research can be given are conducting a workload analysis, improving the labeling system, routine monitoring of storage containers, repairing temporary disposal sites for hazardous and toxic waste, carrying out routine waste management, checking the health of hazardous waste officers, and dPT. Seminating information on the impact of hazardous solid waste to the public"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suganda
"Aspek pengelolaan persampahan terdiri dari Teknis Operasional, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Hukurn, dan Kelembagaan. Sistem teknis operasional terdiri sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Berdasarkan pelakunya, sistem pengumpulan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat, sedangkan sistem pengangkutan dilakukan oleh pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan pada partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik yaitu kegiatan pengumpulan sampah dari sumber rumah mewah, menengah, dan sederhana di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi 1imur. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu 1) cakupan pelayanan sampah yang masih rendah yaitu Kecamatan Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, dan Bekasi Timur 35,2% sehingga sisa sampah yang belum terangkut untuk Kecamatan Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, dan Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) komposisi sampah domestik Kota Bekasi termasuk kecamatan tersebut mencapai 80%, sisanya 20% adalah sampah non domestik seperti industri, perkantoran, pertokoan, rumah sakit, dan pasar, 3) implementasi penegakan hukurn rendah dan lemah, dan 4) tidak adanya paradigma baru yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah. Hal tersebut diduga, salah satunya adalah akibat rendahnya partiaipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah. Berdasarkan identifikasi tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adakah perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik ?. Hipotesisnya adalah terdapat perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik. Tujuannya adalah mengetahui partisipasi masyarakat kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik, sehingga kebijakan pemerintah daerah yang diterapkan terhadap masyarakat tepat.Penelitian ini dilakukan terhadap responden rumah mewah, menengah, dan sederhana yang berjumlah 116 di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi Timur, serta wawancara terhadap Lurah Pedurenan di Bantargebang, Lurah Bojong Rawa Lumbu di Rawa Lumbu, dan Lurah Duren Jaya di Bekasi Timur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan signifikan dalam kelompok sampel, yaitui antara mewah/menengah dengan sederhana. Perbedaan tersebut terletak pada I) kesesuaian tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan, 2) kondisi tempat sampah, 3) keikutsertaan dalam penyuluhan, 4) kesediaan membayar retribusi, 5) keikutsertaan dalam go tong royong, dan 6) retribusi jika ditambah.
b. Terdapat perbedaan partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik di ketiga kecamatan yaitu 1) ketidaksesuaian kapasitas tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan rumah mewah di Kecamatan Bekasi Timur dan rumah sederhana di Kecamatan Rawa Lumbu, 2) kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur, 3) penyapuan halaman yang kurang frekuensinya pada rumah mewah di Kecamatan Bantargebang, dan 4) keikutsertaan dalam penyuluhan yang kurang di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur.
c. Adanya ketidaksesuaian kebijakan dengan kenyataan di masyarakat yaitu struktur retribusi sampah didasarkan pada kondisi bangunan tetapi pada kenyataannya di serahkan pada masyarakat, dan penenuan tarif progresif sampah didasarkan pada volume sampah yang dihasilkan tetapi kesulitan di pengukurannya.
d. Prioritas masyarakat terhadap kualitas kebersihan masih kurang dibandingkan dengan permasalahan lain seperti keamanan, air bersih, listrik, dan lain-lain. Pengeluaran masyarakat semua kategori rumah untuk masalah keamanan, air bersih, dan listrik lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas kebersihan.

The aspect of Solid waste Management System are consist of operational technic, community participation, regulation, and institution. Based on it's role, a large part collecting system was done by community, whereas transportation system was done by district government. The scope of the study is particularly focused to the community participation in the operation of solid waste management from categories of house i.e, luxury, middle, and plain as solid waste generators in sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur. There are more problems that identified namely : 1) the low of the services for solid waste i.e. sub-district Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, and Bekasi Timur 35,2%, so residu solid waste which hasn't transported for Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, and Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) the composition of solid waste for Bekasi District conclude its sub-district are 80% and the residu are 20% namely non-domestic solid waste such as industries, office stores, hospitals, and market, 3) the implementation of the law is les and weak, and 4) there isn't new paradigm in solid waste management. Those are assumed as result of the low of the community participation in solid waste collecting system.
Based on identification, the problem that was described in this reseach namely are there are community participation based on categories of house that are luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management ?, the hypothesa namely there are some differences in The community participation base on the categories of house; luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management, so that policy of district government which are implemented to community exactly true.The research was done to responden of luxury, middle, and simple which were amounts 116 at Sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur, also depth interview to Lurah of Pedurenan at Bantargebang, Lurah of Bojong Rawa Lumbu at Rawa Lumbu, and Lurah Duren Jaya at Bekasi Timur.
Based on result of research has got conclusion as follow:
a. There are different in sample group, between luxury/middle with plain. The different in: 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced, 2) condition of solid waste bin, 3) participation in information, 4) participation in pay retribution, 5) participation in mutual assistance, and 6) retribution if be increased.
b. There are different community participation in the operation of solid waste management at three sub-district, 1) those are not suitable between capacity of solid waste bin with soiti waste volume that be produced luxury houses at sub district Bekasi Timur and simple houses at sub district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place rub district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury houses at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. There aren't suitable policy with fact in community those are structure of solid waste retribution based on building condition but in fact delivered over at community, and appointment of progresif retribution based on solid waste volume be produced but difficult at measurment.
d. Prority of community on cleanness quality less be compared with other problem like security, water, electricity, etc. expenseas of community all house categories for security, water, electricity problem more than cleanness quality.
Based on the result of research could he recommended as:
a. Based on house categories, need socialization cleanness with different information according to its social condition.
b. According to every sub-district, need informatin about 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced luxury houses at sub-district Bekasi Timur and simple houses at sub-district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place sub.-district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury house at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. To engineer socialization of cleanness/ solid waste on community need involvement of social people like psychologist, communicant, sosiologist, etc.
d. About policy, district government need to 1) appoinment right and community obligation, 2) extending servant area which has reached only 35%, 3) considering the old approaching namely collecting, transportation, treatment, and dumping to the new approach like 3R (reduce, Reuse, Recycle) and 4) considering institutional changing that is SubDin Kebersihan.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>