Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Ombun
"Sistem pembakaran yang umum digunakan di industri-industri adalah sistem pembakaran difusi dengan pertimbangan keamanan dan keandalan, namun penelitian nyala api difusi kurang mendapat perhatian dibandingkan nyala api premix. Energi hasil pembakaran nyala api difusi Brat kaitannya dengan panjang nyala api difusi yang dihasilkan. Panjang nyala api difusi dipengaruhi oleh jumlah dan arah semburan udara. Jika jumlah suplai udara lebih besar dari kebutuhan stokiometri, nyala api difusi akan overventilated yang mengakibatkan sejumlah bahan bakar terlepas bersama gas hasil pembakaran. Disisi lain, jika lebih kecil dari kebutuhan pembakaran sempuma, nyala api difusi akan underventilated yang mengakibatkan sejumlah energi panas terlepas bersama udara. Pada proses pembakaran difusi, terjadi phenomena lifted flame, hal ini mempengaruhi keandalan dan effisiensi sistem pembakaran. Jika jarak lifted flame terlalu jauh dari ujung nozel maka panjang nyala api difusi berkurang mengakibatkan kecepatan pemanasan semburan bahan bakar berkurang, bila terlalu dekatlmenempel pada ujung nozel akan mengakibatkan kerusakan nozel karena beban temperatur tinggi dari nyala api difusi.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan pengaruh variasi sudut ring pengarah udara injeksi terhadap panjang nyala api difusi bahan bakar propana meliputi jarak lifted flame, tinggi nyala api dan temperatur ujung nozel. Variasi sudut ring pengarah udara injeksi yang digunakan 0°, 15°, 30°, 45°, 60° dan 75°. Aliran propana diperbesar secara bertahap hingga nyala api mencapai kondisi liftoff. Pada kondisi liftoff, udara di-injeksikan secara bertahap. Setiap perubahan laju aliran propane atau udara injeksi, nyala api difusi diamati dan di-capture menggunakan kamera video.
Pada nyala api difusi kondisi liftoff diperoleh Reynolds number propane 8.619, jarak lifted flame 105,4 mm, panjang nyala api difusi 344,6 mm dan burning velocity 239,2 mm/dtk. Dengan menggunakan ring pengarah injeksi udara sudut 45° dan Reynolds number campuran udara-propana 6.482 std 6.513 diperoleh jarak lifted flame menjadi sebesar 65,4 mm, panjang nyala api difusi menjadi 410,3 mm, kecepatan pcmbakaran menjadi 290,64 mm/dtk dan temperatur ujung nozel dari 52,4°C menjadi 54.6°C.

Generally, the combustion system is applied at industries is diffusion combustion system with safety and reliability reasons, eventhough the researh of diffusion flame get attention is less than premix flame. Energy that is produced by diffusion flame related to the diffusion flame length. The diffusion flame length is affected by amount and jets direction of air. If air supply is more than sthoiciometric needed, diffusion flame will be overventilated that cause an amount of fuel releases with exhaust gas. On the other side if air supply is insufficient for sthoiciometric, diffusion flame will be underventilated that cause an amount of heat realese with air. At diffusion combustion process occur lifted flame phenomena. This thing influences efficiency and reliability of combustion system. If lifted flame too far from nozzle lip so that diffusion flame length decrease which give effect of heating velocity decreasing of fuel jet, when too near from nozzle tip will cause damage to nozzle due to high temperature load of diffusion flame.
At this research was observased influence of angles variation of injection air director rings to propane diffusion flame length consist of lifted flame, diffusion flame high and nozzle tip temperature. The angel variations of air director rings were used 0°, 15°, 30°, 45°, 60° and 75°. Flow rate of propane increase in step by step to achieve liftoff condition. At condition liftoff, air is injected regularly. Every flow rate change of propane and air injection, diffusion flame is observed and it is captured by camera-video.
At diffusion flame of liftoff condition is reached Reynolds number of propane is 8,619, lifted flame distance is 105.4 mm, diffusion flame length is 344.6 cm and burning velocity is 239.2 cm/s. Using air director ring of angle 45° and at Reynolds number of air-propane mixture 6,482 to 6,5I3 obtained lifted flame distance reduce to 65.4 mm, diffusion flame length becomes 410.3 mm, burning velocity becomes 290.64 cm/s and nozzle tip temperature from 52.4°C to be 54.6°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24397
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Hartono Alif
"Kebutuhan panjang pendeknya nyala api tergantung penerapan proses pembakaran yang akan digunakan. Penelitian penggunaan ring stabilizer pada pembakaran gas menghasilkan perubahan panjang nyala api. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya zona resirkulasi yang merubah kecepatan gas-gas yang tidak terbakar serta arah dari gerakan partikel. Fenomena nyala api lift up yang terjadi pada Bunsen burner juga menggunakan ring yang dipasang di atas bare!. Nyala akan duduk tepat diatas ring setelah terjadi lift up. Panjang nyala api lift-up diteliti untuk menjajagi penerapan fenomena flame lift up. Panjang nyala api lift-up adalah jarak terjauh dari nyala tepat di ring ke ujung nyala.
Pengukuran panjang nyala api lift up dilakukan menurnakan mistar baja dan kamera digital Digimax A40 Samsung. Bunsen burner yang digunakan pada percobaan ini mempunyai diameter bare! 14 mm dan tinggi 38 mm dengan bahan bakar adalah gas propana Pengukuran tinggi nyala ring yang digunakan adalah AISI 304 dengan ukuran bervariasi dengan diameter dalam masing-masing 7 mm, 10 mm dan 14 mm sedangkan diameter luarnya 30 mm dan tebal 5mm.
Pengaruh burning load, Air Fuel Ratio (AFR), posisi dan diameter dalam ring terhadap panjang nyala api lift up telah diteliti. Panjang nyala api lift-up meningkat seiring dengan kenaikan burning load. Sedangkan kenaikan AFR menurunkan panjang nyala api lift-up. Posisi dan diameter dalam ring diprediksi mempunyai penganih yang tidak linier terhadap panjang nyala. Analisa keseluruhan data basil percobaan juga dilakukan untuk memperoleh prediksi persamaan empiris hubungan antara panjang nyala api lift up dengan fraksi massa bahan bakar, Bilangan Froude, Bilangan Lewis dan rasio posisi ring terhadap diameter dalam ring.

The need for flame length is depend on the combustion application. Research of ring stabilizer on gas combustion resulted in flame length changes. This alteration is due to recirculation zon that change the velocity and particle direction. Flame lift-up phenomenon that appeared on Bunsen burner also used a ring that incorporated above the barrel. Flame would sit on the ring after lift-up. Flame length of flame lift-up have been investigated to consider the application of this phenomenon. Flame length of flame lift-up define as the longest distance from the base flame on the ring to the flame tip.
Measurement of flame length was carried out using a steel ruler and image that captured by a Digimax A40 camera. Bunsen burner in this experiment was 14 mm inside diameter and 38 mm height with propane as the fuel. Ring made of steel AISI 304 with outside diameter of 30 mm, width of 5 mm and inside diameter of 7 mm, 10 mm dan 14 mm respectively is used.
The influenced of burning load, Air Fuel Ratio (AFR), position and inside diameter of ring have been analysed. Flame length increase proportionally to the burning load. On the contrary, flame length decreased as the increasing of AFR. Position and inside diameter of ring has a non linier corelation to the flame length. Correlation of mass fraction of fuel, Frond Number, Lewis Number and ratio of position to inside diameter of ring have been derived from the whole data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Warsito
"Penelitian fenomena nyala api dari aspek temperatur sangat diperlukan untuk keperluan aplikasinya. Berdasarkan distribusi temperatur nyala api pembakaran maka dapat diketahui temperatur nyala api pada jarak tertentu. Hal ini sangat bermanfaat dalam perancangan burner sehingga pemanfaatan nyala api sebagai basil pembakaran dapat lebih optimal.
Pada tesis ini telah dilakukan pengukuran temperatur maksimum nyala api dengan mempergunakan 3 alat ukur yakni 2 alat ukur dengan metode non kontak yakni Infra view dan infra red thermography. Alat ukur yang ketiga adalah termokopel type K. Nyala api yang diukur adalah nyala api dari gas propana pembakaran difusi dengan variasi sudut sembur udara. nyala api pembakaran non difusi dengan variasi panjang tabung burner dan diameter tabung burner.
Hasil pengukuran temperature maksimum nyala api pembakaran difusi menunjukkan bahwa, variasi sudut sembur sangat berpengaruh terhadap besarnya temperatur maksimum nyala api. Sedangkan basil pengukuran temperature maksimum nyala api pada pembakaran non difusi diperoleh bahwa semakin panjang ukuran tabung burner akan menghasilkan pembakaran dengan temperatur maksimal yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tabung yang lebih pendek. Demikian pula dengan diameter tabung, temperature maksimum nyala api meningkat dengan kenaikan diameter tabung.

Research on flame phenomenon derived from temperature is rely significant .for the combustion application. Based on flame temperature distribution, temperature on the certain point can be determined Information of this temperature will be very useful for designing a burner in order to optimize the application offlame temperature.
Measurement of maximum flame temperature using 3 different appurutu.s have been done on this thesis. 2 of them used non contact methods which are infra view and infra red thermography and the other used type K thermocouple. These measurement have been used for measuring propane diffusion with the variation of air jet angle and non diffusion flame with the variation of length and inside diameter of burner.
The result of experiment on diffusion flame showed that spray angle variations hardly having an effect on to level of flame maximum temperature. The result of experiment on non diffusion flame showed that longer burner would raise maximum flame temperature. It is the same as inside diameter of burner that would increase the maximum flame temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24417
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Parliyani
"Pencemaran udara merupakan Salah satu masalah yang sangat serius untuk segera diatasi. Permasalahan tersebut sebagian basal' disebabkan oleh gas-gas beracun yang dihasilkan karena nembakaran tidak sempurna yang memberikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan. Salah satu alternatif pemecahan hal ini adalah dengan memperbaiki kualitas gas buang, dengan mengadakan perbaikan terhadap kualitas system saat pembakaran -(insitu combustion). Hasil Studi awal kami menunjukkan eiisiensi energi dari kompor gas LPG yang saat ini digunakan relatif rendan sekitar 40-50% , angka ini kurang menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menghasilkan kompor gas LPG yang dapat memberikan eiisiensi energi yang lebih tinggi dan rendah emisi polutan.
Pada penéiitian ini dilakukan rekayasa kompor gas dengan pemasangan katalis Cr2O3 padapor: burner dari A1202 yangberasal dari bauksit dalam negeri. Da1am penelitian ini dilakukan studi perbandingan berapa besar pengaruh katalis dalam peningkatan kualitas buang pembakaran dan peningkatan eEsiensi. Penelitian dilakukan dengan variabel operasi memvariasikan laju alir dan untuk mengetahui aktiviatas katalis dan pengaruhnya terhadap etisiensi termal dilaknkan dengan memasak air dengan menggumakan kompor gas.
Dalam penelitian untuk mendapatkan nilai efisiensi termal dan uji aktivitas katalis dalam oksidasi UI-IC, dilakukan dengan cara membandingkan nilai yang dihasilkan oleh port burner Bunsen konvensional, por: Bunsen Al2O;, dan pon' Bunsen Cr2O3/ A1203. Pada akhir penelitian didapatkan bahwa nirai efisiensi termal, katalis Cr2O2/La202/ A1202 menghasilkan efisensi sebesar 55,24%, bunsen A1202 sebesar 47,59%, dan Bunsen konvensional memiliki afisiensi sebesar 5 l ,15%. Hasil uji reduksi emisi polutan, untuk bunsen konvensional sebesar 18,16 ppm, bunsen A1202 fCr2O3 sebesar 29,33 ppm, sedang bunsen A1202 sebesar 25,5 PPM."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Irwan Halomoan Sitohang
"ABSTRAK
Penggunaan kompor gas LPG di Indonesia pada masasekarang ini telah mendominasi sektor rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian, efisensi termal dari kompor gas dewasa ini masih rendah yaitu sekitar 35-40 %. Hal ini menyebabkan pemborosan yang begitu besar, disamping harga LPG yang relatif semakin mahal, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk meningkatkan efisiensi termal kompor gas (LPG).
Pembakaran katalitik merupakan teknologi proses pembakaran yang sedang giat dikembangkan pada saat ini dengau menggunakan katalis untuk mempcrcepat terjadinya reaksi pernbakaran sehingga dapat meningkatkan efisiensi termal dan mereduksi emisi polutan. Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan efisensi termal kompor gas (LRG) dilakukan penambahan port burner dari keramik (mengandung campuran 70% lempung (clay) Plered, 20% kuarsa dan 10% kapur) yang dilapisi katalis La-Cr-O/Al2O3 yang diletakkan diatas port konvensional. Penempelan inti aktif La-Cr-O pada A1203 dilakukan dengan proses impregnasi dengan loading inti aktif katalis sebesar 15%. Pelapisan katalis pada port keramik dilakukan dengan metode dip-coating yaitu dengan pencelupan secara berulang sebanyak 4, 6 dan 8 kali dan selanjumya dikalsinasi pada suhu 850°C dan 950°C. Analisis port yang dilakukan meliputi karalderisasi, suhu nyala dan efisensi termal dengan dengan memperhatikan pengaruh dari peningkatan kuantitas coating, suhu kalsinasi dan loading inti aktif katalis.
Hasil penelitian menunjukkan port coming 4, 6 dan 8 kali dengan kalsinasi 850°C menghasilkan efisensi termal rata-rata masing-masing sebesar 42.256%, 43.134% dan 43.891%, dan port coming 4, 6 dan 8 kali kalsinasi 950°C masing-masing sebesar 41.274%, 42.123%, 43.275%. Pengaruh peningkatan suhu kalsinasi pada port keramik yang telah dilapisi katalis tidak menunjukkan hasil yang memuaskan karena terjadi penurunan sebesar 2.380% (port coming 4 kali), 2.399% (port coating 6 kali) dan 1.423% (port coating 8 kali) dengan kalsinasi 950°C dibandingkan terhadap port coating kalsinasi 850°C.

"
2001
S49024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Berto
"Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi tinggi nosel dan rasio udara-bahan bakar (AFR) terhadap panjang api pada burner jet mixing combustor. Pada burner ini semprotan bahan bakar dari nosel tipe hollow cone 80° ditubruk dengan semburan udara yang memiliki sudut sembur 60°. Nyala api diamati dan dipelajari. Dari penelitian ini akan dibuat suatu persamaan sederhana dimana panjang api merupakan
fungsi dari rasio udara terhadap bahan bakar (AFR (70).
Besar sudut sembur campuran bahan bakar dan udara tidak dipengaruhi oleh tinggi nosel. Tinggi nosel hanya mempengaruhi diameter lingkar campuran (dmix), dan akibatnya juga mempengaruhi tinggi api dan bentuk nyala api.

The Air - Fuel Ratio ejected the flame length at jet mixing combustor burner with special length nozzle is experimentally investigated The burner consists of a liquid fuel injector type hollow cone nozzle with 80° angle of fuel spray. The fuel spray from nozzle was impinging with air spray with angle 60° from baffle plate. The flame characteristic such flame length and flame stability was observed and studied. Simple
equations will be extracted and formulated based on the result of data experimentally from this research.
The large mixture angle of fuel spray and air spray not ajected length nozzle. The length nozzle only ajects to diameter mixture and consequence ajected the flame length and the shape flame.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turns, Stephen R.
Singapore : McGraw-Hill, 2012
621.402 3 TUR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Turns, Stephen R.
New York: McGraw-Hill, 1996
621.4023 TUR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan
"Proses pembakaran dengan menggunakan sistem difusi banyak diterapkan dalam kegiatan industri seperti ruang bakar boiler pada sistem pembangkit listrik, ruang bakar peleburan baja, maupun ruang bakar pada pabrik-pabrik kimia lainnya. Pembakaran dimana temperatur bahan bakar gas yang rendah menyebabkan pengkonsumsian bahan bakar yang lebih besar atau kurang efisien. Dengan menigkatkan temperatur un-burn (Tu) dari dari bahan bakar maka akan didapatkan laju reaksi yang lebih tinggi, kecepatan pembakaran yang lebih cepat dan energi minimum (Em) yang lebih rendah.
Pada penelitian tugas akhir ini, akan diteliti pengaruh variari temperatur bahan bakar sebelum pembakaran terhadap karakteristik nyala api difusinya dimana bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG Campuran. Pemanasan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan medium air. Dan pembakaran dilakukan pada temperatur gas LPG Campuran tanpa pemanasan dan dengan pemanasan temperatur medium 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Karakteristik nyala api yang diteliti antara lain: tinggi lifted flame, panjang nyala api, tinggi nyala api, ketebalan preheat zone, dan lain-lain.
Dari analisa penelitian, diperoleh tinggi lifted flame yang lebih besar pada temperatur un-burn yang lebih tinggi, sedangkan panjang nyala-api-nya memendek dengan temperatur un-burn yang lebih tinggi. Sementara, ketebalan preheat zone menipis seiring dengan meningkatnya temperatur un-burn tersebut.

Combustion process with diffusion system had been used in many industrial process, for example: boiler in power plant, melted steel, and other chemistry. Combustion whit low fuel temperature causes high consumption of fuel or can be said the combustion is not efficient. With increase the un-burn temperature of fuel causes increase the rate of reaction, high burning velocity, and low minimum energy (Em).
In this research, the influence of temperature variation of gaseous fuel to it's flame characteristics will be researched where the gaseous fuel used is LPG Mix. The preheating media used in this research is water. And combustion is done at LPG Mix fuel temperature in without preheating and with preheating temperature: 50°C, 60°C, 70°C, and 80°C. The charactheristics that being watched is distance of lifted flame, length of flame (flame length), height of flame (flame height), preheat zone thickness, and others.
From research analysis, the distance of lifted flame is increase with increase the un-burn temperature, yet the length of flame is reduce with this high un-burn temperature. While, preheat zone thickness is diminish along with increase this un-burn temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50782
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>