Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanang Martono
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi pada kenyataan bahwa kondisi moralitas bangsa sedang mengalami sebuah penurunan. Institusi pendidikan di satu pihak dinilai sebagai salah satu penyebab menurunnya kondisi moralitas bangsa ini, namun di sisi yang lain, institusi pendidikan memiliki peran yang efektif untuk mengatasi masalah ini, Peran ini diwujudkan dengan memberikan muatan pendidikan nilai dalam proses pembelajarannya. Penelitian ini difokuskan pada proses pendidikan nilai yang dilakukan di sekolah nonformal PKBM "Argowilis". Peneliti tertarik untuk melihat bagaimana proses pendidikan nilai di PKBM ini. Penelitian ini dilakukan di PKBM "Argowilis" Banyumas dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi serta FGD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum formal yang diajarkan di PKBM Argowilis, tidak berbeda dengan kurikulum yang digunakan di pendidikan formal. Secara eksplisit, muatan pendidikan nilai termaktub dia dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Proses pendidikan nilai di PKBM Argowilis, dilakukan melalui dua metode, metode di dalam kelas dan di luar kelas. Metode di dalam kelas dilakukan melalui kurikulum formal maupun kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Metode ganjaran dan hukuman jarang digunakan dalam proses pendidikan moral di Argowilis, meskipun ada beberapa tutor yang menerapkan metode ini, namun bentuk hukuman yang diterapkan adalah bentuk hukuman yang tidak langsung dan bersifat mendidik. Metode di luar kelas, dilakukan melalui kegiatan camping, berkunjung ke instansi-instansi pemerintah dan juga tempat-tempat umum. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman warga belajar serta untuk menumbuhkan rasa empati dalam din warga belajar.

ABSTRACT
The background of the study is formed by moral degradation happening in this country. Educational institutions are responsible to this problem in one side, while, in the other side, they play an effective role to bring the solution. It applied with give the value education on the learning procces. This study focused in process of value education held in PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) or Center for Community Education. For that reason, the study on how the process of value education runs was held. The study was held in PKBM "Argowilis" Banyumas by using qualitative approach Data collection was accomplised through interview, observation, documentation and FGD. The result shows that formal curriculum containing value education in PKBM "Argowilis" is not different with those in formal institutions. We can fmd that there are two major subjects that explicitly contain value education: religion and civics. The process of value education in PKBM "Argowilis" is run by using inside and outside classroom methods. Inside classroom method is done through formal curriculum and hidden curriculum. Punishment is rarely given. Some tutors choose to give indirect punishment which contain value education. Outside classroom method comes in ther form of outdoor activities such as camping, visit to governmental institute and also to public spots. The aims of these activities are to widen the knowledge of the student and so their experience, and also to stimulate their sense of empathic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T 24400
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyeni
"In this global area , government should develop the quality of education beside formal school,there is nonformal need to be developed."
Padang panjang: Dinas pendidikan Kota Padangpanjang, 2014
370 JGR 11: 1 ( 2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarni Catur Utami Munandar
Jakarta: UI-Press, 2001
PGB 0517
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Subi Sudarto
"ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menjawab apakah Pendidikan Nonformal dapat mengembangkan modal sosial untuk Peserta didik pada satuan pendidikan nonformal, yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Bagaimana proses pengembangan modal sosial di lembaga tersebut. Penelitian ini menelusuri pemikiran dan asumsi dibalik berbagai cara pandang terhadap program dalam proses penyelenggaraan pendidikan nonformal. Penelitian ini difokuskan pada proses pengembangan modal sosial yang dilakukan di sekolah nonformal PKBM ldquo;Citra Ilmu rdquo; Kabupaten Semarang. Penulis tertarik untuk melihat bagaimana proses pengembangan modal sosial di PKBM ini. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Untuk mendukung keterukuran dimensi kepercayaan trust , norma sosial dan jaringan terhadap Peserta didik yang mengikuti program kewirausahaan menjahit/tata busana dilakukan metode survei dengan mengambil sampel 71 responden. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi serta diskusi terpumpun/FGD. Menggunakan tiga dimensi, antara lain dimensi kewajiban dan harapan, norma sosial dan saluran informasi yang didukung dengan kepercayaan, penelitian ini menganalisis modal sosial yang dikembangkan kepada Peserta didik melalui program pendidikan nonformal, khususnya program kewirausahaan menjahit/tata busana. Bagaimana Peserta didik memiliki perubahan dalam dimensi kepercayaan trust , norma sosial dan jaringan. Penelitian ini juga melihat bagaimana peran aktor dan antaraktor dalam mendukung terhadap proses pengembangan modal sosial. Menggunakan teori modal sosial Coleman dan Putnam yang digabungkan, penelitian ini melihat modal sosial dalam dimensi-dimensi yang dapat dikembangkan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat untuk meningkatkan keterampilan indivu, keterampilan sosial, keterampilan akademis dan keterampilan vokasional. Modal sosial dapat dikembangkan kepada Peserta didik melalui program kewirausahaan menjahit/tata busana. Peserta didik mengalami dampak perubahan yang signifikan terhadap dimensi kepercayaan trust , norma sosial dan jaringan. Melalui penggabungan pemikiran Coleman dan Putnam, ternyata antar aktor dan keterkaitan tiga dimensi yang didukung kepercayaan merupakan prasyarat potensi-potensi modal sosial dapat dikembangkan oleh sekolah PKBM.

ABSTRACT
This study attempts to answer whether Non formal Education can develop social capital for Learners in non formal education units, the Community Learning Activity Center. How is the process of developing social capital in the institution. This research traces the thoughts and assumptions behind various ways of view of the program in the process of organizing non formal education. This research is focused on social capital development process conducted in non formal school PKBM Citra Ilmu Semarang Regency. The author is interested to see how the process of social capital development in PKBM this. This research uses qualitative approach method. To support the measurement of trust dimension, social and network norms to students who follow especially fashion entrepreneurial programs, conducted survey method by taking samples 71 respondents. Data were collected through interviews, observations, documentation and discussions of FGDs. Using three dimensions, among others, the dimensions of obligations and hope, social norms and information channels are supported with trust, this study analyzes the social capital developed to Learners through non formal education programs, especially fashion entrepreneurial programs. How students have changed in the dimensions of trust, social norms and networks. The study also looks at how the role of actors and actors in supporting the social capital development process. Using the combined social capital theory of Coleman and Putnam, this study examines social capital in dimensions that the Community Learning Center to improve an individual skills, social skills, academic skills and vocational skills. Social capital can be developed to students through especially fashion entrepreneurial programs. Students have a significant change as an impact in trust dimension, social norm and network. Through the merging of Coleman and Putnam 39 s thoughts, it turns out that inter actors and three dimensional relationships supported by trust are the prerequisites of social capital potentials to be developed by PKBM schools. "
2017
D2416
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ais Irmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) masyarakat Kabupaten Karimun berdasarkan pekerjaan; 2) persepsi masyarakat terhadap pendidikan; dan 3) peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam mengurangi buta aksara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap warga belajar, tokoh masyarakat, dan Pegawai Dinas Pendidikan serta Diskusi Kelompok Terpimpin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Pekerjaan masyarakat Kabupaten Karimun adalah buruh, nelayan, penyelam, pedagang, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan menggunakan paspor wisatawan yang tidak mensyaratkan pendidikan, dan sebagai Pegawai Negeri Sipil, 2) Masyarakat mempunyai kesadaran yang rendah terhadap pentingnya pendidikan, mengingat tanpa bersekolah pun mereka dapat memperoleh penghasilan yang besar, dan 3) Peran PKBM di Karimun sangat penting dalam mengurangi buta aksara ditandai dengan banyaknya peserta dewasa yang mengikuti Program Keaksaraan Paket A, B, dan C, serta Keaksaraan Usaha Mandiri dan Keaksaraan. Selain itu, anak-anak juga mengikuti Kelompok Bermain dan Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian ini menyimpulkan Peran PKBM sangat penting dalam mengurangi buta aksara di Kabupaten Karimun, karena waktu belajar di PKBM lebih fleksibel dibandingkan dengan sekolah formal. Hambatan pelaksanaan PKBM di Karimun, antara lain jam kerja warga belajar, jauh dan sulitnya jarak tempuh, keterbatasan jumlah tutor dan besar honor tutor."
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
370 JPK 2:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Tsabita Husna
"Riset evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis dampak program Pendidikan Kesetaraan dalam mewujudkan social well-being peserta didik. Literatur terkait topik ini masih belum mengangkat sisi perubahan social well-being peserta didik, padahal aspek ini dapat menjadi perhatian utama yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh program bagi penerima manfaat. Evaluasi ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Kerangka analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) digunakan untuk menilai implementasi dan dampak program, analisis SWOT untuk melihat aspek tata kelola program, serta analisis dampak dengan fokus pada parameter social well-being (Personal, Relational, Societal). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi program berdampak cukup baik pada social well-being peserta, terutama pada aspek personal. Program mampu meningkatkan kepuasan hidup peserta, meningkatkan kapabilitas interaksi, serta meningkatkan kepercayaan mereka terhadap institusi yang ada di masyarakat. Lebih lanjut, hasil evaluasi CIPP memperlihatkan bahwa dimensi context dan process lebih menonjol dibandingkan dua dimensi lainnya. Dari sisi tata kelola, keterbatasan dana dan kurangnya SDM tutor masih menjadi kelemahan utama. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap implementasi program yang diselenggarakan. Program Pendidikan Kesetaraan terlihat masih fokus pada target output dan kurang memperhatikan outcome atau dampaknya. Sehingga, evaluasi program serupa perlu menaruh perhatian pada dua dimensi tersebut.

This evaluation research aims to analyze the impact of the Education Equivalency Program in creating the student's social well-being. The literature related to this topic still has not addressed the transformation in the student's social well-being, even though this aspect can be the primary concern that is used to see how the program affects the beneficiaries. This evaluation was conducted using qualitative methods with in-depth interviews and observation techniques. The CIPP (Context, Input, Process, Product) framework analysis is used to assess program implementation and impact, SWOT analysis to see the program's governance aspects, and impact analysis focuses on social well-being parameters (Personal, Relational, Societal). The evaluation results showed that the program's implementation had a reasonably good impact on the participants' social well-being, especially on the personal aspect. The program can increase participants' life satisfaction, interaction capabilities, and trust in institutions in the community. Furthermore, the results of the CIPP evaluation show that the context and process dimensions are more prominent than the other two dimensions. In terms of governance, limited funds and lack of human resources for tutors are still the main weaknesses that affect the program's implementation. The Education Equivalency Program still focuses on output targets and less on outcomes or impacts. Thus, evaluating a similar program needs to consider these two dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Junaedi
"ABSTRAK
Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman suku, budaya, agama, ras, nilai, adat istiadat cukup berpotensi untuk timbulnya konflik baik pada skala bawah (grass root) maupun kelompok elit (elite class). Terjadinya konflik di negeri ini seperti konflik di Poso, Ambon, Aceh, Sambas, maupun di Sampit tidak diakibatkan oleh mono factor, akan tetapi lebih pada akumulasi dari suatu permasalahan kecil yang tidak segera diselesaikan dengan baik.
Di Lapas, konflik dalam skala besar juga terjadi karena akumulasi permasalahan demi permasalahan kecil yang tidak diselesaikan dengan baik dan tegas. Tingginya tingkat hunian yang melebihi kapasitas Lapas akhir-akhir ini juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab timbulnya konflik. Karena dengan tingkat hunian yang melebihi kapasitas membawa dampak (side effect) pada over crowded sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam beristirahat, lingkungan Lapas cenderung menjadi lebih kotor dan bau.
Masih adanya identifikasi kelompok pada kelompok narapidana, menjadi faktor yang rentan atas timbulnya konflik. Perlakuan diskriminatif oleh petugas terhadap narapidana-narapidana tertentu juga masih kerap terjadi. Kemudian adanya stereotip oleh kelompok narapidana (in-group) terhadap kelompok yang lain (out-group).
Bentuk-bentuk konflik yang sering terjadi di Lapas misalnya konflik antar individu yang diakibatkan berbagai macam hal antara lain perselisihan di kamar, masalah hutang piutang, pemerasan, saling mengejek dan lain-lain. Permasalahan yang lebih besar akan timbul apabila narapidana yang berkonflik, membawa identitas kelompoknya masing-masing, lebih parah lagi ketika kelompok tersebut telah lama bermusuhan maka konflik antar kelompok akan mudah terjadi.
Penyelesaian konflik yang selama ini umum dilakukan di Lapas adalah dengan melakukan pemeriksaan masing-masing pihak yang berkonflik, dengan solusi damai atau diberikan hukuman disiplin berupa tutupan sunyi (pengasingan), kerja sosial. Atau kepada narapidana yang dianggap sering membuat rusuh dapat dipindahkan ke Lapas lain untuk memutus jaringan kelompoknya.
Melalui tulisan ini penulis menawarkan sebuah program intervensi untuk mencegah atau mengurangi konflik di Lapas dengan memberikan sentuhan psikologis. Yakni sebuah program intervensi pendidikan nilai kehidupan bagi warga binaan pemasyarakatan, yang bertujuan agar narapidana memiliki perilaku respek dan toleran kepada narapidana, dengan harapan tercipta suatu kondisi Lapas yang aman, tertib, dan damai."
a, 2007
T17799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Anam
[place of publication not identified]: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, [date of publication not identified]
297 EDUISMK 5:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ine Kusuma Aryani
Bogor: Ghalia Indonesia, 2010
321.8 INE p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faridhatun Nikmah
"Tradisi Apitan merupakan salah satu bentuk upacara selamatan dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Penelitian ini mengkaji mengenai proses ritual tradisi Apitan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ritual dalam pelaksanaan tradisi Apitan dimulai dari pembukaan, sambutan, doa Apitan, makan bersama, pertunjukan wayang, dan penutupan. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi Apitan terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diperoleh di antaranya adalah sikap religius, jujur, disiplin, cinta tanah air, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Hal lain yang perlu diteladani oleh generasi muda bahwa tradisi Apitan dijadikan sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>