Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mariana Anggraeni
"Skripsi ini membahas tentang hakikat dan fungsi permainan sabung ayam yang ada di dalam Serat Adu Jago. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis data pustaka dengan mengambil dari sumber data dan melakukan observasi wawancara.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hakikat dari permainan sabung ayam adalah permainan rakyat yang hanya dapat dimainkan oleh kaum laki-laki saja, karena permainan ini memiliki arti bahwa si empunya lah yang sebenarnya bermain dalam permainan sabung ayam ini.
Ayam merupakan perwujudan dari salah satu bagian tubuh si empunya yang dapat dilepas lalu dipertarungkan di depan khalayak ramai. Bagian tubuh tersebut ibaratkan penis, karena penis merupakan lambang dari kejantanan seorang pria. Permainan sabung ayam masih dilakukan oleh sebagian orang di Desa Jatinom. Hal ini berkaitan karena adanya fungsi-fungsi yang telah melekat, yaitu fungsi sosial, fungsi psikologis, dan yang terakhir yang begitu dominan adalah adanya fungsi ekonomi.

The focus of this study is about essence and function of cockfight games on Serat Adu Jago. This research is a qualitative and using analysis divining manual method by taking the source data and make observations interviews.
Research results reveal that the essence of cockfight games is a game that people can only be played by men only, because this game has the meaning that the owner is the actual game play in this cockfight.
Chicken is a manifestation of a part of the body of the owner can be dipertarungkan ago in front of the multitude. That's body it's like a penis, because it is a symbol of male virility. Cockfight is still done by some people in the Jatinom village. This is because of the related functions that have been attached, the social function, psychological function, and the last is so dominant is the economic function."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi uraian tatacara menyabung ayam. Rinciannya sebagai berikut: asal mula adanya sabung ayam (h.3-5); perlengkapan sabung ayam (5-7); siapa yang boleh mengadakan tempat sabung (h.7); bentuk ayam pilihan yang cocok; gerak-geriknya waktu diadu (h.7-14); daerah asal ayam sabung yang baik (h.14-17); bentuk induk ayam aduan yang baik serta pemeliharaannya (h. 17-25); pemilihan telur untuk ditetaskan dan lamanya pengeraman (h.25-30); pemeliharaan anak ayam sejak menetas (h.30-34); nama ayam berdasar umurnya (h.34-36); pemeliharaan ayam aduan (h.36-47); gerak-gerik penonton dan besar uang taruhan (h.47-71); gerak-gerik ayam yang tengah disabung dan tatacara menyabung ayam (h.71-85). Teks ini disiisun pada tahun 1939 oleh Ki Mangunprawira, (memakai nama samaran Ki Ajar Panitra), sesuai dengan keterangan yang diperolehnya dari Ki wirakarya (Pak Kramontali/Plotir), seorang botoh sabung ayam. Karya ini merupakan sambungan Serat Pandelwan yang berisi uraian tentang tatacara, Petilasan, dan keadaan desa-desa tempat menyepi. Untuk naskah Serat Pandelwan ini, lihat FSUI/LS.46-80. Naskah ini telah dialihaksarakan oleh Panti Boedaja, tahun 1940. Lihat FSUI/UR.6 untuk transliterasi tersebut."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
UR.5-B 53.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari FSUI/UR.5; untuk keterangan selanjutnya lihat deskripsi naskah tersebut. Pada koleksi FSUI terdapat tiga eksemplar naskah ini (B 53.02a-c), semuanya tembusan karbon satu kali ketik. Hanya salinan pertama (a) yang dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
UR.6-B 53.02a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Kunthi Tridewiyanti
"Tesis ini memperlihatkan sabung ayam merupakan salah satu bentuk permainan rakyat yang telah dikenal sejak dahulu dan telah dilakukan secara turun menurun oleh beberapa masyarakat di Indonesia. Akan tetapi permainan ini harus diberhentikan bahkan dihapuskan oleh masyarakt sejak dikeluarkannya peraturan tanggal 1 April 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian. tentu saja hal tersebut mengundang berbagai permasalahan di masyarakat khususnya masyarakat Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali yang penulis pilih sebagai daerah kajian.
Hasil kajian menunjukkan bahwa permainan sabung ayam telah dikenal oelh masyarkat Desa Kubutambahan sejak jaman nenek moyang dan permainan itu bila ditinjau dari sifatnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu permainan tabuh rah dan permainan tajen. Keduanya mempunyai ciri tersendiri, mulai dari pihak yang berperan dalam permainan, tempat pelaksanaan, aturan permainan sampai pelaksanaannya.
Sekalipun ada bentuk permainan lainnya yang juga dikenal masyarakat tersebut, namun ternyata sebagian besar masyarakat tetap saja memilih melakukan permainan sabung ayam, mempersiapkan ayang sabungan, juga mengenal berbagai bentuk folklor lainnya yang mengandung unsur pemainan sabung ayam. misalnya dalam cerita-cerita, nyayian serta kepercayaan masyarakat.
Permainan sabung ayam tetap dilakukan oleh masyarakat Desa Kubutambahan, disebabkan oleh adanya fungsi-fungsi dari permainan tersebut. Antra lain, fungsi ekonomis, religius, sosial. psikologis dan fungsi pengembangan varietas ayam.
Adanya fungsi itulah menyebabkan berbafai upaya dilakukan oleh masyarakat untuk tetap melestarikan permainan itu, mulai dari upaya legitimasi, kamuflase, penyucian, penyembunyian sampai penyuapan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu justru memperlihatkan bahwa upaya pemerintah dalam mengefektifkan peraturan kurang berhasil, karena terkesan peraturan yang diterapkan itu tidak diindakan, bahkan dianggap bertentanan dengan kebiadaan masyarakat. Di samping itu juga memperlihatkan adanya perbedaan penilaian oleh penegak hukum, pihak agama, aparat adat maupun aparat pemerintahan.
Di dalam mengurangi kurang efektifnya pelaksanaan peraturan itu, sebenarnya masyarakat puntampak secara alami mengupayakan penghapusan permainan sabung ayamn, misalnya upaya melalui penegakan hukum baik dari peraturannya sendiri maupu penegakan hukumnya, upaya melalui pendidikan, upaya di bidang perekonomian, upaya melalui kepercayaan masyarakt dan upaya melalui komunikasi. Dengan memperlihatkan upaya penghapusan yang dilakukan oleh masyarakat dari dalam sendiri sebenarnya lebih baik daripada dilakukan suatu pemaksaan penghapusan dari pihak luar yang terkadang mempunyai nilai yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lampe, Munsi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandung Adityo Argo Prasetyo
"ABSTRAK
Tesis ini mengkaji tentang teks Serat Kangsa Adu-Adu Macapat koleksi perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Teks ini termasuk karya sastra Jawa berkategori cerita wayang. Fokus kajian ini terbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisi teks Serat Kangsa Adu-Adu Macapat yang telah dibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungannya dapat dipahami oleh masyarakat masa sekarang. Kedua secara kesastraan, memfokuskan genre teks yang berbentuk puisi tradisional Jawa atau macapat yang digunakan di dalam teks melalui metrum-metrumnya tersusun dalam rangkaian pupuh menggambarkan watak atau karakter tembang. Metrum macapat yang terdapat di dalam teks yaitu Asmaradana berwatak keprihatinan, kesedihan, nelangsa, kebahagiaan, dan kasmaran; Sinom berwatak menggebu-gebu, antusias, cekatan, lincah; Pangkur berwatak memuncak: puncak amarah, puncak rasa cinta, Pocung berwatak santai, jenaka, sendau gurau, dan tidak terlalu serius; Durma berwatak menggurui: peyampaian perintah, curahan perasaan marah, sedih; Mijil berwatak nasihat, himbauan, perencanaan; Dhandhanggula berwatak lentur, senang, sedih; Gambuh berwatak akrab, dekat; Kinanthi berwatak asih, bahagia, bersama, bergandengan.

ABSTRACT
This research examines the text of Sêrat Kangsa Adu-Adu Macapat from the collection of the Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta library. This text includes Javanese literary works categorized wayang stories. The focuses of this study is divided into two. The first philological study is presenting the edition of the text of Sêrat Kangsa Adu-Adu Macapat which has been cleansed of mistakes and translated so that its contents can be understood by nowadays society. Second literally, focusing on the genre of text in the form of traditional Javanese poetry or macapat used in the text through the metrums arranged in a series of pupuh depicting the character of the song. The macapat metrum contained in the text of Asmaradana is of concerned, sadness, misfortune, happiness, and love; Sinom is passionate, enthusiastic, nimble, lively; Pangkur is peaked: the peak of anger, the peak of love, Pocung relaxed character, witty, pleasantry, and not too serious; Durma is patronizing: commanding orders, outbursts of anger, sadness; Mijil has the character of advices, appeal, planning; Dhandhanggula is flexible, happy, sad; Gambuh is familiar, close; Kinanthi has a loving, happy, shared character, hand in hand."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan buku yang memuat tentang pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan menyabung ayam jago di dalam sebuah arena."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1923
BKL.0691-LL 81
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Zakia Anwar
"Sabung Ayam atau adu ayam dalam antropologi adalah tradisi di mana manusia bersaing sabung ayam mereka dengan satu sama lain untuk kepentingan pribadi atau budaya. Banyak penelitian tentang sabung ayam yang masih antroposentris hanya fokus pada aspek budaya. Bahkan hubungan timbal balik antara manusia dan alam dan unsur-unsur alami (hewan) adalah diabaikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada perspektif baru, yaitu multispesies Perspektif antropologis yang menganggap manusia dan non-manusia sama analisis. Penelitian ini dilakukan pada beberapa pria di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah. Data diambil dengan wawancara mendalam dan observasi partisipan. Berdasarkan temuan di lapangan, pria dari Kampung Laut telah lama hidup berdampingan dengan sabung ayam. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa tradisi sabung ayam telah ada sejak Kampung Laut masih di Segara Anakan. Dari dulu sampai sekarang, para pejuang ayam yang bertarung dalam adu ayam di Kampung Laut tidak pernah mati. Bukti ini bahwa para lelaki di Kampung Laut menyadari jika sabung ayam juga merupakan makhluk hidup, maka harus demikian diawetkan. Interaksi antara pria dan sabung ayam menciptakan perasaan emosional diantara mereka. Perlakuan baik laki-laki terhadap sabung ayam menciptakan kebalikan hubungan dalam mutualisme simbiosis. Pria mendapat manfaat karena adu ayam, dan juga sebaliknya sebaliknya, sabung ayam juga mendapat manfaat dari sabung ayam. Apalagi, sabung ayam juga
berkontribusi bagi masyarakat Kampung Laut. Saya berpendapat bahwa etnografi multispecies Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini akan memberikan kerangka kerja baru dalam membuat holistik penjelasan tentang hubungan manusia dengan unsur-unsur alam dan hewan. Karena dalam penelitian ini, manusia bukan satu-satunya subjek utama, tetapi begitu juga sabung ayam. Spesies non-manusia juga memiliki hak dan hak yang sama dengan manusia.

Cockfighting or cockfighting in anthropology is a tradition where humans compete their cockfights with one another for personal or cultural interests. Many studies of cockfighting that are still anthropocentric only focus on cultural aspects. Even the mutual relationship between humans and nature and natural elements (animals) is ignored. Therefore, this research will focus on a new perspective, namely anthropological perspectives that consider humans and non-humans the same analysis. This research was conducted on several men in Kampung Laut, Cilacap, Central Java. Data were collected by in-depth interviews and participant observation. Based on findings in the field, men from Kampung Laut have long lived side by side with cockfights. This is evidenced by the fact that the cockfighting tradition has existed since Kampung Laut is still in Segara Anakan. From the beginning until now, the chicken fighters who fought in chicken fights in Kampung Laut have never died. This evidence is that the men in Kampung Laut realize that cockfights are also living things, so they must be preserved. The interaction between men and cockfighting creates emotional feelings between them. The good treatment of men towards cockfighting creates the opposite relationship in symbiotic mutualism. Men benefit from cock fighting, and vice versa on the contrary, cockfights also benefit from cockfights. Moreover, cockfighting too contribute to the Kampung Laut community. I argue that the ethnographic multispecies perspective used in this study will provide a new framework for making holistic explanations about the relationship of humans with the elements of nature and animals. Because in this study, humans are not the only main subject, but so are cockfights. Non-human species also has the same rights and rights as humans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parwatri Wahjono
"Penelitian ini merupakan penelitian folklor humanitis, yaitu penelitian dari sudut pandang peneliti yang berlatar belakang ilmu bahasa dan kesusasteraan, yang kemudian memperdalam ilmu folklor.
Definisi Hakikat Permainan Nini Thowok: sebuah folklor Jawa, berupa suatu permainan ritual magis yang berbentuk teater murni tradisional, dapat merupakan hiburan, bersifat Kejawen, mitis, serta shamanistis, yang pada umumnya diadakan waktu terang bulan purnama, malam Selasa atau Jum'at Kliwon, dengan tujuan memohon perlindungan untuk keselamatan desa, anak-anak dan sawah, sebagai pembayar nadar, menanyakan nasib ataupun obat penyakit dan juga untuk memohon hujan.
Secara semiotis permainan Nini Thowok adalah sebuah folklor Jawa yang berupa suatu ritus inisiasi, bersifat mitis, magis, Kejawen, sebagai hiburan, untuk menanyakan obat, membayar nadar, memohon perlindungan dan memohon hujan.
Dari strukturnya, Nini Thowok adalah sebuah bentuk teater murni Jawa tradisional, suatu ritus magis dengan permainan sebagai sarananya, dengan tahap-tahap rites inisiasi dan permainan hiburan.
Desa Banyumudal merupakan daerah pegunungan kapur yang memiliki banyak mata air, sebagai pemasok air minum daerah Gombong-Kebumen.
Penduduk 3466 jiwa, 36 % melek huruf, sebagai petani dan pemantik batu. Beragama Islam Kejawen dengan kepercayaan ancestor worship, dan pemujaan batu lingga, pada setiap hari Kliwon dan bila hendak mengadakan hajat. Masih melestarikan sistem pengetahuan tentang hari baik untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pertanian dan upacara daur hidup. Peranan Islam di sini mengukuhkan unsur Kejawen. Kesenian yang masih hidup adalah ebleg (kuda lumping), ketoprak dan cowongan.
Permainan cowongan (dahulu) khusus untuk memohon hujan. Merupakan permainan ritual magis dengan tahapan-tahapan:
a. Ernst (serius), yang bersifat sakral, ialah suatu ritus inisiasi pada ancestor worship pada pembuangan boneka (tahap separation), marge (peralihan), dengan . makna pendewasaan: pada penyemayaman boneka di tempat keramat (bumf Gana bathan) di bawah pohon beringin, dan agregation (pengembalian ke masyarakat): pada pengambilan boneka dan permainan di arena; serta ritus untuk motion hujan dengan mendatangkan bidadari Nini Thowok (Ni Cowong).
b. Spel (hiburan, permainan), yang bersifat profan, ialah endem-endeman, yaitu mabuk-mabukan non alkoholik, bersifat hiburan dan juga mediamik (sebagai sarana permediuman dari dukun cowong untuk memintakan obat dan berkah bagi yang memerlukan).
Sampai kini cowongan dapat survive karena memiliki fungsi sosial dan lingkungan hidup. Fungsi tersebut agak mengalami sedikit pergeseran nilai dari fungsi ritual (sakral)-nya, yaitu menjadi lebih banyak berfungsi permainan (hiburan, profan). Dengan demikian fungsi Permainan Ritual Magis Nini Thowok sebagai sebuah folklor jawa adalah sebagai ritus, hiburan, dan pengesahan pranata (fungsi sosial dan lingkungan hidup).
Permainan ritual magis Nini Thowok akan dapat hidup terus selama masih mengemban fungsi dalam masyarakat pendukungnya, atau bila dijadikan aset pariwisata."
1993
D417
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Andrianto
"Tesis ini tentang kajian perjudian sabung ayam di Bali. Dengan perhatian utama kajian pada keberlangsungan perjudian sabung ayam di Bali karena merupakan salah satu kegiatan adat, juga karena adanya hubungan patron klien antara oknum polisi dengan penyelenggara perjudian sabung ayam. Ruang lingkup masalah penelitian dalam tesis ini adalah masyarakat adat Bali, perjudian sabung ayam yang termasuk "tajen terang" yaitu perjudian yang merupakan kegiatan adat dan "tajen branangan" yaitu perjudian yang merupakan bentuk pelanggaran hukum, hubungan patronklien yang terjadi antara penyelenggara perjudian sabung ayam dengan oknum aparat polisi, aturan-aturan dalam kontes sabung ayam, penggolongan ayam aduan, aturan-aturan taruhan, karakteristik para petaruh dan pengorganisasian penyelenggaraan perjudian sabung ayam baik sebagai bentuk perjudian yang termasuk "tajen terang" maupun "tajen branangan" yang didalamnya termasuk, strategi, manajemen maupun peranan-peranan dan kewenangan-kewenangan para anggota penyelenggara.
Pendekatan yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data secara etnografi dengan tehnik pengumpulan data meiaiui pengamatan, pengamatan terlibat dan wawancara berpedoman dengan lokasi penelitian di Renon, Denpasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi profanisasi nilai-niiai sakral prosesi keagamaan tajen tabuh rah menjadi bentuk perjudian sabung ayam oieh para penjudi. Profanisasi niiai-nilai sakral oieh para penjudi, yang berbentuk perjudian sabung ayam, telah menjadi lahan oknum polisi untuk mengutip uang sehingga menjadi hubungan patron klien antara oknum polisi dengan penyelenggara perjudian sabung ayam. Tindakan oknum polisi yang melakukan "pengecukan" terhadap "saya tajen" tidak melihat apakah tajen yang sedang diadakan adalah tajen yang berkaitan dengan adat atau yang sakral atau tajen yang profan. Sebaliknya oknum polisi yang datang ke lokasi tajen, tanpa melihat apakah memiliki kewenangan atau tidak dalam melakukan pengakan hukum, dianggap mewakili kekuasaan penegakan hukum. Sehingga hubungan patron klien antara oknum polisi dengan penyelenggara tajen menunjukkan seberapa besar kekuatan polisi dalam masyarakat Bali. Selain itu tindakan oknum polisi tersebut juga menunjukkan pentingnya polisi memerlukan uang "cash and carry". Yang dengan demikian prinsip uang °cash and carry telah menjadi kebudayaan oknum-oknum polisi.
Implikasi kajian tesis ini adalah pelarangan dan penindakan secara tegas terhadap perjudian yang selalu rnengiringi pelaksanaan tajen. Memberikan pemahaman terhadap anggota Polri batasan-batasan tajen yang berkaitan dengan adat dan tajen yang bukan adat. Sehingga setiap anggota Polri memahami mana tajen yang melangar hukum dan mana tajen yang bukan pelanggaran hukum. Dalam memberikan batasan-batasan tajen adat dan tajen yang pelanggaran hukum hendaknya Polri melibatkan pemuka-pemuka adat setempat. Sebab penerapan praktek-praktek adat antara satu desa adat dengan desa adat lainnya berbeda (desa mawacara), sehingga berbeda pula dalam pelaksanaan tajen sebagai pelengkap upacara dalam suatu desa adat.
E. Daftar Kepustakaan : 26 buku + 6 artikel + 3 makaiah"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>